Tantra Yantra Dan Mantra
Tantra Yantra Dan Mantra
Tantra Yantra Dan Mantra
Jelaskan perbedaan pengertian antara ajaran Tantra, Yantra, dan Mantra dengan masing-
masing contohnya!
a. Tantra
Kata tantra berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki makna “memperluas”. Tantra
merupakan salah satu dari sekian banyak konsep pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, di mana manusia kagum pada sifat-sifat
kemahakuasaanNya sehingga memiliki keinginan untuk mendapatkan kesaktian. Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2003:1141 menjelaskan tantra ‘tantrisme’ adalah ajaran dalam
agama Hindu yang mengandung unsur mistik dan magis. Contohnya adalah pemujaan
terhadap Dewa Tri Murti.
b. Yantra
Dalam kamus Sanskerta, kata Yantra memiliki arti mengikat, menyimpulkan sebuah
peralatan, instrumen, mesin dan sebuah jimat (Surada, 2007: 257). Yantra umumnya
berarti alat untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Di dalam pemujaan yantra
adalah sarana tempat memusatkan pikiran. Yantra merupakan aspek dalam dari bentuk
penciptaan. Sifat dasar dari manusia dan binatang, seperti halnya para Dewata yang
diekspresikan melalui yantra. Yantra adalah garis-garis lurus, lengkung yang dipadukan
yang merupakan basis dari energi alam semesta yang merupakan perwujudan Dewata
(Titib, 2003:469-470). Selain itu yantra adalah suatu lukisan geometri dari tipe tertentu
yang mempunyai makna serta mempunyai bentuk yang berbeda-beda sehingga pada
masingmasing bentuk memiliki setruktur dan komposisi dari suatu Deva tertentu (Tim
Penyusun, 1987:6). Yantra merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang dalam hal
melakukan pemujaan serta persembahan kehadapan Tuhan. Yantra dilihat dari struktur
memiliki bentuk yang beragam serta disusun sesuai dengan si penggunanya. Jadi, Yantra
umumnya berarti alat untuk melaksanakan sesuatu guna mencapai tujuan. Di dalam
pemujaan, Yantra adalah sarana tempat memusatkan pikiran. Contohnya adalah banten
dan susastra.
c. Mantra
Kata mantra berasal dari bahasa Sanskerta dari kata “Man” artinya pikiran dan “Tra”
artinya menyeberangkan. Mantra adalah media untuk menyeberangkan pikiran dari yang
tidak suci atau tidak benar menjadi semakin suci dan semakin benar (Wiana, 2004:184).
Mantra memiliki tujuan untuk melindungi pikiran dari jalan sesat menuju jalan yang
benar dan suci. Menurut Danielou (dalam Titib 2003:437) bahasa yang benar yang
merupakan ucapan suci yang digunakan dalam pemujaan disebut dengan mantra. Kata
mantra berarti “bentuk pikiran”, sehingga seseorang yang mampu memahami makna
yang terkandung di dalam mantra dapat merealisasikan apa yang digambarkan di dalam
mantra tersebut. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan, mantra adalah merupakan
susunan kata yang berunsur puisi, seperti ritme dan irama yang dianggap mengandung
kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan
gaib yang lain. Mantra sebagai sebuah pola gabungan kata-kata bahasa Weda yang
diidentikkan dengan Deva atau Devi tertentu. Jadi, Mantra adalah Mantra adalah sebuah
kata-kata atau kalimat suci yang bersumber dari kitab suci weda khususnya dalam teks
dharma pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa beserta
dengan berbagai macam manifestasi-Nya pada saat pelaksanaan Panca Yajna dalam
kehidupan dan penerapan ajaran Hindu. Contohnya Tri Sandya dan Panca Sembah.
2. Jelaskan fungsi dan mnafaat Tantra, Yantra, dam Mantra dalam kehidupan dan penerapan
ajaran Agama Hindu!
a. Fungsi dan manfaat Tantra
Menyeimbangkan keaktifan semua chakra
Memurnikan prana atau energi yang masuk ke dalam tubuh
Membantu bangkitnya kemampuan dalam melihat dan merasakan energi yang
halus, seperti: melihat aura, pancaran energi, dan chakra
Merasakan peningkatan pengalaman spiritual dalam kehidupan yang dijalani
sekarang maupun pada dimensi yang lebih tinggi.
b. Fungsi dan manfaat Yantra
Simbol sesuatu yang dihormati/dipuja.
