Kel 10 - Ibu Menyusui

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN KOMPLEMENTER

PADA IBU MENYUSUI

Disusun Oleh :
WAHYU DEWI NASIKHAH (62)
WIDIA LESTARI (63)
WINDI LAMAGA (64)
YUDITA OLYFYA C (65)
YULI MAULITASARI (66)
YULI PRIHATINI (67)

Kelas C3

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami


kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan- Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik
maupun akal pikiran, sehinggan penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari
mata kuliah dengan judul “Asuhan Kebidanan
Komplementer pada ibu Menyusui”.
Penulis tentu menyadari bahwa modul ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan
serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk modul
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi demi pencapaian makalah yang
sempurna.

Kediri, 06 Desember 2023


Tertanda,

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................ii
BAB I............................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................1
BAB II...........................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................5
A. TINJAUAN TEORI..............................................................5
a. Pengertian Menyusui.........................................................5
b. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui..........6
c. Manfaat Menyusui.............................................................8
d. Mekanisme Menyusui........................................................9
e. Dampak Perilaku Tidak Tepat..........................................10
f. Kewenangan Bidan..........................................................10
g. Pengetahuan dan sikap dengan teknik menyusui pada ibu
pasca melahirkan..................................................................11
h. Pentingnya peran dan perilaku petugas...........................12
i. Teknik menyusui yang benar...........................................12
BAB III........................................................................................20
PENUTUP...................................................................................20
A. KESIMPULAN.....................................................................20
B. SARAN............................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberian ASI eksklusif pada tahun 2016 di dunia


rata-rata masih sebesar 38% ibu-ibu yang memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya. Secara nasional, cakupan
bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2017 sebesar 61,33%,
dengan demikian dapat dikatakan masih ada sekitar
38,67% bayi di Indonesia belum terpenuhi haknya untuk
memperoleh ASI Eksklusif. Secara nasional capaian
pemberian ASI eksklusif di Indonesia belum mencapai
target pemerintah yaitu sebesar 80% pada bayi 0-6 bulan
(Kementerian Kesehatan RI., 2018).
Menyusui adalah salah satu cara paling efektif untuk
memastikan kesehatan dan kelangsungan hidup anak.
Namun, hampir 2 dari 3 bayi tidak disusui secara eksklusif
selama 6 bulan pertama selama 2 dekade ini. (WHO, 2020).
Anak-anak yang disusui tampil lebih baik dalam tes
kecerdasan, lebih kecil kemungkinannya untuk kelebihan
berat badan atau obesitas dan resiko rendah terhadap
diabetes di kemudian hari. Wanita yang menyusui juga
memiliki penurunan risiko kanker payudara dan ovarium.
Masalah sering muncul mengenai pemberian ASI
Eksklusif yang memutuskan ibu untuk menghentikan
produksi ASI disebabkan oleh rendahnya pengetahuan
mengenai cara menyusui yang baik merupakan faktor yang
secara tidak langsung mempengaruhi proses laktasi, terkait
dengan latar belakang sosial budaya. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan ibu untuk menerima informasi yang

