REFRENSI ZONING STUPA 4 New 1
REFRENSI ZONING STUPA 4 New 1
REFRENSI ZONING STUPA 4 New 1
BAB V
PENDEKATAN PROGAM PERENCANAAN DN PERANCANGAN
RENTAL OFFICE
5.1 Pendekatan Aspek Fungsional
5.1.1 Pendekatan Pelaku dan Aktivitas di Rental Office
A. Pelaku
Pelaku yang melakukan aktivitas di area Rental Office dapat dibagi menjadi
• Penyewa unit perkantoran
• Penyewa retail
• Member
• Pengelola
• Tamu perkantoran
• Pengunjung Umum
B. Aktivitas
Aktivitas yang terjadi di lingkungan Rental Office dapat dibagi menjadi beberapa jenis kelompok
aktivitas kegiatan berdasarkan pelaku kegiatan.
Tabel 5.1. Tabel kelompok aktivitas pelaku kegiatan di lingkungan Rental Office
No Kegiatan dan Keterangan Kegiatan
Aktivitas Pengelolaa
7. R. Tamu dan Lobby Ruang masuk utama ke -Memiliki akses masuk dan keluar
gedung dan untuk yang jelas dan informatif Luas
menerima tamu dan mendapatkan pencahayaan
dan sirkulasi udara yang baik
-Memiliki area resepsionis dan
informasi
9SS. Toilet Tempat untuk BAK/BAB -Memiliki sirkulasi udara dan luas
ruang yang cukup
-Terpisah toilet pria dan wanita
Aktivitas Fungsi Utama
No Ruang Fungsi Ruang Syarat Ruang
.
1. R. Produk daur Ulang Ruang bagi pekerja atau -Fasilitas yang ada menunjang
pelaku kegiatan untuk pelaku kegiatan untuk bekerja
mensterilkan sampah yang dan menghasilkan suatu produk
telah dipilah dan memilah yang berkualitas
ulang detail sampah yang -Memiliki standar keamanan dan
akan didaur ulang kebersihan yang baik
Direktur
Manager
Cleaning Teknisi
ME
PARKIR
RUANG
RUANG
KELOMPOK
LOBBY KELOMPOK
AKTIVITAS
AKTIVITAS
PENUNJANG
PENGELOLA
RUANG
KELOMPOK
AKTIVITAS
UTAMA
RUANG KELOMPOK
SE
KEGIATANSERVIS
ME
Parkir
Cafetaria, Atm Center,
Perpustakaan, Mini R.Direktur, R.Manager, Sekertaris,
Lobby& R,Kepala Divisi, R. Staff, R. Rapat Pengelola
bioskop, Ruang
Resepsionis
pameran, Mushola
C. Sirkulasi Member
a. Lokasi
Di Kota Surabaya direncanakan akan dibangun di dalam kawasan fasilitas umum komersial,
tepatnya di Jalan Basuki Rahmat, Kel. Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Kota Surabaya.
b. Batas- batas Tapak
• Utara : Jalan Embong Wungu
• Timur : Permukiman
• Selatan : PT surya Timur
• Barat : Jalan Basuki Rahmat
c. Luas
Luas Tapak : 3451 m2
GSB : 9 m (Jalan Basuki Rahmat) dan 6 m (Jalan Embong Wungu)
KDB : 60%
KLB : 1000% Max. 20 lantai
d. Kebisingan
• Utara : Kebisingan Kendaraan bermotor
• Timur : Permukiman warga
• Selatan : Perkantoran
• Barat : Kebisingan Kendaraan bermotor dari jalan utama
e. Pencapaian
Main entrance : Jalan Basuki Rahmat dan jalan embong wungu. Tapak ini memiliki 2 pintu
masuk yang mampu mengakses bangunan.
f. Utilitas Lingkungan
Drainase lancer, karena selokan berada tepat didepan tapak dan ukuranya cukup besar,
sehingga pembuangan air kotor lancer. Listrik tidak menjadi kendala karena sudah
terjangkau oleh aliran lirtrik dari PLN.
g. Topografi
Kontur yang relatif datar dan tidak ekstrim tepat berada sejajar dengan jalan
Sesuai dengan analisa aspek kontekstual, tapak yang terpilih mempunyai keterangan sebagai berikut
:
Jika direncanakan akan dibangun 20 lantai dengan proporsi 3 lantai podium, dan 17 lantai tower
maka :
= 2070 m2 x 3 = 6210
= 14490 : 17
= 852 m2
5.3.1 Pendekatan Besaran Ruang unit sewa
Besaran ruang unit sewa ditentukan dari luasan minimal kebutuhan karyawan pada suatu kantor di
kali jumlah karyawan perusahaan. Berikut tabel tolak ukur yang menentukan kapasitas karyawan
pada suatu perusahaan :
Tabel 5. 3 Kriteria Jenis Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
Untuk menentukan jumlah yang disewakan dan luas servis yang diperlukan digunakan
persyaratan rasio ruang. Rasio ruang adalah total (gross floor area) dengan luas ruang bersih
(net floor area) dengan beberapa pendekatan rasio ruang bangunan bertingkat tinggi : net
floor area unit sewa 70%-80% dan service 20%-30%
Jika luas lantai tipikal + 852 m2 , maka 80% dari 852 m2 adalah + 681 m2
+681 m2 adalah luas bersih untuk unit sewa per satu lantai dibagi ke beberapa tingkat unit yaitu
dengan perbandingan rasio jumlah perusahaan kecil, menengah, besar yang ada di Surabaya.
Lantai tipikal yang aka di sewakan untuk unit ruang sewa adalah 17 lantai maka total unit ruang
kantor sewa yang akan di bangun adalah :
4 unit x 17 = 68
- 17 unit tipe A
- 17 unit tipe B
- 34 unit tipe C
5.3.2 Pendekatan Besaran Ruang service maka 20% dari total luas lantai adalah luasan ruang
service per satu lantai yang digunakan sebagai ruang inti vertical atau ruang penunjang bangunan,
seperti lift, tangga, pipa jaringan utilitas,toilet, mushola dan lain sebagainya.
= 16560 m2
15 m2
= 1104 orang
- Jumlah orang yang diangkut = 13% x 1380 orang = 143orang
- Jumlah lift yang dibutuhkan = jumlah orang yang diangkut
Kapasitas lift
= 143
17
= 8 lift
5.3.3 Pendekatan Besaran ruang pengelola
- Ruang Direktur
Berdasarkan standar ruang direktur adalah 27 m2 (Neufert, 2002), terdapat 1 unit ruang maka
total ruang adalah 27 m2
- Ruang Manager
Berdasarkan standar ruang direktur adalah 10 m2 (Neufert, 2002), terdapat 1 unit ruang maka
total ruang adalah 10 m2 - Ruang Sekertaris
Berdasarkan standar ruang direktur adalah 6 m2 (Neufert, 2002), terdapat 2 unit ruang maka total
ruang adalah 12 m2
- Ruang kerja staff (4 Divisi)
Berdasarkan standar ruang staff per divisi adalah 9m2 untuk kepala divisi dan 5 m 2 untuk staff,
terdapat 1 kepala divisi dan 2 staff maka total ruang 19m2
- Ruang Rapat
Berdasarkan standar luas ruang rapat per orang adalah 2m 2 (Duffy, 1976) maka luas ruang rapat
dengan kapasitas 16 orang adalah 32m2
SB : Studi Banding
A : Asumsi
HP : Hasil Perhitungan
Sedangkan standar sirkulasi/flow area yang digunakan yaitu (De Chiara, 2001):
• 20% : standar kebutuhan keleluasaan sirkulasi
• 70-100% : terkait dengan banyak kegiatan
Dengan acuan tersebut maka program ruang di bagi berdasarkan kebutuhan ruang berdasarkan
kegiatan yaitu kegiatan utama, kegiatan pengelolaan, kegiatan penunjang , kegiatan servis dan
area parkir.
5 Workshop 2 unit 45 m2
= 207 mobil
Pendekatan aspek kinerja ini membahas kinerja atau utilitas yang ada pada Rental Office,
diantaranya :
Sistem pencahayaan pada Rental Office ini terdiri dari 2 (dua) macam diantaranya :
A. Pencahayaan Alami
B. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan Umum
Pencahayaan umum digunakan untuk ruangan dengan kegiatan relatif sama dan
tingkat privasi yang relatif kecil, serta ruang-ruang yang tidak memerlukan karakter
tertentu seperti ruang pengelola, dan ruang operasional.
Pencahayaan Khusus
Pencahayaan khusus untuk memberikan kesan tertentu, sehingga karakter
ruangan akan mempengaruhi faktor psikis penggunanya. Pencahayaan ini terutama
untuk menciptakan suasana yang ramah dan bersahabat.
A. Penghawaan Alami
dengan adanya bukaan pada dinding bangunan berlawanan atau berhadapan untuk
mendaparkan sirkulasi udara bersih dan mengeluarkan udara kotor.
B. Penghawaan Buatan
Gambar 5.13 Skema intake fan dan execourse fan pada basement
Prinsip dasar dari mesin Intake Fan adalah memasukkan udara luar ke dalam
ruangan, adalah sebagai berikut : Untuk memasukkan udara dari luar ke basement 1
dan 2 diperlukan benda semacam pipa yang menjulur dari permukaan tanah menuju
basement. Pipa tersebut diganti dengan suatu ruangan yang panjangnya ±80 CM x
100 CM. yang menuju ke Intake Fan. Kemudian pada Intake Fan udara disedot
dengan kipas yang kemudian disaring guna mendapatkan udara yang lebih bersih.
Kemudian udara dihembuskan menuju plannum melalui ducting yang terbuat dari
seng. Plannum adalah semacam ruangan yang berada pada lapisan dinding yang
berfungsi sebagai tempat menyalurnya udara luar yang dihembuskan dari Intake Fan.
Setelah dari plannum udara dikeluarkan menuju ruangan dengan lubang grill.
Lubang grill adalah lubang yang berada pada dinding yang berfungsi
menghembuskan udara yang berasal dari plannum menuju ke ruangan basement.
Panjangnya ± 2,50 M x 0,6 M.
Prinsip dasar dari mesin Execorse Fan adalah menyedot udara dalam ruangan
kemudian mengeluarkannya. Udara didalam ruangan yang disedot dianggap udara
bekas, sistem kerjanya terbalik dengan Intake Fan : Udara dari dalam ruangan
disedot melalui lubang grill yang berada pada sisi yang lain dari lubang grill intake.
Kemudian udara tersebut disalurkan menuju plannum. Dari plannum udara tersebut
disedot dengan kipas pada mesin intake fan melalui ducting. Kemudian udara
tersebut dikeluarkan menuju lubang keluar.
5.5.3 Sistem Jaringan Air Bersih
Penggunaan sistem down feet karena dirasa lebih tepat untuk bangunan tinggi.
Down-Feed System
Air bersih yang berasal dari PAM masuk ke dalam distribusi bangunan dan
ditampung pada ground reservoir, lalu dengan menggunakan pompa didistribusikan ke
tangki atas dan kemudian menggunakan gaya gravitasi untuk disalurkan ke masing
masing katup katup unit. System ini efektif untuk bangunan bertingkat tinggi.
Sumber tenaga listrik utama yang digunakan adalah dari PLN dengan menggunakan
panel-panel penghubung yang disalurkan ke seluruh bagian ruangan yang terdiri dari panel
utama (Main Distribuiton Panel) dan beberapa panel sekunder (Sub Distribution Panel).
Untuk energi listrik cadangan menggunakan generator set dengan automatic switch
system untuk menggatikan peran PLN ketika listrik padam.
Tempat penampungan sampah sementara harus dibuat dari bahan kedap air,
mempunyai tutup, dan dapat dijangkau secara mudah oleh petugas pembuangan sampah
dari Dinas Kebersihan setempat. Sampah-sampah yang diangkut ke tempat pembuangan
yang terletak di tempat-tempat bagian servis, dijadikan satu ke penampungan di ruangan
atau gudang dengan dilengkapi kereta-kereta bak sampah sebagai tempat penampungan
sampah sementara, setelah itu sampah-sampah dibawa ke luar bangunan menuju ke TPA.
Untuk ruang umum, lebar pintu darurat dapat ditentukan 1,5 m / 100
orang.Perencanaan tangga darurat untuk bangunan yang berlantai lebih dari satu.
Penyediaan alat pemadam kebakaran
Pada system otomatis, manusia hanya diperlukan untuk menjaga kemungkinan lain
yang terjadi. Sistem deteksi awal terdiri dari : a. Alat deteksi asap (smoke detector)
Mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan memberikan alarm bila terjadi asap
di ruang tempat alat tersebut dipasang.
b. Alat deteksi nyala api (flame detector)
Dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali dengan cara
menangkap sinar ultraviolet yang dipancarkan nyala api tersebut.
c. Hydrant kebakaran
Hidrant kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah
terjadi dengan menggunakan alat baku air. Jumlah pemakaian hidrant 1 (satu)
buah per 800m2. Hidran ini dibagi menjadi :
• Hidrant kebakaran dalam gedung
Selang kebakaran dengan diameter antara 1,5”-2” harus terbuat dari bahan
yang tahan panas, dengan panjang 20-30 meter.
• Hidrant kebakaran di halaman
Hidrant di halaman harus menggunakan katup pembuka dengan diameter
4” untuk 2 kopling, diameter 6” untuk 3 kopling dan mampu mengalirkan
air 250 galon/menit atau 950 liter/menit untuk setiap kopling.
d. Sprinkler
Alat ini akan bekerja bila suhu udara di ruangan mencapai 60 oC-70oC. Penutup
kaca pada sprinkler akan pecah dan menyemburkan air. Setiap sprinkler head
dapat melayani luas area 10-20m2 dengan ketinggian ruangan 3 meter.Jarak
antara dua sprinkler head biasanya 4 meter di dalam ruangan dan 6 meter di
koridor.Sprinkler biasanya diletakkan di dalam maupun unit hunian apartemen,
dan koridor.
e. Fire Extenghuiser
Berupa tabung yang berisi zat kimia, penempatan setiap 20-25 meter dengan
jarak jangkauan seluas 200-250 cm.
• Sistem Tata Suara, sebagai backround music dan informasi yang diletakkan pada
selasar, area olahraga, public area, serta parkir dengan dikendalikan oleh operator.
• Sistem Televisi dan Parabola, biasanya dipasang pada tiap-tiap unit kamar dan
public area.
Sistem faraday
Sistem ini menggunakan tiang setinggi ± 30 cm dari atap bangunan dan
kemudian dihubungak dengan kawat untuk dimasukkan ke dalam tanah sebagai
ground / arde. Jarak antar tiang ±3,5 m. Sistem ini cocok digunakan untuk bangunan
massa banyak yang menyebar. Meskipun kurang ekonomis dan sudut radius
perlindungan petir terlalu kecil sehingga adanya kemungkinan tempat yang tidak
terlindungi.
Sistem franklin
Sistem ini menggunakan sebuah tiang peangkal petir yang melindungi daerah
kerucut dengan jari-jari alas = tinggi kerucut / ± 120º. Jadi semakin tinggi tiang, semakin
luas area penangkalannya. Sistem ini cocok digunakan untuk bangunan masa tunggal
meski memiliki kendala semakin luas bangunan semakin tinggi tiang penangkal petirnya.
Vertikal
Karena bangunan hotel termasuk kategori bangunan high-rise maka alat
transportasi vertikal utama adalah lift dan eskalator, namun tetap terdapat tangga untuk
alternative alat transoportasi vertical di dalam bangunan. Selain untuk mencapai ruang
atas, harus ada juga tangga darurat sebagai jalur evakuasi.
Horisontal
Untuk sirkulasi horizontal dalam suatu lantai bangunan digunakan koridor atau
hall. Koridor dapat memanjang di tengah bangunan (central corridor system),
mengelilingi core (point block system) atau memanjang di sisi luar bangunan (exterior
atau outside corridor system).
Sistem Modul
Bangunan menggunakan modul horizontal dan vertikal dengan
mempertimbangkan aktivitas yang akan diwadahi, kapasitas, karakter jenis ruang, dan
penataan perabot yang memerlukan persyaratan tertentu.
Sistem Struktur
Sistem sub struktur yang akan digunakan untuk bangunan office ini adalah
pondasi tiang pancang. Sistem super struktur yang digunakan adalah struktur rangka
(grid) berupa balok dan kolom, sistem up struktur yang digunakan adalah atap datar
atau atap beton.
Sistem Konstruksi
Sistem konstruksi yang akan digunakan adalah sistem konstruksi beton
dikarenakan bahan mudah didapat dan mudah dalam pelaksanaan, memiliki kesan
kokoh, serta memungkinkan berbagai macam variasi finishing dalam mencapai
penampilan karakter yang natural
Konsep desain yang diterapkan pada bangunan yang sesuai dengan 7 unsur pokok
dalam arsitektur adalah :
• Sumbu (Axis) berkaitan dengan orientasi
• Place (Posisi) berkaitan dengan hirarki
• Skala berkaitan dengan proporsi
• Shape (Wujud) berkaitan dengan geometry
• Texture berkaitan dengan focal point
• Warna berkaitan dengan focal point
• Keseimbangan berkaitan dengan harmoni dan sinergi
Massa bangunan ditata sesuai dengan keterkaitan hubungan dan fungsi antar
kelompok bangunan serta memperhatikan potensi lingkungan yang ada.
Unsur matahari dijadikan faktor pertimbangan dalam perletakan massa bangunan
dan pemanfaatan view terbaik dari bagian bangunan terhadap lingkungan dan view ke
dalam lingkungan.
Pengelompokan masa bangunan sejenis pada zona tertentu agar memudahkan
hubungan aktifitasnya. beberapa jenis perletakan massa bangunan, yaitu:
a. Dipusatkan : Terdapat pusat, ruang dominan dimana sejumlah Ruang-ruang
sekunder dikelmpokan.
b. Linier : Suatu urutan linier dari ruang-ruang yang berulang
c. Radial : Suatu ruang pusat dimana organisasi ruang linier berkembang menurut
bentuk jari-jari
d. Cluster : Ruang-ruang dikelompokanoleh letaknya atau secara
bersama-sama menempati letak visual bersama / berhubungan.
e. Grid : Ruang-ruang diorganisir dikawasan struktur / grid tiga dimensi
lain.
5.7.2 Penekanan Desain
Ada sejumlah prinsip desain yang diterapkan untuk mengurangi perolehan panas
melalui selubung bangunan :
Gambar 5.19 Dampak bentuk dan orientasi bangunan terhadap OTTV (W/m2)6
Sumber : (admin, Panduan Pengguna bangunan gedung Hijau Jakarta, 2012)
• Luas Jendela
Proporsi luas jendela memiliki pengaruh sangat besar terhadap beban pendinginan
karena menentukan total perolehan panas yang masuk kedalam bangunan. Hal ini
dikarenakan jendela kaca dapat memasukan panas kedalam bangunan jauh lebih tinggi
dibandingkan dinding masif. Oleh karena itu WWR yang lebih tinggi menyebabkan
beban pendinginan lebih tinggi.
Mengurangi luas jendela adalah salah satu solusi paling efektif untuk mengurangi beban
pendinginan dan konsumsi energy bangunan secara keseluruhan.
Gambar 5.20 Dampak WWR pada penghematan energy (%) untuk berbagai jenis bangunan (penghematan
0,0% merupakan nilai acuan (basecase))
Sumber : (admin, Panduan Pengguna bangunan gedung Hijau Jakarta, 2012)
• Material Kaca
Untuk iklim Indonesia dengan perbedaan suhu antara ruang dalam dan ruang luar yang
relatif kecil, memperbaiki nilai SHGC akan lebih efektif daripada meningkatkan Nilai-U.
Karakteristik tansmisi termal material kaca diukur dari nilai-U untuk konduksi dan
koefisien perolehan panas (SHGC) atau koefisien peneduh untuk radiasi. Untuk
menunjukan secara jelas dampak signifikan SHGC pada total konsumsi energy.
Gambar 5.21 Dampak SHGC pada penghematan energy (%) untuk tipikal bangunan
Sumber : (admin, Panduan Pengguna bangunan gedung Hijau Jakarta, 2012)
• Peneduh Eksternal
Peneduh eksternal lebih efektif dalam mengurangi perolehan panas matahari
dibandingkan dengan peneduh internal karena dapat menghalangi radisai matahari
sebelum mencapai selubung bangunan. Peneduh eksternal perlu dirancang secara
hatihati agar tidak hnya untuk mengurangi beban pendinginan tetapi juga untuk
menciptakan arsitektur yang estetis, dengan memperhitungkan kinerja pencahayaan
alami.
Kefektifan perangkat peneduh horizontal tidak ditentukan oleh bentuk peneduh
tersebut, tetapi oleh bayangan vertical (Vertical shadow angle-VSA). Cara untuk
mendapatkan VSA yang sama, misalnya
89 | Roid Thomi - 21020114120006
TUGAS AKHIR 142
Gambar 5.22 Jenis peneduh eksternal generic : overhang dan potensi penghematan energi Sumber
: (admin, Panduan Pengguna bangunan gedung Hijau Jakarta, 2012)
Gambar 5.23 Jenis peneduh eksternal generic : Sirip vertical (atas) dan eggcrate(bawah) dan potensi
penghematan energy
Sumber : (admin, Panduan Pengguna bangunan gedung Hijau Jakarta, 2012)
Pada contoh gambar simulasi, perangkat peneduh eksternal sangat efektif mengurangi
beban pendinginan dari jendela, dimana sekitar 14 % penghematan energy bisa
didapatkan melalui penggunaan eggcrate. Secara umum, penghematan energy yang
lebih tinggi melalui peneduh dapat dicapai untuk kasus bangunan yang memiliki WWR
dan SHGC yang tinggi. Perancangan system fenestrasi atau jendela harus dilakukan
secara komprehensif.
91 | Roid Thomi - 21020114120006
TUGAS AKHIR 142
Reflektor Cahaya
Reflektor cahaya adalah elemen horisontal yang membagi jendela menjadi dua bagian.
Jendela bagian atas untuk pencahayaan alami dan jendela bagian bawah sebagai
pandangan. Selain berfungsi sebagai peneduh jendela bawah, reflektor cahaya tersebut
juga berfungsi untuk memantulkan cahaya matahari yang dating dari bagian atas
jendela untuk membantu penetrasi pencahayaan alami kedalam ruangan yang jauh dari
jendela.
• Peneduh Internal
Peneduh internal atau tirai atau gorden merupakan penahan radiasi mataharo setelah
melewati jendela kaca dan mencegah terjadinya radiasi matahari yang langsung
mengenai penghuni dan bagian interior yang lebih dalam. Peneduh internal tidak
seefektif peneduh eksternal dalam mengurangi beban pendinginan. Hal ini karena
radiasi matahari sudah terlanjur masuk kedalam ruangan melalui kaca jendela dan
menjadi beban pendinginan bagi system HVAC.
• Dinding
Dinding bangunan terdiri dari beberapa lapisan material dengan ketebalan dan sifat
termal yang berbeda. Gabungan nilai konduktansi (k) dan nilai resistansi ® dari lapisan
bahan menentukan sifat termal keseluruhan dari dinding tersebut yang dapat
direpresentasikan dengan Nilai-U. Semakin rendah nilai U, semakin baik karena transfer
termal yang lebih rendah.
Kontruksi selubung massif dengan Nilai U yang lebih rendah adalah lebih baik
dibandingkan dengan dinding kaca tirai. Selubung masif tidak hanya secara signifikan
mengurangi transmisi panas dan beben pendinginan tetapi juga menurunkan mean
radiant temperature didalam ruang.
Gambar 5.28 Perbandingan suhu permukaan untuk material kaca dan dinding bata Sumber
: (admin, Panduan Pengguna bangunan gedung Hijau Jakarta, 2012)
• Atap
Gambar 5.29 atap hijau dan atap logam dengan lapisan insulasi
Sumber : (admin, Panduan Pengguna bangunan gedung Hijau Jakarta, 2012)
Sebagai alternatif green roof bisa diterapkan untuk mengurangi transmisi panas melalui
atap. Atap hijau mengurangi urban heat island karena sebagian besar radiasi matahari
yang jatuh kea tap akan diserap oleh tanaman untuk penguapan dan transpirasi.