Makalah Budidaya Tanaman Semangka
Makalah Budidaya Tanaman Semangka
Makalah Budidaya Tanaman Semangka
Desen pengampu :
Disusun Oleh:
NIM: 2203010002
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Memahami dan mengerti bagaimana teknik budidaya tanaman semangka yang baik
dan benar.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Citrullus
2
Berdasarkan klasifikasi warna kulit buah dibedakan menjadi tiga macam warna yakni
hijau muda, hijau tua dan kuning, baik yang polos ataupun bergaris-garis.
Semangka memiliki tiga jenis bunga, yaitu bunga jantan (staminate), bunga
betina (pistillate), dan bunga sempurna (hermaphrodite). Namun demikian, umumnya
semangka memiliki bunga jantan dan bunga betina dengan proporsi 7 : 1. Bunga
jantan memiliki tangkai sepanjang 12-45 mm, mahkota bunga sepanjang 10-25 mm,
dan berwarna hijau kekuningan. Sementara bunga betina berbentuk tunggal dengan
panjang tangkai 45 mm, lima helai mahkota bunga, dan berwarna kuning kehijauan.
Bunga tersebut keluar dari ketiak daun dan biasanya mekar pada pagi hari (Sobir dan
Siregar, 2010).
3
2.2 Syarat Tumbuh
Semangka berasal dari Afrika, suatu daerah tropika dengan cahaya penuh,
sedangkan suhu udara tinggi dan kering. Iklim yang kering dan panas, sinar matahari
dan air yang cukup merupakan kebutuhan tanaman yang utama. Apabila cahaya
matahari kurang penuh bersinar, maka tanaman akan berbunga kurang baik,
bunganya mudah gugur, dan akhirnya pembuahannya pun menjadi kurang baik
(Kalie, 2008).
Untuk memperoleh panen semangka yang cepat dengan kualitas tinggi adalah
suhu rata-rata harian berkisar 25-30oC. Suhu ini umumnya dicapai di daerah dengan
ketinggian hingga 300 m di atas permukaan laut (dpl). Penanaman di lahan yang lebih
tinggi akan menyebabkan suhu udara menurun dan akan mengakibatkan umur panen
yang lebih lama (Sobir dan Siregar, 2010). Suhu yang lebih tinggi lagi masih
diperlukan jika calon buah sudah terbentuk. Proses pemasakan buah yang
baikmembutuhkan panas yang berkisar pada suhu 30oC (Kalie, 2008).
4
Keasaman tanah (pH) yang diinginkan untuk pertumbuhan optimum
semangka berkisar 5,8-7,2. Apabila pH tanah kurang dari 5,8 (tanah asam), perlu
dilakukan pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan tingkat keasaman. Selain itu,
semangka agak sensitif terhadap kadar garam (Sobir dan Siregar, 2010).
Ketinggian tempat yang baik untuk areal penanaman semangka adalah 0-400
m dpl. Pada ketinggian 400-900 m dpl, pertumbuhan tanaman kurang baik. Pada
ketinggian lebih dari 700 m dpl, tanaman menghasilkan buah bermutu rendah dan
rasa kurang manis.
1. Persyaratan Benih
2. Penyiapan Benih
Jenis benih Hibrida impor, terutama jenis bibit triploid setelah dipilih
disiapkan alat bantu untuk menyayat/merenggangkan sedikit karena tanpa
direnggangkan biji tersebut sulit untuk berkecambah, alat bantu tersebut berbentuk
gunting kuku yang mempunyai bentuk segitiga panjang berukuran kecil dan
disediakan tempat kecil yang mempunyai permukaan lebar. Jenis Haploid dengan
mudah disemai karena bijinya tidak keras sehingga mudah membelah pada waktu
berkecambah.
A. Perenggangan biji
5
Perenggangan biji semangka terlebih dahulu supaya untuk mempermudah dalam
proses pertumbuhannya.
B. Perendaman biji
Perendaman biji dalam suatu satuan obat yang diramu dari bahan-bahan: 1 liter
air hangat suhu 20-25 derajat C; 1 sendok teh hormon (Atornik, Menedael, Abitonik)
1 sendok peres fungisida (obat anti jamur) seperti: Difoldhan 4T, Dacosnil 75 WP,
Benlate; 0,5 sendok teh peres bakterisida (Agrept 25 WP). Setelah direndam 10-30
menit, diangkat dan ditiriskan sampai air tidak mengalir lagi dan bibit siap
dikecambahkan.
C. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
D. Pemupukan
E. Pemindahan Bibit
1 bagian kompos/humus,
6
1 bagian pupuk kandang yang sudah matang.
Setelah bibit berumur 12-14 hari dan telah berdaun 2-3 helai, dipindahkan ke areal
penanaman yang telah diolah.
1. Persiapan
Bila areal bekas kebun, perlu dibersihkan dari tanaman terdahulu yang masih
tumbuh. Bila bekas persawahan, dikeringkan dulu beberapa hari sampai tanah itu
mudah dicangkul, kemudian dianalisa pH tanahnya.
