Laporan Avertebrata Kel - Vi-Cumi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN

IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN ANATOMI IKAN NILA


(Oreochromis niloticus)
Dosen pengampu
Ir. Hj Anny Rimalia,M.Si
Aminah,S.Pi.,M.Pi

Oleh :

KELOMPOK.IV

No Nama NPM
1 Siti Fatimah 22542430001
2 Shobahan Amaly 22542430002
3 Nur Alfi Zahra 22542430005

YAYASAN PENDIDIKAN HAJI MUHAMMAD ROESLI KALIMANTAN


SELATAN
UNIVERSITAS ACHMAD YANI
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
BANJARBARU
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT,karena atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga laporan praktikum biologi perikanan dengan judul “IDENTIFIKASI

MORFOLOGI DAN ANATOMI CUMI-CUMI(Loligo.sp)” diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam proses penulisan laporan ini penyusun banyak mendapatkan dukungan maupun

bantuan dari berbagai pihak terkait,untuk itu penyusun tidak lupa berterimakasih kepada :

1. Dosen pengampu mata kuliah avertebrata air yaitu, Ir.Hj Anny Rimalia,MSi dan

Aminah, S.Pi. M.Pi yang telah menjelaskan serta memberi dukungan kepada penyusun.

2. Teman-teman semua yang telah bekerja sama dalam pembuatan laporan praktikum

biologi perikanan

Penyusun juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu,penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan

pembuatan laporan. Akhir kata,semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru,24 April 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. v
I. PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 3
A. Klasifikasi dan Morfologi Cumi-Cumi (Loligo sp.) ....................................................... 3
1. Klasifikasi cumi-cumi (Loligo sp.) ............................................................................. 3
2. Morfologi cumi-cumi (Loligo.sp) ............................................................................... 3
B. Struktur dan Anatomi Cumi-Cumi (Loligo sp.) .............................................................. 5
C. Habitat dan Penyebaran Cumi-cumi ( Loligo sp.) .......................................................... 6
D. Kebiasaan Makan Cumi-Cumi (Loligo sp.) .................................................................... 7
E. Sistem Reproduksi Cumi-Cumi (Loligo sp.) .................................................................. 8
F. Adaptasi Cumi-Cumi untuk Melindungi Diri ............................................................... 11
III. METODE PENELITIAN ................................................................................................... 12
A. Waktu dan Tempat......................................................................................................... 12
B. Alat dan Bahan .............................................................................................................. 12
C. Prosedur Kerja .............................................................................................................. 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................................... 14
A. Hasil .............................................................................................................................. 14
B. Pembahasan................................................................................................................... 15
V. PENUTUP ........................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 18
LAMPIRAN............................................................................................................................. 21

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. alat yang digunakan dalam praktikum .................................................................................... 12


Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum ................................................................................ 12

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Cumi-cumi(Loligo sp)........................................................................................................... 3


Gambar 2. anatomi cumi-cumi(loligo sp) ............................................................................................... 5
Gambar 3. proses tahap reproduksi cumi-cumi ...................................................................................... 9
Gambar 4. identifikasi Morfologi cumi-cumi (loligo sp)...................................................................... 14
Gambar 5. Anatomi cumi-cumi (loligo sp) ........................................................................................... 14

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cumi merupakan salah satu hasil perikanan penting di dunia (Shenoi, 1985). Di

Indonesia kelompok hewan cumi ini mempunyai urutan ketiga produksi di dalam dunia

perikanan setelah ikan dan udang (Sudjoko, 1988).Namun sampai saat ini, perikanan

cumi masih sangat jauh dari yang diharapkan dalam mengisi ekspor non migas, salah

satu sebabnya adalah produksi cumi hingga kini masih tergantung dari hasil tangkapan

di alam. Informasi beberapa aspek yang berhubungan dengan hewan cumi masih sangat

jarang. Misalnya pengetahuan tentang organ cahaya pada cumi sangat terbatas, cahaya

yang dihasilkan serta pemanfaatannya merupakan suatu proses yang menarik untuk

diketahui sekaligus erat hubungannya dengan aspek biokimia maupun tingkah lakunya

di alam.

Dari seluruh jumlah generanya Cephalopoda (139 genera), 47% mempunyai

organ cahaya (Hasting dan Morin, 1989). Lokasi penempelan organ sumber cahaya

tersebut berbeda pada setiap jenis cumi-cumi (Pringgenies dan Murdjani, 1999).

