Makalah Agama Hindu
Makalah Agama Hindu
Makalah Agama Hindu
FILSAFAT
OLEH:
KELOMPOK I
Om swastyastu
Puji syukur kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa atas Asungkerta
Waranugraha-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Aliran
Filsafat Sad Darsana (Mimamsa Darsana & Vedanta Darsana) ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Guru pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna,
baik segi dari segi Bahasa maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Terima kasih atas partisipasi dan perhatian para
pembaca, semoga semua isi yang ada dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Om santi, santi, santi Om.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 8
B. Saran........................................................................................................................ 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keyakinan umat akan agama yang dianutnya merupakan hal yang sangat
mendasar. Ketebalan keyakinan (‘sradha’) umat Hindu akan membuat
kokohnya umat Hindu dalam mempertahankan agamanya. Karena ‘yakin’ maka
mereka tidak akan mudah dipengaruhi oleh umat non Hindu untuk mengikuti ajaran
non Hindu baik secara halus maupun kasar/terang-terangan. Keyakinan yang kuat
akan diperoleh dengan pemahaman yang dalam tentang ajarannya melalui pemahaman
akan filsafat agamanya. Dengan filsafat mereka mendapatkan penjelasan yang
rasional atas permasalahan yang ada. Kenapa mereka dilahirkan? Untuk apa
dilahirkan? Bagaimana menjalankan kehidupan ini? Kemana kehidupan setelah
kematian? Apa itu kebahagian?
Umat Hindu dalam memperdalam imannya bisa melalui pembelajaran atas Sad
Darsana. Aliran filsafat mana yang akan diperdalam bukanlah hal yang perlu
dipertentangkan, karena yang dibahas adalah masalah keyakinan. Filsafat Agama
Hindu (darsana) bukan suatu rekayasa atau dugaan, tetapi merupakan ajaran yang
mempunyai nilai yang sangat luhur, dan mulia yang didasarkan pada pengalaman
spiritual para Rsi. Mereka (para Rsi) adalah orang bijak yang mengamati tentang
spiritualisme. Pengamatan para Rsi berdasarkan pada Veda, baik langsung maupun
tidak langsung.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah pendiri dan apa sumber ajaran dari Mimamsa Darsana?
2. Bagaimana sifat ajaran dari Mimamsa Darsana?
3. Bagaimana pokok-pokok ajaran dari Mimamsa Darsana?
4. Siapakah pendiri dan apa sumber ajaran dari Vedanta Darsana?
5. Bagaimana sifat ajaran dari Vedanta Darsana?
6. Bagaimana pokok-pokok ajaran daari Vedanta Darsana?
C. Tujuan
1. Mengetahui siapa pendiri dan sumber ajaran dari Mimamsa Darsana.
2. Mengetahui sifat ajaran dari Mimamsa Darsana.
3. Mengetahui pokok-pokok ajaran dari Mimamsa Darsana.
4. Mengetahui siapa pendiri dan sumber ajaran dari Vedanta Darsana.
5. Mengetahui sifat ajaran dari Vedanta Darsana.
6. Mengetahui pokok-pokok ajaran dari Vedanta Darsana.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Tokoh pendiri dari sistem filsafat Mimamsa adalah Maharsi Jaimini yang
merupakan murid dari Maharsi Vyasa telah mensistematir aturan-aturan dari
Mimamsa dan menetapkan keabsahannya dalam karyanya itu dimana aturan-aturannya
sangat penting guna menafsirkan hukum-hukum Hindu. Beliau menulis kitab
Mīmāmsā Sūtra yang menjadi sumber ajaran pokok Mīmāmsā. Sūtra pertama dari
Mīmāmsā Sūtra berbunyi: Athato Dharmajijñasa, yang menyatakan keseluruhan dari
sistemnya yaitu, suatu keinginan utnuk mengetahui Dharma atau kewajiban, yang
tekandung dalam pelaksanaan upacara-upacara dan kurban-kurban yang diuraikan oleh
kitab Veda.
Dharma yang diperintahkan Kitab Veda, dikenal dengan Śruti yang
pelaksanaannya memberi kebahagiaan.Seorang Hindu harus melaksanakan nitya
karma seperti saṅdhyā-vandana.Serta naimitika karma selama ada kesempatan, untuk
mendapatkan pembebasan, yang dapat dikatakan sebagai kewajiban tanpa syarat.
2
Empat cara pengamatan di atas hampir sama dengan cara pengamatan dari
Nyāya, hanya pada pengamatan upamāṇa ada sedikit tambahan, di mana perbandingan
yang dipergunakan di sini tidak sepenuhnya sama dengan contoh yang telah diketahui.
Pengamatan Arthāpatti adalah pengamatan dengan penyimpulan dari keadaan.
Pengamatan An-upalabdhi, yaitu pengamatan ketidakadaan objek, jadi suatu cara
pembuktian bahwa objek yang dimaksudkan itu benar-benar tidak ada.
D. Pendiri dan Sumber Ajaran Vedanta Darsana
Filsafat ini sangatlah kuno yang berasal dari kumpulan literatur bangsa Arya
yang dikenal dengan nama Veda. Vedānta ini merupakan bunga diantara semua
spekulasi, pengalaman dan analisis yang terbentuk dalam demikian banyak literatur
yang dikumpulkan dan dipilih selama berabad-abad.Filsafat Vedānta ini memiliki
kekhususan. Yang pertama, ia sama sekali impersonal, ia bukan dari seseorang atau
Nabi.
Istilah Vedānta berasal dari kata Veda-anta, artinya bagian terakhir dari Veda
4
atau inti sari atau akhir dari Veda, yaitu ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab
Upaniṣad.Kitab Upaniṣad juga disebut dengan Vedānta, karena kitab-kitab ini
merupakan jñana kāṇda yang mewujudkan bagian akhir dari Veda setelah Mantra,
Brāhmaṇa dan Āraṇyaka yang bersifat mengumpulkan. Di samping itu ada tiga faktor
yang menyebabkan Upaniṣad disebut dengan Vedānta yaitu:
a) Upaniṣad adalah hasil karya terakhir dari zaman Veda.
b) Pada zaman Veda program pelajaran yang disampaikan oleh para Rsi kepada
sisyanya, Upaniṣad juga merupakan pelajaran yang terakhir. Para Brāhmacari pada
mulanya diberikan pelajaran shamhita yakni koleksi syair-syair dari zaman Veda.
Kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Brāhmaṇa yakni tata cara untuk
melaksanakan upacara keagamaan, dan terakhir barulah sampai pada filsafat dari
Upaniṣad.
c) Upaniṣad adalah merupakan kumpulan syair- syair yang terakhir dari pada zaman
Veda
Jadi pengertian Vedānta erat sekali hubungannya dengan Upaniṣad hanya saja
kitab-kitab Upaniṣad tidak memuat uraian- uraian yang sistimatis. Usaha
pertama untuk menyusun ajaran Upaniṣad secara sistimatis diusahakan oleh Śṛi
VyāṢaḍeva, kira-kira 400 SM. Hasil karyanya disebut dengan Vedānta-Sūtra atau
Brahma- Sūtra yang menjelaskan ajaran-ajaran Brahman. Brahma- Sūtra juga dikenal
dengan Śarīraka Sūtra, karena ia mengandung pengejawantahan dari Nirguṇa Brahman
Tertinggi dan juga merupakan salah satu dari tiga buah buku yang berwewenang
tentang Hinduisme, yaitu Prasthāna Traya, sedang dua buku lainnya adalah Upaniṣad
dan Bhagavad Gītā. Śṛi Vyāsa telah mensistematisir prinsip-prinsip dari Vedānta dan
menghilangkan kontradiksi- kontradiksi yang nyata dalam ajaran-ajaran tersebut.
E. Sifat Ajaran Vedanta Darsana
Sistem filsafat Vedānta juga disebut Uttara Mīmāmsā kata ‘Vedānta’ berarti
akhir dari Veda.Sumber ajarannya adalah kitab Upaniṣad. Oleh karena kitab Vedānta
bersumber pada kitab-kitab Upaniṣad, Brahma Sūtra dan Bhagavad Gītā, maka sifat
ajarannya adalah absolutisme dan teisme. Absolutisme maksudnya adalah aliran yang
meyakini bahwa Tuhan yang Maha Esa adalah mutlak dan tidak berpribadi
(impersonal God),sedangkan teisme mengajarkan Tuhan yang berpribadi (personal
God). Uttara-Mīmāmsā atau filsafat Vedānta dari Bādarāyaṇa atau Vyāsa ditempatkan
sebagai terakhir dari enam filsafat orthodox, tetapi sesungguhnya ia menempati urutan
pertama dalam kepustakaan Hindu.
5
F. Pokok-pokok Ajaran Vedanta Darsana
Vedānta mengajarkan bahwa nirvāna dapat dicapai dalam kehidupan sekarang
ini, tak perlu menunggu setelah mati untuk mencapainya.Nirvāna adalah kesadaran
terhadap diri sejati. Dan sekali mengetahui hal itu, walau sekejap, maka seseorang tak
akan pernah lagi dapat diberdaya oleh kabut individualitas. Terdapat dua tahap
pembedaan dalam kehidupan, yaitu yang pertama, bahwa orang yang mengetahui diri
sejatinya tak akan dipengaruhi oleh hal apapun. Yang kedua bahwa hanya dia
sendirilah yang dapat melakukan kebaikan pada dunia.
Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa filsafat Vedānta bersumber dari
Upaniṣad. Brahma Sūtra atau Vedānta Sūtra dan Bhagavad Gītā. Brahma Sūtra
mengandung 556 buah Sūtra, yang dikelompokkan atas 4 bab, yaitu Samanvaya,
Avirodha, Sādhāna, dan Phala. Pada Bab I, pernyataan tentang sifat Brahman dan
hubungannya dengan alam semesta serta roh pribadi. Pada Bab II, teori-teori Sāṁkya,
Yoga, Vaiśeṣika dan sebagainya yang merupakan saingannya dikritik, dan jawaban
yang sesuai diberikan terhadap lontaran pandangan ini. Pada Bab III, dibicarakan
tentang pencapaian Brahmavidyā. Pada Bab IV, terdapat uraian tentang buah (hasil)
dari pencapaian Brahmavidyā dan juga uraian tentang bagaimana roh pribadi
mencapai Brahman melalui Devayana. Setiap bab memiliki 4 bagian (Pāda). Sūtra-
sūtra pada masing-masing bagian membentuk Adikaraṇa atau topik-topik
pembicaraan. Lima Sūtra pertama sangat penting untuk diketahui karena berisi intisari
ajaran Brahma Sūtra, yaitu:
1) Sūtra pertama berbunyi : Athāto Brahmajijñāsā – oleh karena itu sekarang,
penyelidikan ke dalam Brahman. Aphorisma pertama menyatakan objek dari
keseluruhan sistem dalam satu kata, yaitu Brahma-jijñāsā yaitu keinginan untuk
mengetahui Brahman.
2) Sūtra kedua adalah Janmādyasya yataḥ-Brahman yaitu Kesadaran Tertinggi, yang
merupakan asal mula, penghidup serta leburnya alam semesta ini.
3) Sūtra ketiga : Sāstra Yonitvāt – Kitab Suci itu sajalah yang merupakan cara untuk
mencari pengetahuan yang benar.
4) Sūtra keempat : Tat Tu Samvayāt – Brahman itu diketahui hanya dari kitab suci
dan tidak secara bebas ditetapkan dengan cara lainnya, karena Ia merupakan
sumber utama dari segala naskah Vedānta.
5) Sūtra kelima: Īkṣater Nā Aśabdam – Disebabkan ‘berfikir’, Prakṛti atau Pradhāna
bukan didasarkan pada kitab suci.
6
Sūtra terakhir dari Bab IV adalah Anāvṛṭṭiḥ Śabdāt Anāvṛṭṭiḥ Śabdāt – tak ada
kembali bagi roh bebas, disebabkan kitab suci menyatakan tentang akibat itu.Masing-
masing buku tersebut memberikan ulasan isi filsafat itu berbeda-beda.Hal ini
disebabkan oleh sudut pandangannya yang berbeda. Walaupun objeknya sama, tentu
hasilnya akan berbeda. Sama halnya dengan orang buta yang meraba gajah dari sudut
yang berbeda, tentu hasilnya akan berbeda pula.
Demikian pula halnya dengan filsafat tentang dunia ini, ada yang memberikan ulasan
bahwa dunia ini maya (bayangan saja), dilain pihak menyebutkan dunia ini betul-betul
ada, bukan palsu sebab diciptakan oleh Tuhan dari diri-Nya sendiri.Karena perbedaan
pendapat ini dengan sendirinya menimbulkan suatu teka-teki, apakah dunia ini benar-
benar ada ataukah dunia ini betul-betul maya.
Hal ini menyebabkan timbulnya penafsiran yangg bermacam-macam
pula.Akibat dari penapsiran tersebut menghasilkan aliran-aliran filsafat Vedānta.
Sūtra-sūtra atau Aphorisma dari Vyāsa merupakan dasar dari filsafat Vedānta dan
telah dijelaskan oleh berbagai pengulas yang berbeda-beda sehingga dari ulasan-
ulasan itu muncul beberapa aliran filsafat, yaitu:
1) Kevala Advaita dari Śrī Ṣaṇkarācārya
2) Viśiṣṭādvaita dari Śrī Rāmānujācārya
3) Dvaita dari Śrī Madhvācārya
4) Bhedābedhā dari Śrī Caitanya
5) Śuddha Advaita dari Śrī Vallabhācarya, dan
6) Siddhānta dari Śrī Meykāṇdar.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Purva Mimamsa adalah salah satu bagian dari filsafat Sad Darsana, yang
dipopulerkan oleh Rsi Jaimini. Purva Mimamsa berisi penyelidikan ke dalam bagian
yang lebih awal dari kitab suci Veda, suatu pencarian ke dalam ritual-ritual Veda atau
bagian Veda yang hanya berurusan dengan masalah mantra dan Brahmana saja.
Mimamsa bersifat pluralistis dan realistis, serta percaya adanya jiwa, sorga, neraka dan
para dewa. Mimamsa termasuk dalam kelompok astika yang ajarannya didasarkan
sepenuhnya pada kitab suci Veda. Sedangkan Vedanta Darsana adalah bagian akhir
dari kitab suci Veda yang menguraikan filsafat monoisme untuk mencapai
kesempurnaan hidup berupa ketentraman rohani, kestabilan cita rasa dan karsa, serta
kehidupan abadi di akhirat yang disebut Moksa.
B. Saran
Kami menyadari bahwa penyususnan makalah ini terdapat banyak kesalahan
serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa bersedia menerima
berbagai kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami harap makalah ini dapat
bermanfaat serta menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca. Sekian
penutup dari kami terima kasih.
8