1
nantinya berpengaruh secara langsung dalam proses
pengeluaran ASI. Faktor langsung yang terkait psikologis
ibu meliputi persepsi ibu mengenai keuntungan dan
kerugian menyusui dan pengetahuan tentang menyusui
membuat ibu memutuskan untuk menghentikan produksi
ASI eksklusif pada bayinya. (Novita, 2015). Rasa cemas juga
dapat mempengaruhi produksi ASI, hal ini dikarenakan
pelepasan hormon adrenalin yang menyebabkan
vasokonstriksi dari pembuluh dara alveoli, sehingga
oksitosin yang mampu mencapai target organ mioepitelium
kelenjar mamae hanya sedikit. Hal tersebut juga
mempengaruhi pengeluaran hormon nonadrenalin pada
sistem saraf pusat sehingga sesuai dengan mekanisme
kerja kedua substansi kimia akan menyebabkan
terhambatnya milk ejection reflex yang berakibat pada
penurunan produksi ASI. Dukungan psikologis yang
diberikan akan membuat ibu agar lebih percaya bahwa ibu
dapat menghasilkan produksi ASI yang cukup untuk bayi
(Rahayu & Yunarsih, 2018).
Upaya untuk meningkatkan cakupan ASI dapat
dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode
farmakologi dan metode non farmakologi. Metode
farmakologi cenderung mahal harganya, sedangkan metode
non farmakologi untuk meningkatkan produksi ASI bisa
diperoleh dari tumbuhtumbuhan atau yang biasa disebut
Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan beberapa metode yang
relatif mudah dilakukan seperti metode akupresur,
akupunktur, massage atau pijatan.
Akupresur dan massage merupakan metode yang
berbeda, dimana fokus akupresur dan akupunktur pada
harmonisasi aliran chi dengan menstimulasi titik meridian
membawa energi keseluruh tubuh. Sedangkan massage

2
atau pijatan bertujuan membuat ibu rileks sehingga
meningkatkan kadar hormon oksitosin serta prolaktin ibu.
beberapa metode massage yang telah diteliti adalah oketani
massage, pijatan woolwich dan rolling massage.
Tujuan dari studi literatur ini adalah untuk
mengetahui berbagai asuhan kebidanan komplementer
yang dapat meningkatkan produksi ASI pada ibu
menyusui, sehingga dapat menjadi solusi bagi masyarakat
khususnya ibu menyusui dalam menyelesaikan masalah
berkaitan dengan pemberian ASI.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui Asuhan Kebidanan Komplementer Pada Ibu
Menyusui
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui Asuhan Kebidanan Komplementer
Akupresure
2) Mengetahui Asuhan Kebidanan Komplementer
Aromaterapi
3) Mengetahui Asuhan Kebidanan Komplementer
Hypnobreastfeeding
4) Mengetahui Asuhan Kebidanan Komplementer Yoga
5) Mengetahui Asuhan Kebidanan Komplementer Pijat
Oketani, Pijat Wolwich, dan Pijat Oksitosin (Rolling
Message

C. Manfaat
a. Manfaat untuk Profesi Kesehatan
Dapat menjadi bahan pengetahuan tentang
asuhan komplementer yang dapat dilakukan pada
ibu menyusui.

3
b. Manfaat untuk Institusi
Diharapkan dapat menjadi kajian dalam
institusi untuk menambah ilmu pendidikan
khususnya Ilmu Kebidanan di Institut Ilmu
Kesehatan Strada Indonesia tentang gambaran
kemampuan ibu dalam menyusui.
c. Manfaat untuk Masyarakat
Diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi
dan berkontribusi untuk pengembangan
pengetahuan di berbagai masyarakat supaya lebih
memahami dan mengetahui serta dapat
mengaplikasikan gambaran kemampuan ibu dalam
menyusui.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI
a. Pengertian Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi
atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara
ibu. Segala daya upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui
bayinya disebut dengan manajemen laktasi (Sutanto,
2018). Menyusui atau laktasi mempunyai dua
pengertian , yaitu:
1. Produksi ASI ( Reflek Prolaktin)
Hormon prolaktin distimulasi oleh PRH
(prolaktin Releasing Hormon), yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis anterior yang ada di dasar otak.
Hormon ini merangsang sel-sel alveolus yang
berfungsi merangsang air susu.Pengeluaran prolaktin
sendiri dirangsang oleh pengeluaran Air Susu Ibu
(ASI) dari sinus laktiferus . Semakin banyak ASI yang
dikeluarkan dari payudara maka semakin banyak ASI
diproduksi, sebaliknya bila tidak ada hisapan bayi
atau bayi berhensi menghisap maka payudara akan
berhenti memproduksi ASI. Rangsangan payudara
sampai pengeluaran ASI disebut dengan refleks
produksi ASI (refleks prolaktin). Menurut Sutanto
(2018), kadar prolaktin pada ibu menyusui akan
menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan
ada peningkatan prolaktin walau ada hisapan bayi.

