SKRIPSI - 198110102-Poltak Jon Martin 1
SKRIPSI - 198110102-Poltak Jon Martin 1
SKRIPSI - 198110102-Poltak Jon Martin 1
SKRIPSI
Disusun Oleh:
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Syarat Dalam
Ujian Sidang Sarjana Teknik Sipil Strata Satu
Universitas Medan Area
Disusun Oleh:
Disetujui:
Dosen Pembimbing
Hermansyah, ST.,MT
NIDN: 0106088004
Mengetahui:
NPM : 198110102
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya sendiri
perguruan tinggi dan dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan apabila
kelak dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar (skripsi plagiat) maka
saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar kesarjanaan atau sanksi lainnya
Sebagai sivitas akademik Universitas Medan Area, saya yang bertanda tangan
dibawah ini:
NIM : 198110102
Fakultas : Teknik
Universitas Medan Area Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive
Royalty Free Right) atas karya saya yang berjudul Analisis Sruktur Gedung Wing
Beserta Perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Yang Menyatakan
Utara, Kecamatan Pangaribuan, Desa Purbatua, Dusun Pasar Baru pada tanggal
19November 1998. Anak ke dua dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak
Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara pada tahun 2011. Pada tahun yang
Sumatera Utara dan lulus pada tahun 2014, Kemudian melanjutkan pendidikan
Barita, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara dan lulus pada tahun 2017,
Penulis melanjutkan pendidikan Strata Satu (S-1) di salah satu universitas swasta
yang berada di kota medan, Sumatera Utara yaitu Universitas Medan Area dan
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat karunia
dan rahmat-Nya, laporan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Medan Area. Penelitian ini berjudul “Analisis Struktur Gedung Wing Hotel
tetapi berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya dapat
nrasa terima kasih atas kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak selama
1. Bapak Prof. Dr. Dadan Ramdan, M.Eng, M.Sc, Selaku Rektor Universitas
Medan Area.
2. Bapak Dr. Rahmad Syah, S.Kom, M.Kom, Selaku Dekan Fakultas Teknik
3. Bapak Hermansyah, S.T., M.T, Selaku Ketua Prodi Teknik Sipil Universitas
yang telah memberikan dukungan dan doa tak terhingga bagi saya.
kebutuhan saya.
i
6. Kepada Larasati Anggraeni Butar-Butar, S.Pd, yang bisa menemani hingga
saat ini beserta teman saya Lambok Ritonga, Wilman Simanjuntak, Dorlan
Siregar, Jon Damanik dan senior Masmur Natolius Silaen, dan angkatan
2019.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
membantu dan memperlancar dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap skripsi
ini bisa memberikan banyak manfaat untuk dunia pendidikan terutama dalam
Penulis
ii
ABSTRAK
Struktur kolom dan balok merupakan struktur yang paling penting untuk
mendukung berdirinya suatu bangunan bertingkat dengan baik. Dengan adanya
pemasangan kolom dan balok yang sesuai dan mengikuti peraturan SNI 2847-
2019 serta analisa struktur yang dilakukan dengan program SAP 2000 sehingga
dapat diteliti dan dipahami untuk tahap pembangunan selanjutnya. Sehingga
tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memperoleh hasil analisa
struktur pada kolom dan balok menggunakan program SAP 2000 dengan
berdasarkan metode SNI 2847 – 2019. Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan
dengan SNI 2847-2019 diperoleh desain tulangan balok dimensi 300 mm x 500
mm dengan As = 5D-25= 2453,12 mm2 dan A’s= 3D-25 = 1471,87 mm2 dan
tulangan geser pada tumpuan balok 2ø 13-100 mm dan pada lapangan 2ø13-200
mm, serta desain tulangan kolom dimensi 500 mm x 700 mm yaitu 12 D -25 =
5250 mm2.
iii
ABSTRACT
The column and beam structure are the most important structure to support the
establishment of a multi-storey building properly. With the installation of columns
and beams that are in accordance with and follow the SNI 2847-2019 regulations
and structural analysis carried out with the SAP 2000 program so that they can
be studied and understood for the next stage of development. So the purpose of
this research is to analyze and obtain the results of structural analysis on columns
and beams using the SAP 2000 program based on the SNI 2847 - 2019 method.
Based on the results of analysis and calculation with SNI 2847-2019, the design
of beam reinforcement dimension 300 mm x 500 mm is obtained with As= 5D-25
= 2453.12mm2 and A's = 3D-25 = 1471, 87 mm2 and shear reinforcement at the
beam pedestal 2ø 13-100 mm and in the field 2ø13-200 mm, and the design of
column reinforcement dimension 500 mm x 700 mm is 12 D-25 = 5250 mm2.
.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
ABSTRAK.............................................................................................................iii
ABSTRACT............................................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR NOTASI.............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
v
2.2 Dasar Teori.......................................................................................7
vi
2.6.7 Beban Gempa........................................................................24
4.3 Pembahasan....................................................................................79
vii
5.1 Kesimpulan.....................................................................................82
5.2 Saran...............................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................83
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
Gambar 4. 12. Add Properties Of Object....................................................................
xii
DAFTAR NOTASI
b : Lebar penampang, mm
cc : Gaya tekan, N
struktur
xiii
Mu : Momen terfaktor pada penampang, Nmm
M1ns : Momen ujung terfaktor kecil didalam elemen tekan karena beban yang
M2ns : Momen ujung terfaktor besar didalam elemen tekan karena beban yang
Rn : Koefisien Perlawanan
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
membangun hotel dengan konsep kualias tinggi menjadi usulan yang baik yang
Sehingga perlu pembuatan struktur bangunan yang kuat sesuai umur yang
direncanakan.
untuk menyalurkan beban yang diterima oleh gedung diatas tanah. Balok
merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat
kolom lantai atas, berfungsi sebagai penyalur momen menuju kolom, sebagai
suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang
Perlu kita ketahui bahwa suatu bangunan gedung bukanlah hanya dilihat
dari seberapa artistik gedung tersebut, namun aspek yang paling penting yaitu
1
ataupun ketahanan struktur terhadap potensi bencana seperti gempa. Untuk
mengetahui hal tersebut, tentu saja diperlukan perencanaan dan perhitungan yang
tepat.
waktu dan tenaga, maka dalam penelitian ini digunakan salah satu program
Penggunaan yang efektif dari suatu program seperti SAP 2000 untuk
yang akan dianalisis. Tahap yang paling sulit didalam prosedur analisis adalah
pemilihan model struktur yang tepat, meliputi karakteristik dan prilaku yang
dan perhitungan kebutuhan jumlah tulangan yang dipasang pada setiap struktur
mulai dari pondasi, kolom, balok, plat lantai dan plat atap melalui perhtingan yang
sudah dilakukan dan sudah diperiksa oleh bagian konsultan dan sudah memenuhi
yang ingin di selesaikan pada penelitian ini maka judul pada penelitian ini
Medan”.
2
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian
balok menggunakan program SAP 2000 dan perhitungan struktur kolom dan
Adapun rumusan masalah yang didapat dari penelitian ini antara lain:
2. Apakah struktur kolom dan balok pada konstruksi gedung mampu menahan
program SAP 2000 dan perhitungan struktur berdasarkan SNI 2847 – 2019.
3
Adapun manfaat yang saya dapatkan dalam penelitian ini:
program SAP 2000 dan perhitungan struktur berdasarkan SNI 2847 – 2019.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
melakukan penelitian agar penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
5
2017 Kolom 3 tulangan balok dan 2645
Gedung kolom yang telah di
Sekolah evaluasi dengan
Mts Darul perencanaan awal,
Ulum Kab. karena setelah di
Kotabaru evaluasi jumlah
Dengan Sni tulangan yang
2847:2019 digunakan menjadi lebih
sedikit.
6
kebutuhan tersebut, salah satunya adalah hotel modern. Hotel menjadi pilihan
dari ukuran dan tinggi bangunan, semakin besar dan tinggi bangunan maka
desain ukuran dan struktur pondasi, balok dan kolom juga akan menentukan
Lahan yang tidak begitu luas dan memerlukan ruangan yang diperlukan sesuai
menjadi objek penelitian yang sangat baik dan dapat menambah wawasan atau
pada kebutuhan dalam mengikat tulangan dan agregat beserta semen yang
cetakan Struktur yang sesuai dan tidak memiliki kecacatan struktur sehingga tidak
terjadi keruntuhan dan kerugian besar pada pembangunan. Maka diberikan juga
perhatian dan dilakukannya uji kuat tekan beton pada struktur sebagai contoh
7
SAP 2000 (Structural Analysis Program 2000) adalah program komputer
untuk menganalisa dan mendesain struktur bangunan, baik berupa struktur bidang
yang muncul pada suatu elemen struktur sebagai akibat dari munculnya beban
c
Asumsikan nilai ≤ 0.375................................................................... 2.1
dt
(Nilai boleh dipilih berapapun asal lebih kecil dari 0.375 agar penampang
c
Hitung nilai c dengan nilai yang diperoleh pada persamaan 2.1
dt
( 1
)
d=dt= h−ts−∅ s− Dt ....................................................................2.2
2
c
c= x dt .............................................................................................. 2.3
dt
(diasumsikan tulangan tarik satu lapis, sehingga nilai dt sama dengan nilai
d).
8
nilai ꞵ1 sebagai berikut:
( )
'
f c−28
β 1=0 , 85−0.05 ...................................................................2.4
7
a = β 1 x c.............................................................................................. 2.5
Cc 1=¿T1
Cc 1
As1 ¿
fy
a
Mn 1= As 1 x fy(d − ).......................................................................... 2.7
2
berikut:
' 1
d =(ts+ øs+ Dt ).................................................................................. 2.9
2
Regangan ɛ’s
9
'
( c−d )
ɛ ’ s=0,003 x ............................................................................. 2.10
c
'
f s =Es x ɛ ’ s......................................................................................... 2.11
' Mn 2
A s= ' ' .................................................................................... 2.12
f s (d−d )
A ' s= As 2
Asteoritis
n=
1 ......................................................................................... 2.14
xπxD 2
4
A ' steoritis
n=
1 ...................................................................................... 2.15
xπxD 2
4
membutuhkan sedikit.
Pada langkah ini, harus dipastikan apakah tulangan As terpasang satu lapis
atau dua lapis. Bila terpasang dua lapis maka tinggi efektif penampang (d)
10
b−( 2 xts )−( 2 x ∅ s ) −(nxDt )
S min ¿ ....................................................... 2.18
(n−1)
a
c= .................................................................................................... 2.23
β1
Mn=Ccx d− ( a
2 )
−Csx (d−d' ).............................................................. 2.24
Ø x Mn ≥Mu
11
Analisa geser pada balok, seperti gambar 3.9, akan menjadi 2
daerah, yaitu tumpuan dan lapangan .Sehingga perlu dicari nilai vu masing
penentuan nilai geser pada tumpuan cukup diambil pada penampang yang
lokasinya sejarak d.
Vu1
.......................................................................................................2.26
Vu
Vu2
....................................................................................................... 2.27
Vu
Hal ini berarti ukuran penampang balok sudah memenuhi persyaratan bila
Cek kategori-1:
Cek kategori-2:
0 , 5 ∅ Vc ≤ Vu ≤ ∅ Vc.......................................................................... 2.31
Cek kategori-3:
12
Dimana:
Cek kategori-4:
1
∅ ( Vc+Vs , min ) ≤ Vu≤ ∅ (Vc+
3
√ f c' bwd)........................................ 2.35
Cek kategori-1:
Cek kategori-2:
0 , 5 ∅ Vc ≤ Vu ≤ ∅ Vc.......................................................................... 2.37
Cek kategori-3:
Dimana:
Cek kategori-4:
1
∅ ( Vc+Vs , min ) ≤ Vu≤ ∅ (Vc+
3
√ '
f c bwd)........................................ 2.41
13
∅ Vs=Vu− ∅ Vc ............................................................................... 2.42
Vu− ∅ Vc
Vs= ................................................................................. 2.43
∅
Vu− ∅ Vc
Vs= .................................................................................. 2.45
∅
geser adalah:
d
s= ............................................................................................... 2.46
2
geser adalah:
d
s= ............................................................................................... 2.47
2
Vs . S
Av= ....................................................................................... 2.48
fyt . d
Vs . S
Av= ....................................................................................... 2.49
fyt . d
14
Pastikan nilai Av actual berdasarkan tulangan geser yang digunakan di
lapangan.
1
A= πD 2............................................................................................. 2.50
4
Ateoritas
n= ................................................................................... 2.51
Aaktual
Luasan tulangan geser antar tumpuan dan lapangan memang sama, namun
jaraknya berbeda.
Avfytd
Vs= ...................................................................................... 2.53
s
Avfytd
Vs= ...................................................................................... 2.54
s
15
Vn=Vc +Vs...................................................................................... 2.56
penampang properties dari balok dan kolom, serta akan digunakan pada
perhitungan selanjutnya.
Parameter material.
1 3
l= bh ................................................................................................ 2.76
12
r=
√ I
Ag
................................................................................................. 2.77
1 1
lu =tinggi kolom− hbalok− hbalok (tinggi bersih kolom).................2.78
2 2
1 3
l= bh ................................................................................................ 2.78
12
' 1
d =ts+ ∅ s+ D ..................................................................................... 2.79
2
16
2.4.2 Nilai Kekakuan Struktur Kolom
Chart yang terdapat dalam SNI 2847-2019; gambar 6.25; hal – 93 adapun
dalam buku ini disajikan pada gambar 5.11 berikut perhitungan detailnya:
Ψ ¿
A
(∑
El
l ) kolom ( ) k 4 ( ) k 3
=
El
l
+
El
l
................................................ 2.81
∑ ( ) balok ( ) B 1 ( ) B 2
El El El
l l l
Ψ¿B
( El
∑
l ) kolom ( ) k 3 ( ) k 2
=
El
l
+
El
l
................................................
∑ ( ) balok ( ) B 3 ( ) B 4
El El El
l l l
2.82
klu
≥ 22.................................................................................................. 2.83
r
momen.
17
2.4.4 Analisa pembesaran momen
yang bekerja pada tingkat yang ditinjau umumnya yang diambil adalah
dari kombinasi 1,2D + 1,6 𝐿, karena nilai nya terbesar untuk gaya aksial
diperoleh dari jumlahan 24 kolom dalam satu lantai yang ditinjau (lantai -
3) nilai total yang diproleh dari analisa SAP 2000 dari kombinasi beban
SNI 2847-2019, pasal 6.6.4.4.4 dalam kasus ini akan digunakan persamaan
0 , 4 EcIg
( EI ) eff = ................................................................................ 2.84
1+ βdns
Dimana
Pu(1, 2 D+1 ,6 L)
βdns= ..................................................................... 2.85
Pu(1 ,2 D+ L+Q)
Parameter ΣPc adalah jumlah total tekuk kritis kolom dalam satu tingkat
dihitung nilai tekuk kritis kolom yang ditinjau Pc. Adapun persamaan
18
Parameter δs adalah factor pembesaran momen. Nilai δ s dihitung dengan
persamaan:
1
δs= ≥ 1, 0
ΣPu ......................................................................... 2.87
1−
0.75 ΣPc
Dari dua nilai momen tersebut, akan diambil nilai yang terbesar
sebagai nilai momen ultimate Mu. Sedangkan nilai Pu, diambil nilai aksial
Mu
e= ................................................................................................... 2.90
Pu
Sumbu-x:
Rn=
Pne
=
( ∅ ) ......................................................................... 2.91
Pu
e
' '
f c Agh f c Agh
Sumbu-y:
19
Kn=
Pne
=
( ∅ ) ............................................................................. 2.92
Pu
' '
f c Ag f c Ag
bahwa dengan rasio tersebut, tulangan bias terpasang pada kolom. Hal
yang perlu diperhatikan adalah jarak bersih antar tulangan yang disarankan
Astot
n=
1 .............................................................................................. 2.94
πD 2
4
Tulangan tersebut akan disebar pada empat sisi kolam dengan perencanaan
4 tulangan pada tiap sisi kolam. Untuk itu perlu dipastikan bahwa jarak
bersih antar tulangan memenuhi syarat SNI 2847-2019; Pasal 25.2.3; Hal-
560. Pada pasal tersebut bahwa spasi bersih antar tulangan harus tidak
S ≥ 40 mm
Atau
S ≥1 , 5 db
Atau
S≥ ( 43 ) daggregat
20
Jadi syarat jarak bersih adalah s ≥ 40 mm. Adapun rumus menghitung
s=b−¿¿ ................................................................................................2.95
kolom yang paralel dengan tulangan balok tersebut tidak boleh kurang dari
weight).
Untuk beton ringan (lightweight), dimensinya tidak boleh kurang dari 26d
tulangan.
Tinggi joint h tidak boleh kurang dari setengah tinggi balok-balok yang
merangka pada joint tersebut dan yang menyebabkan geser pada joint
Luas penampang efektif dalam suatu joint, Aj, harus dihitung dari tinggi
joint kali lebar joint efektif. Tinggi joint harus sebesar lebar kolom, h.
Lebar joint efektif harus selebar kolom, kecuali bila ada balok yang
merangka ke dalam kolom yang lebih lebar, lebar joint efektif tidak boleh
b) Dua kali jarak tegak lurus yang lebih kecil dari sumbu longitudinal
21
Vn=1 , 7 λ √ f c Aj .................................................................................2.96
' 2
Untuk joint yang terkekang oleh balok-balok pada tiga sisinya atau dua
sisi berlawanan:
Jenis dan tegangan leleh (fy) baja tulangan yang digunakan adalah:
22
2.6.3 Factor Reduksi dan Kekuatan
Beban akibat berat sendiri struktur (Dead Load) adalah berat seluruh komponen
elemen struktural bangunan itu sendiri yaitu kolom, balok, pelat, dinding geser
serta pondasi. Beban mati akan dianalisa otomatis software dengan menggunakan
berat jenis beton 2400 kg/m3 dan berat jenis baja tulangan 7850 kg/m3.
23
Total Beban Mati TambahanLantai 157 kg/m2
Tipikal
Sumber: Data Lapangan
Beban Hidup (Live Load) adalah beban yang diakibatkan oleh pengguna dan
Sesuai dengan ketentuan dalam SNI 1727: 2020, besarnya beban hidup yang
24
Sumber: Data Lapangan
Berdasarkan pada peta Parameter Gerak Tanah pada gambar dibawah ini
sesuai SNI 1726 – 2019, maka masing – masing besar Ss = 0,70 g dan S1 = 0,4 g,
Ss = 0,70
25
Sumber: Puskim, 2023
S1 = 0,40
Dengan memasukkan kelas situs SC dan factor keutamaan = 1.5 dan kategori
Faktor amplifikasi:
26
Gambar 2.6. a. Respon Spekta Desain untuk kelas Situs
SC dengan Ss = 0,70 g dan S1 =
0,40 g berdasarkan SNI 1726 – 2019.
Sumber: Puskim, 2023
Dari Uraian diatas dan uraian – uraian sebelumnya, dan uraian berikutnya
27
j. Comb 10 = 1,2 DL + 1,2 SIDL+ 1,0 LL - 0,3 EX - 1,0 EY
dimensi pondasi atau jumlah tiang direncanakan sedemikian hingga gaya reaksi
berikut:
a. Comb P1 = 1,0 DL
28
BAB III
METODE PENELITIAN
Achmad Tahir Politeknik Pariwisata Medan, yang tidak terlepas dari kemajuan
Pariwisata Medan berlokasi di Jl. Rumah Sakit Haji No. 12 Medan, Sumatera
Utara.
Lokasi
Penelitian
29
3.3 Tahapan Penelitian
Mulai
PengumpulanData
Gedung Gedung
Pembebanan
Struktur
Analisa Struktur
(Menggunakan SAP
2000)
Hasil Perhitungan
Selesai
30
3.4 Kuat Lentur Balok
Balok merupakan salah satu elemen utama penyusun struktur gedung yang
dengan kolom-kolom struktur sehingga struktur rangka yang stabil dan memikul
beban, baik beban gravitasi maupun beban gempa. Akibat adanya beban maka
balok mengalami gaya gaya dalam seperti momen lentur, torsi dan gaya geser.
Adapun gaya aksial, sebenarnya balok juga menerima gaya aksial tekan
namun gaya tersebut diabaikan karena tidak mempengaruhi perilaku balok dan
31
Gambar 3. 4.Distribusi tegangan-regangan balok beton bertulang
Sumber: Yuda Lesmana, Desain Struktur Beton Bertulang, 2019
32
Pada gambar 3.4, dapat dilihat sebuah balok menerima beban merata
ujungnya. Pada kondisi ini balok akan mengalami fenomena lentur yang
menyebabkan timbulnya tegangan tarik dan tekan pada penampang balok. Pada
serat atas penampang balok munculnya tegangan tekan akibat beban sedangkan
pada serat bawah penampang balok akan mengalami tegangan tarik. Disaat balok
dapat dilihat pada gambar 3.4.2(a). Dalam kondisi ini tegangan tarik dan tegangan
tekan belum mencapai batas kekuatan dari material beton maupun tulangan.
Distribusi tegangan -regangan dalam kondisi ini berupa garis linear (garis lurus)
yang artinya perilaku balok elastis, disaat beban ditiadakan maka kondisi balok
akan kembali pada posisi semula tanpa adanya deformasi dan kerusakan (retak)
pada balok.
Pada saat beban bertambah secara signifikan seperti pada gambar 3.4.2(b),
maka distribusi tegangan pun akan berubah sesuai besaran beban yang
ditambahkan. Perubahan diawali dengan adanya perubahan tinggi garis netral (c).
yang diikuti dengan bertambahnya tegangan regangan tekan dan tarik pada serat
atas maupun bawah. Pada kondisi tersebut tegangan pada baja tulangan telah
mencapai batas kuat lelehnya (fy). Distribusi tegangan pada daerah tekan pun
berubah yang awalnya linear berubah menjadi nonlinear. Tegangan tarik pada
serat tarik penampang beton telah melampaui kekuatan beton sehingga pada
kondisi ini telah terjadi retak (crack) pada serat tarik. Lendutan permanen sudah
mulai tampak pada beton meskipun beban dihilangkan dari element balok. Hal ini
33
Dengan terjadinya leleh pada tulangan tarik beton, maka tulangan baja
pada balok seperti pada Gambar 3.4.2(c). Kondisi retak pada permukaan serat
tarik pun akan semakin membesar dikarenakan tulangan baja telah melampaui
kuat lelehnya dan mengalami strain hardening. Regangan yang terjadi pada
tulangan baja bisa mencapai berkali-kali lipat dari regangan lelehnya. Dengan
kata lain, kekuatan baja untuk memikul beban semakin mengecil. Efek nonlinear
pada tegangan tekan semakin terlihat. Tinggi garis netral semakin berkurang
seiring dengan bertambahnya tegangan yang terjadi pada serat tarik balok. Hal ini
berarti lengan moment antara gaya tarik dan gaya tekan pada penampang balok
serat tekan (serat teratas) pada penampang beton telah mencapai kekuatan
maksimumnya (𝜀cu = 0,003). Dan hal itu menandakan bahwa serat tekan tersebut
moment lentur yang terjadi akan dijelaskan lebih spesifik pada gambar 3.4.3.
Dalam hal ini akan diasumsikan serat tekan pada serat atas penampang telah
mencapai regangan maksimum dari beton yaitu 𝜀cu =0,003. Ada beberapa asumsi
yang bisa digunakan untuk menjelaskan prinsip dasar perilaku lentur balok
penggunaan asumsi ini maka distribusi regangan pada penampang beton bisa di
34
b. Asumsi yang kedua adalah lekatan (bond) antara tulangan dan beton dianggap
sempurna tanpa adanya slip. Hal ini mengandung arti bahwa regangan yang
telah dijelaskan di awal bahwa beton lemah terhadap tarik maka hal tersebut tidak
efektif (effective depth) penampang balok (d) cukup diukur dari serat tekan terluar
hingga ke titik berat dari tulangan tarik, seperti yang terlihat pada gambar
3.4.3(a).
penampang beton, bentuk dan nilainya sangat sulit ditentukan secara pasti.
Meskipun di korelasikan terhadap hasil uji yang dilakukan pada benda uji silinder.
Untuk itu, para ahli menggunakan parameter k1, k2, k3 guna mendefinisikan blok
tekan yang terdapat pada daerah tekan dari penampang balok, Nilai parameter
tersebut (k1, k2, k3) bisa ditentukan berdasarkan hasil eksperiment yang telah
35
dilakukan seperti yang terlihat pada Gambar 3.4.4. Nilai (k1, k2, k3) menunjukkan
nilai resultan gaya tekan yang terdapat dalam penampang balok saat balok
menetukan lokasi dari resultan gaya tekan (C) terhadap serat terkan terluar
tegangan maksimum (peak stress) pada daerah tekan balok terhadap kuat tekan
Gambar 3. 6. Nilai dari parameter kuat lentur pada balok (k1, k2,k3)
Sumber: Yuda Lesmana, Desain Struktur Beton Bertulang, 2019
Pada saat retak terjadidi sisi terluar serat tekan, regangan yang terjadi pada
tulangan baja bisa jadi lebih besar atau lebih kecil atau lebih kecil dibandingkan
regangan lelehnya, 𝜀s. Jika perbandingan antara luasan tulangan (As) dan dan
36
luasan penampang beton relatif cukup kecil, maka baja tulangan akan leleh
terlebih dahulu sebelum terjadi retak pada sisi terluar dari serat tekan. Sehingga
beton akan berperilaku daktail dengan menunjukkan deformasi yang cukup besar
penampang beton relatif cukup besar (artinya: tulangan yang digunakan banyak)
maka tulangan baja akan tetap elastis, tidak mengalami rusak saat serat tekan
terluar penampang beton mengalami retak. Kondisi seperti ini sangat berbahaya
Gaya geser balok adalah salah satu beban yang perlu diperhitungkan
sepanjang bentang balok. Balok yang memikul beban momen pada sumbu
kuatnya akan menimbulkan momen juga menimbilkan gaya geser pada balok.
Prinsip dasar dari desain geser pada balok adalah resultan tegangan geser vertical
dan penampang balok harus sama dengan gaya geser yang bekerja pada balok.
diagonal tension yang diakibatkan tegangan geser terjadi. Pola dan lebar retak
pada balok yang umumnya dipasang secara tegak lurus terhadap tulangan lentur
balok. Fenomena keretakan tanpa tulangan geser dapat dilihat pada gambar 3.5.
37
Pada gambar 3.5(a) balok prestrested mengalami reatak pada bagiaan badan
penam-pang balok atau dikenal dengan istilah web shear crack. Jenis retak ini
muncul pada balok tanpa didahului retak akibat lentur. Umumnya kondisi retak
ini jarak terjadi pada balok nonprategang (balok umum yang digunakan padaa
struktur rangka). Sedangkan retak yang muncul yang didahului munculnya retak
akibat lentur adalah flexure-shear-crack, seperti yang terlihat pada gambar 3.5(b).
jenis crack ini juga dikenal dengan istilah initiating crackyang sering muncul
peran dari tulangan geser pada balok sangatlah pennting guna mencegah
38
3.5.1 Mekanisme tanahan geser pada balok
Mekanisme distribusi tegangan geser yang sering terjadi pada balok yang tidak
seperti yang terlihat pada gambar 3.5.1. Berikut penjelasan terkait parameter
a. Tahan geser pada balok yang tidak mengalami retak (uncracked concrete), di
b. Gaya geser pada yang terdapat pada permukaan beton (aggregate interlock or
interface shear transfer) diberi simbol Va. Besaran Va sangat dipengaruhi oleh
kasar karena terdapat pecahan dari kerikil (aggretate) dari campuran beton.
c. Tahanan yang disumbang oleh tulangan lentur biasanya disebut dengan dowel
action, Vd. Dowel action ini merupakan tahanan terhadap gaya geser yang
d. Arch action, mekanisme tahanan geser yang didapat pada balok tinggi (deep
beam).
balok terjadi, itu akan bergantung pada kemampuan beton yang tidak retak untuk
39
menyebarkan gaya gesernya ke bagian yang lain. Dengan kata lain, 4 parameter
yang telah dijelaskan diatas tentu sangat menentukan tingkat kerusakan akibat
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ACI dan ASCE pada
tahun 1973, persentase mekanisme distribusi geser pada balok tanpa tulangan
geser saat retak miring telah terbentuk adalah 15-25% oleh dowel action, 20-40%
oleh bagian beton didaerah tekan yang tidak mengalami retak dan 30-50% oleh
aggregate interlock dari permukaan beton yang retak. Ketika lebar dan panjang
dari retak diagonal bertambah, maka persentase yang disebutkan diatas juga akan
berubah.
aksial tekan dan momen lentur. Pada prakteknya sangat jarang menemukan
elemen kolom memikul murni gaya tekan. Umumnya kolom selalu memikul
beban kombianasi aksial tekan dan momen. Ditinjau dari kelangsingannya, kolom
dibagi atas kolom pendek dan kolom langsing. Kolom pendek tergolong dalam
tekuk.
sehingga elemen yang menerima beban aksial tekan mengalami tekuk, meskipun
belum mencapai batas kekuatan materialmya. Dengan kata lain, keruntuhan tipe
ini terjadi pada kondisi beban yang dipikul jauh lebih kecil dari kekuatan material
yang digunakan dan keruntuhan yang terjadi dikarenakan tekuk pada batang.
40
Selain itu, elemen kolom juga dibagi menjadi dua, akibat system struktur
dan tipe pembebanan, yaitu kolom tak bergoyang dan kolom bergoyang. Kolom
tak bergoyang terjadi pada struktur yang mengalami beban gravitasi dan formasi
bebannya simetris, sehingga kolom murni menerima aksial tekan tanpa adanya
adanya beban gravitasi yang tidak simetris dan bisa juga dikarenakan aadanya
beban lateral (gempa atau angin) yang membebani struktur. Dengan adanya
relative lebih langsing dan beban gempa yang harus direncakan dalam
Ketika beton dan tulangan baja bekerja sama dalam kondisi tekan, beban
yang dipikul (pada beton dan baja) berubah terus menerus secara beraturan
selama periode pembebanan. Awalnya, tegangan yang terjadi pada tulangan (ES /
EC) kali dari tegangan pada beton (berdasarkan teori elastis). Ketika terjadi
pengaruh rangkak dan susuk pada kolom, baja tulangan perlahan-lahan memikul
persegi (kolom persegi) dan sengkang spiral (kolom bulat), tentu keduanya
memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Hal itu dapat dilihat pada Gambar
3.7.1 yang berupa hubungan antara gaya dan deformasi. Kolom bulat disaat
menerima aksial tekan akan mengalami leleh (yielding) pada kondisi beban
41
tertentu. Bila beban terus diberikan, maka selimut beton pada kolom bulat akan
terkelupas dan elemen kolom akan mulai berhenti berdeformasi secara lateral. Hal
ini dikarenakan sengkang spiral secara efektif mengikat inti beton yang berada di
tengah dan mencegah agar kolom tidak runtuh. Bila tulangan sengkang didesain
dengan baik, maka kuat inti beton yang ada di tengah bisa lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi kolom yang masih utuh (sebelum selimut beton
terkelupas). Kondisi seperti ini bisa disebut dengan kuat batas maksimum
kapasitas deformasi yang serupa kolom bulat. Hubungan force – deformation dari
kolom persegi hanya memiliki one peak, seperti yang terlihat pada gambar 3.7.1
Saat kondisi tersebut terjadi, selimut pada kolom akan mengelupas dan tulangan
tidak terdapat fenomena yield (leleh). Titik puncak (one peak) pertama yang
terjadi adalah kuat batas maksimum (ultimate strength) dari kolom persegi.
42
Gambar 3. 8. Hubungan force-derfomation dari elemen kolom
Sumber: Yudha Lesmana, Desain struktur
beton bertulang, 2019
kombinasi kekuatan yang tak terhitung jumlahnya, Interaksi dari aksial tekan ( P )
dan moment ( M ) diwujudkan dalam sebuah kurva yang dikenal sebagai diagram
43
Gambar 3. 9. Diagram interaksi P-M elemen kolom
Sumber: Yudha Lesmana, Desain struktur beton bertulang, 2019
sebesar 𝜀c = 0,003, sebelum tulangan baja mengalami lelehnya (𝜀y) dan disaat
Diantara dua kondisi tersebut terdapat kondisi yang berimbang antara P dan M
condition).
controllimit (batas kontrol tekan). Hal ini mengandung arti bahwa bila interaksi P
& M berada diatas batas ini, maka kondisi kolom dikategorikan sebagai
compression controlled ini, faktor reduksi kolom adalah 0,75 untuk kolom bulat
44
dan 0,65 untuk kolom persegi, seperti yang ditentukan SNI 2847-2019; Pasal
tarik tercapai 𝜀t ≥ 0,005 dan faktor reduksi kekuatan dalam kondisi ini mencapai
0,9. Selain itu pada kondisi tension controlled, elemen struktur menerima beban
hanya berupa momen lentur tampa adanya gaya aksial tekan (meskipun ada,
namun terbilang sangat kecil sehingga bisa diabaikan). Sedangkan pada transition
zone, regangan yang terjadi adalah fy/Es < 𝜀t < 0,005 dan faktor reduksi
bervariasi linear antara 0,75 – 0,9 untuk kolom bulat dan antara 0,65 – 0,9 untuk
kolom persegi.
Pada Gambar 3.7.2 dapat dilihat pula bahwa perbandingan antara P/M bisa
dinyatakan dengan istilah (e). Disaat kolom hanya menerima beban tekan
eksentris, maka kolom akan menerima pengaruh tekan dan sekaligus momen.
proses analisa dan desain dari struktur beton bertulang untuk menyatakan gaya
aksial tekan dan momen (hanya dengan satu gaya tekan eksentris).
45
BAB IV
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
1. Membuka software SAP 2000 V14 dengan mengklik icon pada desktop.
2. Kemudian membuat model baru dengan perintah: File > New Model >
Pilih Units.
46
Sumber: Program SAP 2000
5. Kemudian input data Mutu Beton (f’c) sesuai dengan data proyek.
47
Gambar 4.4. Material Property Data
Sumber: Program SAP 2000
7. Kemudian input tipe-tipe balok dan kolom yang dipakai pada bangunan
48
Gambar 4.6. Frame Properties
Sumber: Program SAP 2000
Selanjutnya klik tombol Quick Draw Area Element pada toolbar sebelah
kiri untuk menggambar pelat lalu klik grid dimana pelat akan digambar.
9. Kemudian sesuaikan tipe balok dan kolom sesuai gambar bestek gedung
49
Gambar 4.8. View Bangunan
Sumber: Program SAP 2000
10. Setelah itu input pembebanan dengan perintah: Define – Load Pattern.
pembebanannya.
11. Lalu input data untuk beban kombinasi dengan perintah: Define – Load
50
Gambar 4.10. Load Combination
Sumber: Program SAP 2000
12. Kemudian input data pelat lantai dan pelat atap dengan perintah: Define –
13. Setelah itu buatkan sesuai tipe pelat pada gambar grid bangunan dengan
lantai/pelat atap.
51
Gambar 4.12. Add Properties Of Object
Sumber: Program SAP 2000
14. Input data pembebanan mulai dari Dead Load. Dengan perintah: klik
semua untuk lantai yang akan diinput Dead Load – Assign – Area Load –
15. Lalu input data pembebanan mulai dari Live Load. Dengan perintah: klik
semua untuk lantai yang akan di input Live Load – Assign – Area Load –
52
Gambar 4. 14. Add to Existing Load
Sumber: Program SAP 2000
16. Kemudian Set analisis dengan perintah: Analisis – Set Analisis Options –
17. Lalu Run analysis dengan perintah: Analysis – Run Analysis – Run Now
53
Gambar 4.16. Run Analysis
Sumber: Program SAP 2000
54
Gambar 4.18. Start Design/Check Structure
Sumber: Program SAP 2000
55
4.2 Perhitungan Struktur Kolom dan Balok Berdasarkan SNI 2847 – 2019
Berdasarkan analisis program SAP 2000 Struktur Gedung Wing Hotel Achmad
Tahir Politeknik Pariwisata Medan, gaya dalam untuk balok dan kolom diambil nilai
Mu (KNm) Vu (KN)
153,517 179,209
P (KN) Mu (KNm)
56
4.2.1 Perhitungan Kuat Lentur Balok
sebagai berikut;
c
=0.132
dt
c
2. Hitung nilai yang diperoleh pada langkah 1
dt
( 1
d=dt= h−ts−∅ s− Dt
2 )
( 1
)
¿ 500−40−13− 25 =434 ,5 mm
2
c
c= x dt =0,132 x 434 ,5=57,354 mm
dt
dengan nilai d)
57
3. Hitung nilai tinggi blok (a) tegangan whitney.
digunakan.
( ) ( )
'
f c−28 25−28
β 1=0 , 85−0.05 =0 , 85−0.05 =0,871
7 7
a = β 1 x c=0,871 x 57,354=49,955 mm
Cc 1=¿T1
Cc 1 318.463 2
As1 ¿ = =758 , 24 mm
fy 420
berikut:
rangkap
tunggal
Mn 1< Mn
58
Mn 1< Mu / ø
153.517 .600
130.416 .862< Nmm
0,9
rangkap).
( 1
2 )(
1
d ' = ts+ øs+ Dt = 40+13+ 25 =65 , 5 mm
2 )
Regangan ɛ’s
'
( c−d ) (57,354−65 ,5)
ɛ ’ s=0,003 x =0,003 x =0,000426
c 57,354
'
f s =Es x ɛ ’ s=200.000 x 0,000426=85 , 2 MPa
'
f s ≤ Fy=85 ,2 MPa ≤ 420 MPa ; tulangan tekan tidak leleh,
59
Tulangan tarik actual As
Asteoritis 2035 , 58
n= = =4 ,14=5 tulangan
1 1 2
xπxD 2 x 3 , 14 x 25
4 4
2 1 2 1 2
As=5−D 25 mm =n x x π x D =5 x x 3 , 14 x 25
4 4
2
¿ 2453 , 12mm
' 2 1 2 1 2
A s=3−D25 mm =n x x π x D =3 x x 3 , 14 x 25
4 4
2
¿ 1471 , 87 mm
satu lapis atau dua lapis. Bila terpasang dua lapis maka tinggi
spasi tulangan.
¿ 17 , 25 mm< 40 mm
60
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa tulangan tidak
300−( 2 x 40 )−( 2 x 13 )− (3 x 25 )
S min=
( 3−1 )
¿ 59 , 5 mm>40 mm
dua lapis
d=h− y =500−82=418 mm
T =Cc+Cs
'
T =0 , 85 x fc x b x a x A s x f ' s
persamaan:
61
13.Hitung niali tinggi garis netral (c) dan kategori penampang.
a 141 , 94
c= = =169 , 78 mm
β 1 0,836
c 169 , 58
= =0 , 37
dt 434 ,5
Mn=Ccx d− ( a
2 )
−Csx ( d−d ' )
Ø x Mn ≥Mu
62
4.2.2 Perhitungan Kuat Geser Balok
sehingga memiliki nilai geser max (SAP 2000) adalah sebesar 179,209 KN.
Bentang balok adalah sekitar 4000 mm dan dimensi kolom yang digunakan
adalah 700/500 (persegi panjang). Adapun spesifikasi lengkap dari balok yang
F’c = 25 MPa
vu = 179,209 KN
63
1. Tentukan nilai geser ultimate (vu)
Analisa geser pada balok seperti gambar 3,9 akan menjadi 2 daerah,
Vu1 1312
=
Vu 2000
1312 1312
Vu1= Vu= x 179,209=117.561 N
2000 2000
Vu2 1000
=
Vu 2000
1000 1000
Vu2= Vu= x 179,209=89.604 N
2000 2000
Vu≤ ϕ ¿
117,561 N ≤ 0 ,75 ¿
64
Hal ini berarti ukuran penampang balok sudah memenuhi persyaratan
Cek kategori-1:
Vu≤ 0 , 5 ∅ Vc
Cek kategori-2:
0 , 5 ∅ Vc ≤ Vu ≤ ∅ Vc
Cek kategori-3:
Dimana:
Vs , min=40.734
Cek kategori-4:
1
∅ ( Vc+Vs , min ) ≤ Vu≤ ∅ (Vc+
3
√ f c' bwd)
65
114.318 N ≤ 117.561 N ≤ 248.017 N (Memenuhi syarat)
Cek kategori-1:
Vu≤ 0 , 5 ∅ Vc
89.604 N ≤ 0 , 5 x 0 , 75 x 111.690
Cek kategori-2:
0 , 5 ∅ Vc ≤ Vu ≤ ∅ Vc
Cek kategori-3:
Dimana:
Vs , min=40.734 N
66
∅ Vs=Vu− ∅ Vc
Vs=40.734 N
geser adalah:
d 438
s= = =219≤ 600 mm
2 2
geser adalah:
d 438
s= = =219≤ 600 mm
2 2
67
Vs . S 45.058 .100 2
Av= = =37 , 00 mm
fyt . d 280 x 438
Vs . S 40.734 x 200 2
Av= = =66 , 42 mm
fyt . d 280 x 438
lapangan.
Øs-13 mm
1 1 2 2
A= πD 2= 3 , 14 x 13 =132 ,66 mm
4 4
Ateoritas 37 ,00
n= = = 2 (min 2 kaki)
Aaktual 132 , 66
68
Avfytd 265 , 32 x 280 x 438
Vs= = =162.694 N
s 200
Vn=Vc +Vs=111.690+325.388=437.078 N
∅ xVn≥ Vu
0 , 75 x 437.078≥ 117.561
Vn=Vc +Vs=111.690+162.694=274.384 N
∅ xVn≥ Vu
0 , 75 x 274.384 ≥ 89.604 N
69
Gambar 4.22. Desain Tulangan Geser Bentang Balok
Sumber: Data Penelitian
balok pada ujung atas dan ujung bawahnya. Kolom tersebut terletak pada lantai 3
70
Rencanakanlah penulangan kolom tersebut mampu memikul ban rencana. Adapun
b = 500 mm
h = 700 mm
f’c = 33 MPa
fy = 420 MPa
D = 25 mm (tulangan longitudinal)
Beban rencana:
Beban rencana dari struktur kolom diperoleh dari analisa struktur 2D dengan
menggunakan SAP 2000. Beban yang diloibatkan adalh beban gravity (gravitasi)
dan beban earth quake (gempa). Karena struktur akan direncanakan menerima
beban lateral berupa gempa, kolom tersebut dipastikan merupakan struktur kolom
bergoyang (sway).
1. Parameter pendukung
penampang properties dari balok dan kolom, serta akan digunakan pada
perhitungan selanjutnya.
• Parameter material.
Es=200.000
71
1 3 1 3 9 4
l= b h = 500 x 700 =14,217. 10 mm
12 12
r=
√ √
I
Ag
=
1,4217. 1010
500 x 700
=¿201 mm ¿
1 1
lu =4000− 700− 700=3.300 mm(tinggi bersih kolom)
2 2
1 3 1 3 9
l= b h = 300 x 500 =3,125. 10 mm
12 12
' 1 1
d =ts+ ∅ s+ D=40+13+ 25=65 ,5 mm
2 2
Chart yang terdapat dalam SNI 2847-2019; gambar 6.25; hal – 93 adapun
dalam buku ini disajikan pada gambar 5.11 berikut perhitungan detailnya:
Ψ ¿
A
(∑
El
l ) kolom ( ) k 1 ( ) k 1
=
El
l
+
El
l
∑ ( ) balok ( ) B 6 ( ) B 6
El El El
l l l
72
( )+( )
9 9
26.999 x 14,217.10 26.999 x 14,217. 10
4000 4000
Ψ A=
( 26.9994000 ) ( 26.9994000 )
9 9
x 3,125.10 x 3,125. 10
7 7
9,596 . 10 9,596 .10
Ψ A= 7
+ 7
=9 ,10
2,109 . 10 2,109 .10
Ψ B=
(∑
l )
El
kolom ( ) k 1 ( ) k 1
=
El
l
+
El
l
∑ ( ) balok ( ) B 6 ( ) B 6
El El El
l l l
( ) +( )
9 9
26.999 x 14,217. 10 26.999 x 14,217.10
4000 4000
Ψ B=
( 26.9994000 ) ( 26.9994000 )
9 9
x 3,125. 10 x 3,125.10
7 7
9,596 . 10 9,596 . 10
Ψ B= 7
+ 7
=9 , 10
2,109 .10 2,109 . 10
Hasil dari dua parameter (ΨA dan ΨB) bernilai sama dikarenakan dimensi
kolom dan balok yang merangkai adalah sama. Dengan memperoleh nilai
ΨA dan ΨB maka nilai k = 2,82 dapat dilihat seperti pada gambar gambar
73
Gambar 4.24. Alignment Chart
Sumber: Data Penelitian
klu
≤ 22
r
2 ,82 x 3.300
≤22
201
momen.
74
4. Analisa pembesaran momen
yang bekerja pada tingkat yang ditinjau umumnya yang diambil adalah
dari kombinasi 1,2D + 1,6 𝐿, karena nilai nya terbesar untuk gaya aksial
diperoleh dari jumlahan 24 kolom dalam satu lantai yang ditinjau (lantai -
3) nilai total yang diproleh dari analisa SAP 2000 dari kombinasi beban
SNI 2847-2019, pasal 6.6.4.4.4 dalam kasus ini akan digunakan persamaan
0 , 4 EcIg
( EI ) eff =
1+ βdns
Dimana
Sehingga(EI )eff
9
( EI ) eff = 0 , 4 EcIg = 0 , 4 x 26.999 x 14,217.10 =8 , 46 x 1013 N mm2
1+ βdns 1+ 0,814
Parameter ΣPc adalah jumlah total tekuk kritis kolom dalam satu tingkat
75
dihitung nilai tekuk kritis kolom yang ditinjau Pc. Adapun persamaan
π 2 ( EI ) eff 3 , 14 2 ( 8 , 46 x 1013 )
Pc= 2
= 2
=9.630 .000 N=9.630 KN
(klu) (2 ,82 x 3.300)
terdapat 30 kolom dalam satu tungkat sama besar, maka ΣPc adalah
ΣPc=30 x 9.630=288.900 KN
persamaan:
1
δs= ≥ 1, 0
ΣPu
1−
0.75 ΣPc
1
δs= ≥1 , 0=1, 07 ≥ 1 ,0
15433
1−
0.75 x 288.900
76
Dari dua nilai momen tersebut, akan diambil nilai yang terbesar
sebagai nilai momen ultimate Mu. Sedangkan nilai Pu, diambil nilai aksial
Mu 341.550 .000
e= = =295 , 46 mm
Pu 1.155 .990
Sumbu-x:
Rn=
Pne
=
( Pu
∅ ) e (
=
0 ,65 )
1.155 .990
295 , 46
=0 , 12
'
f c Agh
'
f c Agh 33 x 500 x 700 x 350
Sumbu-y:
Kn=
Pne
=
( Pu
∅ ) =
( 0 , 65 )
1.155 .990
=0 , 15
'
f c Ag
'
f c Ag 33 x 500 x 700
77
Gambar 4.25. Rasio Tulangan Kolom dengan
Diagram Interaksi
Sumber: Data Penelitian
bahwa dengan rasio tersebut, tulangan bias terpasang pada kolom. Hal
yang perlu diperhatikan adalah jarak bersih antar tulangan yang disarankan
Astot 5250
n= = =10 , 70=12tulangan
1 2 1 2
πD 3 , 14 x 25
4 4
Tulangan tersebut akan disebar pada empat sisi kolam dengan perencanaan
4 tulangan pada tiap sisi kolam. Untuk itu perlu dipastikan bahwa jarak
78
bersih antar tulangan memenuhi syarat SNI 2847-2019; Pasal 25.2.3; Hal-
560. Pada pasal tersebut bahwa spasi bersih antar tulangan harus tidak
S ≥ 40 mm
Atau
S ≥1 , 5 db=1 ,5 x 25=37 , 5 mm
Atau
S≥ ( 43 ) daggregat=( 43 ) 30 mm=40 mm
Jadi syarat jarak bersih adalah s ≥ 40 mm. Adapun rumus menghitung
ini:
79
Gambar 4.26. Desain Tulangan Kolom
Sumber: Data Penelitian
4.3 Pembahasan
dibawah ini:
80
Lanjutan Tabel
Geser Ultimate (Vu) 179.209 N
Syarat Menerima Beban Geser 117,561 N ≤ 408.982 N
Klasifikasi Nilai Vu daerah 114.318 N ≤ 117.561 N ≤ 248.017 N
Tumpuan (Memenuhi Syarat)
(Cek Kategori 4)
Klasifikasi Nilai Vu daerah 83.767 N ≤ 89.604 N ≤114.318 N
Lapangan (Memenuhi Syarat)
(Cek Kategori 3)
3. Struktur Kolom
Dimensi Kolom 500 x 700 cm
D 25 mm
Øs 13 mm
Fc 33 MPa
Fy 420 MPa
Mu 341.555 .000N mm
Pu 1.155 .990N
2
As 5250 mm
JumlahTulangan 12 buah
Sumber: Data Penelitian
struktur yang tidak berbeda dengan data yang diperoleh dari lapangan. Dimana
elemen struktur balok yang ditinjau yaitu Balok B6 memiliki hasil yang sama
dengan data lapangan yaitu Untuk desain penulangan balok (B6) diperoleh hasil
serta untuk tulangan tekan aktual A ' s = 3 tulangan, memiliki A ' s sebesar =
2
1471 , 87 mm . Hasil perhitungan struktur kolom yang ditinjau yaitu kolom K1
81
memiliki hasil yang sama dengan data di lapangan, Adapun Hasil yang diperoleh
= 5250 mm2, dan hasil data di lapangan untuk desain penulangan kolom (K1)
adalah 12 D – 25.
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
kolom, Mu = 341 ,55 KNm dan gaya aksial, P = 1155, 99 KN. Sehingga diperoleh
desain tulangan balok dengan As= 5D-25=2453 , 12 mm2 dan A’s= 3D-25 =
2
1471 , 87 mm dan tulangan geser pada tumpuan balok 2ø 13-100 mm dan pada
5.2 Saran
3. Hasil gaya-gaya dalam analisis program SAP 2000 menjadi suatu hal yang
2847-2019. Maka dari itu pemilihan gaya-gaya dalam setiap elemen struktur
harus diperhatikan.
83
DAFTAR PUSTAKA
Antonius. (2021). Perilaku Dasar Dan Desain Beton Bertulang Berdasarkan SNI-
Badan Standarisasi Nasional. 2019. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Nasional Indonesia.
Indonesia
SNI-1726. (2019). Standar Desain Ketahanan Gempa Untuk Standar Gedung dan
Jakarta.
84
SNI 1726 – 2019. (2019). Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Jakarta.
SNI 1727 – 2020. (2020). Beban Desain Minimum Dan Kriteria Terkait Untuk
Yudha Lesmana, 2020. Desain Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847-
2019. Makassar
85
LAMPIRAN
86
87