Laporan Ekologi Hewan Respon Fisiologi D
Laporan Ekologi Hewan Respon Fisiologi D
Laporan Ekologi Hewan Respon Fisiologi D
EKOLOGI HEWAN
“RESPON FISIOLOGI DAN PREFERENSI SUHU PADA
HEWAN”
Nama : Nadia Vermoni Suci
NIM : 4163341038
Jurusan : Pendidikan Biologi
Kelas : Ekstensi A 2016
II. TUJUAN : - Mengetahui respon fisiologi hewan pada berbagai kondisi lingkungan
Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan. Kenaikan suhu air dapat
akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu. Air memiliki beberapa
sifat termal yang unik, sehingga perubahan suhu dalam air berjalan lebih lambat dari pada
udara. Selanjutnya Soetjipta menambahkan bahwa walaupun suhu kurang mudah berubah di
dalam air daripada di udara, namun suhu merupakan faktor pembatas utama, oleh karena itu
mahluk akuatik sering memiliki toleransi yang sempit (Campbell. 2004; 288).
Ikan mas (Cyprinus carpio L.) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini
digemari oleh masyarakat. Produksi ikan mas ditargetkan akan meningkat dari 280.000 ton
(2011) menjadi 380.000 ton di tahun 2012. Optimisme peningkatan produksi ikan mas ini
dikarenakan telah ditemukannya vaksin bagi virus KHV yang menyerang ikan mas. Nugroho
& Wahyudi (1991) menyatakan pula bahwa ikan mas merupakan salah satu dari 10 jenis ikan
budidaya air tawar penting yang dapat dibudidayakan di Indonesia.
Ikan mas merupakan ikan air tawar yang biasa dijual dalam keadaan hidup. Teknik
transportasi ikan hidup yang dapat menjamin ikan sampai kepada konsumen dalam keadaan
tetap hidup sangat dibutuhkan. Teknik transportasi ikan mas hidup yang biasa digunakan
masyarakat adalah sistem basah tertutup dengan kantong plastik dan sistem basah terbuka
dengan drum plastik atau wadah blong. Upaya meningkatkan kepadatan ikan dengan
mengurangi jumlah air telah dilakukan. Upaya tersebut masih belum diikuti dengan upaya
peningkatan ketahanan hidup ikan dan kajian fisiologis ikan sehingga masih banyak masalah
yang dihadapi. Suhu merupakan salah satu faktor fisik yang berpengaruh terhadap proses
fisiologis ikan. Suhu merupakan salah satu sumber stres yang dapat mempengaruhi
perubahan fisiologis tubuh ikan. Ketidaksesuaian suhu tempat ikan hidup (lingkungan) akan
mengakibatkan pertumbuhan ikan lambat dan dapat berakibat pada kematian ikan.
Kajian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu lingkungan terhadap fisiologis
ikan mas. Informasi dasar tentang sifat fisiologis ikan mas pada suhu berbeda yaitu suhu
dingin, ruang, dan hangat sangat diperlukan terutama mengeanai metabolismenya (tingkat
konsumsi oksigen dan produksi metabolit). Salah satu kendala dalam transportasi ikan mas
adalah sifat ikan mas yang memiliki metabolisme yang tinggi. Perhitungan respon stres
(kadar glukosa darah), serta aktivitas gerak fisik ikan mas juga perlu dilakukan (Sulmartini et
al. (2009)).
Pengaruh Suhu Air terhadap Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Ikan
Ikan memiliki derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang sangat
berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap penyakit.
Selanjutkan Tunas menambahkan bahwa ikan akan mengalami stres manakala terpapar pada
suhu di luar kisaran yang dapat ditoleransi.
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan
status kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai tubuh lemah, kurus, dan
tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap
infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu
rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tingi, tetapi suhu rendah menyebabkan
stres pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat
berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen.
Bahwa suhu perairan sangat berpengaruh terhadap laju metabolisme dan proses-
proses biologis ikan. Ditunjukkan bahwa aktivitas enzim pencernaan karbohidrase sangat
dipengaruhi oleh suhu, aktivitas protease tertinggi dijumpai pada musim panas, adapun
aktivitas amilase tertinggi dijumpai pada musim gugur (Tunas. 2005).
Penurunan nilai kadar glukosa ini dikarenakan semakin tinggi suhu maka
metabolisme tubuh ikan menjadi tinggi dan ikan akan lebih aktif bergerak sampai cadangan
glikogen habis, sehingga kadar glukosa dalam darah menurun. Semakin meningkat suhu,
maka nilai glukosa darah akan semakin menurun. Adapun hormon kortisol dan katekolamin
akan diproduksi ketika ikan stres. Hormon kortisol dan katekolamin selanjutnya akan
mengaktivasi proses glikogenosis dalam hati sehingga kadar glukosa darah meningkat
(Kucukgul & Sahan,2008)
Mangkuk besar
Thermometer
Air Panas
Es Batu
Air
V. PROSEDUR KERJA
3. Masukkan ikan nila ke dalam toples yang berisi air masing-masing 1 ekor.
ikan dalam satu menit. Lakukan hal ini hingga 4 menit kedepan. Masukkan hasil
6. Tuangkan air panas kedalam salah satu mangkuk (air panas jangan dimasukkan
kedalam toples). Atur suhu pada air didalam toples hingga stabil pada suhu 35° C.