5
2. Pengeluaran ASI (Oksitosin) atau Refleks Aliran (Let
Down Reflek)
Pengeluaran ASI (Oksitosin) adalah refleks aliran
yang timbul akibat perangsangan puting susu
dikarenakan hisapan bayi. Bersamaan dengan
mekanisme pembentukan prolaktin pada hipofisis
anterior, rangsangan yang disebabkan oleh hisapan
bayi pada puting susu tersebut dilanjutkan ke
hipofisis posterior sehingga keluarlah hormon
oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di
sekitar alveolus agar berkontraksi dan mendorong ASI
yang telak diproduksi masuk ke dalam ductus
lactiferus kemudian masuk ke mulut bayi.
Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh hisapan
bayi , juga oleh reseptor yang terletak pada duktus
laktiferus . Bila duktus laktiferus melebar , maka
secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis
b. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui
1. Karakteristik ibu
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(2016) menjelaskan arti kata karakteristik adalah
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.
Menurut Notoatmodjo (2014) karakteristik seseorang
merupakan sifat yang membedakan seseorang
dengan yang lain berupa pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, jumlah anak, dan jumlah keluarga
dalam rumah tangga yang mempengaruhi perilaku
seseorang. Karakteristik ibu yang akan dicari dalam
penelitian ini adalah umur ibu, paritas, dan
pendidikan.
2. Umur

6
Umur adalah lamanya usia ibu yang terhitung
mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja (Notoatmodjo, 2014). Hal ini
sebagian dari pengalaman dan kematangan jiwa.
Masa reproduksi wanita dibagi menjadi 2 periode:
• Kurun reproduksi sehat (20-35 tahun)
• Kurun reproduksi tidak sehat (< 20 dan > 35
tahun)
3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang
ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan
akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda
atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat
atau dirasakan sebelumnya (Notoatmojo, 2014).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengetahuan baik Ibu berhubungan nyata dengan
cara pemberian ASI.
4. Dukungan dari suami dan Keluarga
Seorang Suami mempunyai peran yang sangat
besar dalam membantu ibu mencapai keberhasilan
dalam menyusui bayinya. Saat menyusui bayinya,
terjadi dua refleks dalam tubuh Ibu. Refleks yang
pertama adalah Refleks Prolaktin/produksi ASI dan
yang kedua adalah Refleks Oksitosin/mengalirnya
ASI. Pada Refleks Oksitosin inilah, suami dan
keluarga memiliki peran penting dalam menciptakan
ketenangan, kenyamanan dan kasih sayang.
Kebahagiaan, ketenangan dan kenyamanan yang
dirasakan ibu akan meningkatkan produksi hormon

7
Oksitosin sehingga mengalirnya ASI juga lancar.
Sebaliknya kesedihan, kelelahan fisik dan mental
seorang ibu akan menghambat produksi hormon
Oksitosin sehingga keluarnya ASI menjadi tidak
lancar. Disinilah pentingnya peran seorang suami
serta keluarga dalam mempersiapkan, mendorong dan
mendukung ibu serta menciptakan suasana yang
kondusif bagi ibu hamil dan menyusui.
c. Manfaat Menyusui
Manfaat menyusui ternyata tidak hanya untuk bayi,
tetapi juga bermanfaat bagi ibu. Adapun manfaat yang
diperoleh dengan menyusui untuk ibu menurut Sri Astuti
(2015) adalah :
1. Menyusui membantu mempercepat pengembalian
rahim ke bentuk semula dan mengurangi perdarahan
setelah kelahiran. Ini karena isapan bayi pada
payudara dilanjutkan melalui saraf ke kelenjar
hipofise di otak yang mengeluarkan hormon oksitosin.
Oksitosin selain bekerja untuk mengkontraksikan
saluran ASI pada kelenjar air susu juga merangsang
uterus untuk berkontraksi sehingga mempercepat
proses involusio uteri.
2. Menyusui secara teratur akan menurunkan berat
badan secara bertahap karena pengeluaran energi
untuk ASI dan proses pembentukannya akan
mempercepat seorang ibu kehilangan lemak yang
ditimbun selama kehamilan.
3. Bagi ibu, pemberian ASI mudah karena tersedia
dalam keadaan segar dengan suhu selalu siap jika
diperlukan pada malam hari.
4. Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak
perlu dibeli.

