Laporan Ekologi Hewan Respon Fisiologi D

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI HEWAN
“RESPON FISIOLOGI DAN PREFERENSI SUHU PADA
HEWAN”
Nama : Nadia Vermoni Suci
NIM : 4163341038
Jurusan : Pendidikan Biologi
Kelas : Ekstensi A 2016

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018

I. JUDUL : Respon Fisiologi dan Preferensi Suhu Pada Hewan

II. TUJUAN : - Mengetahui respon fisiologi hewan pada berbagai kondisi lingkungan

- Mengetahui perubahan gerakan operculum Ikan Mas (Cyprinus


carpio) terhadap perubahan suhu air.
- Mengetahui respon tingkah laku Ikan Mas (Cyprinus carpio) akibat
perubahan suhu air.

III. TINJAUAN TEORI


Keberhasilan suatu organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi mencerminkan
keseluruhan toleransinya terhadap seluruh kumpulan variabel lingkungan yang dihadapi
organisme tersebut. Artinya bahwa setiap organisme harus mampu menyesuaikan diri
terhadap kondisi lingkungannya. Adaptasi tersebut berupa respon morfologi, fisiologis dan
tingkah laku. Pada lingkungan perairan, faktor fisik, kimiawi dan biologis berperan dalam
pengaturan homeostatis yang diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi biota perairan.

Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan. Kenaikan suhu air dapat
akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu. Air memiliki beberapa
sifat termal yang unik, sehingga perubahan suhu dalam air berjalan lebih lambat dari pada
udara. Selanjutnya Soetjipta menambahkan bahwa walaupun suhu kurang mudah berubah di
dalam air daripada di udara, namun suhu merupakan faktor pembatas utama, oleh karena itu
mahluk akuatik sering memiliki toleransi yang sempit (Campbell. 2004; 288).

Ikan mas (Cyprinus carpio L.) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini
digemari oleh masyarakat. Produksi ikan mas ditargetkan akan meningkat dari 280.000 ton
(2011) menjadi 380.000 ton di tahun 2012. Optimisme peningkatan produksi ikan mas ini
dikarenakan telah ditemukannya vaksin bagi virus KHV yang menyerang ikan mas. Nugroho
& Wahyudi (1991) menyatakan pula bahwa ikan mas merupakan salah satu dari 10 jenis ikan
budidaya air tawar penting yang dapat dibudidayakan di Indonesia.

Ikan mas merupakan ikan air tawar yang biasa dijual dalam keadaan hidup. Teknik
transportasi ikan hidup yang dapat menjamin ikan sampai kepada konsumen dalam keadaan
tetap hidup sangat dibutuhkan. Teknik transportasi ikan mas hidup yang biasa digunakan
masyarakat adalah sistem basah tertutup dengan kantong plastik dan sistem basah terbuka
dengan drum plastik atau wadah blong. Upaya meningkatkan kepadatan ikan dengan
mengurangi jumlah air telah dilakukan. Upaya tersebut masih belum diikuti dengan upaya
peningkatan ketahanan hidup ikan dan kajian fisiologis ikan sehingga masih banyak masalah
yang dihadapi. Suhu merupakan salah satu faktor fisik yang berpengaruh terhadap proses
fisiologis ikan. Suhu merupakan salah satu sumber stres yang dapat mempengaruhi
perubahan fisiologis tubuh ikan. Ketidaksesuaian suhu tempat ikan hidup (lingkungan) akan
mengakibatkan pertumbuhan ikan lambat dan dapat berakibat pada kematian ikan.
Kajian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu lingkungan terhadap fisiologis
ikan mas. Informasi dasar tentang sifat fisiologis ikan mas pada suhu berbeda yaitu suhu
dingin, ruang, dan hangat sangat diperlukan terutama mengeanai metabolismenya (tingkat
konsumsi oksigen dan produksi metabolit). Salah satu kendala dalam transportasi ikan mas
adalah sifat ikan mas yang memiliki metabolisme yang tinggi. Perhitungan respon stres
(kadar glukosa darah), serta aktivitas gerak fisik ikan mas juga perlu dilakukan (Sulmartini et
al. (2009)).

