Tak Lansia Puzzle

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

TERAPI KOGNITIF BERMAIN PUZZLE


DI PANTI BHAKTI KASIH SITI ANNA PANGKALPINANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

DISUSUN OLEH :
1. Arya Sanjaya 23300068
2. Dede Haryadi 23300001
3. Dian Desiyana 23300044
4. Dwi Retno Wulan 23300051
5. Melvina Leo Lukman 23300002
6. Nogi Zulfikaredi Aditama 23300041
7. Nuthiya Ningsih 23300039
8. Realdy Chandra 23300015
9. Rediningsih Fatmawati 23300052
10. Septian Aditya Putra 23300070
11. Saurina Situmorang 23300053
12. Saurma Parholong 23300050
13. Sherlly Indriyani 23300037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN INSTITUT CITRA INTERNASIONAL
TAHUN 2023/2024
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
TERAPI KOGNITIF BERMAIN PUZZLE

I. Topik
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Meningkatkan Fungsi Kognitif Lansia: Menyusun
Puzzle
II. Tujuan Umum
Klien mampu meningkatkan fungsi kognitif dan mencegah dimensia
III. Tujuan Khusus
1. Klien mampu meningkatkan daya ingat
2. Klien mampu mengasah daya pikir
3. Klien dapat melatih kesabaran
4. Klien dapat membiasakan kemampuan berbagi ketika menyusun puzzle bersama
teman-teman
IV. Landasan Teori
Proses menua merupakan proses yang dialami dengan adanya penurunan
kondisi fisik, mental, dan psikososial seiring bertambahnyaa usia. Penurunan yang
terjadi secara fisik misalnya penurunan pada sistem pernafasan, sistem pendengaran,
sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem integumen, sistem respirasi, sistem
gastrointestinal, sistem endokrin dan perubahan pada sistem muskuluskletal.
Perubahan pada mental adalah emosi, sikap, motivasi, dan kepribadian yang
mempengaruhi terhadap fisik dan sosial. Penurunan yang terjadi pada psikososial
adalah perubahan perilaku dan kepribadian seiring dengan bertambahnya usia (Mauk,
2018).
Pada fungsi kognitif lansia, terjadi penurunan kemampuan fungsi
intelektual, berkurangnya kemampuan transmisi saraf di otak yang menyebabkan
proses informasi menjadi lambat, banyak informasi hilang selama transmisi,
berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi
dari memori. Fungsi kognitif sangat penting untuk kesejahteraan lansia karena
penurunan fungsi kognitif berdampak pada menurunnya aktivitas sosial dalam
kehidupan sehari-hari sehingga lansia menjadi tidak produktif dan menimbulkan
masalah dalam kesehatan masyarakat. Lansia yang mengalami penurunan fungsi
kognitif bisa mengalami ketergantungan karena tidak bisa mandiri dalam
melakukan aktivitasnya (Isnaini & Komsin, 2020).
Gangguan fungsi kognitif dapat diberikan intervensi salah satunya adalah
dengan permainan Bermain Puzzle. Memberikan kegiatan permainan dalam kegiatan
lansia dapat meingkatkan fungsi kognitif, sehingga perlu adanya kegiatan ini
dilakukan (Pranata, Indaryati, et al., 2021).
Terapi nonfarmakologi yang efektif digunakan yaitu terapi puzzle. Terapi
puzzle adalah suatu gambar yang dibagi menjadi potongan-potongan gambar yang
bertujuan untuk mengasah daya pikir, melatih kesabaran dan membiasakan
kemampuan berbagi. Lanjut usia atau lansia merupakan tahap lanjut dari proses
tumbuh kembang yang dimulai sejak lahir berlangsung terus menurus, yang dikatakan
lansia yaitu orang yang berumur di atas 65 tahun. Pada lansia banyak terjadi
perubahan diantaranya adalah perubahan fisik psikologis dan perubahan spiritual
(Meiner, 2015). Selain itu puzzle juga dapat digunakan untuk permainan edukasi
karena dapat dan melatih koordinasi mata dan tangan, melatih nalar, melatih
kesabaran, dengan puzzle dapat menunda berkembangnya demensia yang akan
menjadi lebih parah (Nurleny, 2021).
V. Kriteria Anggota Kelompok
1. Klien yang dapat berbicara
2. Klien yang dapat melihat
3. Klien yang mau ikut menyusun puzzle
VI. Uraian Struktur Kelompok
1. Tempat Pertemuan : Panti Bhakti Kasih Siti Anna
2. Waktu : Pukul 09.00 – 09.30 WIB
3. Tanggal : 24 April 2024
4. Lama : 30 menit
5. Jumlah Anggota : 6 orang
6. Perilaku Yang Diharapkan : Klien mampu berkonsentrasi , melatih kesabaran,
dan
berbagi dengan teman ketika menyusun puzzle.
7. Metode : Diskusi dan dinamika kelompok
8. Alat Yang Digunakan : Gambar, Puzzle, double tip
9. Pengorganisasian :
1. Leader : Nogi Zulfikaredi Aditama
2. Co-Leader : Arya Sanjaya
3. Observer : Rediningsih Fatmawati, Melvina Leo Lukman,
Nuthiya Ningsih, dan Septian Aditya Putra
4. Fasilisator : Dede Haryadi, Dian Desiyana, Sherlly Indriyani,
Dwi Retno Wulan, Realdy Chandra, Saurma Parholong, dan
Saurina Situmorang
5. Tugas :
a. Leader
 Menyusun rencana aktifitas kelompok (proposal)
 Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
 Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan,
mengajukan pendapat dan memberikan umpan balik
 Sebagai “role model”
 Memotivasi anggota untuk mengemukakan pendapat dan
memberikan umpan balik, mengungkapkan perasaan dan pikiran
 Menciptakan suasana dimana anggotanya dapat menerima perbedaan
dalam perasaan dan perilaku dengan anggota lain
 Membuat tata tertib bagi anggota kelompok demi kelancaran diskusi
b. Co-Leader
 Membantu leader dalam mengorganisir anggota kelompok
 Menyampaikan informasi dari fasilitator ke pimpinan
 Mengingatkan pimpinan bila diskusi menyimpang
 Bersama leader menjadi contoh untuk kerja sama yang baik
c. Fasilitator
 Membantu leader memfasilitasi dan memotivasi anggota untuk
berperan aktif
 Menjadi contoh bagi klien selama proses kegiatan
d. Observer
 Mengobservasi setiap respon klien
 Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku
klien
 Memberikan umpan balik pada kelompok
6. Setting Tempat : Peserta duduk bersamaan, dan terapis berdiri disamping
peserta membentuk lingkaran dalam ruangan nyaman dan
tenang.