8
5. Menyusui dapat meningkatkan kedekatan antara ibu
dan bayi. Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu
karena menyusui akan merasakan kasih sayang
ibunya. Bayi juga akan merasa aman dan tentram,
terutama karena masih dapat mendengar detak
jantung ibunya yang telah dikenal selama dalam
kandungan. Perasaan terlindung ini akan menjadi
dasar perkembangan emosi dan membentuk
kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual
yang baik.
6. Pemberian ASI secara eksklusif dapat menunda
proses menstruasi dan ovulasi selama 20 sampai 30
minggu atau lebih karena isapan bayi merangsang
hormon prolaktin yang menghambat terjadinya
ovulasi/pematangan telur sehingga menunda
kesuburan.
7. Menyusui menurunkan resiko kanker ovarium dan
kanker payudara pramenopause, serta penyakit
jantung pada ibu. Hasil penelitia (The Lancet Medical
Journal, 2012) menemukan bahwa resiko kanker
payudara turun 4,3% pada ibu yang menyusui,
menyusui juga dapat menurunkan osteoporosis.
8. Wanita menyusui yang tidak memiliki riwayat
diabetes gestasional akan kemungkinan yang lebih
kecil untuk mengalami diabetes tipe 2 di kemudian
hari.
d. Mekanisme Menyusui
Reflek yang penting dalam mekanisme isapan
bayi terbagi menjadi tiga menurut Marliandiani (2015)
yaitu:
1. Refleks Menangkap (Rooting Refleks) Timbul saat bayi
baru lahir, pipi disentuh, dan bayi akan menoleh

9
kearah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan puting
susu, maka bayiakan membuka mulut dan berusaha
menangkap puting susu.
2. Refleks Menghisap (Sucking Refleks) Refleks ini timbul
apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting.
Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar
areola harus masuk kedalam mulut bayi. Dengan
demikian, sinus laktiferus yang berada di bawah
areola tertekan antara gusi, lidah, dan palatum
sehingga ASI keluar.
3. Refleks Menelan (Swallowing Refleks) Refleks ini
timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka bayi
akan menelannya
e. Dampak Perilaku Tidak Tepat
Kurangnya informasi, pendidikan, dan pengalaman
seorang ibu berdampak pada kemampuan dalam
menyusui (Goyal, Banginwar & Toweir 2011). Dampak
dari prilaku menyusui yang tidak tepat yaitu :
1. Puting susu lecet, jika mulut bayi tidak menempel
dengan baik, bayi akan menghisap atau menarik puting
terlalu dalam sehingga dapat menyakiti puting susu ibu.
2. Payudara sakit saat menyusui, kondisi yang wajar
terjadi di awal karna ibu belum paham sepenuhnya cara
posisi menyusui, hingga teknik perlekatan mulut bayi
dengan puting susu. Kesalahan dalam menerapkan teknik
untuk menyusui inilah yang kemudian menimbulkan
nyeri.
3. Payudara bengkak saat menyusui, biasanya hal ini
terjadi karena adanya penumpukan ASI di dalam
payudara sehingga membuatnya terasa besar, penuh, dan
keras. Perlekatan yang benar dapat mendukung
pengeluaran ASI ibu lebih lancar.