Pengaruh Suhu Air terhadap Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Ikan

Ikan memiliki derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang sangat
berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap penyakit.
Selanjutkan Tunas menambahkan bahwa ikan akan mengalami stres manakala terpapar pada
suhu di luar kisaran yang dapat ditoleransi.

Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan
status kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai tubuh lemah, kurus, dan
tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap
infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu
rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tingi, tetapi suhu rendah menyebabkan
stres pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat
berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen.

Bahwa suhu perairan sangat berpengaruh terhadap laju metabolisme dan proses-
proses biologis ikan. Ditunjukkan bahwa aktivitas enzim pencernaan karbohidrase sangat
dipengaruhi oleh suhu, aktivitas protease tertinggi dijumpai pada musim panas, adapun
aktivitas amilase tertinggi dijumpai pada musim gugur (Tunas. 2005).

Penurunan nilai kadar glukosa ini dikarenakan semakin tinggi suhu maka
metabolisme tubuh ikan menjadi tinggi dan ikan akan lebih aktif bergerak sampai cadangan
glikogen habis, sehingga kadar glukosa dalam darah menurun. Semakin meningkat suhu,
maka nilai glukosa darah akan semakin menurun. Adapun hormon kortisol dan katekolamin
akan diproduksi ketika ikan stres. Hormon kortisol dan katekolamin selanjutnya akan
mengaktivasi proses glikogenosis dalam hati sehingga kadar glukosa darah meningkat
(Kucukgul & Sahan,2008)

IV. ALAT & BAHAN


 Stoples bulat berdiameter 12 Cm (3buah)

 Mangkuk besar

 Thermometer

 Air Panas

 Es Batu

 Air

 Ikan Mas (ukuran lebar 3 cm, 10 ekor perkelompok)

V. PROSEDUR KERJA

1. Isikan air ke dalam masing-masing stoples hingga ½ stoples berisi air.


2. Tempatkan thermometer pada masing-masing stoples yang berisi air. Catat suhu yang

ditunjukkan thermometer ketika sudah stabil.

3. Masukkan ikan nila ke dalam toples yang berisi air masing-masing 1 ekor.

4. Setelah ± 10 menit, hitunglah banyaknya gerakan membuka dan menutup operculum

ikan dalam satu menit. Lakukan hal ini hingga 4 menit kedepan. Masukkan hasil

pengamatan dalam table pengamatan.

5. Masukkan 2 stoples yang berisi ikan ke dalam mangkuk.

6. Tuangkan air panas kedalam salah satu mangkuk (air panas jangan dimasukkan

kedalam toples). Atur suhu pada air didalam toples hingga stabil pada suhu 35° C.

7. Pada mangkuk yang lain, masukkan es batu kedalamnya (es jangan dimasukkan

kedalam toples). Atur suhu pada air didalam toples hingga stabil pada suhu 20° C.

8. Catat banyaknya gerakan membuka dan menutupnya operculum dalam satu menit

pada masing-masing toples yang dimasukkan pada mangkuk yang berbeda. Lakukan

hingga 4 menit kedepan.

9. Dengan mempertahankan suhu air pada toples, ganti ikan pada kedua toples dengan

ikan yang baru. Catat banyaknya aktivitas menutup dan membukanya operculum ikan

pada kedua suhu yang berbeda (tanpa menunggu ikan menyesuaikan diri dengan suhu

yang ekstrim panas dan ekstrim dingin).

VI. HASIL PENGAMATAN dan PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Berdasarkan percobaan, hasil pengamatan yang saya dapat adalah sebagai berikut :

A. Tabel hasil pengamatan aktifitas operculum pada suhu normal

Jumlah aktivitas
Operculum/menit

No Ikan ke- 1 2 3 4 Jumlah Rata-rata


1 I 100 80 80 87 347 86.75
2 II 89 99 97 84 369 92.25
Jumlah 189 179 177 171 716 179
Rata-rata 94.5 89.5 88.5 85.5 358 89.5