7. Pada mangkuk yang lain, masukkan es batu kedalamnya (es jangan dimasukkan
kedalam toples). Atur suhu pada air didalam toples hingga stabil pada suhu 20° C.
8. Catat banyaknya gerakan membuka dan menutupnya operculum dalam satu menit
pada masing-masing toples yang dimasukkan pada mangkuk yang berbeda. Lakukan
9. Dengan mempertahankan suhu air pada toples, ganti ikan pada kedua toples dengan
ikan yang baru. Catat banyaknya aktivitas menutup dan membukanya operculum ikan
pada kedua suhu yang berbeda (tanpa menunggu ikan menyesuaikan diri dengan suhu
A. Hasil Pengamatan
Berdasarkan percobaan, hasil pengamatan yang saya dapat adalah sebagai berikut :
Jumlah aktivitas
Operculum/menit
B. Table aktivitas operculum ikan pada kondisi ekstrim panas dan ekstrim dingin
B. Pembahasan
a. Secara Praktik
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui respon fisiologi hewan pada berbagai
kondisi suhu lingkungan. Dalam hal ini kami menggunakan Ikan Mas sebagai objek
percobaan, ikan mas yang kami gunakan selebar lebih dari 3 cm dan sebanyak 8 ekor.
Pengamatan dilakukan dengan menghitung gerakan membuka dan menutup operculum (tutup
insang) ikan mas pada suhu normal, suhu panas, dan suhu dingin.
Pertama-tama air diisi ke dalam toples sampai setengahnya, lalu diukur suhunya
dengan thermometer, catat suhunya ketika thermometer sudah stabil. Lalu masukkan seekor
ikan mas kedalam toples tersebut, kemudian setelah 10 menit atau kira-kira saat ikan sudah
Pada ikan pertama, dengan suhu air 27° C, pada menit pertama gerakan operculum
insang sebanyak 100 kali, pada menit kedua sebanyak 80 kali, menit ketiga sebanyak 80 kali,
Pada ikan kedua, dengan suhu air 27° C, pada menit pertama gerakan operculum
insang sebanyak 89 kali, pada menit kedua sebanyak 99 kali, menit ketiga sebanyak 97 kali,
Dari pengamatan terhadap gerakan ikan mas pada suhu normal tersebut dapat
disimpulkan bahwa, pada ikan pertama gerakan operkulumnya semakin berkurang tiap
menitnya, tapi pada ikan kedua terlihat kalau gerakan operculum naik turun naik turun setiap
menit nya, menit pertama sebanyak 89 kali dan menit keempat menjadi 84 kali.
Pada percobaan yang kedua, menggunakan air panas sebagai stimulus yang akan
diberikan kepada ikan mas. Air panas mendidih dituangkan kedalam mangkuk , lalu
ditambahkan lagi air dingin sampai suhunya stabil pada suhu 35° C. Lalu pada mangkuk yang
lain dimasukkan es batu didalamnya, lalu suhu diatur sampai mencapai suhu 20° C.
Pada suhu air 20° C yang diberikan secara bertahap, pada menit pertama gerakan
operculum insang sebanyak 79 kali, menit kedua sebanyak 96 kali, menit ketiga sebanyak 77
insang sebanyak 120 kali, pada menit kedua gerakan operculum insang sebanyak 80 kali,
pada menit ketiga gerakan operculum insang sebanyak 70 kali, dan pada menit keempat
gerakannya semakin turun menjadi 55 kali. Berarti tiap menitnya gerakan operculum ikan
Lalu percobaan dilakukan lagi dengan ikan yang baru, bedanya ikan dilihat
banyaknya gerakan membuka dan menutup operculum dengan perubahan suhu yang tiba-tiba
Pada suhu air 20° C , dengan perubahan suhu yang tiba-tiba, pada menit pertama
gerakan operculum ikan sebanyak 66 kali, pada menit kedua turun menjadi 55 kali. Pada
menit ketiga bertambah menjadi sebanyak 88 kali, dan pada menit keempat menjadi 59 kali.
Pada suhu air 35° C , dengan perubahan suhu yang tiba-tiba, pada menit pertama
gerakan operculum ikan sebanyak 100 kali, pada menit kedua naik menjadi 110 kali. Pada
menit ketiga bertambah menjadi sebanyak 95 kali, dan pada menit keempat menjadi 80 kali.
Dari hasil praktikum ini, dapat diketahui bahwa organisme aquatik sangat bergantung
pada adanya oksigen yang terlarut dalam air. Respon yang dapat dilihat dari perlakuan
tersebut adalah adanya perbedaan jumlah bukaan tutup insang dan gerakan gerakan ikan yang
cenderung diam atau tetap agresif seperti biasa, yang mana ikan yang berada ditoples yang
tertutup cenderung bukaan operkulumnya lebih banyak karena ikan beradaptasi untuk
seabnyak dan sesering mungkin menyaring air untuk mendapatkan oksigen yang menipis.
b. Secara Teori
Menurut Lesmana (2001), Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis ikan sangat berbeda
karena perbedaan sel darahnya. Ikan yang gesit umumnya lebih banyak membutuhkan
oksigen langsung dari udara sedangkan oksigen dalam air tidak terlalu berpengaruh pada
Oksigen memegang peranan penting bagi mahluk hidup. Bagi hewan air pemenuhan
kebutuhan oksigen dipenuhi dengan oksigen yang terlarut dalam air, maupun langsung dari
udara pada beberapa jenis hewan tertentu (misalnya lele). Ikan dan udang memerlukan
oksigen untuk menghasilkan energi untuk beraktivitas, pertumbuhan, reproduksi dan lain-
lain. Jumlah oksigen yang ada dalam air dinyatakan dalam satuan ppm (part per
million/bagian per sejuta). Besarnya DO optimal untuk budidaya adalah 4 – 7,5 ppm, karena
Keadaan oksigen dalam toples tertutup berbeda dengan di kolam atau akuarium. Ikan
susah untuk bernapas karena ketersediaan oksigen sangat terbatas, hanya cukup untuk
beberapa jam saja. Rendahnya jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan harus memompa
sejumlah besar air ke permukaan alat respirasinya untuk mengambil O2 dan harus
menurunkan proporsi tekanan partial (P O2) dari total O2 yang digerakkan dalam air.
Respirasi dalam toples tertutup tidak tejadi difusi oksigen melalui kontak langsung
dengan udara bebas dan adanya penggunaan oksigen secara terus menerus oleh ikan sehingga
kadar oksigen dalam plastik akan menurun dan kadar karbondioksida dalam plastik akan
meningkat, hal ini yang menyebabkab ikan meningkatkan respirasinya untuk mengambil
oksigen.
Tujuan akhir dari pernapasan adalah untuk mempertahankan konsentrasi yang tepat
dari oksigen, karbondioksida, dan ion hydrogen di dalam tubuh. Karbondioksida dan ion
hidrogen mengendalikan pernapasan secara langsung pada pusat pernapasan di dalam otak.
kegiatan pernapasan.
Ikan bernapas dengan insang, dan mengambil oksigen dari dalam air. Agar bisa
bernapas dengan bebas, diperlukan oksigen yang cukup. Namun keadaan oksigen dalam
toples yang ditutup berbeda dengan di kolam atau akuarium. Ikan susah untuk bernapas
karena ketersediaan oksigen sangat terbatas, hanya cukup untuk beberapa jam saja.
Rendahnya jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan harus memompa sejumlah besar air
ke permukaan alat respirasinya untuk mengambil O2 dan harus menurunkan proporsi tekanan
C. Bahan Diskusi
untuk bertahan hidup. Alkimatisasi dan adaptasi merupakan perwujudan respon terhadap
menyangkut banyak faktor alami, aklimasi digunakan untuk satu atau dua faktor yang
operkulumnya terbuka lebih cepat, ini terjadi karena ikan membutuhkan oksigen lebih
banyak untuk beraktifitas, pada air dingin terjadi sebaliknya, gerakan ikan menjadi pasif
dan gerakan operculum sangat sedikit, karena ikan menghemat okssigen sebagai energy
di suhu dingin.
3. Ikan yang dipindahkan dengan perubahan suhu secara bertahap perubahan banyaknya
aktivitas operculum tidak terlalu banyak, sedangkan ikan yang mengalami perubahan
suhu secara tiba-tiba gerakan operkulumnya menjadi lebih cepat dalam waktu singkat.
4. Aklimatisasi merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu
organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Hal ini didasarkan
dilakukan agar makhluk tersebut dapat bertahan hidup dilingkungan yang berbeda dengan
lingkungan asalnya
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah saya lakukan, kesimpulan yang didapat
adalah sebagai berikut :
Aklimatisasi merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu
organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Hal ini
Ikan mas dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan
Semakin tinggu suhu air maka gerakan membuka dan menutup operkulim ikan mas
semakin cepat, dan semakin rendah suhu air maka gerakan operculum semakin lambat
Ikan mas merupakan ikan yang sensitive terhadap perubahan suhu lingkunga, ini
diketahui denga memperhatikan banyaknya gerakan operculum insang pada air panas
dan dingin dan aktifitas ikan pada suhu tersebut. Ikan yang dimasukkan kedalam air
panas gerakannya sangat aktif dan ikan yang dimasukkan ke dalam air dingin
DAFTAR PUSTAKA
Kucukgul A, Sahan A. 2008. Acute stress respone in common carp (Cyprinus carpio
Linnaeus,1758) of some stressing factors. J. of Fisheries Science 2(4): 623
631.
Nugroho E, Wahyudi NA. 1991. Seleksi berbagai ras ikan mas koleksi dari berbagai
daerah di Indonesia dengan menggunakan “Skor-Z”, Buletin Penelitian
Perikanan Darat 10(2): 49-54.