10
f. Kewenangan Bidan
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.01.07/MENKES/320/2020 Tentang Standar
Profesi Bidan, mengingat Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2019 tentang Kebidanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 56, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6325) area standar
kompetensi bidan meliputi: Etik legal dan keselamatan
klien, Komunikasi efektif, Pengembangan diri dan
profesionalisme, Landasan ilmiah praktik kebidanan,
Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan, Promosi
kesehatan dan konseling, dan Manajemen dan
kepemimpinan. Kompetensi Bidan menjadi dasar
memberikan pelayanan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based
kepada klien, dalam bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan. Sebagai Seorang bidan
diharapkan dapat memberikan pelayanan konseling yang
bermutu dan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.
Kesehatan ibu saat menyusui menjadi salah satu asuhan
yang dapat di berikan bidan terutama pada teknik
menyusui dalam upaya pencegahan dan penanganan
keefektifan menyusui. Bidan merupakan fasilitator dalam
mempromosikan kesehatan.
g. Pengetahuan dan sikap dengan teknik menyusui pada
ibu pasca melahirkan
Pengetahuan ibu tentang teknik menyusui akan
membawa pemehaman yang mendalam pada dampak baik
ataupun buruknya pemberian ASI. Masih ada ibu yang
belum memahami tentang menyusui dan pentingnya
manfaat ASI bagi bayi, Teknik menyusui diperkenalkan

11
pada ibu untuk mengurangi Rendahnya pengetahuan
tentang teknik menyusui yang dapat menyebabkan ibu
gagal dalam melakukan teknik menyusui dan gagal dalam
pemenuhan nutrisi pada bayi. Hasil penelitian ini sejalan
dengan Trianita & Nopriantini pada tahun 2018 yang
menyatakan bahwa sikap yang positif tentang praktik
menyusui, maka seorang ibu akan mampu untuk
menyusui dengan teknik menyusui yang benar. Adapun
ibu yang bersikap positif namun tidak menyusui dengan
teknik yang tepat dapat terjadi karena meskipun ibu
setuju dengan cara menyusui yang benar masih ada
kondisi fisik ibu ataupun bayi dan faktor lingkungan yang
cukup berpengaruh terhadap perilaku ibu untuk
menyusui dengan benar (Hepilita. Y, 2016).
h. Pentingnya peran dan perilaku petugas
Setelah dilakukan penelitian oleh Musriah, N tahun
2018 diketahui bahwa masih ada ibu menyusui yang
belum pernah mendapatkan informasi mengenai teknik
menyusui sehingga disarankan kepada petugas kesehatan
setempat untuk terus berupaya memberikan informasi
mengenai preaktik menyusui dengan melakukan
konseling penyuluhan individu dan kelompok
dipuskesmas ataupun kegiatan posyandu, selain itu
dukungan dari petugas kesehatan, kondisi emosional, dan
psikologis suami serta keluarganya dapat mempengaruhi
motivasi dan semangat ibu dalam menyusui, dan
pelayanan kesehatan untuk kecurigaan dan munculnya
tanda terjadinya komplikasi
i. Teknik menyusui yang benar
Cara menyusui yang benar adalah ibu harus
menyiapkan mental dan fisik, minum air putih dan
makan terlebih dahulu jangan menyusui dalam keadaan

12
lapar dan haus. setelah itu siapkan tempat yang nyaman
bagi ibu dan bayi. setelah menyiapkan diri dan tempat,
cuci bersih dahulu tangan sebelum menggendong bayi.
Setelah itu lepaskan penutup payudara pada kedua
sisinya.

Gambar 1.1

Sumber : Buku pedoman pemberdayaan ibu menyusui pada


program ASI eksklusif

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi ASI dapat


dilakukan dengan menggunakan terapi komplementer. Terapi
komplementer adalah cara metode yang dilakukan sebagai
pendukung pengobatan medis/konvensional yang dimaksudkan
untuk melengkapi atau menyempurnakan bersifat non invasive,
murah, aman, dan berdasarkan eviden base (Altika, 2021).
Beberapa terapi komplementer untuk meningkatkan produksi ASI
adalah :