2. Pembukaan Lahan
3. Pembentukan Bedengan
4. Pengapuran
7
1. Dilakukan dengan pemberian jenis kapur pertanian yang mengandung unsur
Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang bersifat menetralkan keasaman
tanah dan menetralkan racun dari ion logam yang terdapat didalam tanah.
Dengan kapur Karbonat/kapur dolomit. Penggunaan kapur per 1000m
2. pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg dolomit ,
3. untuk antara pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit
4. dan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.
5. Pemupukan Semangka
Pupuk yang dipakai adalah pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk kandang
yang digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari hewan sapi/kerbau dan
dipilih pupuk kandang yang sudah matang. Pupuk kandang berguna untuk membantu
memulihkan kondisi tanah yang kurang subur.
8
6. Pemasangan Mulsa
Tahap penghalusan dan perataan bongkahan tanah. pada sisi bedengan tempat
penanaman semangka dilakukan dengan cangkul. Di bagian tengah, sebagai landasan
buah pada bedengan, diratakan dan diatas lapisan ini diberi jerami kering untuk
perambatan semangka dan peletakan buah. Bedengan perlu disiangi, disiram dan
dilapisi jerami kering setebal 2-3 cm dan plastik mulsa dengan lebar plastik 110-150
cm agar menghambat penguapan air dan tumbuh tanaman liar.
Pemakaian plastik lebih menguntungkan karena lebih tahan lama, sampai 8-12
bulan pada areal terbuka (2 – 3 kali periode penanaman). Plastik mulsa yang
berwarna perak yang memantulkan sinar matahari dan secara tidak langsung
membantu tanaman banyak mendapat sinar matahari untuk pertumbuhannya.
9
3. Cara Tanam Semangka
Tanaman semangka yang berumur 3-5 hari perlu diperhatikan, apabila tumbuh
terlalu lebat/tanaman mati dilakukan penyulaman/diganti dengan bibit baru yang telah
disiapkan dari bibit cadangan. Dilakukan penjarangan bila tanaman terlalu lebat
dengan memangkas daun dan batang yang tidak diperlukan, karena menghalangi sinar
matahari yang membantu perkembangan tanaman.
2. Pembubunan
10
Lahan penanaman semangka dilakukan pembubunan tanah agar akar
menyerap makanan secara maksimal dan dilakukan setelah beberapa hari penanaman.
3. Perempelan
4. Pemupukan
Pemberian pupuk organik pada saat sebelum tanam tidak akan semuanya
terserap, maka dilakukan pemupukan susulan yang disesuaikan dengan fase
pertumbuhan. Pada pertumbuhan vegetative diperlukan pupuk daun (Topsil D), pada
fase pembentukan buah dan pemasakan diperlukan pemupukan Topsis B untuk
memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan. Pemberian pupuk daun dicampur dengan
insekstisida dan fungisida yang disemprotkan bersamaan secara rutin.
11
Pupuk Susulan I :Pupuk NPK 16-16-16 dilakukan pada usia 10 HST dengan
dosis 5 gr/tanaman. Dilarutkan dengan 300 ml air dan dikocorkan pada
pangkal batang.
Pupuk Susulan II : Pupuk ZA dilakukan pada usia 14 HST dengan dosis 10
gr/tanaman. Dilarutkan dengan 400 ml air dan dikocorkan pada pangkal
batang.
Pupuk Susulan III : Pupuk NPK dan ZA (perbandingan 1 : 2) dilakukan pada
usia 18 HST dengan dosis 15 gr/tanaman. Dilarutkan dengan 600 ml air dan
dikocorkan pada tanaman.
Pupuk Susulan IV : Pupuk TSP, ZA dan KCl (perbandingan 2 : 2 : 1)
dilakukan pada usia 22 HST dengan dosis 50 gr/lubang. Dilarutkan dengan
500 ml air dan dikocorkan pada lubang diantara tanaman (lubang yang dibuat
ditengah-tengah antara 2 tanaman). Atau ditaburkan jika kondisi
memungkinkan (tanah basah atau pada musim hujan)
Sistim irigasi yang digunakan sistem Farrow Irrigation, air dialirkan melalui
saluran diantara bedengan, frekuensi pemberian air pada musim kemarau 4-6 hari
dengan volume pengairan tidak berlebihan. Bila dengan pompa air sumur (diesel air)
penyiraman dilakukan dengan bantuan slang plastik yang cukup besar sehingga lebih
cepat. Tanaman semangka memerlukan air secara terus menerus dan tidak
kekurangan air.
Selain pupuk daun, insktisida dan fungisida, ada obat lain yaitu ZPT (zat
perangsang tumbuhan); bahan perata dan perekat pupuk makro (Pm) berbentuk
cairan. Dosis ZPT: 7,5 cc, Agristik: 7,5 cc dan Metalik (Pm): 10 cc untuk setiap 14-
17 liter pelarut. Penyemprotan campuran obat dilakukan setelah tanaman berusia >20
hari di lahan. Selanjutnya dilakukan tiap 5 hari sekali hingga umur 70 hari.
12
Penyemprotan dilakukan dengan sprayer untuk areal yang tidak terlalu luas dan
menggunakan mesin bertenaga diesel bila luas lahan ribuan hektar. Penyemprotan
dilakukan pagi dan sore hari tergantung kebutuhan dan kondisi cuaca.
1. Hama
Hama yang tidak tahan terhadap pestisida (Kutu daun, bentuk seperti kutu),
umumnya berwarna hijau pupus, hidup bergerombol, tidak bersayap, dan mudah
berkembang biak. Gejala yang terjadi daun bercak kuning, pertumbuhannya
terhambat. Pengendalian dilakukan secara non kimiawi dan kimiawi dengan obat-
obatan.
Hama kedua adalah hama yang tahan terhadap pestisida seperti: tikus,
binatang piaraan (kucing, anjing dan ayam). Pengendalian: menjaga pematang selalu
bersih, mendirikan pagar yang mengelilingi tanaman, pemasangan suatu alat yang
menghasilkan bunyi-bunyian bila tertiup angin dan diadakan pergiliran jaga.
13
A.Thrips
C.Tungau
D.Ulat tanah
Pengendalian:
14
E.Kutu putih dan Lalat buah
2. Penyakit
A.Layu Fusarium
(1) Secara non kimiawi dengan pergiliran masa tanam dan menjaga kondisi
lingkungan, menanam pada areal baru yang belum ditanami, atau menanam
benih yang sudah direndam obat.
(2) Secara kimiawi dilakukan penyemprotan bahan fungisida secara periodik.
B.Bercak daun
Penyebab : spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang
terserang. Gejala : permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan selanjutnya
menjadi coklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus
berwarna abu-abu/ungu. Pengendalian:
15
(1) Secara non kimiawi seperti pada penyakit layu fusarium;
(2) Tanaman disemprot dengan fungisida yang terdiri dari Dithane M 45 dosis
1,8-2,4 gram/liter; Delsene MX 200 dengan dosis 2-4 gram/liter, Trimoltix 65
Wp dosis 2-3 gram/liter dan Daconil 75 Wp dosis 1-1,5 gram/liter.
C.Antraknosa
(1) Dilakukan secara non kimia sepeti pengendalian penyakit layu fusarium;
(2) Menggunakan fungisida Velimex 80 WP dosis 2-2,5 gram/liter air.
D.Busuk semai
E.Busuk buah
F.Karat daun
Penyebab : virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada
daun tanaman. Gejala : daun melepuh, belang-belang, cenderung berubah bentuk,
tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang. Pengendalian:sama
16
seperti penyakit layu fusarium. Belum ditemukan obat yang tepat, sehingga tanaman
yang terlanjur terkena di cabut, supaya tidak menular pada tanaman sehat.
3.Gulma
2.8 Panen
2.Cara Panen
Dalam pemetikan buah yang akan dipanen sebaiknya dilakukan pada saat
cuaca cerah dan tidak berawan sehingga buah dalam kondisi kering permukaan
kulitnya, dan tahan selama dalam penyimpananan ataupun ditangan para pengecer.
Sebaiknya pemotongan buah semangka dilakukan beserta tangkainya.
3.Periode Panen
4.Perkiraan Produksi
17
Hasil produksi dari masing-masing pohon semangka perlu diadakan
pembatasan hasil buahnya, sehingga dapat diperkirakan jumlah produksinya. Secara
wajar, jumlah buah berkisar antara 2-3 buah setiap pohon (1 buah pada cabang pohon
dan 2 buah pada batang utama dari pohon), dengan berat buahnya ± 6-8 kg per pohon.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
Sw.), labu air (Lagenaria siceraria (Mol) Standl.), dan waluh (Cucurbita moschata
Dutch ex Poir).
3.2 Saran
Tanaman semangka akan berproduksi tinggi apabila dikelola dengan baik dan
benar. Untuk itu disarankan agar para mahasiswa umumnya dan para petani dan
pelaku perkebunan semangka khususnya dapat memahami bagaimana sistem
pengelolaan perkebunan semangka yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
19
Budi Samadi (1996). Semangka Tanpa Biji. Yogyakarta, Kanisius. 76 Halaman.
Endang Dwi Purbajanti. 2013. Rumput dan Legum Sebagai Hijauan Makanan
Ternak. Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu
Matarani, Jawaller. (1997). Pengaruh Jarak Tanam Dan Dosis Kompos Terhadap
Pertumbuhan Dan Produjsi Semangka. Media Unika.
Sarpian, T. 2003. Pedoman Berkebun dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: kanisius
Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan tanaman. Bagian
Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Bogor. Departemen Agronomi dan
Hotikultura IPB. 284 hal.
20
Wihardjo, Suwandi. (1993). Bertanam Semangka. Yogyakarta, Kanisius, 107
halaman.
Winarti, M.G. (1992). Pengaruh Pupuk Dan Ost Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Semangka (Citrulus Vulgaris Schrd)
21