Kom Ter GG Pendengaran - Rahmadiyah
Kom Ter GG Pendengaran - Rahmadiyah
Kom Ter GG Pendengaran - Rahmadiyah
Dosen Pembimbing :
Tiara Fatma Pratiwi, S.Kep, NS, M.Tr.Kep.
Disusun Oleh :
RAHMADIYAH HANA MARIA
(202114401010)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PADA KLIEN DENGAN MASALAH GANGGUAN PENDENGARAN”
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi penugasan Mata Kuliah
“Komunikasi Keperawatan”.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tiara Fatma Pratiwi, S.Kep,
NS, M.Tr.Kep. selaku dosen mata kuliah Komunikasi Keperawatan . Dan ucapan terimakasih
ini juga kami sampaikan kepada semua pihak yang bersangkutan yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami sebagai penyusun merasa ada banyak kekurangan dalam penyusunan tugas
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Maka dari itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk menjadikan
makalah ini menjadi lebih sempurna.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB IV PENUTUP 9
4.1 Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Ketika pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri pun, perawat tetap
melakukan komunikasi dengan pasien. Diharapkan seorang perawat mampu bekerja
sama dengan pasien dalam memberikan asuhan keperawatan misalnya dengan
bertanya “ada yang bisa saya bantu ?” atau “bagaimana tidurnya semalam pak ?”
tentunya sambil meraba bagian tubuh pasien yang sakit. Tutur kata yang lembut dan
sikap yang bersahaja tidak dibuat-buat dari seorang perawat dapat membantu pasien
dalam proses penyembuhan penyakitnya.
Sebagai contoh keluarga Pak ahmat bila ada salah seorang keluarganya yang
sakit selalu berobat ke Rumah Sakit Boromieus daripada rumah sakit yang lain,
meskipun fasilitas yang ditawarkan lebih baik. Setelah ditanyakan kira-kira
penyebabnya apa sehingga keluarga Pak ahmat lebih memilih Rumah Sakit
Boromieus sebagai rumah sakit favorit keluarganya, ternyata alasannya lebih banyak
perhatian dan lebih cepat swembuh, karena pelayanan perawatan yang diberikan
lebih manusiawi. Dari contoh keluarga Pak ahmat ini saya kita bisa memperoleh
pelajaran dan manfaat yang sangat besar, karena komunikasi yang baik dari seorang
perawat mampu memberikan kepercayaan diri pasien. Dalam hal ini perlu ditekankan
bahwa kesan lahiriyah perawat mampu berbicara banyak. Maksudnya mulai dari
profil tubuh/wajah terutama senyum yang tulus dari perawat, kerapian berbusana,
sikap yang familiar, dan yang lebih penting lagi adalah cara berbicara (komunikasi)
sehingga terkesan low profile atau bertempramen bijak kesemuanya ini mencirikan
seorang perawat yang berkepribadian.
1.2. Rumusan Masalah
a) Apa itu Komunikasi Terapeutik ?
b) Apa tujuan Komunikasi Terapeutik ?
c) Bagaimana proses Komunikasi Terapeutik ?
d) Bagaimana Komunikasi Terapeutik pada pasien dengan masalah fisik
gangguan pendengaran ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Komunikasi verbal : seperti yang kita tahu bahwa orang tuna rungu
mempunyai kesulitan dalam komunikasi verbal. Seringnya mereka mengamati
gerakan bibir atau ekspresi mimik pembicara. Namun kemampuan tersebut berbeda
antara orang tuna rungu satu dengan yang lainnya, tergantung pengalaman masing-
masing. Anak dengan keterbatasan fisik pendengaran harus diberikan stimulus sejak
dini oleh keluarga supaya mempunyai kosakata yang banyak sehingga jika sering
distimulasi anak akan mampu bersekolah di sekolah anak normal.
Komunikasi non verbal : ekspresi wajah dan isyarat tubuh sangat penting
dalam komunikasi non verbal. Isyarat tubuh yang penting untuk diperhatikan adalah
gerakan tangan disertai ekspresi wajah, postur tubuh, dan secara khusus gerakan jari.
Bahasa isyarat sangat sulit untuk dipelajari di rumah sehingga harus belajar pada
yang ahli karena setiap gerakan tangan memungkinkan pengertian yang ambigu bagi
orang yang belum mahir 6. (Suryani. 2014)
Tantangan berat terutama bagi orang tuna rungu yang sangat parah, karena
hanya tergantung pada bahasa isyarat pembicara. Kelemahannya adalah hanya sedikit
orang yang mahir debgan bahasa isyarat. Gangguan pendengaran dapat terjadi pada
siapa saja. Kondisi tersebut bisa diakibatkan karena kerusakan fungsi sistem
pendengaran sejak lahir atau akibat trauma fisik sehingga meyebabkan gangguan
sekunder pada fungsi pendengaran. Berapapun tingkat keparahan hilangnya
pendengaran, seseorang yang memiliki gangguan pendengaran akan menghadapi
hambatan dalam berkomunikasi. Orang yang mengalami kerusakan pendengaran,
baik tuli maupun sulit mendengar, kepekaannya terhadap bunyi akan hilang sama
sekali atau berkurang .
Hilangnya kemampuan mendengar menimbulkan masalah komunikasi yang
sangat nyata karena orang yang tuli atau kurang mendengar mungkin juga tidak
mampu berbicara atau memiliki kemampuan verbal yang terbatas dan seringkali
miskin kosa kata karena proses belajar yang terhambat. Hal ini disebabkan oleh
proses belajar mengenal kosa kata diperoleh dari kegiatan mendengar, Keterampilan
membaca dan menulis pada orang dewasa dengan gangguan pendengaran
menyebabkan tingkat pengetahuan mereka kira-kira setaraf dengan kemampuan
membaca anak kelas empat.
7
Menurut Purwanto tujuan dari komunikasi terapeutik :
a) membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
mempertahakan kekuatan egonya.
b) Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang
ada
c) Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif
dan mempengaruhi orang lai lingkungan fisik dan dirinya.
Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kendala
komunikasi yaitu :
a) Tingkah laku Perawat.
Dirumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang
peranan penting; tingkah laku; gerak-gerik perawat selalu
dinilai oleh masyarakat. Bahkan sering juga surat kabar
memuat beritaberita tentang perawat rumah sakit. Bertindak
yang tidak sebenarnya. Dipandang oleh klien perawat judes,
jahat dan sebagainya.
b) Perawatan yang berorientasi Rumah sakit
a. Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang
diderita klien semata, sedangkan psikososial kurang
mendapat perhatian. Tujuan pelaksaan perawatan yang
sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang meliputi bio,
psiko dan sosial.
b. Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan
perkembangan keturunan.
c. Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu
memecahkan masalah yang ada hubungnnya dengan
jiwa
d. Sosial : Perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan,
adat istiadat dari klien di dalam masyarakat.
c) Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan,
serta kurang memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien
sehingga menghambat hubungan baik.
1.5. Macam – Macam Gangguan Pendengaran
8
Gangguan pendengaran dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :
1) Conductive hearing Loss
disebabkan oleh masalah yang terjadi pada telinga luar atau tengah dan
berkaitan dengan masalah penghantaran suara. Kemungkinan penyebab bisa
dari tertumpuknya kotoran telinga, infeksi atau pertumbuhan telinga bagian
luar, adanya lubang pada gendang telinga, penyakit yang disebut dengan
otosklerosis (yang menyebabkan rangkaian tulang-tulang pendengaran
menjadi kaku dan tidak dapat bergetar) atau faktor keturunan. Conductive
hearing loss biasanya bisa disembuhkan secara medis, namun bila tidak dapat
maka alat bantu dengar biasanya dapat membantu mengatasinya.
2) Sensorineural hearing loss
ini adalah istilah untuk menggambarkan adanya masalah pada telinga bagian
dalam, baik di cochlea, syaraf pendengaran atau sistim pendengaran pusat
(sering disebut tuli syaraf). Gangguan dengan tipe ini bisa disebabkan oleh
berbagai nhal namun kebanyakan disebabkan oleh kerusakan pada sel rambut
didalam cochlea akibat penuaan, atau rusak akibat suara yang terlalu keras.
90% gangguan pendengaran adalah tipe Sensorineural hearing loss & jarang
yang bisa diatasi secara medis, namun seringkali alat bantu dengar dapat
membantu.
3) Mixed Hearing Loss (gangguan pendengaran campuran)
dimana kondisi gangguan pendengarannya ada unsur konduktif &
sensorineural. Banyak orang dengan gangguan pendengaran jenis ini dapat
terbantu bila memakai alat bantu dengar.
Gangguan pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran
hingga tuli. Bentuk tuli yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tuli
konduktif. Tuli perspektif adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem
saraf, sedangkan tuli konduktif terjadi akibat kerusakan struktur panghantar
rangsang suara. Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi
yang paling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan
bukan dari suara yang di keluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari
gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien
ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan
gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya
1.6. Tahap Interaksi Komunikasi Terapeutik pada pasien gangguan pendengaran
9
1. Hal-hal yang harus dihindari selama berkomunikasi dengan pasien gangguan
pendengaran :
1) Berdiri menghadap klien dengan jarak tidak lebih dari 2 meter apabila
mencoba berkomunikasi.
2) Bersikap penuh perhatian
3) Hindari berbicara sambil berjalan
4) Hindari terlalu sering menggerak-gerakkan kepala.
5) Hindari berbicara sambil mengunyah.
6) Hindari memalingkan muka dari klien saat berkomunikasi.
7) Hindari berdiri langsung di depan cahaya terang yang akan
menyilaukan klien.
2. Tehnik Komunikasi Dengan Klien Gangguan Pendengaran.
Berikut adalah tehnik-tehnik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan
pendengaran :
1) Orientasikan kehadiran diri anda dengan cara menyentuh klien atau
memposisikan diri di depan klien.
2) Pastikan bahwa individu melihat Anda mendekat, karena
dikhawatirkan jika kehadiran Anda mungkin membuat terkejut orang
tersebut.
3) Upayakan berbicara dengan sealami mungkin dan posisikan wajah
anda lurus dengan mata klien tuna rungu
4) Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah
sesuatu misalnya makanan atau permen karet, karena jika Anda
makan, mengunyah atau merokok sambil berbicara, pidato Anda akan
lebih sulit untuk mengerti.
5) Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan
sederhana dan perlahan.
6) Jika orang yang anda ajak bicara memakai alat bantu dengar dan
masih memiliki kesulitan mendengar, periksa apakah alat bantu
dengar sudah terpasang di telinga orang tersebut. Juga periksa apakah
sudah dihidupkan, disesuaikan dan memiliki baterai sehingga alat
pendengaran bisa bekerja. Jika alat dalam kondisi baik dan orang
tersebut masih memiliki kesulitan mendengar, anda bisa mencari tahu
10
kapan dia terakhir melakukan evaluasi pendengaran; 79 g. Jauhkan
tangan Anda dari wajah Anda saat berbicara
7) Memahami kondisi bahwa sangatlah sulit melakukan komunikasi saat
mereka lelah atau sakit, oleh karena itu jangan memaksakan
berkomunikasi pada keadaan tersebut
8) Mengurangi atau menghilangkan kebisingan latar sebanyak mungkin
ketika melakukan pembicaraan
9) Jika seseorang mengalami kesulitan saat berkomunikasi, carilah cara
yang berbeda untuk mengatakan hal yang sama, tapi bukan
mengulangi kata-kata asli secara berulang
10) Gunakan kaliamat sederhana dan singkat untuk membuat percakapan
anda lebih mudah mengerti
11) Pastikan klien anda mengerti apa yang anda sampaikan dan jangan
lupa berikan pujian terhadap apa yang klien lakukan
11
BAB III
APLIKASI TEORI
12
(setelah kurang lebih 30 menit menunggu akhirnya tiba giliran ibu Neni untuk
diperiksa)
Perawat (Rara) : assalamualaikum nek ?
Ibu Neni : waalaikumsalam sus.
Perawat (Rara) : bagaimana kabar nenek hari ini ?
Ibu Neni : kenapa sus ?
Perawat (Rara) : bagaimana kabarnya nek ? (dengan suara agak sedikit keras)
Ibu Neni : oh...baik sus
Perawat (Rara) : syukurlah. Perkenalkan saya perawat rara, saya adalah
perawat yang bertugas pada siang ini.
Ibu Neni : oh...iya
Perawat (Rara) : saya disini akan melakukan pemeriksaan kepada nenek,
dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nenek saat ini.
Ibu Neni : hah...?
Perawat (Rara) : nenek mau diperiksa (dengan suara sedikit lebih keras)
Ibu Neni : oh...iya iya
Perawat (Rara) : waktunya kurang lebih 15 menit nek. Mungkin sebelum di
mulai ada yang di tanyakan nek?
Ibu Neni : iya sus
Perawat (Rara) : untuk tempatnya nenek lebih nyaman dimana nek?
Ibu Neni : gimana sus ?
Perawat (Rara) : tempatnya mau dimana nek?
Ibu Neni : disini saja sus
Perawat (Rara) : baik nek, bisa dimulai sekarang nek?
Ibu Neni : iya sus, bisa.
c. Tahap Kerja
Perawat (Rara) : nenek...nenek merasakan apa ditelinganya ?
Ibu Neni : hah...?
Perawat (Rara) : telinganya kenapa ? (dengan nada pelan dan suara sedikit
keras)
Ibu Neni : sakit sus, terus juga sering terasa gatal.
Perawat (Rara) : yang sakit telinga yang mana nek ? yang kanan apa yang kiri
? (sambil memegang telinga kanan dan kirinya)
13
Ibu Neni : yang sini sus, yang kiri. (sambil memegang telinga kirinya)
Perawat (Rara) : sakitnya seberapa sakit nek ? sangat sakit atau gimana?
Ibu Neni : sakit sekali sus
Perawat (Rara) : oh...iya iya nek. Terus kalau telinganya gatal diapain nek?
Ibu Neni : dikorek-korek sus
Perawat (Rara) : dikoreknya pakai apa nek?
Ibu Neni : pakai catton bads sus
Perawat (Rara) : kalau ada orang bicara kedengaran tidak?
Ibu Neni : kedengaran, tapi kecil
Perawat (Rara) : oh iya iya nek. Terus enakan mana, dengerin saat ramai apa
sepi ?
Ibu Neni : hah..? gimana sus ?
Perawat (Rara) : enakan mana, dengerin saat ramai apa sepi ? (dengan nada
pelan dan suara sedikit keras)
Ibu Neni : saat ramai sus. Lebih kedengaran keras suaranya
Perawat (Rara) : nenek sering pusing tidak ?
Ibu Neni : emm...pusing sih jarang sus. Kadang-kadang saja saya
pusing.
Perawat (Rara) : oh kadang-kadang ya nek ya?
Ibu Neni : iya sus
Perawat (Rara) : nah, sekarang saya akan pergi kesana dan nenek berdri
disebelah sini sambil menutup telinga nenek yang sebelah kiri. Nanti ulangi
kata-kata saya.
Ibu Neni : baik sus
(perawat berdiri sekitar 2 meter dari ibu Neni)
Perawat (Rara) : nanti ulangi ya nek kata-kata saya
Ibu Neni : iya sus
Perawat (Rara) : KUKU UKU. Gimana nek, coba ulangi kata-kata saya
barusan
Ibu Neni : KUKU UKU. Benar sus ?
Perawat (Rara) : iya nek, benar. Sekarang nenek tutup telinga nenek yang
sebelah kanan ya. Nanti coba ulangi lagi kata-kata saya.
Ibu Neni : baik sus
14
Perawat (Rara) : MATA BUTA. Coba ulangi nek
Ibu Neni : tidak dengar sus
Perawat (Rara) : coba saya ulangi ya (dengan jarak yg dekat dengan ibu
Neni). KAKA KUKA. Nenek dengar?
Ibu Neni : suaranya kecil sus. Nenek tidak dengar
Perawat (Rara) : baik, sekali lagi ya nek. (dengan jarak yang lebih dekat).
BUTA MATA
Ibu Neni : nenek dengar sus. BUTA MATA kan sus?
Perawat (Rara) : iya benar, bagus nek.
d. Tahap Terminasi
Perawat (Rara) :baik, pemeriksaannya sudah selesai. Dari hasil pemeriksaan
yang saya lakukan ternyata nenek mengalami gangguan pendengaran.
Ibu Neni : budeg dong saya sus ?
Perawat (Rara) : bukan budeg nek, tapi pendengaran nenek sedikit terganggu.
Nah untuk ibu, nanti neneknya bisa dipantau jangan terlalu sering mengorek
telinga apalagi mengoreknya terlalu dalam dan mungkin catton badsnya
sudah bekas tapi dipakai lagi.
Anak pasien : iya sus, beliau ini sudah sering saya ingatkan agar tidak
selalu mengorek telinga. Tapi kalau beliau dilarang malah marah-marah. Baik
sus nanti saya pantau ibu saya.
Perawat (Rara) : jangan seperti itu lagi ya nek, boleh dibersihkan tapi jangan
terlalu sering dan jangan terlalu dalam mengoreknya ya nek.
Ibu Neni : baik sus
Anak pasien : ya sudah sus, kami permisi dulu. Nanti kalau ada
kesempatan lagi kita bisa bertemu Kembali
Perawat (Rara) : iya bu, dengan senang hati
Anak pasien : terimakasih sus, assalamualaikum
Perawat (Rara) : waalaikumsalam
15
BAB IV
PENUTUP
1.9. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi yang direncakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan membina hubungan yang terapeutik antara
perawat dan pasien. Gangguan fisik diartikan sebagai seseorang yang fisiknya
mengalami masalah sehingga menimbulkan kelainan didalam berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya dan untuk meningkatkan fungsinya seoptimal mungkin
diperlukan program pendidikan dan layanan khusus. Pada pasien gangguan
pendengaran, teknik yang dapat dilakukan adalah teknik asertif. Karena pada klien
gangguan pendengaran ini memerlukan sikap yang dapat menerima, memahami
pasangan bicara dengan menunjukkan sikap peduli, sabar mendengarkan dan
memperhatikan ketika klien berbicacara.
16
DAFTAR PUSTAKA
17