1. Akupresure

Teknik pemberian akupresure dapat memberikan


perintah kepada hipofisis untuk mengeluarkan hormone

13
prolactin dan oksitosin, pemberian akupresure dilakukan
dengan cara penekanan di beberapa titik tertentu yang
kemudian akan memberikan rangsangan pada otak untuk
mengeluarkan hormone prolactin dan hormone oksitosin
pada darah yang akhirnya akan membuat produksi ASI
meningkat. (Wulandari et al.,2019)
Akupresure juga dapat meningkatkan perasaan rileks
pada ibu postpartum, akupresure dapat meningkatkan
kadar endhorpin dalam darah, dan berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan kadar prolactin . titik yang digunakan
untuk pijat akupresure ialah tangan, dan dititik local pada
payudara sehingga membantu pengeluaran ASI secara
maksimal. (Khabibah & Mukhoirotin, 2019)

Gambar 2.1 Titik Akupresure

2. Aromaterapi

Aromaterapi dapat diartikan sebagai suatu cara

14
perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan
menggunakan minyak esensial/essential oil (Kenia dan
Taviyanda, 2013).
Salah satu aroma terapi yang bisa digunakan adalah
aromaterapi lavender. Aromaterapi lavender adalah
aromaterapi yang menggunakan bunga lavendulan atau
biasa disebut lavender, yang memiliki zat aktif berupa
linalool acetat dan linalyl acetate yang dapat berefek sebagai
analgesic. Sifat-sifat yang terkandung dalam minyak
esensial lavender yaitu sebagai antiseptic, antidepresan,
meringankan stress dan sulit tidur. Menghirup aromaterapi
lavender dapat menimbulkan efek relaksasi pada system
saraf pusat. Efek relaksasi pada system saraf pusat
membantu meningkatkan produksi hormone oksitosin yang
berdampak terhadap meningkatnya produksi ASI.

Gambar 2.2 Lavender Essensial Oil

15
3. Hypnobreastfeeding

Hypnobreastfeeding merupakan Teknik relaksasi


untuk membantu kelancaran proses menyusui. Caranya,
memasukkan kalimat-kalimat afirmasi yang positif yang
membantu proses menyusui di saat ibu dalam keadaan
rileks atau sangat berkonsentrasi pada suatu hal.
Definisi hypnosis sendiri adalah suatu kondisi
nirsadar yang terjadi secara alami, dimana seseorang
mampu menghayati pikiran dan sugesti tertentu untuk
mencapai perubahan psikologis, fisik maupun spiritual yang
diinginkan. Dalam Teknik ini, perubahan yang diinginkan
adalah segala hal yang mempermudah dan memperlancar
proses menyusui.
Contoh kalimat sugestinya : “ ASI saya keluar lancar”,
“saya merasa bahagia bisa menyusui”, saya bangga bisa
ASI”, “saya selalu merasa tenang dan rileks”

4. Yoga

Yoga merupakan seni meditasi yang berarti penyatuan


tubuh dengan pikiran, dan jiwa untuk mencapai
kebahagiaan, keseimbangan hidup. Yoga dapat
meningkatkan produksi ASI dengan cara mempengaruhi
system hormone tubuh. (Susan, 2010)
Ada beberapa gerakan yoga yang juga dapat
meningkatkan produksi ASI, seperti gerakan Pranayama dan
Asana. Latihan ini dapat mempengaruhi system hormone
tubuh, dalam melakukan yoga ini dapat meningkatkan
hormone prolactin maka akan terjadi peningkatan produksi

16
ASI. (Yessi Aprilia, 2011)
Cara melakukan gerakan pranayama yaitu, duduklah
dengan nyaman dalam posisi kaki bersila dan tutup mata
bunda. Tarik napas dalam-dalam melalui hidung, kenudian
keluarkan lewat mulut.