B. Table aktivitas operculum ikan pada kondisi ekstrim panas dan ekstrim dingin

Jumlah aktivitas operculum/menit


Suhu Rata-
No Perlakuan Jumlah
air rata
1 2 3 4

Perubahan 20°C 79 96 77 49 301 75.25


1 suhu secara
bertahap 35°C 120 80 70 55 325 81.25

Perubahan 20°C 66 55 88 59 271 67.75


2 suhu secara
tiba-tiba 35°C 100 110 95 80 385 96.25

B. Pembahasan

a. Secara Praktik

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui respon fisiologi hewan pada berbagai

kondisi suhu lingkungan. Dalam hal ini kami menggunakan Ikan Mas sebagai objek

percobaan, ikan mas yang kami gunakan selebar lebih dari 3 cm dan sebanyak 8 ekor.
Pengamatan dilakukan dengan menghitung gerakan membuka dan menutup operculum (tutup

insang) ikan mas pada suhu normal, suhu panas, dan suhu dingin.

Pertama-tama air diisi ke dalam toples sampai setengahnya, lalu diukur suhunya

dengan thermometer, catat suhunya ketika thermometer sudah stabil. Lalu masukkan seekor

ikan mas kedalam toples tersebut, kemudian setelah 10 menit atau kira-kira saat ikan sudah

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dihitung banyaknya gerakan membuka dan

menutup gerakan operculum ikan mas tersebut.

Pada ikan pertama, dengan suhu air 27° C, pada menit pertama gerakan operculum

insang sebanyak 100 kali, pada menit kedua sebanyak 80 kali, menit ketiga sebanyak 80 kali,

dan menit keempat sebanyak 87 kali.

Pada ikan kedua, dengan suhu air 27° C, pada menit pertama gerakan operculum

insang sebanyak 89 kali, pada menit kedua sebanyak 99 kali, menit ketiga sebanyak 97 kali,

dan menit keempat sebanyak 84 kali.

Dari pengamatan terhadap gerakan ikan mas pada suhu normal tersebut dapat

disimpulkan bahwa, pada ikan pertama gerakan operkulumnya semakin berkurang tiap

menitnya, tapi pada ikan kedua terlihat kalau gerakan operculum naik turun naik turun setiap

menit nya, menit pertama sebanyak 89 kali dan menit keempat menjadi 84 kali.

Pada percobaan yang kedua, menggunakan air panas sebagai stimulus yang akan

diberikan kepada ikan mas. Air panas mendidih dituangkan kedalam mangkuk , lalu

ditambahkan lagi air dingin sampai suhunya stabil pada suhu 35° C. Lalu pada mangkuk yang

lain dimasukkan es batu didalamnya, lalu suhu diatur sampai mencapai suhu 20° C.

Pada suhu air 20° C yang diberikan secara bertahap, pada menit pertama gerakan

operculum insang sebanyak 79 kali, menit kedua sebanyak 96 kali, menit ketiga sebanyak 77

kali, dan menit keempat sebanyak 49 kali.


Pada suhu air 35°C yang juga diberikan secara bertahap, pada menit pertama gerakan

insang sebanyak 120 kali, pada menit kedua gerakan operculum insang sebanyak 80 kali,

pada menit ketiga gerakan operculum insang sebanyak 70 kali, dan pada menit keempat

gerakannya semakin turun menjadi 55 kali. Berarti tiap menitnya gerakan operculum ikan

nila semakin berkurang.

Lalu percobaan dilakukan lagi dengan ikan yang baru, bedanya ikan dilihat

banyaknya gerakan membuka dan menutup operculum dengan perubahan suhu yang tiba-tiba

tanpa menunggu ikan beradaptasi dengan suhu normal.

Pada suhu air 20° C , dengan perubahan suhu yang tiba-tiba, pada menit pertama

gerakan operculum ikan sebanyak 66 kali, pada menit kedua turun menjadi 55 kali. Pada

menit ketiga bertambah menjadi sebanyak 88 kali, dan pada menit keempat menjadi 59 kali.

Pada suhu air 35° C , dengan perubahan suhu yang tiba-tiba, pada menit pertama

gerakan operculum ikan sebanyak 100 kali, pada menit kedua naik menjadi 110 kali. Pada

menit ketiga bertambah menjadi sebanyak 95 kali, dan pada menit keempat menjadi 80 kali.

Dari hasil praktikum ini, dapat diketahui bahwa organisme aquatik sangat bergantung

pada adanya oksigen yang terlarut dalam air. Respon yang dapat dilihat dari perlakuan

tersebut adalah adanya perbedaan jumlah bukaan tutup insang dan gerakan gerakan ikan yang

cenderung diam atau tetap agresif seperti biasa, yang mana ikan yang berada ditoples yang

tertutup cenderung bukaan operkulumnya lebih banyak karena ikan beradaptasi untuk

seabnyak dan sesering mungkin menyaring air untuk mendapatkan oksigen yang menipis.

b. Secara Teori

Menurut Lesmana (2001), Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis ikan sangat berbeda

karena perbedaan sel darahnya. Ikan yang gesit umumnya lebih banyak membutuhkan

oksigen langsung dari udara sedangkan oksigen dalam air tidak terlalu berpengaruh pada

kehidupannya. Adapun faktor lain yang menyebabkan persentase pengambilan O2 di udara


berfluktuasi mungkin dikarenakan kesalahan praktikan dalam menghitung bukaan mulut dari

ikan dalam setiap interval waktu tiga menit

Oksigen memegang peranan penting bagi mahluk hidup. Bagi hewan air pemenuhan

kebutuhan oksigen dipenuhi dengan oksigen yang terlarut dalam air, maupun langsung dari

udara pada beberapa jenis hewan tertentu (misalnya lele). Ikan dan udang memerlukan

oksigen untuk menghasilkan energi untuk beraktivitas, pertumbuhan, reproduksi dan lain-

lain. Jumlah oksigen yang ada dalam air dinyatakan dalam satuan ppm (part per

million/bagian per sejuta). Besarnya DO optimal untuk budidaya adalah 4 – 7,5 ppm, karena

sesuai dengan kebutuhan udang/ikan.

Keadaan oksigen dalam toples tertutup berbeda dengan di kolam atau akuarium. Ikan

susah untuk bernapas karena ketersediaan oksigen sangat terbatas, hanya cukup untuk

beberapa jam saja. Rendahnya jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan harus memompa

sejumlah besar air ke permukaan alat respirasinya untuk mengambil O2 dan harus

menurunkan proporsi tekanan partial (P O2) dari total O2 yang digerakkan dalam air.

Respirasi dalam toples tertutup tidak tejadi difusi oksigen melalui kontak langsung

dengan udara bebas dan adanya penggunaan oksigen secara terus menerus oleh ikan sehingga

kadar oksigen dalam plastik akan menurun dan kadar karbondioksida dalam plastik akan

meningkat, hal ini yang menyebabkab ikan meningkatkan respirasinya untuk mengambil

oksigen.

Tujuan akhir dari pernapasan adalah untuk mempertahankan konsentrasi yang tepat

dari oksigen, karbondioksida, dan ion hydrogen di dalam tubuh. Karbondioksida dan ion

hidrogen mengendalikan pernapasan secara langsung pada pusat pernapasan di dalam otak.

Sedangkan, penurunan konsentrasi oksigen merangsang aktivitas pernapasan dengan bekerja

pada kemoreseptor tersebut kemudian mengirimkam sinyal-sinyal ke otak untuk merangsang

kegiatan pernapasan.
Ikan bernapas dengan insang, dan mengambil oksigen dari dalam air. Agar bisa

bernapas dengan bebas, diperlukan oksigen yang cukup. Namun keadaan oksigen dalam

toples yang ditutup berbeda dengan di kolam atau akuarium. Ikan susah untuk bernapas

karena ketersediaan oksigen sangat terbatas, hanya cukup untuk beberapa jam saja.

Rendahnya jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan harus memompa sejumlah besar air

ke permukaan alat respirasinya untuk mengambil O2 dan harus menurunkan proporsi tekanan

partial (P O2) dari total O2 yang digerakkan dalam air.

C. Bahan Diskusi

1. Jelaskanlah perbedaan adaptasi, aklimasi dan aklimatisasi!


2. Adakah perbedaan aktivitas membuka dan menutupnya operculum ikan pada kondisi

suhu yang berbeda? Jelaskan mengapa hal tsb dapat terjadi!


3. Bagaimanakah pengaruh aklimasi terhadap preferensi suhu itu?
4. Hubungan perubahan suhu dengan metabolisme ikan !
Jawab
1. Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya

untuk bertahan hidup. Alkimatisasi dan adaptasi merupakan perwujudan respon terhadap

lingkungannya. Aklimatisasi terjadi pada periode ontogeny, reversible, dan tidak

diwariskan. Yang serupa dengan aklimatisasi adalah aklimasi. Perbedaannya aklimatisasi

menyangkut banyak faktor alami, aklimasi digunakan untuk satu atau dua faktor yang

terjadi dalam lingkungan terkontrol di laboratorium.


2. Ada, ikan mas yang berenang pada suhu yang tinggi terlihat bergerak lebih aktif dan

operkulumnya terbuka lebih cepat, ini terjadi karena ikan membutuhkan oksigen lebih

banyak untuk beraktifitas, pada air dingin terjadi sebaliknya, gerakan ikan menjadi pasif

dan gerakan operculum sangat sedikit, karena ikan menghemat okssigen sebagai energy

di suhu dingin.
3. Ikan yang dipindahkan dengan perubahan suhu secara bertahap perubahan banyaknya

aktivitas operculum tidak terlalu banyak, sedangkan ikan yang mengalami perubahan

suhu secara tiba-tiba gerakan operkulumnya menjadi lebih cepat dalam waktu singkat.
4. Aklimatisasi merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu

organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Hal ini didasarkan

pada kemampuan organisme untukdapat mengatur morfologi, perilaku, dan jalur


metabolisme biokimia di dalam tubuhnya untuk menyesuaikannya dengan lingkungan, ini

dilakukan agar makhluk tersebut dapat bertahan hidup dilingkungan yang berbeda dengan

lingkungan asalnya

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan yang telah saya lakukan, kesimpulan yang didapat
adalah sebagai berikut :
 Aklimatisasi merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu

organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Hal ini

didasarkan pada kemampuan organisme untukdapat mengatur morfologi, perilaku,

dan jalur metabolisme biokimia di dalam tubuhnya untuk menyesuaikannya dengan

lingkungan. Dan ini tidak diturunkan.

 Ikan mas dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan

dengan alkalinitas rendah atau netral.

 Semakin tinggu suhu air maka gerakan membuka dan menutup operkulim ikan mas

semakin cepat, dan semakin rendah suhu air maka gerakan operculum semakin lambat

 Ikan mas merupakan ikan yang sensitive terhadap perubahan suhu lingkunga, ini

diketahui denga memperhatikan banyaknya gerakan operculum insang pada air panas

dan dingin dan aktifitas ikan pada suhu tersebut. Ikan yang dimasukkan kedalam air

panas gerakannya sangat aktif dan ikan yang dimasukkan ke dalam air dingin

gerakannya kurang aktif dan gerakan operkulumnya lambat.

DAFTAR PUSTAKA

 Campbell. 2004. Biologi, Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta. Penerbit Erlangga

 Kucukgul A, Sahan A. 2008. Acute stress respone in common carp (Cyprinus carpio
Linnaeus,1758) of some stressing factors. J. of Fisheries Science 2(4): 623
631.

 Nugroho E, Wahyudi NA. 1991. Seleksi berbagai ras ikan mas koleksi dari berbagai
daerah di Indonesia dengan menggunakan “Skor-Z”, Buletin Penelitian
Perikanan Darat 10(2): 49-54.

 Sulmartini L, Chotimah DN, Tjahningsih W, Widayanto TV, Triastuti J. 2009.


Respon daya cerna dan respirasi benih ikan mas (Cyprinus carpio) pasca
transportasi dengan menggunkan daun bandotan (Ageratum conyzoides)
sebagai bahan antimetabolik. J. Ilmiah Perikanan dan Kelautan 1(1): 79-
86.

 Tunas, Arthama Wayan. 2005. Patologi Ikan Toloestei. Yogjakarta. Penerbit


Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai