Menganalisis Proses Bani Abbasiyah Di Bagdad
Menganalisis Proses Bani Abbasiyah Di Bagdad
Menganalisis Proses Bani Abbasiyah Di Bagdad
A. Sejarah Berdirinya Daulah Abbasiyah Awal mula berdirinya Daulah Abbasiyah ini berawal dari
merapuhnya sistem internal penguasa Daulah Umayyah yang berakhir pada runtuhnya Daulah
Umayyah di Damskus. Maka untuk menggantikannya dalam memimpin umat Islam yakni berasal
dari kalangan Bani Abbasiyah sebab mereka adalah cabang dari Bani Hasyim yang secara nasab
dekat dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mereka merasa lebih layak
akan hal itu. Nama Abbasiyah sendiri diambil dari nama salah satu paman Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yakni Al – Abbas Al – Muttalib Ibn Hasyim. Daulah ini didirikan oleh
Abdullah Al – Saffah Ibnu Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Al – Abbas. Menurut orang –
orang Abbasiyah, orang Umayyah dengan cara paksa menguasai khilafah melalui tragedi perang
shifin. Oleh sebab itu, untuk membangun Daulah Abbasiyah, mereka melakukan gerakan
pemberontakan terhadap Daulah Umayyah. Sesudah menghancurkan Daulah Umayyah dengan
cara membunuh Marwan sebagai Khalifahnya, Abu Al – Abbas mendeklarasikan dirinya sebagai
khalifah pertama Daulah Abbasiyah dengan gelarnya sebagai Al – Saffah yang berarti penumpah
atau peminum darah. Kemudian, berdirilah sebuah daulah menuju kekuasaan yang memiliki
sifat internasional, dengan corak pemikiran dan peradaban Romawi Timur, Mesir, Persia, dan
sebagainya.1 1 Serli Mahroes, ‘Kebangkitan Pendidikan Bani Abbasiyah Perspektif Sejarah
Pendidikan Islam’, Jurnal TARBIYA, 1.1 (2015), 77–108
B. B. Periode Pemerintahan Daulah Abbasiyah 1. Persia Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M)
Masa pemerintahan Abu Al – Abbas sangat singkat, yakni sekitar 4 tahun saja, setelah dirinya
meninggal pemerintahan Daulah Abbasiyah digantikan oleh saudaranya yakni Abu Ja’far. Pada
masa pemerintahan Abu Ja’far melakukan beberapa kebijakan di bidang politik dan juga agama.
Diantara kebijakan politiknya antara lain : a) Abu Ja’far menggunakan gelar Al – Mansur yang
diambil berdasarkan nilai – nilai Persia. b) Ibukota Daulah Abbasiyah dipindahkan ke Baghdad,
dekat dengan ibukota Persia. c) Mengangkat beberapa orang untuk mengisi jabatan Yudikatif
dan Eksekutif. d) Membentuk lembaga protokol negara, kepolisian negara, dan sekretaris
negara. Beberapa kebijakan keagamaanya antara lain : a) Menarik para ulama dan para ahli yang
berasal dari berbagai daerah untuk datang dan tinggal menetap di Baghdad. b) Merangsang
usaha pembukuan ilmu agama, seperti tafsir, fiqih, hadis, tauhid, atau ilmu lain seperti ilmu
sejarah atau ilmu baha
C. 2. Turki Pertama (232 H/847 M – 334 H/945 M) Periode ini diisi dengan masa pemerintahan
khalifah Al – Mutawakkil dan ditandai dengan bangkitnya pengaruh Turki. beberapa kebijakan
politik antara lain : a) Membagi wilayah kekuasaan menjadi tiga, wilayah Barat diberikan kepada
Mutansir, wilayah Timur Al - Mustain, dan wilayah Syam diberikan kepada Al – Mu’tazz.
Kebijakan keagamaannya antara lain : a) Membatalkan aliran Mu’tazillah sebagai aliran resmi
negara. Periode ini muncul persaingan antara militer di Baghdad dan di Samarra bahkan antara
kelompok di masing – masing kota, serta munculnya beberapa orang yang mengaku sebagai
keturunan Ali Bin Abi Thalib dan berniat merebut jabatan khalifah. 3. Persia Kedua (334 H/946 M
– 447 H/1055 M) Periode ini diisi dengan masa pemerintahan Al – Mustaqfi, agar khalifah dapat
terlepas dari pengaruh Turki dari pengaruh periode sebelumnya, maka sang khalifah meminta
bantuan kepada pemimpin Buwaih, Ahmad Ibn Abu Shuja untuk mengusir tentara Turki. Setelah
tentara Turki kalah, Ahmad menjadikan khalifah lemah. Sebagai pemimpin Buwaih, Ahmad Ibn
Abu Shuja memiliki pemahaman Syi’ah, turut mengganti pemahaman kekhalifahan yang
sebelumnya berpahaman Sunni, menjadi berpahaman Syi’ah.
4. Periode Seljuk (447 H/1055 M – 590 H/1194 M) Masa ini ditandai ketika suku Seljuk
mengambil alih kekuasaan pemerintahan dan mengendalikan kekhalifahan Abbasiyah.
Kemunculan suku Seljuk berasal dari daerah Kirghiztan hingga Bukhara yang pada saat itu para
suku kecilnya belum bersatu hingga dipersatukan oleh Seljuk Ibn Tuqaq. Keadaan pemerintahan
khalifah menjadi lebih baik saat diambil alih oleh suku Seljuk. Kewibawaan dalam bidang agama
dapat diperoleh kembali setelah beberapa lama “dirusak” oleh orang – orang Syi’ah. Bahkan
mereka senantiasa menjaga keutuhan dan keamanan Abbasiyah untuk menangkal paham Syi’ah
dan mengembangkan Madzhab Sunni. 2
. Kesimpulan Awal mula berdirinya Daulah Abbasiyah ini berawal dari merapuhnya sistem
internal penguasa Daulah Umayyah yang berakhir pada runtuhnya Daulah Umayyah di Damskus.
Maka untuk menggantikannya dalam memimpin umat Islam yakni berasal dari kalangan Bani
Abbasiyah sebab mereka adalah cabang dari Bani Hasyim yang secara nasab dekat dengan Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mereka merasa lebih layak akan hal itu. Periode
yang dialami oleh Daulah Abbasiyah sebagai berikut 1. Persia Pertama (132 H/750 M – 232
H/847 M) 2. Turki Pertama (232 H/847 M – 334 H/945 M) 3. Persia Kedua (334 H/946 M – 447
H/1055 M) 4. Periode Seljuk (447 H/1055 M – 590 H/1194 M) Kontribusi Daulah Abbasiyah
bergerak pada bidang keagamaan yang terpusat pada penulisan hadis, dan fikih. pada bidang
sains dan teknologi yang terpusat pada kitab – kitab sains, dan pada bidang filsafat. Runtuhnya
Daulah Abbasiyah disebabkan oleh pertikaian antara kelompok aliran keagamaan, dan mulai
meninggalkan ajaran agama Islam sehingga masyarakat dan pejabatnya mulai melakukan dosa –
dosa besar. Umat Islam terkotak-kotak, umat Islam dijajah oleh Barat, dan tidak ada lagi sistem
khalifah.