Gambar 2.4 Gerakan Yoga Pranayama

2.4 Gerakan Yoga Asana

17
5. Pijat Oketani, Pijat Wolwich, dan Pijat Oksitosin (Rolling
Message)

Pijatan oketani dapat menstimulasi kekuatan otot


pektoralis yang bertujuan untuk meningkatkan produksi ASI
dan kualitas ASI, dan membuat bayi mudah menghisap
karena payudara ibu yang lembut dan elastis (Mutiar et al.,
2020). Pijat oketani juga dapat memberikan rasa lega dan
nyaman serta mencegah putting lecet dan memperbaiki
masalah-masalah laktasi yang disebabkan oleh putting rata
(Flat Nipple) serta putting yang masuk ke dalam.
Metode pijat wolwich. Akan mempengaruhi kerja saraf
vegetative dan jaringan bawah kulit yang untuk melemaskan
jaringan, sehingga memperlancar aliran darah pada system
ductus, sehingga sisa-sisa sel system ductus akan dibuang
agar tidak menghambat aliran ASI melalui ductus lactiferous
sehingga aliran ASI akan menjadi lancer (Badrus, 2018).
Pijat wolwich dilakukan pada area sinus lactiferous tepatnya
1-1,5 cm diatas areola mamae, dengan tujuan untuk
mengeluarkan ASI yang ada pada sinus laktiferus.
Pijat Oksitosin (Rolling Massage) yang dilakukan pada
ibu setelah melahirkan agar membantu kerja hormone
oksitosin dalam pengeluaran produksi ASI, yang
berpengaruh pada syaraf parasimpatis menyampaikan sinyal
ke otak bagian belakang untuk merangsang kerja oksitosin
dalam produksi ASI agar keluar (Ridawati & Susanti, 2020).

18
Gambar 2.5 Pijat Oketani

Gambar 2.5 Pijat Oksitosin

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Beberapa Asuhan kebidanan komplementer pada ibu
menyusui antara lain yaitu : Akupresure, Aromaterapi,
Hypnobreastfeeding, Yoga, Pijat Oketani, Pijat Woolwich dan Pijat
Oksitosin (Rolling massage) diberikan kepada ibu menyusui dengan
tujuan dapat meningkatkan produksi ASI serta meningkatkan
kualitas ASI. Sehingga ibu bisa menjalankan ASI eksklusif dengan
baik.
Asuhan komplementer sebagai asuhan non farmakolgi
diharapkan dapat membantu ibu untuk meningkatkan produksi ASI
dengan biaya yang lebih terjangkau. Serta dapat dilakukan oleh ibu
secara kontinyu demi keberhasilan ASI Eksklusif.

B. SARAN

1.) Bidan dapat mengembangkan pengetahuanya tentang asuhan


komplementer, sehingga dapat memberikan asuhan kepada ibu
menyusui dengan baik.
2.) Ibu menyusui secara rutin melakukan terapi komplementer sehingga
dapat menjalankan ASI Eksklusif dengan baik.
3.) Suami dan keluarga dapat mendukung ibu menyusui untuk
melakukan asuhan komplementer untuk meningkatkan produksi ASI.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sumaifa & Risnawati. 2023. Analisis Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Posisi
Menyusui Yang Benar Di Puskesmas Pattallassang. Jurnal Mahasiswa
Farmasi dan Kesehatan Vol.1 No.3.
https://doi.rg/10.59841/jumkes.v1i3.188
Yuliani, Diki Rento.,Sumiyati & Winarso, Septerina Purwandani. 2021.
Modul Kelas Persiapan Menyusui. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang.
Solama, Wita & Alvionita, Pini. 2021. Cara Menyusui Yang Benar Pada Bayi
Berdasarkan Pengetahuan Dan Sikap Ibu. Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi
Science Kesehatan Vol.13 No. 1. https://jurnal.stikes-aisyiyah-
palembang.ac.id/index.php/kep/article/view/126
Mufdilah., Subijanto., Sutisna,Endang & Akhyar, Muhammad.2017. Buku
Pedoman Pemberdayaan Ibu Menyusui Pada Program ASI Eksklusif.
Yogyakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai