Laporan Avertebrata Kel - Vi-Cumi
Laporan Avertebrata Kel - Vi-Cumi
Laporan Avertebrata Kel - Vi-Cumi
Oleh :
KELOMPOK.IV
No Nama NPM
1 Siti Fatimah 22542430001
2 Shobahan Amaly 22542430002
3 Nur Alfi Zahra 22542430005
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT,karena atas rahmat dan
Dalam proses penulisan laporan ini penyusun banyak mendapatkan dukungan maupun
bantuan dari berbagai pihak terkait,untuk itu penyusun tidak lupa berterimakasih kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah avertebrata air yaitu, Ir.Hj Anny Rimalia,MSi dan
Aminah, S.Pi. M.Pi yang telah menjelaskan serta memberi dukungan kepada penyusun.
2. Teman-teman semua yang telah bekerja sama dalam pembuatan laporan praktikum
biologi perikanan
Penyusun juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu,penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
pembuatan laporan. Akhir kata,semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cumi merupakan salah satu hasil perikanan penting di dunia (Shenoi, 1985). Di
Indonesia kelompok hewan cumi ini mempunyai urutan ketiga produksi di dalam dunia
perikanan setelah ikan dan udang (Sudjoko, 1988).Namun sampai saat ini, perikanan
cumi masih sangat jauh dari yang diharapkan dalam mengisi ekspor non migas, salah
satu sebabnya adalah produksi cumi hingga kini masih tergantung dari hasil tangkapan
di alam. Informasi beberapa aspek yang berhubungan dengan hewan cumi masih sangat
jarang. Misalnya pengetahuan tentang organ cahaya pada cumi sangat terbatas, cahaya
yang dihasilkan serta pemanfaatannya merupakan suatu proses yang menarik untuk
diketahui sekaligus erat hubungannya dengan aspek biokimia maupun tingkah lakunya
di alam.
organ cahaya (Hasting dan Morin, 1989). Lokasi penempelan organ sumber cahaya
tersebut berbeda pada setiap jenis cumi-cumi (Pringgenies dan Murdjani, 1999).
cumi, Herring (1977) menyatakan bahwa fungsi organ cahaya yang terdapat pada
1
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana bentuk dan struktur luar tubuh cumi-cumi (Loligo sp.) membantu mereka
2. Menganalisis hubungan antara struktur anatomi dan morfologi dengan fungsi dan
(Loligo sp.)
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Hegner dan engemann (1986) dalam (Pricillia, 2011), cumi-cumi dapat
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Cephalopoda
Ordo : Decapoda
Famili : Loliginidae
Genus : Loligo
Spesies : Loligo.sp
Cumi-cumi (Loligo sp.) memiliki arti hewan kaki kepala, hal ini disebabkan
oleh semua kakinya yang terpisah dimana berfungsi juga sebagai tangan tumbuh
menjadi terpisah dengan hewan sejenisnya dikarenakan memiliki kepala yang unik dan
3
Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan hewan memiliki cangkang yang sangat tipis
berwarna putih transparan dan terletak pada bagian punggung. Meskipun Cumi-cumi
(Loligo sp.) memiliki tubuh yang lunak tetapi punya kemampuan untuk membentuk
cangkang (Shell) dari kapur dan bentuknya hanya berupa kepingan kecil yang tumbuh
didalam tubuhnya yang berfungsi sebagai tulang pembentuk pada cumi tersebut. Cumi-
cumi (Loligo sp.) memiliki tubuh bulat tabung dan relatif panjang, pada bagian
belakang meruncing dan sisi kiri dan kanan memiliki sayap atau sirip yang berbentuk
segitiga dan panjangnnya sekitar 2/3 panjang badan cumi tersebut yang fungsinya untuk
keseimbangan saat berenang. Pada bagian mulut terdapat 10 tentakel yang fungsinya
selain sebagai tangan juga berfungsi sebagai kaki dimana ada 2 tentakel berukuran
panjang dan 8 tentakel berukuran lebih pendek. Fungsi tentakel ini adalah sebagai alat
untuk menangkap mangsa dan digunakan juga untuk berenang. Setiap tentakel
mempunyai lobang yang fungsinya sebagai alat penghisap. Memiliki cangkang didalam
tubuhnya dan keseluruhan tubuhnya dibungkus oleh mantel, warnanya pada umumnya
merah berbintik hitam sehingga sering kelihatan secara keseluruhan berwarna ungu
kemerah-merahan, Ukuran panjang tubuh bisa mencapai 12-16 inci bahkan dalam skala
besar mampu mencapai 30-40 cm. Pada umumnya tubuh Cumi-cumi licin dan tidak
memiliki sisik sehingga memudahkan dalam proses pengolahan dan semua dapat
yaitu badan, leher dan kepala. Pada bagian kepala terlihat besar karena terdapat mata
yang besar yang dimana seperti pada umumnya, pada cumi fungsi mata adalah untuk
melihat. Disekitar bagian kepala ada sifon atau corong berotot dimana difungsikan
untuk kemudi arah berenang. Pada saat bergerak kebelakang maka cumi tersebut akan
4
Dan pada saat bergerak maju kearah depan biasanya 8 memakai kedua sirip segitiga
pada sisi kiri dan kanan tubuh dan juga memakai tentakelnya (Sarwojo, 2005).
(Loligo sp.):
• Hati: mengambil sari-sari makanan dalam darah dan sebagai tempat penghasil
empedu.
5
• Insang: sebagai organ pernapasan.
• Kantung tinta: kantung selaput yang terdapat pada cumi yang mengandung
tinta.
Hewan ini memiliki dua ginjal atau nefridia berbentuk segitiga berwarna putih yang
berfungsi menapis cairan dari ruang pericardium dan membuangnya kedalam rongga
Habitat Cumi-cumi (Loligo sp.) biasanya berada pada area tengah kedalaman
lautan sehingga sering juga disebut hewan semi pelagis dan demersal, tidak jarang juga
ditemukan dipesisir pantai dan terkadang ditemukan juga pada kedalaman hingga 400
meter. Kebiasaan hidupnya adalah bergerombol atau soliter baik pada saat sedang
Sebagian dari spesies ini juga ada yang mampu hidup diperairan payau.
Biasanya bergerak diurnal secara berkelompok mendekati perairan dangkal pada siang
hari dan menyebar saat malam tiba. Sifatnya fototaksis positif (memiliki ketertarikan
mengikuti musim tetapi tidak semuanya. Disamping itu banyak juga melakukan hal
yang sama dikarenakan adanya perubahan suhu lingkungan biasanya terjadi pada
daerah yang mengalami musim beragam terutama daerah subtropis. Selama musim
6
dingin biasanya spesies ini berada diperairan lepas pantai yang lebih dalam untuk
berlindung dan mencari tempat yang nyaman dan kemudian melakukan migrasi
mendekati pesisir pantai berdasarkan ukuran besar individu spesies ini dimana cumi
yang berukuran besar akan datang pada saat awal musim semi disusul oleh cumi
berukuran kecil saat musim panas tiba, dan saat musim gugur tiba secara bersamaan
mereka akan kembali mencari perairan yang lebih dalam untuk berlindung.
disemua lautan didunia, mulai dari pinggiran pantai yang dangkal, lautan dalam hingga
bujur Barat Lautan Pasifik dan termasuk juga perairan indonsia. Di Indonesia
keberadaan cumi-cumi (Loligo sp.) dapat ditemukan hampir disemua perairan misalnya
pada perairan Pantai Barat Sumatera ( termasuk Aceh dan Sumatera utara), laut selatan
pulau Jawa (Jawa Barat dan Jawa Timur), laut selatan Malaka ( Aceh, Sumatera Utara
dan Riau), perairan timur Sumatera ( Sumatera Selatan dan Lampung), pantai utara
Jawa ( Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur),perairan Bali, NTB, NTT,
lautan bagian selatan dan barat Kalimantan, perairan Sulawesi bagian Selatan Dan
Sulawesi bagian tengah, Sebelah selatan Sulawesi, Maluku, hingga wilayah perairan
Cumi-cumi adalah hewan karnivora yang memakan berbagai macam mangsa kecil.
• Cumi-cumi umumnya memakan hewan kecil seperti ikan kecil, udang, kepiting,
cacing laut, dan plankton. Beberapa spesies cumi-cumi juga memakan cumi-
mangsanya. Tentakel ini dilengkapi dengan kait kecil dan tajam yang membantu
7
cumi-cumi untuk menjerat dan menahan mangsanya. Setelah mangsanya
di lambung dan usus, dan nutrisi diserap ke dalam aliran darah. Sisa makanan
• Cumi-cumi yang lebih besar umumnya memakan mangsa yang lebih besar.
cumi-cumi secara seksual. Sistem reproduksi seksual pada cumi-cumi terdiri atas
8
sistem reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, dan kelenjar kuning telur.
Sedangkan pada jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis (Hanlon, 1996).
(sel kelamin jantan) yang sudah matang gonadnya akan di simpan pada nedhem sac.
Reproduksi cumi-cumi diawali dengan jantan merayu betina menggunakan warna kulit
mereka dan jika diterima oleh betina, kemudian dengan lengan yang disebut
Betina memproduksi sekitar 200 telur dan menempelkan pada dasar laut dalam
hectocotylus mereka masuk ke dalam tubuh betina untuk menambahkan sperma ke telur
Berikut gambar-gambar yang di ambil dari jurnal Jantzen and Jon (2005):
9
Proses ketika Loligo spp akan kawin adalah adanya tarian untuk memikat
kantung pewarna lentur yang disebut kromatofora. Dengan menggunakan lapisan ini,
cumi-cumi dapat mengubah penampakan warna kulitnya, yang tidak hanya membantu
dalam penyamaran akan tetapi juga sebagai sarana komunikasi dan pre-kawin. Ritual
pre- kolpuasi, hampir selalu melibatkan perubahan warna dari kulit cumi-cumi, dimana
jantan berusaha menarik perhatian betina, juga berfungsi untuk menantang jantan yang
lain. Misalnya, seekor cumi-cumi jantan menunjukkan warna yang berbeda ketika
kawin dengan warna yang digunakan ketika berkelahi dengan seekor penantang. Saat
cumi- cumi jantan bercumbu dengan cumi-cumi betina, kulitnya berwarna kebiruan.
Jika jantan lain datang mendekat pada waktu ini, ia menampakkan warna kemerahan
pada separuh tubuhnya yang terlihat oleh jantan yang datang itu. Merah adalah warna
tentakel, lalu berenang berpasangan, pada saat tersebut hectoco tylus (cumi-cumi
mantel betina dan disimpan di dekat bukaan saluran telur (oviduct) (Fields, 1965).
berbentuk khusus. Telur difertilisasi setelah meninggalkan saluran telur dan diletakkan
satu-per-satu atau dalam kumpulan massa seperti benang. Biasanya ditempelkan pada
substrat. Loligo spp mengembangkan membran telur, dan menetas pada saat juvenil,
Telur dari cumi-cumi betina melewati oviduct dengan diselimuti oleh membran
seperti kapsul yang dihasilkan oleh kelenjar oviducal. Pada saat bersamaan di dalam
10
mantel, kelenjar nidamental menyediakan lapisan tambahan atau pelapis telur. Pada
Loligo spp, yang bermigrasi ke perairan dangkal untuk bertelur, kelenjar nidamental
melapisi telur-telur dengan lapisan agar-agar yang banyak, terdiri dari 100 telur. Cumi-
cumi betina memegang telur dengan lengan dan dibuahi dengan sperma yang
diinjeksikan dari organ penerima sperma (seminal receptacle). Kapsul telur tersebut
mengeras, sebagai reaksi dengan air laut, dan ditempelkan pada substrat. Cumi-cumi
dewasa akan mati setelah kawin dan meletakkan telur. Cephalopoda (gurita dan cumi-
cumi) cenderung untuk tumbuh dengan cepat untuk matang, reproduksi, dan mati,
kecuali nautilus yang tumbuh lambat, dan dapat reproduksi untuk beberapa tahun
setelah dewasa.
Cara cumi-cumi menyesuaikan diri yaitu pada saat dia ingin melindungi dirinya,
dia akan mengeluarkan cairan seperti tinta kedalam air. Hal ini menyebabkan cumi-
cumi bisa menghindari diri dari musuh yang menyerangnya sehingga musuhnya tidak
yang berwarna hitam pekat, dan bergerak cepat sehingga terhindar dari musuhnya. Dari
11
III. METODE PENELITIAN
April 24. Bertempat di Laboratorium Basah Program Studi Budidaya Perairan Fakultas
Adapun alat dan bahn yang digunakan dalam praktikum yaitu sebagai berikut.
No Alat Kegunaan
1 Penggaris Untuk mengukur Panjang dan lebar tubuh pada
organisme yang diamati
No Bahan Kegunaan
12
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum Avertebrata air ini adalah sebagai berikut:
2. Setelah bahan-bahan di atas telah siap tahap yang kedua adalah menggambar satu
4. Menggambar cumi-cumi yang berkaitan pada yang diamati bagian tubuh luar cumi
hati kemudian diamati satu persatu organ-organ pada bagian dalam tubuh cumi-
cumi itu cocokkan bagian anatominya dengan gambar pada lembar kerja dan diberi
keterangan.
6. Pada cumi-cumi(loligo sp) yang telah tersedia tadi diletakkan di atas meja objek
dan diamati.
13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil data pengukuran panjang,lebar dan berat tubuh dari cumi-cumi (loligo sp)
14
Setelah dilakukan pembedahan dapat terlihat bagian anatomi dari cumi, yaitu
faring, mulut, mata, tentakel, anus, hati, esofagus, insang, lambung, cangkang dalam,
B. Pembahasan
Cumi-cumi (Loligo sp.) hidup memiliki warna krem kemerahan, tetapi setelah
ditangkap dan mati warna tubuhnya menjadi krem kekuningan. Bentuk tubuhnya
adalah simetri bilateral dan dapat dibedakan atas kepala, leher dan mantel/badan. Pada
bagian kepala terdapat mulut yang dikelilingi oleh dua tangan panjang (tentakel) dan
delapan tangan pendek. Lebar kepala cumi-cumi hampir sama dengan lebarnya mantel.
Bagian dorsal leher cumi-cumi tampak jelas, sedang bagian ventral leher tidak
jelas karena tertutup oleh corong atau sifon yang keluar dari mantel. Mantel cumi-cumi
berbentuk bulat panjang, langsing dan berbentuk kerucut di bagian posterior. Pada sisi
kanan dan kiri bagian dorsal mantel terdapat sirip yang menyatu dengan mantel dan
Cumi-cumi jantan dan betina wapat dibedakan dari bentuk tubuhnya, jantan
berukuran lebih panjang dan lebih langsing dibandingkan dengan betina. Perbedaan
jenis kelaminnya akan lebih jelas tampak pada cumi-cumi matang gonad karena cumi-
cumi betina memiliki bentuk tubuh gemuk di bagian ventral dan warna mantel lebih
gelap.
mengelompok sedang permukaan ventral sirip tidak terdapat kromatofor, sehingga sirip
15
bagian ventral berwarna putih. Mulut cumi-cumi terdapat di tengah- tengah kepala,
Bagian dalam mulut dikelilingi gigi kitin yang tajam dengan ukuran bervariasi
dan lidah parut (radula) di bagian tengah mulut. Bila mantel bagian dorsal dibuka,
tampak leher bagian dorsal melekat dengan kepala dan mantel. Pada leher bagian
ventral terdapat sifon yang melekat pada kepala dan leher akan tetapi tidak melekat
pada mantel. Di leher terdapat kartilago sebagai penyangga leher. Sebelah dalam mantel
bagian dorsal terdapat pen berwarna putih dan berbetuk panjang dengan kedua
ujungnya meruncing.
Di dalam rongga mantel (tampak dorsal) terdapat organ dalaman yaitu: insang,
lambung, gonad, pankreas, sekum, rektum, kantung tinta. Pada kantung tinta terdapat
sepasang organ, berbentuk bulat lonjong menempel pada bagian latero-dorsal kantung
tinta. Secara keseluruhan, alat pencernaan cumi terdiri atas mulut, rongga mulut, faring
yang panjang, oesofagus, lambung, usus, anus. Bagian mulut terletak di bagian kepala
dan anus terletak pada corong di bagian ventral cumi-cumi sehingga makanan dan sisa
Kantung tinta cumi-cumi melekat dan bermuara pada saluran pencernaan dekat anus,
16
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Cumi-cumi (Loligo sp.) adalah hewan laut dengan bentuk tubuh simetri
bilateral, terdiri atas kepala, leher, dan mantel/badan. Bagian kepala terlihat besar dan
memiliki mata, mulut, dan tentakel, sifon, dan kromatofor. Bagian leher terlihat jelas
dorsal, sedangkan ventral terlihat tidak jelas karena tertutup oleh sifon. Mantel
berwarna krem , simetri bulat panjang, langsing, dan berbentuk kerucut di bagian
posterior. Cumi-cumi jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk tubuhnya, jantan
lebih panjang dan lebih langsing. Perbedaan jenis kelaminnya akan lebih jelas tampak
pada cumi-cumi matang gonad. Bagian dalam mulut terdapat gigi kitin dan lidah parut.
Alat pencernaan cumi terdiri atas mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus,
dan anus. Kantung tinta cumi-cumi melekat dan bermuara pada saluran pencernaan
dekat anus.
menjadikan mereka hewan laut yang menarik dan predator yang sukses. Pemahaman
tentang anatomi dan morfologi cumi-cumi penting untuk memahami biologi mereka,
B. Saran
Perlu dilakukan pengamatan lebih detail tentang kandungan gizi dan manfaat
kesehatan cumi-cumi, seperti kandungan protein tinggi, mineral, dan vitamin. Semoga
17
DAFTAR PUSTAKA
Bakriel, Z. 1985. Analisis Tentang Usaha Penangkapan Cumi-Cumi dengan Pancing di Pulau
Barang Lompo dan Sekitarnya Tesis Jurusan Perikanan Fakultas FKIP Universitas
Hasanuddin. Makasar.
Bursea, R.C and G.J. Brusca. 1990. Invertebrates Sinauter Associates. Inc Publishers;
Sunderland Massachusetts.
Clarke, M.R. 1986. A Handbook For the Identification of Cephalopod Beaks. Clarendron Press;
Oxford.
Delianis, P. dan M. Murdjani. 2008. Siklus Hidup Cumi Sepiotheatis lessiniana Sebagai Satu
Gunarso, W dan Purwangka. 1998, Cumi-Cumi serta Kerabatnya. Skripsi. Fakultas Perikanan
Hadi, Susantoro. S. Trijoko, Y.A. Purwesti. 2005. Biologi Kelas X jilid Ib. edisi 2005. Sunda
Kelapa, Bandung.
Hanlon, R.T. and J.B. Messenger. 1996. Cephalopod Behavior. Cambridge University Press,
Cambridge.
Aleksrev, D.O. 1989. Advantage and restrictions of using the gladius in diagnostic of species
and genera of the family Loligonidae (Cephalopoda), Zool, ZH, 68(6) : 36-42.
Bullough, W.S. 1958. Practical invertebrate anatomy, London, Macmillan & Co Ltd, p. 398-
411.
18
Buchsbaum, R. 1948. Animals without backbones, The University of Chicago Press, p. 198-
206.
512.
Grimpe, G. 1932. Studien uber die Cephalopoden des Sunda-Gebietes, I, Zur Kenntnis der
Gattung Loliolus Steenstrup 1856, Jenais Zeitschr, Nature, LXVII (N.F.LX), p. 469.
Academic Press New York, A Subsidiary of harcourt brace jovnovich. Publisher. vol.
IV, p. 243-284.
Hasting, J.W., and J.G. Morin. 1989. Bioliminescence, in Neural and Integrative Animal
Hurkat, P.C. 1976. A Textbook of Animal Physiology. P. N. Marthur, 1 st Editor, New delhi, p.
624.
Nesis, K. N. 1982. Cephalopods of the world squids, Squids, Cuttlefishes, Octopuses and
Ruppert, E.E. and R.D. Barnes. 1991. Invertebrate Zooloy, Saunders College Publishing,
Toronto, p. 463-498
Roper, C.F.E., M.J. Sweeney, and C.E. Nauen. 1984. FAO species cataloque vol. 3.
to fisheries, FAO Fiash, Synop, 125(3) : 1-277. Voss., G.L, and G.R. Williamson. 1971.
19
Silas, E.G. 1968, Cephalopoda of the west coast of India collected during the cruises of the
Research Vessel Varuna, with a cataloque of the species know from the Indian Ocean,
Thurman, H.V., and H.H, Webber. 1984. Marine Biology, Bell and Howell, Co, Ohio,
Colombos, p. 222-224.
20
LAMPIRAN
21