Kemampuan cumi untuk memancarkan cahaya ini disebut bioluminesensi.

Bioluminesensi adalah suatu penomena pancaran cahaya tanpa mengeluarkan panas

melalui proses reaksi kimia pada suatu organ organisme hidup.

Pancaran cahaya tersebut dapat dijumpai pada beberapa kelompok organisme

yaitu: bakteri, jamur, plankton (algae), insekta (serangga), invertebrata

(cumi/cephalopoda) dan vertebrata (ikan) (Hasting dan Morin, 1989). Sedangkan

peranan pancaran cahayanya berbeda untuk masing-masing organisme. Dalam kasus

cumi, Herring (1977) menyatakan bahwa fungsi organ cahaya yang terdapat pada

hewan cephalopoda, yaitu berfungsi untuk penyamaran dirinya, membingungkan dan

menyilaukan lawannya serta komunikasi dengan hewan lainnya.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja struktur dan anatomi cumi-cumi (Loligo sp.)?

2. Bagaimana bentuk dan struktur luar tubuh cumi-cumi (Loligo sp.) membantu mereka

beradaptasi dengan lingkungannya?

3. Bagaimana sistem reproduksi pada cumi-cumi (Loligo sp.)?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Memahami anatomi dan morfologi cumi-cumi(Loligo sp.) secara detail.

2. Menganalisis hubungan antara struktur anatomi dan morfologi dengan fungsi dan

perilaku cumi-cumi (Loligo sp.)

3. Mengetahui pentingnya informasi tentang sistem reproduksi pada cumi-cumi

(Loligo sp.)

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Morfologi Cumi-Cumi (Loligo sp.)

1. Klasifikasi cumi-cumi (Loligo sp.)

Menurut Hegner dan engemann (1986) dalam (Pricillia, 2011), cumi-cumi dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Cephalopoda

Ordo : Decapoda

Famili : Loliginidae

Genus : Loligo

Spesies : Loligo.sp

Gambar 1. Cumi-cumi(Loligo sp)


2. Morfologi cumi-cumi (Loligo.sp)

Cumi-cumi (Loligo sp.) memiliki arti hewan kaki kepala, hal ini disebabkan

oleh semua kakinya yang terpisah dimana berfungsi juga sebagai tangan tumbuh

mengelilingi bagian kepala. Seperti halnya semua kelompok Cephalopoda, cumi-cumi

menjadi terpisah dengan hewan sejenisnya dikarenakan memiliki kepala yang unik dan

berbeda (Sarwojo, 2005).

3
Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan hewan memiliki cangkang yang sangat tipis

berwarna putih transparan dan terletak pada bagian punggung. Meskipun Cumi-cumi

(Loligo sp.) memiliki tubuh yang lunak tetapi punya kemampuan untuk membentuk

cangkang (Shell) dari kapur dan bentuknya hanya berupa kepingan kecil yang tumbuh

didalam tubuhnya yang berfungsi sebagai tulang pembentuk pada cumi tersebut. Cumi-

cumi (Loligo sp.) memiliki tubuh bulat tabung dan relatif panjang, pada bagian

belakang meruncing dan sisi kiri dan kanan memiliki sayap atau sirip yang berbentuk

segitiga dan panjangnnya sekitar 2/3 panjang badan cumi tersebut yang fungsinya untuk

keseimbangan saat berenang. Pada bagian mulut terdapat 10 tentakel yang fungsinya

selain sebagai tangan juga berfungsi sebagai kaki dimana ada 2 tentakel berukuran

panjang dan 8 tentakel berukuran lebih pendek. Fungsi tentakel ini adalah sebagai alat

untuk menangkap mangsa dan digunakan juga untuk berenang. Setiap tentakel

mempunyai lobang yang fungsinya sebagai alat penghisap. Memiliki cangkang didalam

tubuhnya dan keseluruhan tubuhnya dibungkus oleh mantel, warnanya pada umumnya

merah berbintik hitam sehingga sering kelihatan secara keseluruhan berwarna ungu

kemerah-merahan, Ukuran panjang tubuh bisa mencapai 12-16 inci bahkan dalam skala

besar mampu mencapai 30-40 cm. Pada umumnya tubuh Cumi-cumi licin dan tidak

memiliki sisik sehingga memudahkan dalam proses pengolahan dan semua dapat

dimakan tanpa menyisahkan limbah (Kurniawan, 2013).