Sarana atau media mewujudkan tujuan hidup dan tujuan agama yang diyakininya.
Media memusatkan pikiran.
c. Fungsi dan manfaat Mantra
Memuja Tuhan Yang Maha Esa
Dalam ajaran agama Hindu, Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa
sebagai pencipta semua yang ada ini. Beliaulah menyebabkan semua yang ada ini
menjadi hidup. Tanpa bantuan beliau semuanya ini tidak akan pernah ada. Kita patut
bersyukur kehadapan-Nya dengan memuja-Nya, sebagaimana diajarkan oleh agama
yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci ‘weda’
Memohon kesucian
Tuhan Yang Maha Esa bersifat mahasuci. Bila kita ingin memperoleh kesucian itu,
dekatkanlah diri ini kepada-Nya. Dengan kesucian hati menyebabkan seseorang
memperoleh kebahagiaan, menghancurkan pikiran atau perbuatan jahat. Orang yang
memiliki kesucian hati mencapai surga dan bila ia berpikiran jernih dan suci maka
kesucian akan mengelilinginya. Kesucian atau hidup suci diamanatkan sebagai
sarana untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Memohon keselamatan
Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memohon keselamatan dan
kebahagiaan melalui berbagai jalan yang telah ditunjukkannya dalam kitab suci
menjadi kewajiban umat sedharma. Keselamatan dalam hidup ini merupakan sesuatu
yang sangat penting. Dalam keadaan selamat kita dapat melaksanakan pengabdian
hidup ini menjadi lebih baik. Tuhan Yang Maha Esa , pengasih dan penyayang selalu
menganugerahkan pertolongan kepada orang-orang-Nya. Orangorang yang
bijaksana sesudah kematiannya memperoleh keselamatan dan kebahagiaan yang
sejati.
Memohon Pencerahan dan kebijakan
Dalam kitab Nirukta Vedangga, mantra dapat dibagi menjadi 3 sesuai dengan tingkat
kesukarannya, seperti: Paroksa Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat
kesukaran yang paling tinggi. Hal ini disebabkan mantra jenis ini hanya dapat
dijangkau arti dan maknanya kalau diwahyukan oleh Tuhan. Tanpa sabda Tuhan
mantra ini tidak mungkin dapat dipahami; Adyatmika Mantra, yaitu mantra yang
memiliki tingkat kesukaran yang lebih rendah dari Paroksa Mantra. Mantra ini dapat
dicapai maknanya melalui proses pensucian diri. Orang yang rohaninya masih kotor,
tidak mungkin dapat memahami arti dan fungsi jenis mantra ini; Pratyāksa Mantra,
yaitu mantra yang lebih mudah dipahami dibandingkan dengan Paroksa Mantra dan
Adyatmika Mantra. Untuk menjangkau makna mantra ini dapat hanya
mengandalkan ketazaman pikiran dan indra.
Melestarikan ajaran “Dharma”
Sumber ajaran agama Hindu adalah Weda. Weda adalah wahyu Tuhan yang diterima
oleh para maharsi baik secara langsung, maupun berdasarkan ingatannya. Diyakini
bahwa pada awalnya weda diajarkan secara lisan, hal ini memungkinkan karena
pada saat itu manusia masih mempolakan dirinya secara sederhana dan polos.
Setelah kebudayaan manusia semakin berkembang, peralatan tulis-menulis telah
ditemukan maka berbagai jenis mantra yang sudah ada dan yang baru diterima
dituliskan secara baik dalam buku, kitab, lontar yang disebut Varnātmaka Sabda,
yang terdiri dari suku kata, kata ataupun kalimat. Sedangkan mantra yang diucapkan
disebut Dhvanyātma Sabda, yang merupakan nada atau perwujudan dari pikiran
melalui suara tertentu, yang dapat berupa suara saja atau kata-kata yang diucapkan
ataupun dilagukan dan setiap macamnya dipergunakan sesuai dengan keperluan,
kemampuan serta motif pelaksana.
3. Jelaskan bentuk-bentuk Tantra, Yantra, dan Mantra yang dipergunakan dalam praktik
kehidupan sesuai ajaram Agama Hindu!
a. Tantra
Tantra adalah konsep pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa di mana manusia kagum
pada sifat-sifat kemahakuasaan-Nya, sehingga ada keinginan untuk mendapatkan sedikit
kesaktian. Tantra adalah suatu kombinasi yang unik antara mantra, upacara dan pemujaan
secara total. Ia adalah agama dan juga philosopy, yang berkembang baik dalam
Hinduisme maupun Buddhisme. Tantra adalah cabang dari agama Hindu. Kebanyakan
kitab-kitab Tantra masih dirahasiakan dari arti sebenarnya dan yang sudah diketahui
masih merupakan teka-teki. Ada baiknya diantara kita mulai belajar mendiskusikan
ajaran tantra berlandaskan makna ajaran tersebut yang sesungguhnya, dengan demikian
kita akan dapat mengetahui dan melaksanakan dengan bentuknya yang baik dan benar.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa yantra dan mantra adalah bentukbentuk ajaran
tantra yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat pengikutnya guna memuja kebesaran
Tuhan sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur semua yang ada ini. Namun demikian
pelaksanaannya masih perlu disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan pelaksananya,
sehingga mereka dapat terhindar dari sesuatu yang tidak kita inginkan bersama.
b. Yantra
Banten
Banten adalah salah satu bentuk Yantra, sebagaimana dinyatakan dalam Lontar
Yadnya Parakerti. Banten itu memiliki arti yang demikian dalam dan universal.
Banten dalam upacara agama Hindu adalah wujudnya sangat lokal, namun di
dalamnya terkandung nilai-nilai yang universal. Banten itu adalah bahasa untuk
menjelaskan ajaran agama Hindu dalam bentuk simbol. Banten menurut Lontar
Yadnya Prakerti menyatakan sebagai simbol ekspresi diri manusia. Misalnya; banten
caru sebagai lambang penetralisir kekuaan negatif, banten peras sebagai lambang
permohonan untuk hidup sukses dengan menguatkan Tri Guna ‘Peras Ngarania
Prasidha Tri Guna Sakti’ artinya hidup sukses itu dengan memproporsikan dan
memposisikan dengan tepat dinamika Tri Guna (Sattwam Rajas Tamas) sampai
mencapai Sakti.
Susastra
Dalam tradisi Hindu, yantra umumnya digunakan untuk melakukan upakara puja
dengan mengikut sertakan bija mantra sesuai yantra tersebut. Banyaknya jenis puja
dan setiap puja menggunakan yantra maka penggunaan mantra juga menjadi
berbeda. Adapun bentuk-bentuk yantra dalam kesusastraan Hindu antara lain:
a) Bhu Pristha yantra; adalah yantra yang biasanya dibuat secara timbul atau
dipahat pada suatu bahan tertentu. Bhu Pristha yantra biasanya hanya ditulis
pada selembar kertas atau kain
b) Meru Pristha yantra; adalah yantra yang berbentuk seperti gunung atau piramid
dimana di bagian dasar penampangnya dibuat lebar atau besar semakin keatas
semakin mengecil misalnya bentuk meru pada bangunan pelinggih yang ada di
Bali.
c) Meru parastar yantra; adalah bentuk yantra yang dipotong sesuai garis yantra
tersebut atau dipotong bagian tertentu.
d) Ruram Pristha yantra; adalah yantra dimana bagian dasarnya membentuk
mandala segi empat dan diatasnya dibentuk sebuah bentuk tertelungkup atau
seperti pundak kura-kura.
e) Patala yantra: adalah yantra yang dibagian diatasnya bentuknya lebih besaran
dari pada bentuk bagian bawahnya ‘kecil’. Bentuk ini kebalikan dari meru
Pristha yantra
c. Mantra
Maha Rsi Manu yang disebut sebagai peletak dasar hukum yang digambarkan sebagai
orang yang pertama memperoleh mantra. Beliau mengajarkan mantra itu kepada umat
manusia dengan menjelaskan hubungan antara mantra dengan objeknya. Demikianlah
mantra merupakan bahasa ciptaan yang pertama. Mantra-mantra digambarkan dalam
bentuk yang sangat halus dari sesuatu, bersifat abadi, berbentuk formula yang tidak dapat
dihancurkan yang merupakan asal dari semua bentuk yang tidak abadi. Bahasa yang
pertama diajarka oleh Manu adalah bahasa awal dari segalanya, bersifat abadi, penuh
makna. Bahasa Sanskerta diyakini sebagai bahasa yang langsung barasal dari bahasa
yang pertama, sedang bahasa-bahasa lainnya dianggap perkembangan dari bahasa
Sanskerta (Majumdar, 1916, p.603). Sebagai asal dari bahasa yang benar, merupakan
ucapan suci yang digunakan dalam pemujaan disebut mantra. Kata mantra berarti
“bentuk pikiran”. Seseorang yang mampu memahami makna yang terkandung di dalam
mantra dapat merealisasikan apa yang digambarkan di dalam mantra itu (Danielou, 1964,
334).
4. Jelaskan bagaimana caraa mempraktikkan ajaran Tantra, Yantra, dan Mantra tersebut!
a. Tantra
Memuja Shakti
Tantra disebut Shaktiisme, karena yang dijadikan obyek persembahannya adalah
shakti. Shakti dilukiskan sebagai Devi, sumber kekuatan atau tenaga. Shakti adalah
simbol dari bala atau kekuatan ‘Shakti is the symbol of bala or strength’ Pada sisi
lain shakti juga disamakan dengan energi atau kala ‘This sakti or energi is also
regarded as “Kala” or time’ (Das Gupta, 1955 : 100).
Meyakini pengalaman mistis
Tantra bukan merupakan sebuah sistem filsafat yang bersifat padu (koheren), tetapi
tantra merupakan akumulasi dari berbagai praktik dan gagasan yang memiliki ciri
utama penggunaan ritual, yang ditandai dengan pemanfaatan sesuatu yang bersifat
duniawi (mundane). Untuk menggapai dan mencapai sesuatu yang rohani (supra-
mundane), serta penyamaan atau pengidentikan antara unsur mikrokosmos dengan
unsur makrokosmos perlu diupayakan. Praktisi tantra memanfaatkan prana (energi
semesta) yang mengalir di seluruh alam semesta (termasuk dalam badan manusia)
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan itu bisa berupa tujuan material, bisa
pula tujuan spiritual, atau gabungan keduanya.
Simbol-simbol erotis.
Dalam perkembangannya dimana tantra sering menggunakan simbolsimbol material
termasuk simbol-simbol erotis. Beberapa perguruan tantra yang saat ini
mempopulerkan diri sebagai tantra putih menjadikan pantangan mabuk-mabukan,
makan daging dan hubungan seksual sebagai sadhana dasar dalam meniti jalan
tantra.
Penyelamat dunia dari kehancuran
Dalam beberapa sumber Devi Durga juga disebut “Candi”. Dari sinilah pada
mulanya muncul istilah “candi” (candikaghra) untuk menamai bangunan suci
sebagai tempat memuja Deva dan arwah yang telah suci.
Mewarnai kebudayaan dan keagamaan
Prinsip-prinsip Tantra terdapat dalam buku bernama Nigama, sedangkan praktek-
prakteknya dalam buku Agama. Sebagian buku-buku kono itu telah hilang dan
sebagian lagi tak dapat dimengerti karena tertulis dalam tulisan rahasia untuk
menjaga kerahasiaan Tantra terhadap mereka yang tak memperoleh inisiasi.
b. Yantra
1) Bindu (titik)
Titik adalah yang meresapi semua konsep ruang, setiap gerakan, setiap bentuk, dapat
dipahami sebagai terbuat dari titik-titik. Ruang alam, ether, merupakan tempat, yaitu
kemungkinan penegasan tempat-tempat tertentu atau titik-titik. Yang meresapi
segala, yang terbentang merupakan titik secara matematik merupakan ekspresi dari
sifat eter. Titik dapat juga menggambarkan keterbatasan perbedaan yang satu
eksistensi atau asal manifestasi yang satu dengan yang lainnya. Ketika sesuatu
eksistensi dalam tingkat tidak termanifestasi menjadi bermanifestasi, maka
manifestasi mulai di berbagai tempat, dalam beberapa titik di ruang angkasa, dalam
beberapa titik waktu. Dan hal itu mesti terjadi secara spontan yang pada mulanya
sesuatu tidak muncul dan selanjutnya menampakkan diri dalam suatu lokasi.
Spontanitas pertama ketika sesuatu belum menampakkan diri dan kemudian muncul
dengan cukup digambarkan melalui titik, yang bisa dijelaskan sebagai “suatu
manifestasi yang terbatas”.
2) Garis lurus
Ketika sebuah titik bergerak secara bebas dalam atraksinya yang abadi, gerakannya
itu berbentuk garis lurus. Garis lurus dipakai untuk menggambarkan gerakan yang
tiada merintangi, demikianlah prinsip dari semua perkembangan.
3) Segitiga.
Perkembangan dipadukan untuk bangkit atau sebuah gerakan ke arah atas dapat
digambarkan dengan sebuah anak panah atau lidah api. Segitiga dengan pucaknya ke
atas melambangkan api, diidentifikasikan dengan prinsip laki-laki, lingga atau
phallus, simbol Siva, leluhur atau manusia kosmos (purusa). Segala gerakan ke atas
adalah sifat dari unsur api, aktivitas mental dalam bentuknya yang halus. Simbol
bilangannya adalah nomor 3. Segitiga dengan puncaknya ke bawah menggambarkan
kekuatan kelembaman yang di tarik ke bawah, dan tendesi aktivitas menekan. Hal
ini disosiasikan dengan unsur air, yang tendensinya selalu ke bawah, merata pada
levelnya. Hal ini merupakan aspek pasif dari ciptaan dan hal ini pula dilambangkan
dengan ‘yoni’ atau organ wanita, yang merupakan lambang dari Energi (sakti) atau
sifat Kosmik (prakrti). Simbol lainnya diasiosasikan dengan unsur air adalah
lengkung dari sebuah lingkaran, bulan sabit dan gelombang. Angka bilangan yang
menjadi simbolnya adalah angka 2.
4) Lingkaran.
Gerak dari lingkaran muncul melalui revolusi planet-planet. Hal ini merupakan
simbol dari semuanya kembali lagi, semua siklus, semua irama, yang membuat
kemungkinan adanya eksistensi. Gerakan melingkar adalah kecenderungan sifat
rajas (berputar) yang merupakan sifat dari manifestasi yang dapat dimengerti. Pusat
lingkaran, bagaimanapun, dapat melambangkan ciptaan yang dapat ditarik ke dalam,
energi yang bergelung, yang ketika dibangkitkan, mengantarkan semua mahluk
dapat menyeberangi ruang dan bentuk manifestasi dan mencapai tingkat kebebasan.
5) Persegi Enam (Hexagon)
Lingkaran kadang-kadang dijadikan sebuah unsur dari sebuah udara, meskipun
secara konvensional simbol untuk udara adalah persegi enam (hexagon). Gerakan
merupakan sifat dari udara, namun gerakannya tidak teratur (kacau), gerakannya
yang banyak di gambarkan melalui perkalian dari angka primer 2 dan 3, yang
merupakan bilangan alami yang tidak bernyawa.
6) Bujur sangkar
“Gerakan perpanjangan yang dihubungkan dengan banyak sisi. Di antara figur
banyak sisi satu dengan unsur yang sangat sedikit (bagian dari segitiga) adalah bujur
sangkar. Bujur sangkar dijadikan lambang bumi. Bujur sangkar ini melambangkan
unsur bunyi” (Devaraja Vidya Vacaspati, “Mantra-Yantra-Tantra, seperti dikutip
Danielou, 1964: 353). Angka bilangan yang merupakan simbul bumi adalah 4.
7) Bintang (Pentagon)
Segala kehidupan yang tidak bernyawa dipercaya diatur dengan angka bilangan 3
dan dikalikan 2 dan 3. Kehidupan, sensasi, permunculan hanyalah ketika nomor 5
menjadi sebuah komponen di dalam struktur segala sesuatu. Nomor 5 diasosiasikan
dengan Siwa, Leluhur umat segalanya, sumber kehidupan. Bintang diasosiasikan
dengan cinta dan nafsu seperti halnya kekuatan untuk memisahkan. Hal ini
merupakan unsur yang sangat penting dari yantra-yantra yang bersifat magis.
8) Tanda Tambah
Ketika titik berkembang dalam ruang mengarah ke 4 jurusan, terjadilah tanda
tambah. Tanda ini merupakan simbul dari perkembangan titik di dalam ruang seperti
halnya juga pengkerutan (reduksi) ruang menjadi satu (ke titik tengah). Hal ini
menunjukkan bahwa satu kekuatan bisa berkembang berlipat ganda. Di Bali tanda
tambah ini disebut “tapak dara”, tanda bekas diinjak burung merpati, digunakan
untuk mengembalikan keseimbangan magis.
9) Svastika
Pengetahuan yang Transcendent dikatakan “berliku-liku” karena pengetahuannya
tidak langsung dapat dipahami, di luar lingkup logika umat manusia. Tanda tambah
yang sederhana tidak hanya menggambarkan reduksi ruang menuju satu kesatuan,
tetapi juga lapangan manifestasi yang dari titik pusat, bindu, simbol eter,
mengembang ke 4 arah mata angin dan 4 unsur yang nampak. Hal ini,
bagaimanapun, tidak benar dilihat dari pandangan kedewataan yang luhur, yang
tidak dapat diambil sedemikian rupa dalam satu kesatuan. Hal ini diperlihatkan
dengan cabang berliku dari kemurahan svastika, yang bagaimanapun dihubungkan
dengan titik pusat material, saat ini titik tidak dapat ditentukan luas ruang angkasa.
10) Bintang Segi Enam (Hexagon)
Bintang segi enam (hexagon) atau kenyataannya dalam bentuk dodecagon adalah
salah satu unsur yantra yang sangat umum. Dibuat dari dua segi tiga yang saling
tembus (penetrasi). Kita dapat melihat segi tiga yang puncaknya menghadap ke atas
menggambarkan Manusia Kosmos (purusa) dan segi tiga yang ujungnya ke bawah
merupakan Sifat Kosmos (prakrti). Ketika bersatu dan dalam keadaan seimbang,
keduanya berbentuk bintang “segi enam” (hexagon), merupakan basis dari roda
(cakra) simbol tedensi ketiga atau tedensi rajas dari padanya alam semesta
menampakkan diri. Lingkaran yang mengelilingi bintang segi enam menggambarkan
lapangan bersatunya kedua segitiga itu, dan hal itu merupakan ruang dari waktu.
Ketika kedua segitiga itu dipisahkan, alam semesta hancur, waktu melenyapkan
segala yang ada. Hal ini ditunjukan dengan bertemunya dua ujung segitiga atas dan
segitiga bawah pada satu titik (bentuk haurglass), kendang (damaru) Sang Hyang
Siva.
11) Bunga Padma
Segala simbol-simbol bilangan menggambarkan kesatuan tertentu yang ditunjukkan
di dalam yantra sebagai bunga yang bentuknya bundar yang disebut bunga padma.
c. Mantra
Tidak terhitung jumlahnya mantra. Semua sabda Tuhan Yang Maha Esa di dalam kitab
suci Weda adalah mantra. Walaupun demikin banyak jumlahnya, mantra-mantra itu dapat
dibedakan menjadi 4 jenis sesuai dengan dampak atau pahala dari pengucapan mantra,
antara lain ;
1) Siddha, yang pasti (berhasil).
2) Sadhya, (yang penuh pertolongan).
3) Susiddha, (yang dapat menyelesaikan).
4) Ari, musuh (Visvasara).