SKRIPSI - 198110102-Poltak Jon Martin 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 105

ANALISIS STRUKTUR GEDUNG WING HOTEL ACHMAD

TAHIR POLITEKNIK PARIWISATA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam


Ujian Sidang Sarjana Strata Satu
Universitas MedanArea

Disusun Oleh:

POLTAK JON MARTIN SIMATUPANG


198110102

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2023
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
ANALISIS STRUKTUR GEDUNG WING HOTEL ACHMAD
TAHIR POLITEKNIK PARIWISATA MEDAN

SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Syarat Dalam
Ujian Sidang Sarjana Teknik Sipil Strata Satu
Universitas Medan Area

Disusun Oleh:

POLTAK JON MARTIN SIMATUPANG


198110102

Disetujui:
Dosen Pembimbing

Hermansyah, ST.,MT
NIDN: 0106088004

Mengetahui:

Dekan Fakultas Teknik Ketua Prodi Teknik Sipil

Dr. Rahmadsyah, S.Kom. M.Kom, MT Hermansyah, ST,MT


NIDN:01055058804 NIDN:0106088004
HALAMAN PERNYATAAN

Yang Bertanda Tangan Dibawah ini:

Nama : Poltak Jon Martin Simatupang

NPM : 198110102

Jurusan : Teknik Sipil

Program Studi : Teknik Sipil

Judul Skripsi : Analisis Struktur Gedung Wing Hotel Achmad Tahir

Politeknik Pariwisata Medan.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya sendiri

dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan apabila

kelak dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar (skripsi plagiat) maka

saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar kesarjanaan atau sanksi lainnya

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Agustus 2023

Yang Membuat Pernyataan

Poltak Jon Martin Simatupang


198110102
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR/SKRIPSI/TESIS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Medan Area, saya yang bertanda tangan

dibawah ini:

Nama : Poltak Jon Martin Simatupang

NIM : 198110102

Program Studi : Teknik Sipil

Fakultas : Teknik

Jenis Karya : Tugas Akhir/Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui memberikan kepada

Universitas Medan Area Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive

Royalty Free Right) atas karya saya yang berjudul Analisis Sruktur Gedung Wing

Hotel Achmad Tahir Politeknik Pariwisata Medan.

Beserta Perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Non ekslusif ini Universitas Medan Area berhak menyimpan, mengalih

media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat

dan mempublikasikan tugas akhir/skripsi/tesis saya selama tetap mencamtumkan

nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yang Menyatakan

Poltak Jon Martin Simatupang


198110102
RIWAYAT HIDUP

Poltak Jon Martin Simatupang, dilahirkan di Sumatera Utara, Kabupaten Tapanuli

Utara, Kecamatan Pangaribuan, Desa Purbatua, Dusun Pasar Baru pada tanggal

19November 1998. Anak ke dua dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak

Hutana Simatupang dan Ibu Serti Br. Pakpahan. Penulis menyelesaikan

Pendidikan Sekolah Dasar di SD N 173202 Pasar Baru, Kecamatan Pangaribuan,

Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara pada tahun 2011. Pada tahun yang

sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di Sekolah

SMP N 7 Pangaribuan, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara,

Sumatera Utara dan lulus pada tahun 2014, Kemudian melanjutkan pendidikan

Sekolah Menengah Atas di Sekolah SMK N 2 Siatas Barita, Kecamatan Siatas

Barita, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara dan lulus pada tahun 2017,

Penulis melanjutkan pendidikan Strata Satu (S-1) di salah satu universitas swasta

yang berada di kota medan, Sumatera Utara yaitu Universitas Medan Area dan

terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Medan Area.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat karunia

dan rahmat-Nya, laporan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Medan Area. Penelitian ini berjudul “Analisis Struktur Gedung Wing Hotel

Achmad Tahir Politeknik Pariwisata Medan”.

Selama penyusunan skripsi ini, banyak rintangan yang penulis dapatkan,

tetapi berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya dapat

terselesaikan dengan baik. Melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaika

nrasa terima kasih atas kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak selama

proses penelitian hingga penyusunan skripsi ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dadan Ramdan, M.Eng, M.Sc, Selaku Rektor Universitas

Medan Area.

2. Bapak Dr. Rahmad Syah, S.Kom, M.Kom, Selaku Dekan Fakultas Teknik

Sipil Universitas Medan Area.

3. Bapak Hermansyah, S.T., M.T, Selaku Ketua Prodi Teknik Sipil Universitas

Medan Area dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah

mengarahkan saya dan memberikan solusi dalam pembuatan skripsi.

4. Kedua orangtua tercinta Hutana Simatupang, Serti Pakpahan dan keluarga

yang telah memberikan dukungan dan doa tak terhingga bagi saya.

5. Perawati Simatupang, Amd.Kom, sebagai kakak yang membantu mencukupi

kebutuhan saya.

i
6. Kepada Larasati Anggraeni Butar-Butar, S.Pd, yang bisa menemani hingga

saat ini beserta teman saya Lambok Ritonga, Wilman Simanjuntak, Dorlan

Siregar, Jon Damanik dan senior Masmur Natolius Silaen, dan angkatan

2019.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah

membantu dalam penyelesain penulisan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan memperlancar dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap skripsi

ini bisa memberikan banyak manfaat untuk dunia pendidikan terutama dalam

bidang Teknik Sipil.

Medan, Agustus 2023

Penulis

Poltak Jon Martin. S

ii
ABSTRAK

Struktur kolom dan balok merupakan struktur yang paling penting untuk
mendukung berdirinya suatu bangunan bertingkat dengan baik. Dengan adanya
pemasangan kolom dan balok yang sesuai dan mengikuti peraturan SNI 2847-
2019 serta analisa struktur yang dilakukan dengan program SAP 2000 sehingga
dapat diteliti dan dipahami untuk tahap pembangunan selanjutnya. Sehingga
tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memperoleh hasil analisa
struktur pada kolom dan balok menggunakan program SAP 2000 dengan
berdasarkan metode SNI 2847 – 2019. Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan
dengan SNI 2847-2019 diperoleh desain tulangan balok dimensi 300 mm x 500
mm dengan As = 5D-25= 2453,12 mm2 dan A’s= 3D-25 = 1471,87 mm2 dan
tulangan geser pada tumpuan balok 2ø 13-100 mm dan pada lapangan 2ø13-200
mm, serta desain tulangan kolom dimensi 500 mm x 700 mm yaitu 12 D -25 =
5250 mm2.

Kata kunci: Analisis, Struktur Kolom dan Balok, SNI 2847-2019

iii
ABSTRACT

The column and beam structure are the most important structure to support the
establishment of a multi-storey building properly. With the installation of columns
and beams that are in accordance with and follow the SNI 2847-2019 regulations
and structural analysis carried out with the SAP 2000 program so that they can
be studied and understood for the next stage of development. So the purpose of
this research is to analyze and obtain the results of structural analysis on columns
and beams using the SAP 2000 program based on the SNI 2847 - 2019 method.
Based on the results of analysis and calculation with SNI 2847-2019, the design
of beam reinforcement dimension 300 mm x 500 mm is obtained with As= 5D-25
= 2453.12mm2 and A's = 3D-25 = 1471, 87 mm2 and shear reinforcement at the
beam pedestal 2ø 13-100 mm and in the field 2ø13-200 mm, and the design of
column reinforcement dimension 500 mm x 700 mm is 12 D-25 = 5250 mm2.
.

Keywords: Analysis, Column and Beam Structure. SNI 2847-2019

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

ABSTRAK.............................................................................................................iii

ABSTRACT............................................................................................................iv

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

DAFTAR TABEL...................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi

DAFTAR NOTASI.............................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................1

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian.........................................................3

1.2.1 Maksud Penelitian...................................................................3

1.2.2 Tujuan Penelitian....................................................................3

1.3 Rumusan Masalah.............................................................................3

1.4 Batasan Masalah...............................................................................3

1.6 Manfaat Penelitian............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5

2.1 Penelitian Terdahulu.........................................................................5

v
2.2 Dasar Teori.......................................................................................7

2.3 Rumus Desain Balok........................................................................8

2.3.1 Tulangan lentur pada balok.....................................................8

2.3.2 Tulangan geser pada balok....................................................11

2.4 Rumus Desain Kolom.....................................................................16

2.4.1 Parameter pendukung............................................................16

2.4.2 Nilai Kekakuan Struktur Kolom...........................................16

2.4.3 Analisa kelangsingan kolom.................................................17

2.4.4 Analisa pembesaran momen.................................................17

2.4.5 Analisa tulangan dengan diagram interaksi P-M..................19

2.4.6 Penentuan formasi tulangan..................................................19

2.5 Pemeriksaan Hubungan Kolom Balok (Joint)................................20

2.5.1 Dimensi Joint........................................................................20

2.5.2 Gaya geser di joint................................................................21

2.6 Pembahasan Struktur......................................................................22

2.6.1 Mutu beton............................................................................22

2.6.2 Baja Tulangan.......................................................................22

2.6.3 Factor Reduksi dan Kekuatan...............................................22

2.6.4 Berat Sendiri Struktur (DL)..................................................23

2.6.5 Beban Mati Tambahan (SIDL)..............................................23

2.6.6 Beban Hidup (LL).................................................................24

vi
2.6.7 Beban Gempa........................................................................24

2.6.8 Kombinasi Pembebanan Struktur Atas.................................26

2.6.9 Kombinasi Pembebanan Struktur Bawah..............................27

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................28

3.1 Deskripsi Penelitian........................................................................28

3.2 Lokasi Penelitian............................................................................28

3.3 Tahapan Penelitian.........................................................................29

3.4 Kuat Lentur Balok..........................................................................30

3.5 Kuat Geser Balok............................................................................36

3.5.1 Mekanisme tanahan geser pada balok...................................38

3.6 Elemen Struktur Kolom..................................................................39

3.6.1 Perilaku tekan murni pada kolom.........................................40

3.6.2 Diagram interaksi kekuatan elemen kolom...........................42

BAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN.............................46

4.1 Analisa Data Pada Software...........................................................45

4.2 Perhitungan Struktur Kolom dan Balok SNI 2847 – 2019.............55

4.2.1 Perhitungan Kuat Lentur Balok............................................56

4.2.2 Perhitungan Kuat Geser Balok..............................................62

4.2.3 Perhitungan Struktur Kolom.................................................69

4.3 Pembahasan....................................................................................79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................82

vii
5.1 Kesimpulan.....................................................................................82

5.2 Saran...............................................................................................82

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................83

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Mutu Beton....................................................................................................

Tabel 2. Baja Tulangan................................................................................................

Tabel 3. Faktor Reduksi Kekuatan..............................................................................

Tabel 4. Beban Mati Tambahan Pelat Lantai (SIDL)..................................................

Tabel 5. Beban Mati Tambahan Pelat Atap Dak (SIDL).............................................

Tabel 6. Beban Hidup (LL).........................................................................................

Tabel 7. Gaya dalam maksimum balok B6..................................................................

Tabel 8. Gaya dalam maksimum kolom K1................................................................

Tabel 9. Perhitungan Struktur Kolom dan Balok........................................................

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Ss Gempa Untuk Wilayah Medan.........................................................

Gambar 2. 2. S1 Gempa Untuk Wilayah Medan.........................................................

Gambar 3. 1. Lokasi Penelitian...................................................................................

Gambar 3. 2 Diagram Alir Penelitian..........................................................................

Gambar 3. 3. Susunan Tulangan Balok.......................................................................

Gambar 3. 4.Distribusi tegangan-regangan balok beton bertulang.............................

Gambar 3. 5.Kondisi tegangan-regangan balok saat kuat lentur tercapai...................

Gambar 3. 6. Nilai dari parameter kuat lentur pada balok (k1,k2,k3).........................

Gambar 3. 7. Pola retak miring (inclined- crack) pada balok......................................

Gambar 3. 8. Hubungan force-derfomation dari elemen kolom..................................

Gambar 3. 9. Diagram interaksi P-M elemen kolom...................................................

Gambar 4. 1. Model Intialization.................................................................................

Gambar 4. 2. Dialog Option........................................................................................

Gambar 4. 3. Grid Data...............................................................................................

Gambar 4. 4. Material Property Data.........................................................................

Gambar 4. 5. Material Property Data ( fy).................................................................

Gambar 4. 6. Frame Properties...................................................................................

Gambar 4. 7. Penggambaran Struktur.........................................................................

Gambar 4. 8. View Bangunan......................................................................................

Gambar 4. 9. Define Load Pattern..............................................................................

Gambar 4. 10. Load Combination...............................................................................

Gambar 4. 11. Add New Area Section.........................................................................

xi
Gambar 4. 12. Add Properties Of Object....................................................................

Gambar 4. 13. Replace Existing Load.........................................................................

Gambar 4. 14. Add to Existing Load...........................................................................

Gambar 4. 15. Set Analysis Options............................................................................

Gambar 4. 16. Run Analisis.........................................................................................

Gambar 4. 17. Block Frame.........................................................................................

Gambar 4. 18. Start Design/Check Structure..............................................................

Gambar 4. 19. Verify All Member Passed...................................................................

Gambar 4. 20. Denah Pembalokan Lantai 4 B6 ( 300 x 500)......................................

Gambar 4. 21. Gaya Geser Ultimate Bentang Balok...................................................

Gambar 4. 22. Desain Tulangan Geser Bentang Balok...............................................

Gambar 4. 23. Denah Kolom lantai 4 K1(500 x 700)................................................

Gambar 4. 24. Alignment Chart...................................................................................

Gambar 4. 25. Rasio Tulangan Kolom dengan Diagram Interaksi..............................

Gambar 4. 26. Desain Tulangan Kolom......................................................................

xii
DAFTAR NOTASI

a : Tinggi blok tegangan, mm

Ag : Luas bruto penampang, mm 2

As : Luas tuulangan tarik, mm 2

A’s : Luas tulangan tekan, mm 2

b : Lebar penampang, mm

c : Jarak sisi tekan terluar beton ke garis netral, mm

cc : Gaya tekan, N

d : Jarak sisi tekan terluar beton ke pusat tulangan tarik, mm

d’ : Jarak sisi tarik terluar beton ke pusat tulangan tarik, mm

e : Eksentrisitas gaya terhadap sumbu, mm

Ec : Modulus elastisitas beton, MPa

Es : Modulus elastisitas baja, MPa

El : Kekuatan lentur komponenstruktur tekan, mm 2

F’c : Kuat tekan beton, MPa

Fs : Tegangan tulangan tarik, MPa

F’s : Tegangan tulangan tekan, MPa

Fy : Tegangan leleh tulangan baja, MPa

h : Tinggi penampang beton, mm

Ig : Momen inertia penampang bruto terhadap garis sumbunya,mm 4

Mn : Momen nominal, Nmm

Ms : Momen akibat beban yang menimbulkan goyangan kesamping pada

struktur

xiii
Mu : Momen terfaktor pada penampang, Nmm

M1 : Momen terfaktor ujung kecil di dalam suatu elemen tekan

M2 : Momen terfaktor ujung besar di dalam suatu elemen tekan

M1ns : Momen ujung terfaktor kecil didalam elemen tekan karena beban yang

mengakibatkan tidak aadanya pergoyangan (sideway) yang berarti

M2ns : Momen ujung terfaktor besar didalam elemen tekan karena beban yang

mengakibatkan tidak adanya pergoyangan (sidesway) yang berarti

Pc : Beban tekuk Euler dari kolom

Pu : Kuat tekan terfaktor pada penampang, N

r : Jari-jari girasi penampang, mm

Rn : Koefisien Perlawanan

S : Spasi Tulangan geser sejajar tulangan longitudinal

Vc : Kuat geser nominal yang disumbangakan beton, N

Vn : Kuat geser nominal total, N

Vs : Kuat geser yang disumbangkan tulangan, N

Vu : Kuat geser terfaktor penampang, N

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring meningkatnya kebutuhan sumber daya manusia di Indonesia

sehingga memerlukan adanya fasilitas yang berkualitas, kompeten dan terampil

dalam hal ini pengembangan Perguruan Tinggi Politeknik Pariwisata dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di kota Medan. Maka

membangun hotel dengan konsep kualias tinggi menjadi usulan yang baik yang

tentunya harus memperhatikan beberapa unsur utama, meliputi unsur: keindahan,

kenyamanan, kekuatan, serta nilai ekonomis dari pembangunan gedung tersebut.

Sehingga perlu pembuatan struktur bangunan yang kuat sesuai umur yang

direncanakan.

Struktur bangunan adalah bagian sebuah sistem bangunan yang bekerja

untuk menyalurkan beban yang diterima oleh gedung diatas tanah. Balok

merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat

kolom lantai atas, berfungsi sebagai penyalur momen menuju kolom, sebagai

rangka penguat horisontal bangunan akan beban-beban, sedangkan kolom yaitu

suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu

bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang

dapat menyebabkan runtuhnya lantai yang bersangkutan dan juga runtuhnya

seluruh struktur, berfungsi sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.

Perlu kita ketahui bahwa suatu bangunan gedung bukanlah hanya dilihat

dari seberapa artistik gedung tersebut, namun aspek yang paling penting yaitu

ketahanan struktur gedung tersebut terhadap beban statis yang direncanakan

1
ataupun ketahanan struktur terhadap potensi bencana seperti gempa. Untuk

mengetahui hal tersebut, tentu saja diperlukan perencanaan dan perhitungan yang

tepat.

Pelaksanaan analisis struktur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

analisis struktur secara manual maupun dengan menggunakan bantuan program

komputer. Untuk lebih mempermudah perhitungan struktur serta menghemat

waktu dan tenaga, maka dalam penelitian ini digunakan salah satu program

komputer yaitu SAP2000 v.14.

Penggunaan yang efektif dari suatu program seperti SAP 2000 untuk

keperluan analisis struktur, memerlukan pengalaman yang cukup pada struktur

yang akan dianalisis. Tahap yang paling sulit didalam prosedur analisis adalah

pemilihan model struktur yang tepat, meliputi karakteristik dan prilaku yang

mendekati kondisi struktur yang sebenarnya.

Pengerjaan Selanjutnya adalah melakukan perhitungan terhadap daya kuat

dan perhitungan kebutuhan jumlah tulangan yang dipasang pada setiap struktur

mulai dari pondasi, kolom, balok, plat lantai dan plat atap melalui perhtingan yang

sudah dilakukan dan sudah diperiksa oleh bagian konsultan dan sudah memenuhi

syarat pembangunan pedung bertingkat dan semua yang terlibat dalam

pembangunan akan mendiskusikannya, sehingga dengan adanya permasalahan

yang ingin di selesaikan pada penelitian ini maka judul pada penelitian ini

“Analisis Struktur GedungWing Hotel Achnad Tahir Politeknik Pariwisata

Medan”.

2
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.2.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kembali struktur

Gedung Wing Hotel Achmad Tahir Politeknik Pariwisata Medan dengan

menggunakan Software SAP 2000.

1.2.2 Tujuan Penelitian

Menganalisis dan memperoleh hasil Analisis struktur pada kolom dan

balok menggunakan program SAP 2000 dan perhitungan struktur kolom dan

balok dengan berdasarkan SNI 2847 – 2019.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang didapat dari penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana pemahaman terhadap beban yang diperlukan dalam menganalisis

struktur pada Kolom dan Balok berdasarkan SNI 2019.

2. Apakah struktur kolom dan balok pada konstruksi gedung mampu menahan

beban yang diterima.

3. Bagaimana perhitungan struktur Kolom dan Balok menggunakan Software

SAP 2000 berdasarkan SNI 2019.

1.4 Batasan Masalah

1. Memahami pengolahan data dan pembebanan kombinasi menggunakan

program SAP 2000 dan perhitungan struktur berdasarkan SNI 2847 – 2019.

2 Mengetahui struktur dan pembebanan kolom dan balok pada gedung.

1.6 Manfaat Penelitian

3
Adapun manfaat yang saya dapatkan dalam penelitian ini:

1. Memahami pengolahan data dan pembebanan kombinasi menggunakan

program SAP 2000 dan perhitungan struktur berdasarkan SNI 2847 – 2019.

2. Memahami struktur dan pembebanan kolom dan balok pada gedung.

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya menjadi salah satu referensi penulis untuk

melakukan penelitian agar penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam

mengkaji penelitian yang dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang

mendasari penelitian ini adalah:

Pencipta Judul Metode Kesimpulan Link Jurnal


Jurnal Jurnal Jurnal
Lukas Analisa SAP Hasil akhir analisis dari https://
Mawira P. Struktur 2000 program komputer doi.org/
Kuswinard Dan SNI SAP2000 v.14 10.51510/
i, 2021 Metode 1727- menunjukkan bahwa agregat.v1i1.
Pelaksanaa 2013 struktur balok dan 55
n Kolom kolom cukup aman
Dan Balok untuk memikul beban
Pada mati, hidup, angin dan
Pembangun gempa. Dari hasil
an Gedung perencanaan didapat
Apd Pln dimensi dan jumlah
Medan tulangan yang sudah
memenuhi persyaratan,
dimana untuk balok
ØMn > Mu, dan untuk
kolom ØMn > Mu, ØPn
> Pu.
Putri Evaluasi SAP Dari hasil perhitungan http://
Adhelia Desain 2000 dapat disimpulkan eprints.uniska
Anggreini, Struktur SNI bahwa terdapat -bjm.ac.id/
Balok Dan 2847:201 perbedaan desain id/eprint/

5
2017 Kolom 3 tulangan balok dan 2645
Gedung kolom yang telah di
Sekolah evaluasi dengan
Mts Darul perencanaan awal,
Ulum Kab. karena setelah di
Kotabaru evaluasi jumlah
Dengan Sni tulangan yang
2847:2019 digunakan menjadi lebih
sedikit.

Haisal, Tinjauan SAP Penentuan dimensi https://w*/


2013 Balok Dan 2000 balok tergantung pada ww.neliti.co
Kolom SNI 03- jenis dan berat beban m/id/
Terhadap 1726- yang bekerja pada balok publications/
Tekanan 2002 tersebut sesuai dengan 110492/
Struktur fungsi bangunan tinjauan-
Asrama tersebut. Dari hasil balok-dan-
Dua Lantai peninjauan struktur kolom-
untuk kolom perlu terhadap-
adanya pembesaran tekanan-
pada kolom type K1 dan struktur-
K2 untuk asrama-dua-
mengantisipasi lantai
kombinasi kinerja beban
yang terjadi.

2.2 Dasar Teori

Aktivitas kehidupan masyarakat menimbulkan semakin banyaknya

kebutuhan ataupun fasilitas untuk mendukung setiap aktivitasnya. Dan seiring

perkembangan teknologi dewasa ini mampu mewujudkan apa yang menjadi

6
kebutuhan tersebut, salah satunya adalah hotel modern. Hotel menjadi pilihan

utama untuk menunjang semuanya itu yang direncanakan dengan kenyamanan

dan struktur yang kokoh sesuai umur rencana.

Struktur balok dan kolom merupakan struktur utama setelah pondasi

yang sangat besar pengaruhnya dalam pembangunan gedung bertingkat. Dilihat

dari ukuran dan tinggi bangunan, semakin besar dan tinggi bangunan maka

desain ukuran dan struktur pondasi, balok dan kolom juga akan menentukan

umur bangunan tersebut.

Pembangunan gedung hotel menjadi objek penelitian ini, yang memiliki

Lahan yang tidak begitu luas dan memerlukan ruangan yang diperlukan sesuai

perencanaan maka perancanngan gedung bertingkat akan dilaksanakan.

Pada pembangunan Gedung Wing Hotel Achmad Tahir Politeknik

Pariwisata Medan yang pembangunan strukturnya hampir tengah selesai dan

menjadi objek penelitian yang sangat baik dan dapat menambah wawasan atau

pengetahuan mahasiswa. Campuran Perbandingan Beton Cor juga diperhatikan

pada kebutuhan dalam mengikat tulangan dan agregat beserta semen yang

membentuk struktur Pondasi, Balok dan Kolom sehingga dapat menghasilkan

cetakan Struktur yang sesuai dan tidak memiliki kecacatan struktur sehingga tidak

terjadi keruntuhan dan kerugian besar pada pembangunan. Maka diberikan juga

perhatian dan dilakukannya uji kuat tekan beton pada struktur sebagai contoh

untuk melanjutkan pembentukan Struktur Kolom dan Balok. Kemudian untuk

mengetahui bagaimana kekuatan struktur tersebut, digunakan program SAP 2000

untuk mempermudah analisis.

7
SAP 2000 (Structural Analysis Program 2000) adalah program komputer

untuk menganalisa dan mendesain struktur bangunan, baik berupa struktur bidang

2 dimensi maupun struktur 3 dimensi. Analisa struktur dapat dilakukan secara

statik maupun dinamik, dengan berbagai macam kombinasi pembebanan. SAP

2000 menggunakan Metode Elemen Hingga sebagai dasar untuk analisis

perhitungannya. Program ini juga dirancang untuk mengetahui adanya gaya-gaya

yang muncul pada suatu elemen struktur sebagai akibat dari munculnya beban

yang diterima oleh elemen struktur.

2.3 Rumus Desain Balok

2.3.1 Tulangan lentur pada balok

Maka tulangan dapat dihitung dengan langkah –langkah berikut:

c
Asumsikan nilai ≤ 0.375................................................................... 2.1
dt

(Nilai boleh dipilih berapapun asal lebih kecil dari 0.375 agar penampang

tergolong terkontrol tarik).

c
Hitung nilai c dengan nilai yang diperoleh pada persamaan 2.1
dt

( 1
)
d=dt= h−ts−∅ s− Dt ....................................................................2.2
2

c
c= x dt .............................................................................................. 2.3
dt

(diasumsikan tulangan tarik satu lapis, sehingga nilai dt sama dengan nilai

d).

Hitung nilai tinggi blok (a) tegangan whitney.

Nilai ꞵ1 harus ditentukan berdasarkan mutu beton, f”c, yang digunakan.

8
nilai ꞵ1 sebagai berikut:

( )
'
f c−28
β 1=0 , 85−0.05 ...................................................................2.4
7

Sehingga nilai a adalah:

a = β 1 x c.............................................................................................. 2.5

Hitung nilai gaya tekan, Cc.

Cc=0.85 x fc x b x a............................................................................... 2.6

Hitung nilai, As1.

Cc 1=¿T1

Cc 1
As1 ¿
fy

Hitung nilai, Mn1

a
Mn 1= As 1 x fy(d − ).......................................................................... 2.7
2

Cek apakah diperlukan tulangan tekan atau tidak, dengan ketentuan

berikut:

Mn 1< Mn; diperlukan tulangan tekan = perhitungan tulangan rangkap

Mn 1> Mn; tidak diperlukan tulangan tekan = perhitungan tulangan tunggal

Hitung nilai, Mn2

M n 2=Mn−Mn 1.................................................................................. 2.8

Hitung tegangan pada tulangan tekan, f’s

' 1
d =(ts+ øs+ Dt ).................................................................................. 2.9
2

Regangan ɛ’s

9
'
( c−d )
ɛ ’ s=0,003 x ............................................................................. 2.10
c
'
f s =Es x ɛ ’ s......................................................................................... 2.11

Hitung nilai, A’s.

' Mn 2
A s= ' ' .................................................................................... 2.12
f s (d−d )

Diperoleh nilai luasan teoritis As dan A’s

As= As 1+ As 2...................................................................................... 2.13

A ' s= As 2

Hitung luas tulangan actual

Tulangan tarik actual As

Asteoritis
n=
1 ......................................................................................... 2.14
xπxD 2
4

Tulangan tekan actual A’s

A ' steoritis
n=
1 ...................................................................................... 2.15
xπxD 2
4

Guna memenuhi syarat gempa, disarankan jumlah tulangan tekan diambil

setengah dari jumlah tulangan Tarik meskipun secara hitungan hanya

membutuhkan sedikit.

Jadi tulangan actual pada balok adalah:

As=n−Diameter tulangan utama......................................................... 2.16

A ' s=n−Diameter tulangan utama...................................................... 2.17

Pada langkah ini, harus dipastikan apakah tulangan As terpasang satu lapis

atau dua lapis. Bila terpasang dua lapis maka tinggi efektif penampang (d)

harus dihitung kembali. Diawali dengan cek spasi tulangan.

10
b−( 2 xts )−( 2 x ∅ s ) −(nxDt )
S min ¿ ....................................................... 2.18
(n−1)

Hitung tinggi efektif (d)

y=n1 xAtulanganxl 1 ¿+(n 2 xAtulanganxl 2) ¿


ntotxAtulangan ............. 2.19

Sehingga tulangan efektif balok adalah

d=h− y ................................................................................................. 2.20

Hitung nilai tinggi balok tegangan whitney (a) yang baru

T =Cc+Cs ............................................................................................. 2.21

Dimana T = As x fy sehingga niai a bisa dihitung dengan persamaan:


'
( Asxfy−A sxf ' s )
a= ............................................................................ 2.22
0 , 85 x f ' cxb

Hitung niali tinggi garis netral (c) dan kategori penampang.

a
c= .................................................................................................... 2.23
β1

Sehingga nilai dari c/dt yang baru didapat.

Hitung kuat nominal dan cek kapasitas balok.

Mn=Ccx d− ( a
2 )
−Csx (d−d' ).............................................................. 2.24

Mn=( Asxfy− A ' sxf s ' ) x d− ( a2 )+ f s ( d−d )......................................... 2.25


' '

Periksa kapasitas penampang ø Mn ≥ Mu; (nilai ø berdasarkan dari

perhitungan sebelumnya, sehingga;

Ø x Mn ≥Mu

2.3.2 Tulangan geser pada balok

Tulangan dapat dihitung dengan langkah langkah berikut:

Tentukan nilai geser ultimate (Vu).

11
Analisa geser pada balok, seperti gambar 3.9, akan menjadi 2

daerah, yaitu tumpuan dan lapangan .Sehingga perlu dicari nilai vu masing

– masing daerah.Berdasarkan SNI 2847-2019; Pasal 9,4,3; Hal-182

penentuan nilai geser pada tumpuan cukup diambil pada penampang yang

lokasinya sejarak d.

Analisa daerah tumpuan

Vu1
.......................................................................................................2.26
Vu

Analisa daerah lapangan

Vu2
....................................................................................................... 2.27
Vu

Hitung nilai kuat beton Vc.

Vc=0 , 17 λ √ f c ' bwd ............................................................................. 2.28

Periksa syarat kemampuan penanmpang dalam menerima beban geser.

Dalam hal ini akan diambil Vu terbesar yaitu pada tumpuan.

Vu≤ ϕ ¿ ) ............................................................................................... 2.29

Hal ini berarti ukuran penampang balok sudah memenuhi persyaratan bila

tidak, maka penampang perlu diperbesar.

Klasifikasi nilai Vu (Kategori 1 s/d 5)

a. Analisa daerah tumpuan

Cek kategori-1:

Vu≤ 0 , 5 ∅ Vc .................................................................................... 2.30

Cek kategori-2:

0 , 5 ∅ Vc ≤ Vu ≤ ∅ Vc.......................................................................... 2.31

Cek kategori-3:

12
Dimana:

Vs , min=0.062 √ f c' bwd ................................................................. 2.32

Vs , min=0.35 bwd ........................................................................... 2.33

Dari kedua perhitungan tersebut, dipilih yang terkecil.

∅ Vc ≤Vu ≤ ∅ (Vc+Vs , min).............................................................. 2.34

Cek kategori-4:

1
∅ ( Vc+Vs , min ) ≤ Vu≤ ∅ (Vc+
3
√ f c' bwd)........................................ 2.35

b. Analisa daerah lapangan

Cek kategori-1:

Vu≤ 0 , 5 ∅ Vc .................................................................................... 2.36

Cek kategori-2:

0 , 5 ∅ Vc ≤ Vu ≤ ∅ Vc.......................................................................... 2.37

Cek kategori-3:

Dimana:

Vs , min=0.062 √ f c' bwd ................................................................. 2.38

Vs , min=0.35 bwd ........................................................................... 2.39

Dari kedua perhitungan tersebut, dipilih yang terkecil.

∅ Vc ≤Vu ≤ ∅ (Vc+Vs , min).............................................................. 2.40

Cek kategori-4:

1
∅ ( Vc+Vs , min ) ≤ Vu≤ ∅ (Vc+
3
√ '
f c bwd)........................................ 2.41

Hitung Vs rencana berdasarkan kategori yang telah ditentukan.

a. Analisa daerah tumpuan

Pada kategori-4 nilai gaya geser dari tulangan:

13
∅ Vs=Vu− ∅ Vc ............................................................................... 2.42

Vu− ∅ Vc
Vs= ................................................................................. 2.43

b. Analisa daerah lapangan

∅ Vs=Vu− ∅ Vc ................................................................................ 2.44

Vu− ∅ Vc
Vs= .................................................................................. 2.45

Tentukan jarak tulangan geser (s)

a. Analisa daerqah tumpuan.

Berdasarkan kategori 4, batas max penentuan jarak antar tulangan

geser adalah:

d
s= ............................................................................................... 2.46
2

b. Analisa daerah lapangan

Berdasarkan kategori 4, batas max penentuan jarak antar tulangan

geser adalah:

d
s= ............................................................................................... 2.47
2

Hitung nilai Av.

a. Analisa daerah tumpuan.

Luasan tulangan geser

Vs . S
Av= ....................................................................................... 2.48
fyt . d

b. Analisa daerah lapangan.

Luasan tulangan geser

Vs . S
Av= ....................................................................................... 2.49
fyt . d

14
Pastikan nilai Av actual berdasarkan tulangan geser yang digunakan di

lapangan.

1
A= πD 2............................................................................................. 2.50
4

a. Analisa daerah tumpuan

Jumlah kaki dari tulangan geser

Ateoritas
n= ................................................................................... 2.51
Aaktual

Sehingga luasan aktual tulangan geser pada daerah tumpuan:

Av=nxA .......................................................................................... 2.52

Luasan tulangan geser antar tumpuan dan lapangan memang sama, namun

jaraknya berbeda.

Hitung kembali nilai Vs berdasarkan luas tulangan actual

a. Analisa daerah tumpuan

Gaya geser tulangan geser adalah

Avfytd
Vs= ...................................................................................... 2.53
s

b. Analisa daerah lapangan

Avfytd
Vs= ...................................................................................... 2.54
s

Lakukan pengecekan terhadap syarat kekuatan desain tulangan geser (Vn)

terhadap geser ultimate (Vn)

a. Analisa daerah tumpuan

Vn=Vc +Vs...................................................................................... 2.55

∅ xVn≥ Vu(Memenuhi syarat)

b. Analisa daerah lapangan

15
Vn=Vc +Vs...................................................................................... 2.56

∅ xVn≥ Vu (Memenuhi syarat)

2.4 Rumus Desain Kolom

2.4.1 Parameter pendukung

Parameter yang dihitung adalah prameter terkait material dan

penampang properties dari balok dan kolom, serta akan digunakan pada

perhitungan selanjutnya.

Parameter material.

Ec=4700 √ fc ' ....................................................................................... 2.75

Parameter penampang kolom.

1 3
l= bh ................................................................................................ 2.76
12

r=
√ I
Ag
................................................................................................. 2.77

l=Tinggi kolom dihitung dari as keas

1 1
lu =tinggi kolom− hbalok− hbalok (tinggi bersih kolom).................2.78
2 2

parameter penampang balok.

1 3
l= bh ................................................................................................ 2.78
12

l= panjang balok dari as ke as

Nilai d’ penampang kolom

' 1
d =ts+ ∅ s+ D ..................................................................................... 2.79
2

Nilai γ penampang kolom.


'
(h−(2 d ))
γ= ........................................................................................ 2.80
h

16
2.4.2 Nilai Kekakuan Struktur Kolom

Dalam menentukan nilai k, akan digunakan alat bantu desain

primer yang dikenal dengan istilah Jackson And Moreland Aligument

Chart yang terdapat dalam SNI 2847-2019; gambar 6.25; hal – 93 adapun

dalam buku ini disajikan pada gambar 5.11 berikut perhitungan detailnya:

Parameter pada bagian atas kolom.

Ψ ¿
A
(∑
El
l ) kolom ( ) k 4 ( ) k 3
=
El
l
+
El
l
................................................ 2.81
∑ ( ) balok ( ) B 1 ( ) B 2
El El El
l l l

Parameter pada bagian bawah kolom.

Ψ¿B
( El

l ) kolom ( ) k 3 ( ) k 2
=
El
l
+
El
l
................................................
∑ ( ) balok ( ) B 3 ( ) B 4
El El El
l l l

2.82

2.4.3 Analisa kelangsingan kolom

Setelah memperoleh nilai k, selanjutnya menetukan parameter

kelangsingan kolom yang ditinjau. sebelumnya harus dilakukan

pemeriksaan kelangsingan kolom diabaikan atau tidak. Untuk kolom

bergoyang, pengaruh kelangsingan bisa diabaikan bila memenuhi

persyaratan yang di atur dalam SNI 2847-2019, yaitu:

klu
≥ 22.................................................................................................. 2.83
r

sehingga pengaruh kelangsingan harus diperhitungkan pengaruh

kelangsingan akan dinyatakan dengan pengaruh adanya pembesaran pada

momen.

17
2.4.4 Analisa pembesaran momen

Menghitung parameter ΣPu

Parameter ΣPumerupakan jumlah seluruh beban vertikal terfaktor

yang bekerja pada tingkat yang ditinjau umumnya yang diambil adalah

dari kombinasi 1,2D + 1,6 𝐿, karena nilai nya terbesar untuk gaya aksial

dibandingkan dengan kombinasi lainnya. Pada kasus ini nilai Σpu

diperoleh dari jumlahan 24 kolom dalam satu lantai yang ditinjau (lantai -

3) nilai total yang diproleh dari analisa SAP 2000 dari kombinasi beban

1,2 D + 1,6 L AD.

Menghitung nilai (EI) eff.

Parameter (EI)eff akan digunakan memiih salah satu persamaan di

SNI 2847-2019, pasal 6.6.4.4.4 dalam kasus ini akan digunakan persamaan

yang lebih sderhana guna mempermudah proses perhitungan, yaitu:

0 , 4 EcIg
( EI ) eff = ................................................................................ 2.84
1+ βdns

Dimana

Pu(1, 2 D+1 ,6 L)
βdns= ..................................................................... 2.85
Pu(1 ,2 D+ L+Q)

Menghitung nilai ΣPc.

Parameter ΣPc adalah jumlah total tekuk kritis kolom dalam satu tingkat

yang ditinjau. Untuk menghitung parameter ΣPc, terlebih dahulu perlu

dihitung nilai tekuk kritis kolom yang ditinjau Pc. Adapun persamaan

yang bisa dilakukan adalah:


2
π ( EI ) eff
Pc= ...................................................................................... 2.86
(klu)2

Menghitung nilai δs.

18
Parameter δs adalah factor pembesaran momen. Nilai δ s dihitung dengan

persamaan:

1
δs= ≥ 1, 0
ΣPu ......................................................................... 2.87
1−
0.75 ΣPc

2.4.5 Analisa tulangan dengan diagram interaksi P-M.

Sebelum menentukan rasio tulangan dengan menggunkan dengan

diamgram interaksi, terdapat parameter yang harus dihitung guna

memperoleh koordinat pada diagram inmteraksi.

Pembesaran momen (M1 & M2).

M 1=M 1 ns+ δsM 1 s ............................................................................ 2.88

M 2=M 2 ns +δsM 2 s............................................................................ 2.89

Dari dua nilai momen tersebut, akan diambil nilai yang terbesar

sebagai nilai momen ultimate Mu. Sedangkan nilai Pu, diambil nilai aksial

terbesar akibat beban gravitasi.

Besaran eksentrisitas (e) pada kolom.

Mu
e= ................................................................................................... 2.90
Pu

Nilai rasio tulangan ( ρ ) berdasarkan diagram interaksi P-M .

Nilai koordinat sumbu –x dan sumbu –y dari diagram interaksi

dengan menggunakan parameter yang telah dihitung sebelumnya.

Sumbu-x:

Rn=
Pne
=
( ∅ ) ......................................................................... 2.91
Pu
e
' '
f c Agh f c Agh

Sumbu-y:

19
Kn=
Pne
=
( ∅ ) ............................................................................. 2.92
Pu

' '
f c Ag f c Ag

2.4.6 Penentuan formasi tulangan

Setelah ditentukan rasio tulangan, selanjutnya adalah memastikan

bahwa dengan rasio tersebut, tulangan bias terpasang pada kolom. Hal

yang perlu diperhatikan adalah jarak bersih antar tulangan yang disarankan

harus lebih besar dari yang disyaratkan.

Jumlah total tulangan longitudinal.

Astot=ρbh ............................................................................................ 2.93

Sehingga jumlah tulangan yang digunakan adalah:

Astot
n=
1 .............................................................................................. 2.94
πD 2
4

Tulangan tersebut akan disebar pada empat sisi kolam dengan perencanaan

4 tulangan pada tiap sisi kolam. Untuk itu perlu dipastikan bahwa jarak

bersih antar tulangan memenuhi syarat SNI 2847-2019; Pasal 25.2.3; Hal-

560. Pada pasal tersebut bahwa spasi bersih antar tulangan harus tidak

kurang dari nilai terbesar dari:

S ≥ 40 mm

Atau

S ≥1 , 5 db

Atau

S≥ ( 43 ) daggregat

20
Jadi syarat jarak bersih adalah s ≥ 40 mm. Adapun rumus menghitung

jarak bersih adalah:

s=b−¿¿ ................................................................................................2.95

2.5 Pemeriksaan Hubungan Kolom Balok (Joint)

2.5.1 Dimensi Joint

Tulangan longitudinal balok diteruskan melalui joint balok-kolom, dimensi

kolom yang paralel dengan tulangan balok tersebut tidak boleh kurang dari

20d tulangan longitudinal terbesar balok untuk beton normal (normal

weight).

Untuk beton ringan (lightweight), dimensinya tidak boleh kurang dari 26d

tulangan.

Tinggi joint h tidak boleh kurang dari setengah tinggi balok-balok yang

merangka pada joint tersebut dan yang menyebabkan geser pada joint

sebagai bagian dari sistem pemikul gaya seismik.

Luas penampang efektif dalam suatu joint, Aj, harus dihitung dari tinggi

joint kali lebar joint efektif. Tinggi joint harus sebesar lebar kolom, h.

Lebar joint efektif harus selebar kolom, kecuali bila ada balok yang

merangka ke dalam kolom yang lebih lebar, lebar joint efektif tidak boleh

melebihi nilai terkecil dari a dan b:

a) Lebar balok ditambah tinggi joint

b) Dua kali jarak tegak lurus yang lebih kecil dari sumbu longitudinal

balok ke sisi kolom.

2.5.2 Gaya geser di joint

Untuk joint yang terkekang oleh balok-balok pada keempat sisinya:

21
Vn=1 , 7 λ √ f c Aj .................................................................................2.96
' 2

Untuk joint yang terkekang oleh balok-balok pada tiga sisinya atau dua

sisi berlawanan:

Vn=1 , 2 λ √ f c ' Aj2................................................................................. 2.97

Untuk kasus-kasus lainnya:

Vn=1 , 0 λ √ f c ' Aj 2................................................................................. 2.98

Dimana Aj adalah luas penampang efektif di joint.

2.6 Pembahasan Struktur

2.6.1 Mutu beton

Mutu beton merupakan salah satu bagian penting untuk menentukan

pengklasifikasiannya pada struktur bangunan. Kualitas beton dapat

berbeda-beda sesuai penggunaan dan pemilihan komposisi bahan material

yang dipakai. Kekuatan karakteristik silinder beton (f’c) yang didasarkan

atas kekuatan beton pada umur 28 hari sebagai berikut:

Tabel 1. Mutu Beton

Mutu Beton (Balok, Pelat) 25 MPa


Kolom 33 MPa
Pile Cap 25 MPa
Spun Piles 52 MPa
Sumber: Data Lapangan

2.6.2 Baja Tulangan

Jenis dan tegangan leleh (fy) baja tulangan yang digunakan adalah:

Tabel 2. Baja Tulangan

Baja Ulir untuk D > 10 mm 420 MPa BJTS 420B

Baja Polos untuk D < 10 mm 280 MPa BJTP 280


Sumber: Data Lapangan

22
2.6.3 Factor Reduksi dan Kekuatan

Faktor reduksi kekuatan Φ adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Faktor Reduksi Kekuatan

Lentur murni 0.9


Aksial tarik dan aksial tarik 0..9
dengan lentur
Lanjutan Tabel
Aksial tekan dan aksial tekan -Tulangan Spiral = 0,75
dengan lentur - Tulangan Sengkang = 0,65
Geser dan torsi 0.75
Sumber: Data Lapangan

2.6.4 Berat Sendiri Struktur (DL)

Beban akibat berat sendiri struktur (Dead Load) adalah berat seluruh komponen

elemen struktural bangunan itu sendiri yaitu kolom, balok, pelat, dinding geser

serta pondasi. Beban mati akan dianalisa otomatis software dengan menggunakan

berat jenis beton 2400 kg/m3 dan berat jenis baja tulangan 7850 kg/m3.

2.6.5 Beban Mati Tambahan (SIDL)

Beban Mati Tambahan (Superimposed Dead Load) adalah berat seluruh

komponen yang bukan struktur bangunan gedung termasuk plafon, keramik,

beban acian, adukan semen dan lain-lain.

Tabel 4. Beban Mati Tambahan Pelat Lantai (SIDL)

Beban Keramik 24 kg/m2


Beban Plafon 18 kg/m2
Beban Adukan Semen 21 kg/m3
Beban Acian 5 x 21 = 105 kg/m2
Tebal Spesi 5 cm

23
Total Beban Mati TambahanLantai 157 kg/m2
Tipikal
Sumber: Data Lapangan

Tabel 5. Beban Mati Tambahan Pelat Atap Dak (SIDL)

Beban Adukan Semen 21 kg/m3


Beban Acian 5 x 21 = 105 kg/m2
Beban Water Profing 24 kg/m2
Lanjutan Tabel
Spesi 5 cm
Beban Plafon 18 kg/m2
Total Beban Mati Tambahan Atap 157 kg/m2
Tipikal
Sumber: Data Lapangan

2.6.6 Beban Hidup (LL)

Beban Hidup (Live Load) adalah beban yang diakibatkan oleh pengguna dan

penghuni bangunan gedung akibatnya pembebanan pada lantai dapat berubah.

Sesuai dengan ketentuan dalam SNI 1727: 2020, besarnya beban hidup yang

digunakan dalam desain adalah:

Tabel 6. Beban Hidup (LL)

Garasi /Parkir 1.92 KN/m2


Helipad
 Helikopter dengan berat lepas 1.92 KN/m2
landas sebesar 3.000 lb (13,35
kN) atau kurang

Beban Tangga 4.79 KN/m2


Beban Hidup Untuk Atap 0.96 KN/m2
Beban Untuk Koridor Ruang Publik 4.79 KN/m23

Ruang makan dan restoran 4.79 KN/m2

24
Sumber: Data Lapangan

2.6.7 Beban Gempa

Berdasarkan pada peta Parameter Gerak Tanah pada gambar dibawah ini

sesuai SNI 1726 – 2019, maka masing – masing besar Ss = 0,70 g dan S1 = 0,4 g,

dikategorikan sebagai kelas situs SC (Batuan Lunak).

Ss = 0,70

Gambar 2.1. Ss Gempa Untuk Wilayah Medan

25
Sumber: Puskim, 2023

S1 = 0,40

Gambar 2.2. S1 Gempa Untuk Wilayah Medan


Sumber: Puskim, 2023

Dengan memasukkan kelas situs SC dan factor keutamaan = 1.5 dan kategori

resiko IV, maka dengan bantuan program spekta Indonesia didapatkan:

Faktor amplifikasi:

- Fa (Faktor amplifikasi untuk periode pendek): 1.22

- Fv (Faktor amplifikasi untuk periode 1 detik): 1.5

Parameter spekta desain didapatkan:

- SDS (Periode Pendek) = 2/3(Fa x Ss) = 0,560 g

- SDI (Periode 1 Detik) = 2/3(Fa x S1) = 0,325 g

26
Gambar 2.6. a. Respon Spekta Desain untuk kelas Situs
SC dengan Ss = 0,70 g dan S1 =
0,40 g berdasarkan SNI 1726 – 2019.
Sumber: Puskim, 2023

Berdasarkan parameter specta desain diatas, diperoleh kategori Desain Seismik D.

2.6.8 Kombinasi Pembebanan Struktur Atas.

Dari Uraian diatas dan uraian – uraian sebelumnya, dan uraian berikutnya

tentang gempa, factor redundansi ρ biasa diambil = 1,0. Maka kombinasi

pembebanan untuk perencanaan struktur atas adalah sebagai berikut:

a. Comb 1 = 1,4 DL + 1,4 SIDL

b. Comb 2 = 1,2 DL + 1,2 SIDL + 1,6 LL

c. Comb 3 = 1,2 DL + 1,2 SIDL+ 1,0 LL + 1,0 EX + 0,3 EY

d. Comb 4 = 1,2 DL + 1,2 SIDL+ 1,0 LL + 1,0 EX - 0,3 EY

e. Comb5 = 1,2 DL + 1,2 SIDL+ 1,0 LL - 1,0 EX + 0,3 EY

f. Comb 6 = 1,2 DL + 1,2 SIDL+ 1,0 LL - 1,0 EX - 0,3 EY

g. Comb 7 = 1,2 DL + 1,2 SIDL+ 1,0 LL + 0,3 EX + 1,0 EY

h. Comb 8 = 1,2 DL + 1,2 SIDL+ 1,0 LL + 0,3 EX - 1,0 EY

i. Comb 9 = 1,2 DL + 1,2 SIDL+ 1,0 LL - 0,3 EX + 1,0 EY

27
j. Comb 10 = 1,2 DL + 1,2 SIDL+ 1,0 LL - 0,3 EX - 1,0 EY

2.6.9 Kombinasi Pembebanan Struktur Bawah

Sistem struktur bawah meliputi pilecap dan pondasi. Untuk menentukan

dimensi pondasi atau jumlah tiang direncanakan sedemikian hingga gaya reaksi

pndasi dihitung berdasarkan persamaan kombinasi metode ijin (ASD) sebagai

berikut:

a. Comb P1 = 1,0 DL

b. Comb P2 = 1,0 DL + 0,4 LL

c. Comb P3 = 1,088 DL + 0,63 Ex + 0,189 Ex + 0,63 Ey

d. Comb P4 = 1,088 DL + 0,189 Ex + 0,63 Ey

e. Comb P5 = 1,063 DL + 0,75 LL + 0,4725 Ex + 0,1418 Ey

f. Comb P6 = 1,063 DL + 0,75 LL + 0,1418 Ex + 0,4725 Ey

g. Comb P7 = 0,511 DL + 0,63 Ex + 0,189 Ey

h. Comb P8 + 0,511 DL + 0,189 Ex + 0,63 Ey

28
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Proyek Pembangunan Gedung Wing Hotel

Achmad Tahir Politeknik Pariwisata Medan, yang tidak terlepas dari kemajuan

teknologi karena dalam menganalisis struktur kolom dan balok digunakan

Software SAP 2000 untuk mempermudah pengolahan data.

3.2 Lokasi Penelitian

Proyek Pembangunan Gedung Wing Hotel Achmad Tahir Politeknik

Pariwisata Medan berlokasi di Jl. Rumah Sakit Haji No. 12 Medan, Sumatera

Utara.

Lokasi
Penelitian

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian


Sumber: Google Maps, 2023

29
3.3 Tahapan Penelitian

Mulai

PengumpulanData

Tata Cara Perhitungan Struktur Pedoman Perencanaan Ketahanan

Beton Bertulang Untuk Bangunan Gempa Bangunan Gedung dan Non

Gedung Gedung

(SNI 2847-2019) (SNI 1726-2019)

Pembebanan

Struktur
Analisa Struktur

(Menggunakan SAP

2000)

Hasil Perhitungan

Kesimpulan Dan Saran

Selesai

Gambar 3. 2 Diagram Alir Penelitian


Sumber: Data Penelitian, 2023

30
3.4 Kuat Lentur Balok

Balok merupakan salah satu elemen utama penyusun struktur gedung yang

umumnya terpasang secara horizontal/lateral. Balok balok tersebut terhubung

dengan kolom-kolom struktur sehingga struktur rangka yang stabil dan memikul

beban, baik beban gravitasi maupun beban gempa. Akibat adanya beban maka

balok mengalami gaya gaya dalam seperti momen lentur, torsi dan gaya geser.

Gambar 3. 3. Susunan Tulangan Balok


Sumber: Yuda Lesmana, Desain Struktur Beton Bertulang, 2019

Adapun gaya aksial, sebenarnya balok juga menerima gaya aksial tekan

namun gaya tersebut diabaikan karena tidak mempengaruhi perilaku balok dan

nilainya relative sangat kecil.

31
Gambar 3. 4.Distribusi tegangan-regangan balok beton bertulang
Sumber: Yuda Lesmana, Desain Struktur Beton Bertulang, 2019

32
Pada gambar 3.4, dapat dilihat sebuah balok menerima beban merata

sepanjang bentang. Balok tersebut diletakkan pada tumpuan sederhana di kedua

ujungnya. Pada kondisi ini balok akan mengalami fenomena lentur yang

menyebabkan timbulnya tegangan tarik dan tekan pada penampang balok. Pada

serat atas penampang balok munculnya tegangan tekan akibat beban sedangkan

pada serat bawah penampang balok akan mengalami tegangan tarik. Disaat balok

menerima beban yang relative kecil distribusi tegangan-regangan akan terjadi

dapat dilihat pada gambar 3.4.2(a). Dalam kondisi ini tegangan tarik dan tegangan

tekan belum mencapai batas kekuatan dari material beton maupun tulangan.

Distribusi tegangan -regangan dalam kondisi ini berupa garis linear (garis lurus)

yang artinya perilaku balok elastis, disaat beban ditiadakan maka kondisi balok

akan kembali pada posisi semula tanpa adanya deformasi dan kerusakan (retak)

pada balok.

Pada saat beban bertambah secara signifikan seperti pada gambar 3.4.2(b),

maka distribusi tegangan pun akan berubah sesuai besaran beban yang

ditambahkan. Perubahan diawali dengan adanya perubahan tinggi garis netral (c).

yang diikuti dengan bertambahnya tegangan regangan tekan dan tarik pada serat

atas maupun bawah. Pada kondisi tersebut tegangan pada baja tulangan telah

mencapai batas kuat lelehnya (fy). Distribusi tegangan pada daerah tekan pun

berubah yang awalnya linear berubah menjadi nonlinear. Tegangan tarik pada

serat tarik penampang beton telah melampaui kekuatan beton sehingga pada

kondisi ini telah terjadi retak (crack) pada serat tarik. Lendutan permanen sudah

mulai tampak pada beton meskipun beban dihilangkan dari element balok. Hal ini

mengangandung arti bahwa beton telah melewati batas elastisnya.

33
Dengan terjadinya leleh pada tulangan tarik beton, maka tulangan baja

akan mengalami tambahan regangan dan diikuti dengan bertambahnya deformasi

pada balok seperti pada Gambar 3.4.2(c). Kondisi retak pada permukaan serat

tarik pun akan semakin membesar dikarenakan tulangan baja telah melampaui

kuat lelehnya dan mengalami strain hardening. Regangan yang terjadi pada

tulangan baja bisa mencapai berkali-kali lipat dari regangan lelehnya. Dengan

kata lain, kekuatan baja untuk memikul beban semakin mengecil. Efek nonlinear

pada tegangan tekan semakin terlihat. Tinggi garis netral semakin berkurang

seiring dengan bertambahnya tegangan yang terjadi pada serat tarik balok. Hal ini

berarti lengan moment antara gaya tarik dan gaya tekan pada penampang balok

semakin meningkat. Balok dikatakan mencapai batas maksimum (runtuh) bila

serat tekan (serat teratas) pada penampang beton telah mencapai kekuatan

maksimumnya (𝜀cu = 0,003). Dan hal itu menandakan bahwa serat tekan tersebut

mengalami kehancuran (crash) dan beton akan runtuh.

Perilakulentur balok berdasarkan tegangan-regangan yang terjadi akibat

moment lentur yang terjadi akan dijelaskan lebih spesifik pada gambar 3.4.3.

Dalam hal ini akan diasumsikan serat tekan pada serat atas penampang telah

mencapai regangan maksimum dari beton yaitu 𝜀cu =0,003. Ada beberapa asumsi

yang bisa digunakan untuk menjelaskan prinsip dasar perilaku lentur balok

terlihat pada gambar 3.4.3, yaitu:

a. Penampang balok akan diasumsikan tetap dalam keadaan datar (remained

plane) sesaat setelah mengalami moment lentur hingga keruntuhan. Dengan

penggunaan asumsi ini maka distribusi regangan pada penampang beton bisa di

anggap linier seperti yang terlihat pada Gambar 3.4.3 (b).

34
b. Asumsi yang kedua adalah lekatan (bond) antara tulangan dan beton dianggap

sempurna tanpa adanya slip. Hal ini mengandung arti bahwa regangan yang

terjadi pada beton dan tulangan baja adalah sama.

Gambar 3.5. Kondisi tegangan-regangan balok saat kuat lentur tercapai


Sumber: Yuda Lesmana, Desain Struktur Beton Bertulang, 2019

Kekuatan dari tegangan tarik beton tidak diperhitungkan (seperti yang

telah dijelaskan di awal bahwa beton lemah terhadap tarik maka hal tersebut tidak

memberikan sumbangan kekuatan yang signifikan terhadap kuat lentur), sehingga

penampang beton di bawah garis netral diabaikan. Karenanya, penentuan nilai

efektif (effective depth) penampang balok (d) cukup diukur dari serat tekan terluar

hingga ke titik berat dari tulangan tarik, seperti yang terlihat pada gambar

3.4.3(a).

Terkait distribusi tegangan tekan yang terjadi pada daerah tekan

penampang beton, bentuk dan nilainya sangat sulit ditentukan secara pasti.

Meskipun di korelasikan terhadap hasil uji yang dilakukan pada benda uji silinder.

Untuk itu, para ahli menggunakan parameter k1, k2, k3 guna mendefinisikan blok

tekan yang terdapat pada daerah tekan dari penampang balok, Nilai parameter

tersebut (k1, k2, k3) bisa ditentukan berdasarkan hasil eksperiment yang telah

35
dilakukan seperti yang terlihat pada Gambar 3.4.4. Nilai (k1, k2, k3) menunjukkan

nilai resultan gaya tekan yang terdapat dalam penampang balok saat balok

tersebut mengalami momen lentur. Parameter k1 merepresentasikan perbandingan

antara tegangan rata-rata (average stress) dengan tegangan maksimum (peak

stress),k3fc’. Sedangkan parameter k2 adalah faktor yang digunakan untuk

menetukan lokasi dari resultan gaya tekan (C) terhadap serat terkan terluar

penampang beton. Dan parameter k3 menggambarkan perbandingan antara

tegangan maksimum (peak stress) pada daerah tekan balok terhadap kuat tekan

tekan yang diperoleh dari uji tekan silinder, fc’.

Gambar 3. 6. Nilai dari parameter kuat lentur pada balok (k1, k2,k3)
Sumber: Yuda Lesmana, Desain Struktur Beton Bertulang, 2019

Pada saat retak terjadidi sisi terluar serat tekan, regangan yang terjadi pada

tulangan baja bisa jadi lebih besar atau lebih kecil atau lebih kecil dibandingkan

regangan lelehnya, 𝜀s. Jika perbandingan antara luasan tulangan (As) dan dan

36
luasan penampang beton relatif cukup kecil, maka baja tulangan akan leleh

terlebih dahulu sebelum terjadi retak pada sisi terluar dari serat tekan. Sehingga

beton akan berperilaku daktail dengan menunjukkan deformasi yang cukup besar

sebelum mengalami keruntuhan. Kondisi semacam ini dikenal dengan istilah

under-reinforced. Sebaliknya, apabila rasio luasan tulangan (As) dan luasan

penampang beton relatif cukup besar (artinya: tulangan yang digunakan banyak)

maka tulangan baja akan tetap elastis, tidak mengalami rusak saat serat tekan

terluar penampang beton mengalami retak. Kondisi seperti ini sangat berbahaya

karena keruntuhan akan bersifat mendadak tanpa peringatan (bersifat getas).

Fenomena ini dikenal dengan istilah over-reinforced. Untuk mencegah

keruntuhan getas (brittle) pada balok, ACI (American Concrete Institute)

membatasi nilai regangan pada tulangan baja tarik.

3.5 Kuat Geser Balok

Gaya geser balok adalah salah satu beban yang perlu diperhitungkan

dalam mendesain balok beton bertulang dengan menyediakan tulangan geser

sepanjang bentang balok. Balok yang memikul beban momen pada sumbu

kuatnya akan menimbulkan momen juga menimbilkan gaya geser pada balok.

Prinsip dasar dari desain geser pada balok adalah resultan tegangan geser vertical

dan penampang balok harus sama dengan gaya geser yang bekerja pada balok.

Munculnya keretakan (crack) pada balok adalah karena adanya fenomena

diagonal tension yang diakibatkan tegangan geser terjadi. Pola dan lebar retak

bisa bisa dikontrol dengan menyediakan tulangan gesser (shear reinforcement)

pada balok yang umumnya dipasang secara tegak lurus terhadap tulangan lentur

balok. Fenomena keretakan tanpa tulangan geser dapat dilihat pada gambar 3.5.

37
Pada gambar 3.5(a) balok prestrested mengalami reatak pada bagiaan badan

penam-pang balok atau dikenal dengan istilah web shear crack. Jenis retak ini

muncul pada balok tanpa didahului retak akibat lentur. Umumnya kondisi retak

ini jarak terjadi pada balok nonprategang (balok umum yang digunakan padaa

struktur rangka). Sedangkan retak yang muncul yang didahului munculnya retak

akibat lentur adalah flexure-shear-crack, seperti yang terlihat pada gambar 3.5(b).

jenis crack ini juga dikenal dengan istilah initiating crackyang sering muncul

pada balok, baik balok prestressed ataupun nonprategang. Dengan demikian,

peran dari tulangan geser pada balok sangatlah pennting guna mencegah

terjadinya kegagalan akibat shear failure.

Gambar 3. 7. Pola retak miring (inclined- crack) pada balok


Sumber: Yuda Lesmana, Desain Struktur Beton Bertulang, 2019

38
3.5.1 Mekanisme tanahan geser pada balok

Mekanisme distribusi tegangan geser yang sering terjadi pada balok yang tidak

mempunyai tulangan geser (shear reinforcement), melibatkan beberapa parameter

seperti yang terlihat pada gambar 3.5.1. Berikut penjelasan terkait parameter

tersebut antara lain:

a. Tahan geser pada balok yang tidak mengalami retak (uncracked concrete), di

daerah tegangan tekan, diberi simbol vcz.

b. Gaya geser pada yang terdapat pada permukaan beton (aggregate interlock or

interface shear transfer) diberi simbol Va. Besaran Va sangat dipengaruhi oleh

kondisi permukaan yang mengalami retak. Umumnya permukaannya sangat

kasar karena terdapat pecahan dari kerikil (aggretate) dari campuran beton.

c. Tahanan yang disumbang oleh tulangan lentur biasanya disebut dengan dowel

action, Vd. Dowel action ini merupakan tahanan terhadap gaya geser yang

berasal dari tulangan longitudinal balok.

d. Arch action, mekanisme tahanan geser yang didapat pada balok tinggi (deep

beam).

Gambar 3.5.1 Komponen tahanan geser setelah terjadi


retak miring (inclined crack) pada balok
Sumber: Yudha Lesmana, desain struktur
beton bertulang,2019

Kemampuan balok terhadap beban tambahan setelah retak miring pada

balok terjadi, itu akan bergantung pada kemampuan beton yang tidak retak untuk

39
menyebarkan gaya gesernya ke bagian yang lain. Dengan kata lain, 4 parameter

yang telah dijelaskan diatas tentu sangat menentukan tingkat kerusakan akibat

gaya geser pada balok.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ACI dan ASCE pada

tahun 1973, persentase mekanisme distribusi geser pada balok tanpa tulangan

geser saat retak miring telah terbentuk adalah 15-25% oleh dowel action, 20-40%

oleh bagian beton didaerah tekan yang tidak mengalami retak dan 30-50% oleh

aggregate interlock dari permukaan beton yang retak. Ketika lebar dan panjang

dari retak diagonal bertambah, maka persentase yang disebutkan diatas juga akan

berubah.

3.6 Elemen Struktur Kolom

Kolom merupakan elemen struktur utama yang memikul beban kombinasi

aksial tekan dan momen lentur. Pada prakteknya sangat jarang menemukan

elemen kolom memikul murni gaya tekan. Umumnya kolom selalu memikul

beban kombianasi aksial tekan dan momen. Ditinjau dari kelangsingannya, kolom

dibagi atas kolom pendek dan kolom langsing. Kolom pendek tergolong dalam

keruntuhan material, sedangkan kolom langsing tergolong dalam keruntuhan

tekuk.

Keruntuhan material adalah suatu kondisi keruntuhan dimana elemen

kolom tersebut hancur dikarenakan penampang kolom tersebut terlalu langsing

sehingga elemen yang menerima beban aksial tekan mengalami tekuk, meskipun

belum mencapai batas kekuatan materialmya. Dengan kata lain, keruntuhan tipe

ini terjadi pada kondisi beban yang dipikul jauh lebih kecil dari kekuatan material

yang digunakan dan keruntuhan yang terjadi dikarenakan tekuk pada batang.

40
Selain itu, elemen kolom juga dibagi menjadi dua, akibat system struktur

dan tipe pembebanan, yaitu kolom tak bergoyang dan kolom bergoyang. Kolom

tak bergoyang terjadi pada struktur yang mengalami beban gravitasi dan formasi

bebannya simetris, sehingga kolom murni menerima aksial tekan tanpa adanya

perpindahan secara lateral. Sedangkan kolom bergoyang terjadi dikarenakan

adanya beban gravitasi yang tidak simetris dan bisa juga dikarenakan aadanya

beban lateral (gempa atau angin) yang membebani struktur. Dengan adanya

fenomena tersebut membuat struktur kolom mengalami perpindahan diarah lateral

(bergoyang). Secara umum, elemen kolom untuk struktur gedung selalu

direncanakan sebagai kolom langsing-bergoyang. Hal ini mengingat dimensi yang

relative lebih langsing dan beban gempa yang harus direncakan dalam

perencanaan struktur gedung.

3.6.1 Perilaku tekan murni pada kolom

Ketika beton dan tulangan baja bekerja sama dalam kondisi tekan, beban

yang dipikul (pada beton dan baja) berubah terus menerus secara beraturan

selama periode pembebanan. Awalnya, tegangan yang terjadi pada tulangan (ES /

EC) kali dari tegangan pada beton (berdasarkan teori elastis). Ketika terjadi

pengaruh rangkak dan susuk pada kolom, baja tulangan perlahan-lahan memikul

beban lebih besar dibandingkan kapasitas elastisnya.

Bila membandingkan perilaku kolom yang menggunakan sengkang

persegi (kolom persegi) dan sengkang spiral (kolom bulat), tentu keduanya

memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Hal itu dapat dilihat pada Gambar

3.7.1 yang berupa hubungan antara gaya dan deformasi. Kolom bulat disaat

menerima aksial tekan akan mengalami leleh (yielding) pada kondisi beban

41
tertentu. Bila beban terus diberikan, maka selimut beton pada kolom bulat akan

terkelupas dan elemen kolom akan mulai berhenti berdeformasi secara lateral. Hal

ini dikarenakan sengkang spiral secara efektif mengikat inti beton yang berada di

tengah dan mencegah agar kolom tidak runtuh. Bila tulangan sengkang didesain

dengan baik, maka kuat inti beton yang ada di tengah bisa lebih tinggi

dibandingkan dengan kondisi kolom yang masih utuh (sebelum selimut beton

terkelupas). Kondisi seperti ini bisa disebut dengan kuat batas maksimum

(ultimate strength) dari kolom bulat.

Berbeda halnya dengan perilaku kolom persegi yang tidak menunjukkan

kapasitas deformasi yang serupa kolom bulat. Hubungan force – deformation dari

kolom persegi hanya memiliki one peak, seperti yang terlihat pada gambar 3.7.1

Saat kondisi tersebut terjadi, selimut pada kolom akan mengelupas dan tulangan

longitudinal diantara sengkang akan mulai mengalami tekuk.

Dengan fenomena tersebut, bisa dikatakan bahwa pada kolom persegi

tidak terdapat fenomena yield (leleh). Titik puncak (one peak) pertama yang

terjadi adalah kuat batas maksimum (ultimate strength) dari kolom persegi.

42
Gambar 3. 8. Hubungan force-derfomation dari elemen kolom
Sumber: Yudha Lesmana, Desain struktur
beton bertulang, 2019

3.6.2 Diagram interaksi kekuatan elemen kolom

Dari interaksi aksial dan juga momen (P &M ), terdapat sejumlah

kombinasi kekuatan yang tak terhitung jumlahnya, Interaksi dari aksial tekan ( P )

dan moment ( M ) diwujudkan dalam sebuah kurva yang dikenal sebagai diagram

interaksi P – M, seperti yang terlihat pada Gambar 3.7.2

43
Gambar 3. 9. Diagram interaksi P-M elemen kolom
Sumber: Yudha Lesmana, Desain struktur beton bertulang, 2019

Berdasarkan rasio P & M, diagram interaksi tersebut terbagi menjadi

duakondisi, yaitu: compression dan tession. Pada kondisi compression (tekan),

hampir seluruh/sebagian penampang kolom mencapai regangan maksimum tekan

sebesar 𝜀c = 0,003, sebelum tulangan baja mengalami lelehnya (𝜀y) dan disaat

bersamaan pula, material kolom mencapai regangan tekannya (𝜀c = 0,003).

Diantara dua kondisi tersebut terdapat kondisi yang berimbang antara P dan M

yang dikenal dengan istilah kondisi regangan berimbang (balanced strain

condition).

Kondisi regangan berimbang dikenal juga dengan istilah compression

controllimit (batas kontrol tekan). Hal ini mengandung arti bahwa bila interaksi P

& M berada diatas batas ini, maka kondisi kolom dikategorikan sebagai

compression controlled ini, faktor reduksi kolom adalah 0,75 untuk kolom bulat

44
dan 0,65 untuk kolom persegi, seperti yang ditentukan SNI 2847-2019; Pasal

21.2.2; Gambar R21 .2.2b; Hal-472. Sedangkan untuk wilayah yang

beradadibawah compression control limit, terbagi menjadi dua bagian yaitu:

tension controlled dan transition zone.

Pada kondisi tension controlled, regangan pada lapisan ekstrim tulangan

tarik tercapai 𝜀t ≥ 0,005 dan faktor reduksi kekuatan dalam kondisi ini mencapai

0,9. Selain itu pada kondisi tension controlled, elemen struktur menerima beban

hanya berupa momen lentur tampa adanya gaya aksial tekan (meskipun ada,

namun terbilang sangat kecil sehingga bisa diabaikan). Sedangkan pada transition

zone, regangan yang terjadi adalah fy/Es < 𝜀t < 0,005 dan faktor reduksi

bervariasi linear antara 0,75 – 0,9 untuk kolom bulat dan antara 0,65 – 0,9 untuk

kolom persegi.

Pada Gambar 3.7.2 dapat dilihat pula bahwa perbandingan antara P/M bisa

dinyatakan dengan istilah (e). Disaat kolom hanya menerima beban tekan

eksentris, maka kolom akan menerima pengaruh tekan dan sekaligus momen.

Monen tersebut muncul dikarenakan adanya pengaruh eksentrisitas beban. Oleh

karena itu pada diagram P – M, sumbu vertikal diagram menyatakan nilai e = 0

dan sumbu horizontal diagram menyatakan e = ∞.

Konsep beban eksentris ini sering digunakan sebagai pendekatan dalam

proses analisa dan desain dari struktur beton bertulang untuk menyatakan gaya

aksial tekan dan momen (hanya dengan satu gaya tekan eksentris).

45
BAB IV
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data Pada Software

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Membuka software SAP 2000 V14 dengan mengklik icon pada desktop.

2. Kemudian membuat model baru dengan perintah: File > New Model >

Pilih Units.

Template yang digunakan pada gambar - Grid Only

Gambar 4.1. Model Intialization


Sumber: Program SAP 2000

3. Klik kanan, kemudian Edit Grid Data- Modify/Show System.

Gambar 4.2. Dialog Option

46
Sumber: Program SAP 2000

4. Kemudian buat grid untuk menyesuaikan koordinat tata letak struktur

gedung. Dengan menggunakan system jarak antar grid harus berdasarkan

jarak titik ke titik dalam sumbu X, Y dan Z.

Gambar 4.3. Grid Data


Sumber: Program SAP 2000.

5. Kemudian input data Mutu Beton (f’c) sesuai dengan data proyek.

47
Gambar 4.4. Material Property Data
Sumber: Program SAP 2000

6. Input mutu baja ( Fy) sesuai dengan data proyek.

Gambar 4.5. Material Property Data (fy)


Sumber: Program SAP 2000

7. Kemudian input tipe-tipe balok dan kolom yang dipakai pada bangunan

sesuai dengan data dari proyek.

48
Gambar 4.6. Frame Properties
Sumber: Program SAP 2000

8. Penggambaran balok dan kolom sesuai dengan gambar bestek bangunan,

dengan mengklik tombol Quick Draw Frame di toolbar sebelah kiri.

Selanjutnya klik tombol Quick Draw Area Element pada toolbar sebelah

kiri untuk menggambar pelat lalu klik grid dimana pelat akan digambar.

Gambar 4.7. Penggambaran Struktur


Sumber: Program SAP 2000

9. Kemudian sesuaikan tipe balok dan kolom sesuai gambar bestek gedung

49
Gambar 4.8. View Bangunan
Sumber: Program SAP 2000

10. Setelah itu input pembebanan dengan perintah: Define – Load Pattern.

Kemudian akan muncul Load Pattern Name untuk input data

pembebanannya.

Gambar 4.9. Define Load Pattern


Sumber: Program SAP 2000

11. Lalu input data untuk beban kombinasi dengan perintah: Define – Load

Combination – akan muncul tabs untuk pengimputan beban kombinasi

dengan klik new combo.

50
Gambar 4.10. Load Combination
Sumber: Program SAP 2000

12. Kemudian input data pelat lantai dan pelat atap dengan perintah: Define –

Section Properties – Area Section – Add New Sections.

Gambar 4.11. Add New Area Section


Sumber: Program SAP 2000

13. Setelah itu buatkan sesuai tipe pelat pada gambar grid bangunan dengan

perintah: Quick Draw Area Element – Properties Of Object – pelat

lantai/pelat atap.

51
Gambar 4.12. Add Properties Of Object
Sumber: Program SAP 2000

14. Input data pembebanan mulai dari Dead Load. Dengan perintah: klik

semua untuk lantai yang akan diinput Dead Load – Assign – Area Load –

input Dead Load – Replace Exciting Loads – ok.

Gambar 4.13. Replace Existing Load


Sumber: Program SAP 2000

15. Lalu input data pembebanan mulai dari Live Load. Dengan perintah: klik

semua untuk lantai yang akan di input Live Load – Assign – Area Load –

input Live Load – Add To Exciting Loads – ok.

52
Gambar 4. 14. Add to Existing Load
Sumber: Program SAP 2000

16. Kemudian Set analisis dengan perintah: Analisis – Set Analisis Options –

Space Frame – Ok.

Gambar 4.15. Set Analysis Options


Sumber: Program SAP 2000

17. Lalu Run analysis dengan perintah: Analysis – Run Analysis – Run Now

53
Gambar 4.16. Run Analysis
Sumber: Program SAP 2000

18. Lalu blok semua frame dengan perintah Ctrl + A.

Gambar 4.17. Block Frame


Sumber: Program SAP 2000

19. Kemudian Start Design dengan perintah: Design – Concrete Frame

Design – Start Design/Check Of Strukture.

54
Gambar 4.18. Start Design/Check Structure
Sumber: Program SAP 2000

20. Kemudian Start Design dengan perintah:Design – Concretye Frame

Design – Verify All Member.

Gambar 4.19. Verify All Member Passed


Sumber: Program SAP 2000

55
4.2 Perhitungan Struktur Kolom dan Balok Berdasarkan SNI 2847 – 2019

Gambar 4. 20. Denah Pembalokan Lantai 4 B6 (300 x 500)


Sumber: Data Proyek

Berdasarkan analisis program SAP 2000 Struktur Gedung Wing Hotel Achmad

Tahir Politeknik Pariwisata Medan, gaya dalam untuk balok dan kolom diambil nilai

maksimum semua kombinasi adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Gaya dalam maksimum balok B6

Momen Gaya Geser

Mu (KNm) Vu (KN)

153,517 179,209

Sumber: Software SAP 2000

Tabel 8. Gaya dalam maksimum kolom K1

Gaya Aksial Momen

P (KN) Mu (KNm)

1155, 99 341 ,55

Sumber: Software SAP 2000

56
4.2.1 Perhitungan Kuat Lentur Balok

Diketahui data spesifik sebuah balok sebagai berikut:

Mutu Beton (f’c) : 25 Mpa

Mutu Tulangan Utama : 420 Mpa

Mutu Tulangan Geser (fys) : 280 Mpa

Diameter Tulangan Utama (D) : 25 mm

Diameter Sengkang (Ø) : 13 mm

Dimensi Balok : 300 x 500 mm

Momen Ultimate (Mu) : 153.517.600 Nmm

Lakukan perencanaan tulangan rangkap pada balok

1. Perencanaan tulangan rangkap balok

Metode perhitungan desain tulangan rangkap beton bertulang adalah

sebagai berikut;

1. Asumsikan nilai c /dt ≤0.375

Dengan metode trial and error, nilai ditentukan sebesar:

c
=0.132
dt

c
2. Hitung nilai yang diperoleh pada langkah 1
dt

( 1
d=dt= h−ts−∅ s− Dt
2 )
( 1
)
¿ 500−40−13− 25 =434 ,5 mm
2

c
c= x dt =0,132 x 434 ,5=57,354 mm
dt

(diasumsikan tulangan tarik satu lapis, sehingga nilai dt sama

dengan nilai d)

57
3. Hitung nilai tinggi blok (a) tegangan whitney.

Nilai ꞵ1 harus ditentukan berdasarkan mutu beton, f”c, yang

digunakan.

nilai ꞵ1 sebagai berikut:

( ) ( )
'
f c−28 25−28
β 1=0 , 85−0.05 =0 , 85−0.05 =0,871
7 7

Sehingga nilai aadalah:

a = β 1 x c=0,871 x 57,354=49,955 mm

4. Hitung nilai gaya tekan, Cc.

Cc=0.85 x fc x b x a=0.85 x 25 x 300 x 49,955=318,463 N

5. Hitung nilai, As1.

Cc 1=¿T1

Cc 1 318.463 2
As1 ¿ = =758 , 24 mm
fy 420

6. Hitung nilai, Mn1

Mn 1= As 1 x fy d− ( a2 )=758 ,24 x 420 (434 ,5− 49,955


2 )

Mn 1=130.416 .862 Nmm

Cek apakah diperlukan tulangan tekan atau tidak, dengan ketentuan

berikut:

Mn 1< Mn; diperlukan tulangan tekan = perhitungan tulangan

rangkap

Mn 1> Mn; tidak diperlukan tulangan tekan = perhitungan tulangan

tunggal

Dalam kasus ini, nilai

Mn 1< Mn

58
Mn 1< Mu / ø

153.517 .600
130.416 .862< Nmm
0,9

130.416,862<170.575 .111 Nmm (maka diperlukan perhitungan

rangkap).

7. Hitung nilai, Mn2

M n 2=Mn−Mn 1=170.575 .111−130.416,862

M n 2=40.158 .249 Nmm

8. Hitung tegangan pada tulangan tekan, f’s

( 1
2 )(
1
d ' = ts+ øs+ Dt = 40+13+ 25 =65 , 5 mm
2 )
Regangan ɛ’s
'
( c−d ) (57,354−65 ,5)
ɛ ’ s=0,003 x =0,003 x =0,000426
c 57,354
'
f s =Es x ɛ ’ s=200.000 x 0,000426=85 , 2 MPa
'
f s ≤ Fy=85 ,2 MPa ≤ 420 MPa ; tulangan tekan tidak leleh,

sehingga tegangan leleh pada tulangan tekan tetap f s' . Sedangkan

bila tulangan tekan leleh, maka tegangan leleh tulangan tekan

diambil sama dengan fy .

9. Hitung nilai, A’s.

' Mn 2 40.158 .249


A s= ' '
= =1277,346 mm 2
f s (d−d ) 85 ,2(434 ,5−65 ,5)

10.Diperoleh nilai luasan teoritis As dan A’s

As= As 1+ As 2=758 , 24+1277,346=2035 , 58 mm 2


'
A s= As 2=1277,346 mm2

11.Hitung luas tulangan actual

59
Tulangan tarik actual As

Asteoritis 2035 , 58
n= = =4 ,14=5 tulangan
1 1 2
xπxD 2 x 3 , 14 x 25
4 4

Tulangan tekan actual A’s

A ' steoritis 1277,346


n= = =2 ,60=3 tulangan
1 1 2
xπxD 2 x 3 ,14 x 25
4 4

Guna memenuhi syarat gempa, disarankan jumlah tulangan tekan

diambil setengah dari jumlah tulangan Tarik meskipun secara

hitungan hanya membutuhkan sedikit.

Jadi tulangan actual pada balok adalah:

2 1 2 1 2
As=5−D 25 mm =n x x π x D =5 x x 3 , 14 x 25
4 4
2
¿ 2453 , 12mm

' 2 1 2 1 2
A s=3−D25 mm =n x x π x D =3 x x 3 , 14 x 25
4 4
2
¿ 1471 , 87 mm

Pada langkah ini, harus dipastikan apakah tulangan As terpasang

satu lapis atau dua lapis. Bila terpasang dua lapis maka tinggi

efektif penampang (d) harus dihitung kembali. Diawali dengan cek

spasi tulangan.

b−( 2 xts )−( 2 x ∅ s ) −(nxDt )


S min ¿
(n−1)

300−( 2 x 40 )−( 2 x 13 )− (10 x 25 )


S min=
( 5−1 )

¿ 17 , 25 mm< 40 mm

60
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa tulangan tidak

memungkinkan untuk dipasang satu lapis. Untuk itu tulangan akian

direncanakan pemsangan dua lapis.

b−( 2 xts )−( 2 x ∅ s ) −(nxDt )


S min ¿
(n−1)

300−( 2 x 40 )−( 2 x 13 )− (3 x 25 )
S min=
( 3−1 )

¿ 59 , 5 mm>40 mm

Jadi tulangan dipasang dua lapis, setelah itu perlu dilakukan

perhitungan tinggi efektif (d) yang baru karna tulangan dipasang

dua lapis

Hitung tinggi efektif (d)

y=n1 xAtulangan x l1 ¿+(n 2 xAtulangan x l 2) ¿


ntot x Atulangan

y=5 x 2035 ,58 x 65 ,5 ¿+(3 x 2035 , 58 x 109 , 5) ¿ =82 mm


8 x 2035 , 58

Sehingga tulangan efektif balok adalah

d=h− y =500−82=418 mm

12.Hitung nilai tinggi balok tegangan whitney (a) yang baru

T =Cc+Cs
'
T =0 , 85 x fc x b x a x A s x f ' s

Dimana T = As x fy sehingga niai a bisa dihitung dengan

persamaan:

( Asxfy− A' sx f ' s )


a= '
0 ,85 x f cxb

( 2453 ,12 x 420−1471 , 87 x 85 ,2 )


a= =141 , 94 mm
0 , 85 x 25 x 300

61
13.Hitung niali tinggi garis netral (c) dan kategori penampang.

a 141 , 94
c= = =169 , 78 mm
β 1 0,836

Sehingga nilai dari c/dt yang baru didapat.

c 169 , 58
= =0 , 37
dt 434 ,5

Dengan nilai c/dt ¿ 0,375 berarti penampang balok termasuk

kategori terkontrol tarik, sehingga nilai θ = 0,9

14.Hitung kuat nominal dan cek kapasitas balok.

Mn=Ccx d− ( a
2 )
−Csx ( d−d ' )

Mn=( Asxfy− A ' sxf s ' ) x ( d−a ∕ 2 ) + A ' sf s ' ( d −d ' )

Mn=( 2453 , 12 x 420−1471, 87 x 85 , 2 ) x 418− ( 141 ,94


2 )+1471 , 87 x 85 ,2(1471 , 87−

¿ 490.393 .375 Nmm=490,393 KNm

Periksa kapasitas penampang ø Mn ≥ Mu; (nilai ø berdasarkan dari

perhitungan sebelumnya, sehingga;

Ø x Mn ≥Mu

0,9 x 490,393 ≥ 153,5176 KNm

441.353 KNm ≥ 153,5176 KNm (Memenuhi persyaratan)

Jadi diperoleh desain tulangan lentur balok


2
As=5−D 25 mm
2
A ' s=3−D 25 mm

62
4.2.2 Perhitungan Kuat Geser Balok

Gambar 4.21. Gaya Geser Ultimate Bentang Balok


Sumber: Data Penelitian

Sebuah balok dengan dimensi 300 x 500 memikul gravitasi beban

sehingga memiliki nilai geser max (SAP 2000) adalah sebesar 179,209 KN.

Bentang balok adalah sekitar 4000 mm dan dimensi kolom yang digunakan

adalah 700/500 (persegi panjang). Adapun spesifikasi lengkap dari balok yang

ditinjau adalah sebagai berikut:

F’c = 25 MPa

∅ = 13 mm (Diameter tulangan geser rencana)

Fyt = 280 Mpa (Mutu tulangan geser)

d = 438 mm (Tinggi efektif balok diasumsikan)

vu = 179,209 KN

Rencanakan tulangan geser sepanjang bentang balok agar balok kuat

menahan gaya geser ultimate (vu).

63
1. Tentukan nilai geser ultimate (vu)

Analisa geser pada balok seperti gambar 3,9 akan menjadi 2 daerah,

yaitu tumpuan dan lapangan. Sehingga perlu dicari nilai vu masing –

masing daerah. Berdasarkan SNI 2847-2019; Pasal 9,4,3; Hal-182

penentuan nilai geser pada tumpuan cukup diambil pada penampang

yang lokasinya sejarak d.

Analisa daerah tumpuan

Vu1 1312
=
Vu 2000

1312 1312
Vu1= Vu= x 179,209=117.561 N
2000 2000

Jadi gaya geser ultimate pada tumpuan adalah Vu1= 117.561 N

Analisa daerah lapangan

Vu2 1000
=
Vu 2000

1000 1000
Vu2= Vu= x 179,209=89.604 N
2000 2000

Jadi gaya geser ultimate pada tumpuan adalah Vu2= 89,604 N

2. Hitung nilai kuat beton Vc.

Vc=0 , 17 λ √ f c ' bwd=0 ,17 x 1 , 0 √ 25 x 300 x 438=111.690 N

3. Periksa syarat kemampuan penanmpang dalam menerima beban geser.

Dalam hal ini akan diambil Vu terbesar yaitu pada tumpuan.

Vu≤ ϕ ¿

117,561 N ≤ 0 ,75 ¿

117,561 N ≤ 408.982 (Memenuhi syarat)

64
Hal ini berarti ukuran penampang balok sudah memenuhi persyaratan

bila tidak, maka penampang perlu diperbesar.

4. Klasifikasi nilai Vu (Kategori 1 s/d 5)

Analisa daerah tumpuan

Cek kategori-1:

Vu≤ 0 , 5 ∅ Vc

117,561 N ≤ 0 ,5 x 0 ,75 x 111.690 N

117,561 N ≤ 41.883 N (Tidak memenuhi syarat)

Cek kategori-2:

0 , 5 ∅ Vc ≤ Vu ≤ ∅ Vc

41.883 N ≤ 117.561 N ≤ 0 , 75 x 111.690 N

41.883 N ≤ 117.561 N ≤ 83.767 (Tidak memenuhi syarat)

Cek kategori-3:

Dimana:

Vs , min=0.062 √ f c' bwd=0.062 √ 25 x 300 x 438=40.734 N

Vs , min=0.35 bwd=0.35 x 300 x 438=45.990 N

Dari kedua perhitungan tersebut, dipilih yang terkecil.

Vs , min=40.734

∅ Vc ≤Vu ≤ ∅ (Vc+Vs , min)

83.767 N ≤ 117.561N ≤ 0 , 75(111.690 N +40.734 N )

83.767 N ≤ 117.561N ≤ 114.318 N (Tidak memenuhi syarat)

Cek kategori-4:

1
∅ ( Vc+Vs , min ) ≤ Vu≤ ∅ (Vc+
3
√ f c' bwd)

114.318 N ≤ 117.561 N ≤ 0 , 75(111.690+1/3 √ 25300 x 438)=248.017 N

65
114.318 N ≤ 117.561 N ≤ 248.017 N (Memenuhi syarat)

Jadi untuk daerah tumpuan, analisa geser masuk kategori 4.

Analisa daerah lapangan

Cek kategori-1:

Vu≤ 0 , 5 ∅ Vc

89.604 N ≤ 0 , 5 x 0 , 75 x 111.690

89.604 N ≤ 41.883 N (Tidak memenuhi syarat)

Cek kategori-2:

0 , 5 ∅ Vc ≤ Vu ≤ ∅ Vc

41.883 N ≤ 89.604 N ≤ 0 ,75 x 111.690 N

41.883 N ≤ 89.604 N ≤ 83.767(Tidak memenuhi syarat)

Cek kategori-3:

Dimana:

Vs , min=0.062 √ f c' bwd=¿ 0.062 √ 25 x 300 x 438=40.734 N ¿

Vs , min=0.35 bwd=0.35 x 300 x 438=45.990 N

Dari kedua perhitungan tersebut, dipilih yang terkecil.

Vs , min=40.734 N

∅ Vc ≤Vu ≤ ∅ (Vc+Vs , min)

83.767 N ≤ 89.604 N ≤ 0 ,75(111.690 N + 40.734 N )

83.767 N ≤ 89.604 N ≤114.318 N (Memenuhi syarat)

Jadi untuk daerah lapangan, analisa geser masuk kategori 3

5. Hitung Vs rencana berdasarkan kategori yang telah ditentukan.

Analisa daerah tumpuan

Pada kategori-4 nilai gaya geser dari tulangan:

66
∅ Vs=Vu− ∅ Vc

Vu− ∅ Vc 117.561−0 , 75 x 111.690


Vs= = =45.058 N
∅ 0 , 75

Analisa daerah lapangan

Pada kategori-3 nilai gaya geser dari tulangan:

Vs=40.734 N

6. Tentukan jarak tulangan geser (s)

Analisa daerah tumpuan.

Berdasarkan kategori 4, batas max penentuan jarak antar tulangan

geser adalah:

d 438
s= = =219≤ 600 mm
2 2

Pada daaerah tumpuan, gaya geser cukup besar dibandingkan dengan

lapangan, sehingga jarak sengkang harus lebih kecil dibanding dengan

lapangan. Sehingga ditentukan (trial error) jarak s = 100 mm

Analisa daerah lapangan

Berdasarkan kategori 3, batas max penentuan jarak antar tulangan

geser adalah:

d 438
s= = =219≤ 600 mm
2 2

Pada daaerah lapangan, gaya geser lebih kecil dibandingkan dengan

tumpuan, sehingga jarak sengkang harus lebih besar disbanding

dengan tumpuan. Sehingga ditentukan (trial error) jarak s = 200 mm

7. Hitung nilai Av.

Analisa daerah tumpuan.

Luasan tulangan geser

67
Vs . S 45.058 .100 2
Av= = =37 , 00 mm
fyt . d 280 x 438

Analisa daerah lapangan.

Luasan tulangan geser

Vs . S 40.734 x 200 2
Av= = =66 , 42 mm
fyt . d 280 x 438

8. Pastikan nilai Av actual berdasarkan tulangan geser yang digunakan di

lapangan.

Tulangan geser yang digunakan adalah

Øs-13 mm

1 1 2 2
A= πD 2= 3 , 14 x 13 =132 ,66 mm
4 4

Analisa daerah tumpuan

Jumlah kaki dari tulangan geser

Ateoritas 37 ,00
n= = = 2 (min 2 kaki)
Aaktual 132 , 66

Sehingga luasan aktual tulangan geser pada daerah tumpuan:


2
Av=nxA=2 x 132 , 66=265 ,32 mm

Luasan tulangan geser antar tumpuan dan lapangan memang sama,

namun jaraknya berbeda.

9. Hitung kembali nilai Vs berdasarkan luas tulangan actual

Analisa daerah tumpuan

Gaya geser tulangan geser adalah

Avfytd 265 , 32 x 280 x 438


Vs= = =325.388 N
s 100

Analisa daerah lapangan

68
Avfytd 265 , 32 x 280 x 438
Vs= = =162.694 N
s 200

10. Lakukan pengecekan terhadap syarat kekuatan desain tulangan geser

(Vn) terhadap geser ultimate (Vn)

Analisa daerah tumpuan

Vn=Vc +Vs=111.690+325.388=437.078 N

∅ xVn≥ Vu

0 , 75 x 437.078≥ 117.561

327.808 N ≥117.561 N (Memenuhi syarat)

Analisa daerah lapangan

Vn=Vc +Vs=111.690+162.694=274.384 N

∅ xVn≥ Vu

0 , 75 x 274.384 ≥ 89.604 N

205.788 N ≥ 89.604 N (Memenuhi syarat)

Jadi dapat disimpulkan bahwa tulangan geser yang digunakan adalah

Daerah tumpuan =2 ∅ 13 mm−100 mm

Daerah lapangan = 2 ∅ 13 mm−200 mm

69
Gambar 4.22. Desain Tulangan Geser Bentang Balok
Sumber: Data Penelitian

4.2.3 Perhitungan Struktur Kolom

Gambar 4.23. Denah Kolom lantai 4 K1 (500 x 700)


Sumber: Data Proyek

Sebuah struktur kolom bergoyang (sway) dengan tinggi4 m, dikekang oleh

balok pada ujung atas dan ujung bawahnya. Kolom tersebut terletak pada lantai 3

struktur gedung. Gedung ini direncanakan mampu memikul beban gempa.

70
Rencanakanlah penulangan kolom tersebut mampu memikul ban rencana. Adapun

detail properties kolom adaah sebagai berikut:

Properties penampang dan material:

b = 500 mm

h = 700 mm

f’c = 33 MPa

fy = 420 MPa

D = 25 mm (tulangan longitudinal)

Øs = 13 mm (tulangan transversal/ geser)

Ts = 40 mm (tebal selimut beton)

Beban rencana:

Beban rencana dari struktur kolom diperoleh dari analisa struktur 2D dengan

menggunakan SAP 2000. Beban yang diloibatkan adalh beban gravity (gravitasi)

dan beban earth quake (gempa). Karena struktur akan direncanakan menerima

beban lateral berupa gempa, kolom tersebut dipastikan merupakan struktur kolom

bergoyang (sway).

1. Parameter pendukung

Parameter yang dihitung adalah prameter terkait material dan

penampang properties dari balok dan kolom, serta akan digunakan pada

perhitungan selanjutnya.

• Parameter material.

Ec=4700 √ fc ' =4700 x √ 33=26.999 MPa

Es=200.000

• Parameter penampang kolom.

71
1 3 1 3 9 4
l= b h = 500 x 700 =14,217. 10 mm
12 12

r=
√ √
I
Ag
=
1,4217. 1010
500 x 700
=¿201 mm ¿

l=4000 mm(Tinggi kolom dihitung dari as ke as)

1 1
lu =4000− 700− 700=3.300 mm(tinggi bersih kolom)
2 2

parameter penampang balok.

1 3 1 3 9
l= b h = 300 x 500 =3,125. 10 mm
12 12

l=4000 mm( panjang balok dari as ke as)

Nilai d’ penampang kolom

' 1 1
d =ts+ ∅ s+ D=40+13+ 25=65 ,5 mm
2 2

Nilai γ penampang kolom.


'
(h−(2 d )) (700−(2 x 65 ,5))
γ= = =0 , 81
h 700

2. Nilai Kekakuan Struktur Kolom

Dalam menentukan nilai k, akan digunakan alat bantu desain

primer yang dikenal dengan istilah Jackson And Moreland Aligument

Chart yang terdapat dalam SNI 2847-2019; gambar 6.25; hal – 93 adapun

dalam buku ini disajikan pada gambar 5.11 berikut perhitungan detailnya:

Parameter pada bagian atas kolom.

Ψ ¿
A
(∑
El
l ) kolom ( ) k 1 ( ) k 1
=
El
l
+
El
l

∑ ( ) balok ( ) B 6 ( ) B 6
El El El
l l l

72
( )+( )
9 9
26.999 x 14,217.10 26.999 x 14,217. 10
4000 4000
Ψ A=
( 26.9994000 ) ( 26.9994000 )
9 9
x 3,125.10 x 3,125. 10

7 7
9,596 . 10 9,596 .10
Ψ A= 7
+ 7
=9 ,10
2,109 . 10 2,109 .10

Parameter pada bagian bawah kolom.

Ψ B=
(∑
l )
El
kolom ( ) k 1 ( ) k 1
=
El
l
+
El
l

∑ ( ) balok ( ) B 6 ( ) B 6
El El El
l l l

( ) +( )
9 9
26.999 x 14,217. 10 26.999 x 14,217.10
4000 4000
Ψ B=
( 26.9994000 ) ( 26.9994000 )
9 9
x 3,125. 10 x 3,125.10

7 7
9,596 . 10 9,596 . 10
Ψ B= 7
+ 7
=9 , 10
2,109 .10 2,109 . 10

Hasil dari dua parameter (ΨA dan ΨB) bernilai sama dikarenakan dimensi

kolom dan balok yang merangkai adalah sama. Dengan memperoleh nilai

ΨA dan ΨB maka nilai k = 2,82 dapat dilihat seperti pada gambar gambar

73
Gambar 4.24. Alignment Chart
Sumber: Data Penelitian

3. Analisa kelangsingan kolom

Setelah memperoleh nilai k, selanjutnya menetukan parameter

kelangsingan kolom yang ditinjau. sebelumnya harus dilakukan

pemeriksaan kelangsingan kolom diabaikan atau tidak. Untuk kolom

bergoyang, pengaruh kelangsingan bisa diabaikan bila memenuhi

persyaratan yang di atur dalam SNI 2847-2019, yaitu:

klu
≤ 22
r

2 ,82 x 3.300
≤22
201

46 ,29 ≤ 22 (Tidak memenuhi syarat)

sehingga pengaruh kelangsingan harus diperhitungkan pengaruh

kelangsingan akan dinyatakan dengan pengaruh adanya pembesaran pada

momen.

74
4. Analisa pembesaran momen

• Menghitung parameter ΣPu

Parameter ΣPu merupakan jumlah seluruh beban vertikal terfaktor

yang bekerja pada tingkat yang ditinjau umumnya yang diambil adalah

dari kombinasi 1,2D + 1,6 𝐿, karena nilai nya terbesar untuk gaya aksial

dibandingkan dengan kombinasi lainnya. Pada kasus ini nilai Σpu

diperoleh dari jumlahan 24 kolom dalam satu lantai yang ditinjau (lantai -

3) nilai total yang diproleh dari analisa SAP 2000 dari kombinasi beban

1,2 D + 1,6 L AD adalah ΣPu = 15433 KN.

• Menghitung nilai (EI)eff.

Parameter (EI)eff akan digunakan memiih salah satu persamaan di

SNI 2847-2019, pasal 6.6.4.4.4 dalam kasus ini akan digunakan persamaan

yang lebih sderhana guna mempermudah proses perhitungan, yaitu:

0 , 4 EcIg
( EI ) eff =
1+ βdns

Dimana

Pu(1, 2 D+1 ,6 L) 1155, 99


βdns= = =0,814
Pu(1 ,2 D+ L+Q) 1419 , 67

Sehingga(EI )eff

9
( EI ) eff = 0 , 4 EcIg = 0 , 4 x 26.999 x 14,217.10 =8 , 46 x 1013 N mm2
1+ βdns 1+ 0,814

Menghitung nilai ΣPc.

Parameter ΣPc adalah jumlah total tekuk kritis kolom dalam satu tingkat

yang ditinjau. Untuk menghitung parameter ΣPc, terlebih dahulu perlu

75
dihitung nilai tekuk kritis kolom yang ditinjau Pc. Adapun persamaan

yang bisa dilakukan adalah:

π 2 ( EI ) eff 3 , 14 2 ( 8 , 46 x 1013 )
Pc= 2
= 2
=9.630 .000 N=9.630 KN
(klu) (2 ,82 x 3.300)

Dikarenakan dimensi dimensi kolom yang digunakan dalam satu tingkat

terdapat 30 kolom dalam satu tungkat sama besar, maka ΣPc adalah

ΣPc=30 x 9.630=288.900 KN

Menghitung nilai δs.

Parameter δs adalah factor pembesaran momen. Nilai δ s dihitung dengan

persamaan:

1
δs= ≥ 1, 0
ΣPu
1−
0.75 ΣPc

Dari perhitungna sebelumnya, telah diperoleh nilai parameter pendukung,

sehingga nilai δs adalah

1
δs= ≥1 , 0=1, 07 ≥ 1 ,0
15433
1−
0.75 x 288.900

5. Analisa tulangan dengan diagram interaksi P-M.

Sebelum menentukan rasio tulangan dengan menggunkan dengan

diamgram interaksi, terdapat parameter yang harus dihitung guna

memperoleh koordinat pada diagram inmteraksi.

Pembesaran momen (M1 & M2).

M 1=M 1 ns+ δsM 1 s=1,650+1 , 07 x 1.650=341 ,55 KN m

M 2=M 2 ns +δsM 2 s=9,200+1 , 07+9,680=199 ,50 KN m

76
Dari dua nilai momen tersebut, akan diambil nilai yang terbesar

sebagai nilai momen ultimate Mu. Sedangkan nilai Pu, diambil nilai aksial

terbesar akibat beban gravitasi. Jadi nilai Pu dan Mu adalah

Pu =1155, 99 KN = 1.155.990 Nmm

Mu = 341 ,55 KN = 341.550.000 Nmm

Besaran eksentrisitas (e) pada kolom.

Mu 341.550 .000
e= = =295 , 46 mm
Pu 1.155 .990

Nilai rasio tulangan ( ρ ) berdasarkan diagram interaksi P-M.

Nilai koordinat sumbu –x dan sumbu –y dari diagram interaksi

dengan menggunakan parameter yang telah dihitung sebelumnya.

Sumbu-x:

Rn=
Pne
=
( Pu
∅ ) e (
=
0 ,65 )
1.155 .990
295 , 46
=0 , 12
'
f c Agh
'
f c Agh 33 x 500 x 700 x 350

Sumbu-y:

Kn=
Pne
=
( Pu
∅ ) =
( 0 , 65 )
1.155 .990
=0 , 15
'
f c Ag
'
f c Ag 33 x 500 x 700

Dikarenakan diagram yang dipilih masih menggunakan satuan SI, maka

perlu disesuaikan dengan nilai material properties yang digunakan.

Sehingga diagram interakssi yang sesuai dengan material properties adalah

R4-60.8. Adapun nilai rasio tulangan kolom yang diperoleh adealah ρ=

0.015= 1,5 % dapat dilihat pada gambar.

77
Gambar 4.25. Rasio Tulangan Kolom dengan
Diagram Interaksi
Sumber: Data Penelitian

6. Penentuan formasi tulangan

Setelah ditentukan rasio tulangan, selanjutnya adalah memastikan

bahwa dengan rasio tersebut, tulangan bias terpasang pada kolom. Hal

yang perlu diperhatikan adalah jarak bersih antar tulangan yang disarankan

harus lebih besar dari yang disyaratkan.

Jumlah total tulangan longitudinal.


2
Astot=ρbh=0,015 x 500 x 700=5250 mm

Sehingga jumlah tulangan yang digunakan adalah:

Astot 5250
n= = =10 , 70=12tulangan
1 2 1 2
πD 3 , 14 x 25
4 4

Tulangan tersebut akan disebar pada empat sisi kolam dengan perencanaan

4 tulangan pada tiap sisi kolam. Untuk itu perlu dipastikan bahwa jarak

78
bersih antar tulangan memenuhi syarat SNI 2847-2019; Pasal 25.2.3; Hal-

560. Pada pasal tersebut bahwa spasi bersih antar tulangan harus tidak

kurang dari nilai terbesar dari:

S ≥ 40 mm

Atau

S ≥1 , 5 db=1 ,5 x 25=37 , 5 mm

Atau

S≥ ( 43 ) daggregat=( 43 ) 30 mm=40 mm
Jadi syarat jarak bersih adalah s ≥ 40 mm. Adapun rumus menghitung

jarak bersih adalah:

b−(2 xts)−( 2 x ∅ s )−(n xd )


s= Jarak untuk 5 tulangan
(n−1)

b−(2 xts)−( 2 x ∅ s )−(n xd )


s=
(n−1)

700−(2 x 40)−( 2 x 13 ) −(5 x 25)


s= =117 ,25 mm> 40 mm
(5−1)

sehingga dapat disimpulkan bahwa perencanaan formasi tulangan

memungkinkan untuk dipakai. Adapun hasilnya adalah seperti dibawah

ini:

79
Gambar 4.26. Desain Tulangan Kolom
Sumber: Data Penelitian

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian “Analisis Struktur Gedung Wing Hotel

Achmad Tahir Politeknik Pariwisata Medan” pembahasan dapat dicantumkan

dibawah ini:

Tabel 9. Perhitungan Struktur Kolom dan Balok


Berdasarkaan SNI 2847 - 2019

Struktur Balok 300 x 500 SNI 2847-2019


1. Kuat Lentur Balok
Momen Ultimate (Mu) 153.517 KN m
Jumlah Tulangan Tekan (n1) 5 buah
Jumlah Tulangan Tarik(n2) 3 buah
Diameter Tulangan Longitudinal 25 mm
2
As 2453 , 12 mm
2
A’s 1471 , 87 mm
Kuat Nominal & Cek Kapasitas 441.353 KNm ≥153,5176 KNm
Balok (Memenuhi Syarat)
2. Kuat Geser Balok

80
Lanjutan Tabel
Geser Ultimate (Vu) 179.209 N
Syarat Menerima Beban Geser 117,561 N ≤ 408.982 N
Klasifikasi Nilai Vu daerah 114.318 N ≤ 117.561 N ≤ 248.017 N
Tumpuan (Memenuhi Syarat)
(Cek Kategori 4)
Klasifikasi Nilai Vu daerah 83.767 N ≤ 89.604 N ≤114.318 N
Lapangan (Memenuhi Syarat)
(Cek Kategori 3)
3. Struktur Kolom
Dimensi Kolom 500 x 700 cm
D 25 mm
Øs 13 mm
Fc 33 MPa
Fy 420 MPa
Mu 341.555 .000N mm
Pu 1.155 .990N
2
As 5250 mm
JumlahTulangan 12 buah
Sumber: Data Penelitian

Berdasarkan analisis dengan sofware SAP 2000 dengan perhitungan yang

mengacu pada SNI – 2847:2019, diperoleh hasil perhitungan setiap elemen

struktur yang tidak berbeda dengan data yang diperoleh dari lapangan. Dimana

elemen struktur balok yang ditinjau yaitu Balok B6 memiliki hasil yang sama

dengan data lapangan yaitu Untuk desain penulangan balok (B6) diperoleh hasil

untuk tulangan tarik aktual As = 5 tulangan yang memiliki As = 2453 , 12 mm2 ,

serta untuk tulangan tekan aktual A ' s = 3 tulangan, memiliki A ' s sebesar =
2
1471 , 87 mm . Hasil perhitungan struktur kolom yang ditinjau yaitu kolom K1

81
memiliki hasil yang sama dengan data di lapangan, Adapun Hasil yang diperoleh

untuk desain penulangan kolom (K1) adalah 12 D – 25yang memiliki As sebesar

= 5250 mm2, dan hasil data di lapangan untuk desain penulangan kolom (K1)

adalah 12 D – 25.

82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil output analisis Program SAP 2000 dengan metode

perhitungan berdasarkan SNI 2847-2019 diperoleh momen maksimum balok, Mu

= 153,517 KNm dan gaya geser, Vu = 179,209 KN serta momen maksimum

kolom, Mu = 341 ,55 KNm dan gaya aksial, P = 1155, 99 KN. Sehingga diperoleh

desain tulangan balok dengan As= 5D-25=2453 , 12 mm2 dan A’s= 3D-25 =
2
1471 , 87 mm dan tulangan geser pada tumpuan balok 2ø 13-100 mm dan pada

lapangan 2ø13-200 mm, serta desain tulangan kolom yaitu 12 D -25=


2
5250 mm .

5.2 Saran

1. Dalam menganalisis struktur dengan software terlebih dahulu

harusmemahamigambarstruktur yang akan dianalisis. Sehingga bisa sebagai

patokan untuk pemodelan pada SAP 2000.

2. Kemudian dalam pengaplikasian program SAP 2000 diperlukan ketelitian

dalam penginputan pembebanan karena sangat mempengaruhi besaran gaya

gaya yang bekerja pada struktur.

3. Hasil gaya-gaya dalam analisis program SAP 2000 menjadi suatu hal yang

penting dalam melakukan perhitungan elemen struktur dengan metode SNI

2847-2019. Maka dari itu pemilihan gaya-gaya dalam setiap elemen struktur

harus diperhatikan.

83
DAFTAR PUSTAKA

Antonius. (2021). Perilaku Dasar Dan Desain Beton Bertulang Berdasarkan SNI-

2847-2019. In Unissula Press.

Badan Standarisasi Nasional. 2019. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk

Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2019. Jakarta: Standar Nasional Indonesia

Badan Standarisasi Nasional. 2019. Peraturan Pembebanan Minimum Untuk

Bangunan Gedung dan Struktur Lain, SNI 1727-2019. Jakarta: Standar

Nasional Indonesia.

Badan Standarisasi Nasional, 2019. Standar Perencanaan Ketahanan

GempaUntuk Bangunan, SNI 03-1726-2019. Jakarta: Standar Nasional

Indonesia

PPIUG. (1983). Peraturan-Pembebanan-Indonesia-1983 (pp. 3–32).

SNI 1726 – 2013. (2013). Beban Minimum Untuk Perencanaan Bangunan

Gedung Dan Struktur lain. Jakarta

SNI-1726. (2019). Standar Desain Ketahanan Gempa Untuk Standar Gedung dan

Non-Gedung. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

SNI 2052. (2017). Baja Tulangan. Badan Standarisasi Nasional Indonesia,

Jakarta.

SNI 2847. (2019). Persyaratan Beton Struktural Untuk Gedung. Badan

Standarisasi Nasional. Jakarta

SNI 03 – 2847 – 2019 (2019). Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan

Gedung dan Penjelasannya. Badan Standar Nasional: Jakarta.

84
SNI 1726 – 2019. (2019). Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk

Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Badan Standar Nasional:

Jakarta.

SNI 1727 – 2020. (2020). Beban Desain Minimum Dan Kriteria Terkait Untuk

Bangunan Gedung dan Struktur lain. Badan Standar Nasional: Jakarta.

Yudha Lesmana, 2020. Desain Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847-

2019. Makassar

85
LAMPIRAN

86
87

Anda mungkin juga menyukai