Tubuh Cumi-cumi (Loligo sp.) secara keseluruhan dibedakan menjadi 3 bagian

yaitu badan, leher dan kepala. Pada bagian kepala terlihat besar karena terdapat mata

yang besar yang dimana seperti pada umumnya, pada cumi fungsi mata adalah untuk

melihat. Disekitar bagian kepala ada sifon atau corong berotot dimana difungsikan

untuk kemudi arah berenang. Pada saat bergerak kebelakang maka cumi tersebut akan

menyemprotkan air kedepan sehingga bagian tubuhnya tertolak kearah kebelakang.

4
Dan pada saat bergerak maju kearah depan biasanya 8 memakai kedua sirip segitiga

pada sisi kiri dan kanan tubuh dan juga memakai tentakelnya (Sarwojo, 2005).

B. Struktur dan Anatomi Cumi-Cumi (Loligo sp.)

Gambar 2. anatomi cumi-cumi(loligo sp)


Berikut adalah bagian-bagian serta fungsi dari setiap organ yang dimiliki cumi-cumi

(Loligo sp.):

• Faring: bagian depan kerongkongan berfungsi untuk menghisap makanan dari

mulut dan membasahi makanan tersebut dengan lendir.

• Mulut: tempat masuknya makanan.

• Mata: sebagai alat penglihatan.

• Tentakel: berfungsi sebagai alat gerak, merangsang, memeriksa, dan sebagai

alat untuk menangkap mangsa.

• Anus: mengeluarkan sisa metabolism.

• Hati: mengambil sari-sari makanan dalam darah dan sebagai tempat penghasil

empedu.

• Esofagus: saluran di belakang rongga mulut berfungsi menghubungkan rongga

mulut dengan lambung.

5
• Insang: sebagai organ pernapasan.

• Lambung: sebagai bagian dari organ pencernaan.

• Cangkang dalam: sebagai pelindung organ tubuh bagian dalam.

• Ovarium: penghasil sel telur.

• Rektum: sebagai bagian usus belakang yang membuka ke anus.

• Kantung tinta: kantung selaput yang terdapat pada cumi yang mengandung

tinta.

Hewan ini memiliki dua ginjal atau nefridia berbentuk segitiga berwarna putih yang

berfungsi menapis cairan dari ruang pericardium dan membuangnya kedalam rongga

mantel melalui lubang yang terletak di sisi usus (Clarke, 1986).

C. Habitat dan Penyebaran Cumi-cumi ( Loligo sp.)

Habitat Cumi-cumi (Loligo sp.) biasanya berada pada area tengah kedalaman

lautan sehingga sering juga disebut hewan semi pelagis dan demersal, tidak jarang juga

ditemukan dipesisir pantai dan terkadang ditemukan juga pada kedalaman hingga 400

meter. Kebiasaan hidupnya adalah bergerombol atau soliter baik pada saat sedang

berenang bahkan memasuki waktu istirahat (Pricilia, 2011).

Sebagian dari spesies ini juga ada yang mampu hidup diperairan payau.

Biasanya bergerak diurnal secara berkelompok mendekati perairan dangkal pada siang

hari dan menyebar saat malam tiba. Sifatnya fototaksis positif (memiliki ketertarikan

terhadap cahaya), sehingga dalam menangkap spesies ini sering menggunakan

pencahayaan sebagai alat bantu (Roper, et al.,1984).

Menurut Roper et al (1984), banyak dari spesies ini melakukan migrasi

mengikuti musim tetapi tidak semuanya. Disamping itu banyak juga melakukan hal

yang sama dikarenakan adanya perubahan suhu lingkungan biasanya terjadi pada

daerah yang mengalami musim beragam terutama daerah subtropis. Selama musim

6
dingin biasanya spesies ini berada diperairan lepas pantai yang lebih dalam untuk

berlindung dan mencari tempat yang nyaman dan kemudian melakukan migrasi

mendekati pesisir pantai berdasarkan ukuran besar individu spesies ini dimana cumi

yang berukuran besar akan datang pada saat awal musim semi disusul oleh cumi

berukuran kecil saat musim panas tiba, dan saat musim gugur tiba secara bersamaan

mereka akan kembali mencari perairan yang lebih dalam untuk berlindung.

Menurut Pricilia (2011), keberadaan Cumi-cumi dapat ditemukan hampir

disemua lautan didunia, mulai dari pinggiran pantai yang dangkal, lautan dalam hingga

bujur Barat Lautan Pasifik dan termasuk juga perairan indonsia. Di Indonesia

keberadaan cumi-cumi (Loligo sp.) dapat ditemukan hampir disemua perairan misalnya

pada perairan Pantai Barat Sumatera ( termasuk Aceh dan Sumatera utara), laut selatan

pulau Jawa (Jawa Barat dan Jawa Timur), laut selatan Malaka ( Aceh, Sumatera Utara

dan Riau), perairan timur Sumatera ( Sumatera Selatan dan Lampung), pantai utara

Jawa ( Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur),perairan Bali, NTB, NTT,

lautan bagian selatan dan barat Kalimantan, perairan Sulawesi bagian Selatan Dan

Sulawesi bagian tengah, Sebelah selatan Sulawesi, Maluku, hingga wilayah perairan

Irian Jaya (Papua) (Anonymous, 2001).

D. Kebiasaan Makan Cumi-Cumi (Loligo sp.)

Cumi-cumi adalah hewan karnivora yang memakan berbagai macam mangsa kecil.

Berikut beberapa kebiasaan makan cumi-cumi:

• Cumi-cumi umumnya memakan hewan kecil seperti ikan kecil, udang, kepiting,

cacing laut, dan plankton. Beberapa spesies cumi-cumi juga memakan cumi-

cumi lain, termasuk jenisnya sendiri.

• Cumi-cumi menggunakan tentakelnya yang panjang dan kuat untuk menangkap

mangsanya. Tentakel ini dilengkapi dengan kait kecil dan tajam yang membantu

7
cumi-cumi untuk menjerat dan menahan mangsanya. Setelah mangsanya

ditangkap, cumi-cumi menggunakan paruhnya yang tajam untuk merobek dan

memotong mangsanya menjadi potongan-potongan kecil.

• Cumi-cumi memiliki sistem pencernaan yang kompleks yang terdiri dari

kerongkongan, lambung, usus, dan rektum. Makanan dicerna secara enzimatis

di lambung dan usus, dan nutrisi diserap ke dalam aliran darah. Sisa makanan

kemudian dikeluarkan melalui rektum.

Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan:

• Cumi-cumi yang lebih besar umumnya memakan mangsa yang lebih besar.

• Habitat: Jenis mangsa yang tersedia bagi cumi-cumi tergantung pada

habitatnya. Cumi-cumi yang hidup di laut dangkal mungkin memakan mangsa

yang berbeda dari cumi-cumi yang hidup di laut dalam.

• Musim: Ketersediaan mangsa juga dapat bervariasi tergantung pada musim.

Cumi-cumi mungkin mengubah kebiasaan makannya untuk mengikuti

perubahan ketersediaan mangsa.

Kebiasaan Makan yang Unik:

• Kamuflase: Beberapa spesies cumi-cumi dapat mengubah warna dan bentuk

tubuhnya untuk berkamuflase dengan lingkungannya. Hal ini membantu

mereka untuk berburu mangsa tanpa terdeteksi.

• Tinta: Cumi-cumi juga dapat mengeluarkan tinta untuk mengalihkan perhatian

predator atau untuk melarikan diri dari bahaya.

E. Sistem Reproduksi Cumi-Cumi (Loligo sp.)

Beberapa cumi-cumi melakukan reproduksi dengan sexsual. Reproduksi pada

cumi-cumi secara seksual. Sistem reproduksi seksual pada cumi-cumi terdiri atas

8
sistem reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, dan kelenjar kuning telur.

Sedangkan pada jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis (Hanlon, 1996).

Cumi-cumi (Loligo sp). Mempunyai sistem reproduksi yang terpisah

(dioecious), dimana gonadnya terletak pada bagian posterior tubuhnya. Spermatophora

(sel kelamin jantan) yang sudah matang gonadnya akan di simpan pada nedhem sac.

Reproduksi cumi-cumi diawali dengan jantan merayu betina menggunakan warna kulit

mereka dan jika diterima oleh betina, kemudian dengan lengan yang disebut

hectocotylus untuk menteransfer paket sperma disebut spermatophore, ke betina.

Betina memproduksi sekitar 200 telur dan menempelkan pada dasar laut dalam

kelompok yang besar bergabung dengan telur betina lainnya.

Kadang-kadang "sneaker" jantan mengintai di sekitar sarang telur, kemudian

hectocotylus mereka masuk ke dalam tubuh betina untuk menambahkan sperma ke telur

betina yang berada di dalam tubuhnya (Rocha, 2001).

Berikut gambar-gambar yang di ambil dari jurnal Jantzen and Jon (2005):

Gambar 3. proses tahap reproduksi cumi-


cumi

9
Proses ketika Loligo spp akan kawin adalah adanya tarian untuk memikat

pasangannya. Di bawah kulit cumi-cumi tersusun sebuah lapisan padat kantung-

kantung pewarna lentur yang disebut kromatofora. Dengan menggunakan lapisan ini,

cumi-cumi dapat mengubah penampakan warna kulitnya, yang tidak hanya membantu

dalam penyamaran akan tetapi juga sebagai sarana komunikasi dan pre-kawin. Ritual

pre- kolpuasi, hampir selalu melibatkan perubahan warna dari kulit cumi-cumi, dimana

jantan berusaha menarik perhatian betina, juga berfungsi untuk menantang jantan yang

lain. Misalnya, seekor cumi-cumi jantan menunjukkan warna yang berbeda ketika

kawin dengan warna yang digunakan ketika berkelahi dengan seekor penantang. Saat

cumi- cumi jantan bercumbu dengan cumi-cumi betina, kulitnya berwarna kebiruan.

Jika jantan lain datang mendekat pada waktu ini, ia menampakkan warna kemerahan

pada separuh tubuhnya yang terlihat oleh jantan yang datang itu. Merah adalah warna

peringatan yang digunakan saat menantang atau melakukan serangan.

Selama kopulasi, cumi-cumi jantan biasanya menangkap partner betina dengan

tentakel, lalu berenang berpasangan, pada saat tersebut hectoco tylus (cumi-cumi

jantan) mengambil spermatofor dan memasukkan kekantung mantel pasangannya,

dekat atau di dalam bukaan oviducal. Jantan memasukkan hectocotylus ke dalam

mantel betina dan disimpan di dekat bukaan saluran telur (oviduct) (Fields, 1965).

Spermatofor mempunyai mekanisme ejakulasi dimana sperma dilepaskan dari kapsul

berbentuk khusus. Telur difertilisasi setelah meninggalkan saluran telur dan diletakkan

satu-per-satu atau dalam kumpulan massa seperti benang. Biasanya ditempelkan pada

substrat. Loligo spp mengembangkan membran telur, dan menetas pada saat juvenil,

dimana sudah mempunyai bentuk seperti individu dewasa.

Telur dari cumi-cumi betina melewati oviduct dengan diselimuti oleh membran

seperti kapsul yang dihasilkan oleh kelenjar oviducal. Pada saat bersamaan di dalam

10
mantel, kelenjar nidamental menyediakan lapisan tambahan atau pelapis telur. Pada

Loligo spp, yang bermigrasi ke perairan dangkal untuk bertelur, kelenjar nidamental

melapisi telur-telur dengan lapisan agar-agar yang banyak, terdiri dari 100 telur. Cumi-

cumi betina memegang telur dengan lengan dan dibuahi dengan sperma yang

diinjeksikan dari organ penerima sperma (seminal receptacle). Kapsul telur tersebut

mengeras, sebagai reaksi dengan air laut, dan ditempelkan pada substrat. Cumi-cumi

dewasa akan mati setelah kawin dan meletakkan telur. Cephalopoda (gurita dan cumi-

cumi) cenderung untuk tumbuh dengan cepat untuk matang, reproduksi, dan mati,

kecuali nautilus yang tumbuh lambat, dan dapat reproduksi untuk beberapa tahun

setelah dewasa.

F. Adaptasi Cumi-Cumi untuk Melindungi Diri

Cara cumi-cumi menyesuaikan diri yaitu pada saat dia ingin melindungi dirinya,

dia akan mengeluarkan cairan seperti tinta kedalam air. Hal ini menyebabkan cumi-

cumi bisa menghindari diri dari musuh yang menyerangnya sehingga musuhnya tidak

dapat melihat cumi-cumi tersebut karena lingkungan sekitar menjadi gelap.

Jika cumi-cumi terancam bahaya, cumi-cumi segera menyemburkan tintanya

yang berwarna hitam pekat, dan bergerak cepat sehingga terhindar dari musuhnya. Dari

keterangan diatas, cumi-cumi termasuk adaptasi tingkah laku.

11
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan praktikum Avertebrata Air dilaksanakan pada hari Senin 22

April 24. Bertempat di Laboratorium Basah Program Studi Budidaya Perairan Fakultas

Pertanian Universitas Achmad Yani Banjarbaru.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahn yang digunakan dalam praktikum yaitu sebagai berikut.

Tabel 1. alat yang digunakan dalam praktikum

No Alat Kegunaan
1 Penggaris Untuk mengukur Panjang dan lebar tubuh pada
organisme yang diamati

2 Meja Objek Berguna sebagai wadah untuk meletakkan objek


pengamatan
3 Pinset Berguna untuk menjepit atau mengangkat
organisme yang diamati
4 cutter Berguna untuk memotong organisme yang diamati

5 Nampan Sebagai alas pada saat meneliti organisme yang


diamati
6 Timbangan Untuk menimbang organisme yang diamati
7 Alat tulis Untuk mencatat data yang diperoleh saat
melakukan praktikum
8 Kamera/Hp Dokumentasi

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum

No Bahan Kegunaan

1 Ikan Nila(Oreochromis niloticus) Sebagai objek pengamatan

12
C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum Avertebrata air ini adalah sebagai berikut:

1. Pertama-tama yang dilakukan adalah mempersiapkan bahan yang diperlukan

seperti tertera yang disebutkan di atas.

2. Setelah bahan-bahan di atas telah siap tahap yang kedua adalah menggambar satu

persatu bahan tersebut dan memberikan keterangan-keterangan.

3. Mengukur dan menimbang objek praktikum.

4. Menggambar cumi-cumi yang berkaitan pada yang diamati bagian tubuh luar cumi

5. Setelah digambar kemudian melakukan pembedahan pada cumi-cumi dengan hati-

hati kemudian diamati satu persatu organ-organ pada bagian dalam tubuh cumi-

cumi itu cocokkan bagian anatominya dengan gambar pada lembar kerja dan diberi

keterangan.

6. Pada cumi-cumi(loligo sp) yang telah tersedia tadi diletakkan di atas meja objek

dan diamati.

7. Prosedur kerja pada pada cumi-cumi(loligo sp) adalah sebagai berikut :

a) Meletakkan lintah yang akan diamati pada tampan.

b) Mengamati bagian morfologi cumi dan melakukan pembedahan untuk

melihat struktur anatomi cumi.

8. Kemudian gambarkan apa yang telah diamati

13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pengukuran Objek Pengamatan

Hasil data pengukuran panjang,lebar dan berat tubuh dari cumi-cumi (loligo sp)

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

No Objek Panjang(cm) Lebar(cm) Berat(g)


pengamatan
1 Cumi-cumi Panjang baku : 10,7cm 6,5 cm 59 gram
panjang total : 31,2cm
panjang tentakel : 23 cm

2. Pengamatan identifikasi Morfologi dan anatomi cumi-cumi (loligo sp)


a. Struktur morfologi

Gambar 4. identifikasi Morfologi cumi-cumi (loligo sp)


Keterangan :
1. lengan 5. Corong
2. Tentakel 6. Mantel
3. Pengisap 7. Sirip
4. Mata
b. Struktur Anatomi

Gambar 5. Anatomi cumi-cumi (loligo sp)

14
Setelah dilakukan pembedahan dapat terlihat bagian anatomi dari cumi, yaitu

faring, mulut, mata, tentakel, anus, hati, esofagus, insang, lambung, cangkang dalam,

ovarium, rektum, kantung tinta.

B. Pembahasan

Cumi-cumi (Loligo sp.) hidup memiliki warna krem kemerahan, tetapi setelah

ditangkap dan mati warna tubuhnya menjadi krem kekuningan. Bentuk tubuhnya

adalah simetri bilateral dan dapat dibedakan atas kepala, leher dan mantel/badan. Pada

bagian kepala terdapat mulut yang dikelilingi oleh dua tangan panjang (tentakel) dan

delapan tangan pendek. Lebar kepala cumi-cumi hampir sama dengan lebarnya mantel.

Mata terdapat pada sisi kiri dan kanan kepala.

Bagian dorsal leher cumi-cumi tampak jelas, sedang bagian ventral leher tidak

jelas karena tertutup oleh corong atau sifon yang keluar dari mantel. Mantel cumi-cumi

berbentuk bulat panjang, langsing dan berbentuk kerucut di bagian posterior. Pada sisi

kanan dan kiri bagian dorsal mantel terdapat sirip yang menyatu dengan mantel dan

menempati kurang lebih sepertiga bagian posterior mantel.

Cumi-cumi jantan dan betina wapat dibedakan dari bentuk tubuhnya, jantan

berukuran lebih panjang dan lebih langsing dibandingkan dengan betina. Perbedaan

jenis kelaminnya akan lebih jelas tampak pada cumi-cumi matang gonad karena cumi-

cumi betina memiliki bentuk tubuh gemuk di bagian ventral dan warna mantel lebih

gelap.

Pada permukaan dorsal mantel, kepala dan tangan terdapat kumpulan

kromatofor, sehingga bagian-bagian tersebut tampak berwarna lebih gelap. Bagian

ventral mantel berwarna lebih terang karena penyebaran kromatofor tidak

mengelompok sedang permukaan ventral sirip tidak terdapat kromatofor, sehingga sirip

15
bagian ventral berwarna putih. Mulut cumi-cumi terdapat di tengah- tengah kepala,

dikelilingi oleh tentakel dan tangan yang mempunyai alat pengisap.

Bagian dalam mulut dikelilingi gigi kitin yang tajam dengan ukuran bervariasi

dan lidah parut (radula) di bagian tengah mulut. Bila mantel bagian dorsal dibuka,

tampak leher bagian dorsal melekat dengan kepala dan mantel. Pada leher bagian

ventral terdapat sifon yang melekat pada kepala dan leher akan tetapi tidak melekat

pada mantel. Di leher terdapat kartilago sebagai penyangga leher. Sebelah dalam mantel

bagian dorsal terdapat pen berwarna putih dan berbetuk panjang dengan kedua

ujungnya meruncing.

Di dalam rongga mantel (tampak dorsal) terdapat organ dalaman yaitu: insang,

lambung, gonad, pankreas, sekum, rektum, kantung tinta. Pada kantung tinta terdapat

sepasang organ, berbentuk bulat lonjong menempel pada bagian latero-dorsal kantung

tinta. Secara keseluruhan, alat pencernaan cumi terdiri atas mulut, rongga mulut, faring

yang panjang, oesofagus, lambung, usus, anus. Bagian mulut terletak di bagian kepala

dan anus terletak pada corong di bagian ventral cumi-cumi sehingga makanan dan sisa

makanan masing-masing masuk dan keluar di bagian anterior tubuh cumi-cumi.

Kantung tinta cumi-cumi melekat dan bermuara pada saluran pencernaan dekat anus,

sehingga cairan tinta dari kantung tinta.

16
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Cumi-cumi (Loligo sp.) adalah hewan laut dengan bentuk tubuh simetri

bilateral, terdiri atas kepala, leher, dan mantel/badan. Bagian kepala terlihat besar dan

memiliki mata, mulut, dan tentakel, sifon, dan kromatofor. Bagian leher terlihat jelas

dorsal, sedangkan ventral terlihat tidak jelas karena tertutup oleh sifon. Mantel

berwarna krem , simetri bulat panjang, langsing, dan berbentuk kerucut di bagian

posterior. Cumi-cumi jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk tubuhnya, jantan

lebih panjang dan lebih langsing. Perbedaan jenis kelaminnya akan lebih jelas tampak

pada cumi-cumi matang gonad. Bagian dalam mulut terdapat gigi kitin dan lidah parut.

Alat pencernaan cumi terdiri atas mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus,

dan anus. Kantung tinta cumi-cumi melekat dan bermuara pada saluran pencernaan

dekat anus.

Cumi-cumi memiliki anatomi dan morfologi yang kompleks dan adaptif,

menjadikan mereka hewan laut yang menarik dan predator yang sukses. Pemahaman

tentang anatomi dan morfologi cumi-cumi penting untuk memahami biologi mereka,

ekologi laut, dan pengelolaan perikanan berkelanjutan.

B. Saran

Perlu dilakukan pengamatan lebih detail tentang kandungan gizi dan manfaat

kesehatan cumi-cumi, seperti kandungan protein tinggi, mineral, dan vitamin. Semoga

laporan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1985. Statistik Perikanan Indonexia. Direktorat Perikanan Indonesia.

Bakriel, Z. 1985. Analisis Tentang Usaha Penangkapan Cumi-Cumi dengan Pancing di Pulau

Barang Lompo dan Sekitarnya Tesis Jurusan Perikanan Fakultas FKIP Universitas

Hasanuddin. Makasar.

Bursea, R.C and G.J. Brusca. 1990. Invertebrates Sinauter Associates. Inc Publishers;

Sunderland Massachusetts.

Clarke, M.R. 1986. A Handbook For the Identification of Cephalopod Beaks. Clarendron Press;

Oxford.

Delianis, P. dan M. Murdjani. 2008. Siklus Hidup Cumi Sepiotheatis lessiniana Sebagai Satu

Bahan Acuan dalam Teknologi Budidaya untuk Peningkatan Kelestarian Cumi di

Perairan Sitobondo. Abstrak. Ilmu Kelautan 14:67-71.

Gunarso, W dan Purwangka. 1998, Cumi-Cumi serta Kerabatnya. Skripsi. Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hadi, Susantoro. S. Trijoko, Y.A. Purwesti. 2005. Biologi Kelas X jilid Ib. edisi 2005. Sunda

Kelapa, Bandung.

Hanlon, R.T. and J.B. Messenger. 1996. Cephalopod Behavior. Cambridge University Press,

Cambridge.

Aleksrev, D.O. 1989. Advantage and restrictions of using the gladius in diagnostic of species

and genera of the family Loligonidae (Cephalopoda), Zool, ZH, 68(6) : 36-42.

Bullough, W.S. 1958. Practical invertebrate anatomy, London, Macmillan & Co Ltd, p. 398-

411.

18
Buchsbaum, R. 1948. Animals without backbones, The University of Chicago Press, p. 198-

206.

Carlson, B. M. 1996. Patten’s foundations of embryology, McGraw-Hill, Inc, Toronto, p. 469-

512.

Grimpe, G. 1932. Studien uber die Cephalopoden des Sunda-Gebietes, I, Zur Kenntnis der

Gattung Loliolus Steenstrup 1856, Jenais Zeitschr, Nature, LXVII (N.F.LX), p. 469.

Giese, A.C. 1977. Reproduction of marine invertebrates. Mollusc:Gastropods and Cephalopod,

Academic Press New York, A Subsidiary of harcourt brace jovnovich. Publisher. vol.

IV, p. 243-284.

Hasting, J.W., and J.G. Morin. 1989. Bioliminescence, in Neural and Integrative Animal

Physiology, C. Ladd. Prosser, Editor, Wiley-Liss, New York, p. 131-168

Hurkat, P.C. 1976. A Textbook of Animal Physiology. P. N. Marthur, 1 st Editor, New delhi, p.

624.

Nesis, K. N. 1982. Cephalopods of the world squids, Squids, Cuttlefishes, Octopuses and

Allies, Moscow, p. 29-35.

Ruppert, E.E. and R.D. Barnes. 1991. Invertebrate Zooloy, Saunders College Publishing,

Toronto, p. 463-498

Roper, C.F.E., M.J. Sweeney, and C.E. Nauen. 1984. FAO species cataloque vol. 3.

Cephalopods of the world. An annotated and illustrated cataloque of species of interest

to fisheries, FAO Fiash, Synop, 125(3) : 1-277. Voss., G.L, and G.R. Williamson. 1971.

Cephalpods of Hongkong, Hongkong Government Press, Hongkong, p. 277.

19
Silas, E.G. 1968, Cephalopoda of the west coast of India collected during the cruises of the

Research Vessel Varuna, with a cataloque of the species know from the Indian Ocean,

Proc, Symp, Mollusca, Pt, 1, Mar biol, Ass, India, 3 :277-359.

Thurman, H.V., and H.H, Webber. 1984. Marine Biology, Bell and Howell, Co, Ohio,

Colombos, p. 222-224.

20
LAMPIRAN

21

Anda mungkin juga menyukai