F F F F F
O O

P P P P P P

F F

CL L
O
O

Keterangan : L : Leader F : Fasilitator


O : Observer P : Peserta
CL : Co-Leader

VII. Langkah-Langkah Kegiatan


1. Tahap Persiapan
 Terapis memilih klien sesuai dengan indikasi
 Terapis membuat kontrak dengan klien
 Terapis mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Tahap Orientasi
a. Salam Terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
 Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi/Validasi
 Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontak
 Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu menyusun puzzle yang telah
diacak dan menceritakannya kepada orang lain
 Terapis menjelaskan aturan main yaitu:
 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
 Jika ada klien yang ingin keluar kelompok, klien harus meminta
izin kepada terapis
 Lama kegiatan 30 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukkan, yaitu menyusun puzzle
yang telah diacak membentuk suatu gambar dan menceritakan hasil puzzle
yang di susun kepada klien lain.
b. Terapis membagikan puzzle yang telah di acak untuk setiap klien
c. Terapis meminta klien menyusun puzzle yang telah diacak sesuai gambar
yang telah disiapkan dan di cocokkan.
d. Sementara klien menyusun puzzle, terapis berkeliling dan memberikan
penguatan kepada klien untuk terus menyusun dengan baik , jangan mencela
klien
e. Setelah semua klien selesai menyusun puzzle, terapis meminta masing-
masing klien untuk memperlihatkan, mencocokkan kesesuaian dengan
gambar dan menceritakan gambar yang telah dibuatnya kepada klien lain.
Yang harus diceritakan adalah gambar apa dan apa yang dipikirkan tentang
gambar pada puzzle yang telah disusun tersebut menurut klien
f. Kegiatan poin e dilakukan secara berkelompok dan semua bekerjasama
dalam menyusun dalam satu kelompok
d. Setiap kali kelompok selesai menceritakan gambarnya, terapis memberikan
pujian atas keberhasilannya dengan mengajak kelompok lain bertepuk
tangan
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti kegiatan TAK
stimulasi sensori
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak Lanjut
 Terapis menganjurkan klien untuk mengekspresikan perasaannya
melalui gambar pada puzzle yang telah disusun
 Melakukan kontrak waktu untuk kegiatan berikutnya
TAK SESI 1
TERAPI KOGNITIF BERMAIN PUZZLE
Kemampuan Memberi Respon Terhadap Penyusunan Puzzle

Nama Pasien
No Aspek Yang Dinilai
I II II IV V VI
Mengikuti kegiatan dari
1
awal sampai akhir
2 Menyusun puzzle sampai
selesai
3 Menyebutkan gambar
pada puzzle yang telah
disusun
4 Menceritakan
pengalaman apa yang
didapat ketika menyusun
puzzle

Petunjuk
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir, menggambar, menyebutkan gambar, dan menceritakan makna
gambar. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak mampu.
DAFTAR PUSTAKA

Isnaini, N., & Komsin, N. K. (2020). GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA


LANSIA. Jurnal Human Care, 5(4), 1060–1066. https://doi.org/doi:
http://dx.doi.org/10.32883/hcj.v5i4.854

Mauk, K. L. (2018). Gerontology nursing: Competencies for care. (3thed.). Burlintong,


United State: Jones and Bartlett Learning

Meiner, S.E. (2015). Gerontologic Nursing. Edisi 5. United States America : Elsevier

Kluwer Nurleny. (2021). Melatih Kognitif Melalui Terapi Puzzle Terhadap Tingkat
DemensiaLansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluhi
Sicincin PadangPariaman.Jurnal Abdimas Saintika,3(2),109-118. Diakses di
https://www.jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/abdimas/article/view/
1239/863
Pranata, L., Indaryati, S., & Fari, A. I. (2020). Pendampingan Lansia Dalam
Meningkatkan Fungsi Kognitif Dengan Metode Mewarnai gambar. JPMB:
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Berkarakter, 3(2), 141-146.

Anda mungkin juga menyukai