Liturgika
Liturgika
Liturgika
Nim : 21.01.1998
Tingkat/Prodi : II-C/Teologi
I. Pendahuluan
Liturgi merupakan perayaan ibadah Kristen yang mengacu pada suatu struktur
yang membawa umat Allah pada kebenaran yang hakiki dan sesuai ajaran Allah maupun
Yesus Kristus. Liturgi juga bisa disebut tata kebaktian dalam mengungkapkan dan
merayakan iman kepercayaanya. Ada banyak jenis-jenis litugi, salah satu contohnya
adalah liturgi Lutheran. Suasana dan liturgi dalam ibadah di gereja-gereja Lutheran tidak
banyak berbeda dari GKR. Ketika Luther mulai menyelenggarakan sendiri ibadah di
jemaat-jemaat pengikutnya, ia mengikuti pola dasar ibadah GKR. Dalam kesempatan
kali ini sebagai pemenuhan Tugas Akhir Semester 4 mata kuliah Liturgika I. Saya akan
membahas dalam makalah saya Liturgi Lutheran di GKPS dan pandangan jemaat tentang
liturgi Lutheran.
II. Pembahasan
II.1. Pengertian Liturgi
Menunjuk kepada pelaksanaan tugas imam dan orang Lewi dalam Kemah
Suci dan kemudian dalam Bait Allah, terutama dalam hal tugas pelayanan
mezbah. Yeh 44:12 dan 2 raj 15:16 “leiturgia” mengacu kepada kultus kafir.
Septuaginta selalu menggunakan kata leiturgia untuk suatu pekerjaan yang
dilaksanakan oleh para imam secara tertib dan dengan khidmat, sesuai dengan
2
M. Damamain, Liturgika, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan
Departemen Agama, 1994), 7.
3
Rasid Rachman, Pembimbing ke dalam Sejarah Liturgi. (Jakarta : BPK Gunung Mulia,2010 ), 2.
4
Bosco Da Cunha Dan O.Carm, Teologi Liturgi dalam Hidup Gereja, (Madang: Dioma, 2004) , 16-17.
undang-undang upacara ibadat; suatu pelayanan yang berguna untuk semua
jemaat.5
B. Perjanjian Baru
Dalam perjanjian Baru, arti kata “kultus” tidak diapakai lagi. Oleh karena
dalam bahasan perjanjian Baru ibadah bukan lanjutan kultus perjanjian Lama.
Kultus Perjanjian Lama telah digenapkan oleh Kristus dan di dalam Dia telah
dimula suatu ibadah (liturgia) baru, yang sifatnya lain sama sekali. Kedua istilah
itu dalam perjanjian baru masih tetap digunakan dalam pengertian politik. Oleh
karena menurut pemandangan jemaat, leitourgia ialah pelayana perbuatan umat
Allah kepada bangsa-bangsa di dunia dan karena itu pula menjadi pelayanan
perbuatan umat kepada eklesia atau gereja itu sendiri.6
5
G. Riemer, Cermin Injil, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 1995) 10.
6
M. Damamain,Liturgika, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan
Departemen Agama, 1994) 7.
7
James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 15-16.
8
G. Riemer, Cermin Injil, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 1995) 10-11.
a. Seperti dalam septuagintayaitu tugam imam; (Luk 1:23; Ibr 9:21; Ibr 10:11).
b. Menguraikan pekerjaan Kristus sebagai Imam (Ibr 8:2; Ibr 8:6).
c. Untuk pekerjaan rasul dalam pekabaran Injil kepada orang Kafir (Roma
15:16).
d. Untuk menunjuk kepada pekerjaan malaikat-malaikat melayani(Ibr 1:7,14).
e. Mengacu kepada jabatan pemerintah (Roma 13:6).
f. Sebagai tugas beribadah (Kis 13:2).
10
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran didalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2008), 29-
33
11
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran didalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2008), 49-
50
pengampunan, pemberitaan anugerah), introitus, Kyrie eleison dan
seterusnya.12
Votum
Kombinasi votum dan salam adalah kebiasaan yang diambil alih dari
gereja-gereja di Nederland. Dalam abad-abad pertama jemaat memulai
ibadahnya dengan salam. Hal itu berjalan terus sampai masa reformasi.
Sesuai dengan keputusan Sinode Dordrecht (1574), gereja-gereja di
Nederland memakai rumus votum “Pertolongan kita adalah dalam
nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi” (Mzm. 124:8). Van
der Leeuw dan Lekkerkerker tidak berkeberatan kalau pada rumus ini
ditambahkan kata-kata “yang memelihara kesetiaan sampai selama-
lamanya dan tidak meninggalkan pekerjaan tangan-Nya” (bnd. Mzm
138:8 dan 146:6). Di samping Mazmur 124:8 dipakai juga Matius
28:19 sebagai rumus votum, “Dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus”)13
Salam
Salam liturgy yang kita kenal berasal dari Perjanjian Baru dan penulis-
penulis Perjanjian Baru mengambil alih dari ibadah Yahudi: dari rumus
salam “Selamat! Selamatlah engkau… (1 Sam. 25:6; 1 Taw. 12:18) dan
rumus berkat “TUHAN kiranya menyertai kamu (Rut 2:4)”.Pada masa
reformasi jumlah salam sangat dibatasi. Tata kebaktian Lutheran terus
memakainya di tiga tempat: sebelum kollekta (doa), sebelum prefasi
(bagian doa konsekrasi) dan sebelum bubar (akhir kebaktian).Bisa juga
disampaikan saat memulai kotbah dan mengakhiri kotbah.
Introitus
Sesudah Votum dan salam banyak gereja di Indonesia memakai unsur
ketiga yang dalam kata asing disebut dengan Introitus. Dimana
Introitus terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nas
12
J.L. Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgi yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2007), 1-2.
13
J.L. Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgi yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia, 2-6
pendahuluan.Pada masa reformasi introitus tetap dipakai dalam
kebaktian, umumnya dinyanyikan oleh paduan suara.Luther pada satu
pihak mengusulkan supaya mazmur introitus dinyanyikan seluruhnya
tanpa antifonon.Luther tidak keberatan kalau mazmur introitus itu
diganti dengan suatu nyanyianrohani.
Dalam praktik, cara terakhir ini yang paling berkembang dan yang
paling besar pengaruhnya. Cara Lutheran ini diambil alih oleh gereja-
gereja di Nederland dan diimpor ke Indonesia. Isi dan dasarnya
diterangkan oleh van der Leeuw seperti berikut, “Votum memberikan
amanat secara am. Salam mengkonstitusikan persekutuan. Kini introitus
menempatkan kebaktian jemaat dalam suasana dari bagian sejarah
selamat, yang dari padanya kita hidup pada saat ini: kita berasa dalam
kebaktian Adven atau Pentakosta atau Trinitas.14
15
J.L. Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgi yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia, 16.
hadapan Allah”, disambung dengan suatu nas yang dipilih menurut tahun
gerejawi.16
3. Nyanyian
4. Pengakuan Iman
16
J.L. Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgi yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia, 17-27.
17
http://pdtdirgoscharles.blogspot.com/2012/04/makna-unsur-unsur-liturgi-gkpi1.html , diakses
pada Senin 22 Mei 2023, Pukul 14.00
18
http://pdtdirgoscharles.blogspot.com/2012/04/makna-unsur-unsur-liturgi-gkpi1.html , diakses
pada Senin 22 Mei 2023, Pukul 14.00
Martin Luther mengatakan bahwa Firman Allah adalah harta yang
membuat kita kudus. Sebab Firman Allah adalah yang terkudus dari segala
benda suci.Nyatanya, hanya kita sebagai orang Kristen yang mengetahui
dan memilikinya. Andaikata di hadapan kita ada timbunan tulang-tulang
orang suci ataupun semua jubah kdus yang ditahbiskan, itu tidak akan
menolong kita sedikitpun. Semuanya itu hanyalah benda-benda mati dan
tidak dapat menguduskan siapapun. Tetapi Firman Allah adalah harta yang
menguduskan segala sesuatu. Bilamana kita menguraikan firman Allah,
memberitakan, mendengar, membaca, merenungkannya maka diri kita,
hari dan tindakan akan dikuduskan olehnya karena firman yang mengubah
kita semua menjadi oramg-orang kudus. Karena itu Luther selalu
mengatakan, seluruh hidup dan tindakan kita harus didasari pada firman
Allah, jika semua itu hendak berkenan kepada Allah atau menjadi kudus.
Jika semua itu terjadi, maka Firman ini pun diwujudkan dan dipelihara.
Sebaliknya, jika apa saja yang kita lakukan terlepas dari firman Allah,
baik itu begitu indah dan gemerlapan adalah suatu yang tidak kudus bagi
Allah.19
6. Doksologi
7. Berkat
19
Martin Luther, Katekismus Besar, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 47.
20
https://binsarspeaks.net/?p=59&cpage=1 yang disampaikan pada sebuah seminar liturgi di HKBP
Tanjung Priuk tahun 2005.Diakses pada tanggal 23 Mei 2023 pada pukul 13:25 WIB.
sambutan iman, maka Jemaat menyanyikan “Amin, Amin, Amin!”, yang
berarti “ya benar! Terjadilah.”21
3. Kebaktian Baptisan
Baptisan pelajar sidi yang akan dibaptis
Baptisan anak-anak
Baptisan kepada yang sudah dewasa
Baptisan kepada orang yang tarolos
4. Kebaktian Angkat Sidi
5. Kebaktian Pernikahan
Pemberkatan pernikahan
Pemberkatan pertunangan
21
Sihombing, J. (ed.) Homiletik (Poda Parjamitaon) dohot Deba Hatorangan na Mardomu tu Agenda.
Pematangsiantar: HKBP, 2000.
22
Agenda GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun)
Pemberkatan pernikahan yang digabung dengan kebaktian minggu
Pemberkatan pernikahan khusus
Pemberkatan pernikahan khusus yang digabung dengan kebaktian minggu
6. Kebaktian Perjamuan Kudus
Kebaktian Perjamuan Kudus
Kebaktian Perjamuan Kudus khusus untuk orang sakit model A
Kebaktian Perjamuan Kudus khusus untuk orang sakit model B
7. Kebaktian penerimaan anggota jemaat yang kembali ke jemaat
8. Kebaktian penguburan
Anak-anak
Dewasa
Kremasi
9. Kebaktian penahbisan
Pendeta
Penginjil
Sintua
10. Kebaktian pelantikan pimpinan Pusat
11. Kebaktian peletakan batu pertama Gereja
12. Kebaktian pengesahan
Gereja
Rumah
13. Kebaktian peresmian
Jemaat
Resort
Daftar Pertanyaan
1) Apakah GKPS Huta Tongah ini memakai liturgi Lutheran?
2) Apakah liturgi di GKPS Huta Tongah berbeda tiap minggunya?
3) Bagaimana sistem pemakaian liturgi di GKPS Huta Tongah ini?
4) Apa yang menjadi perbedaan liturgi dalam ibadah minggu dengan ibadah
lainnya seperti ibadah sekolah minggu atau partonggoan?
5) Apakah liturgi sekolah minggu juga merupakan model ibadah Lutheran?
6) Siapa saja yang menjadi petugas dalam menjalankan liturgi dalam
peribadahan minggu? Apakah hanya pengurus gereja yang boleh
membawakan votum, nyanyian, dan pemberitaan firman dalam liturgi
peribadahan?
7) Bagaimana sebenarnya penempatan unsur liturgi di GKPS Huta Tongah
ini, apakah sama umumnya dengan unsure liturgy gereja Lutheran lainnya
atau bahkan unsure lituri Lutheran mula-mula?
8) Bagimana penempatan persembahan pujian dalam unsur liturgi pada
umumnya? Apakah ada ketentuan tertentu dari agenda GKPS?
9) Apakah dalam pelaksanaan liturgi yang telah gereja lakukan selama ini
sudah baik, dalam artian pernahkah ketika misalnya pembawa votum
melangkahi salah satu bagian liturgi dalam peribadahan?
10) Apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan liturgi Lutheran?
11) Apa sebenarnya makna yang didapat dari model liturgi Lutheran yang
dipakai di gereja GKPS Huta Tongah ini?
12) Bagaimana tanggapan jemaat untuk model atau rangkaian liturgi Lutheran
ini? Dan bagaimana tanggapan inang sendiri?
C. Hasil wawancara
1. St. Samainta damanik
1) Apakah GKPS Huta Tongah ini memakai liturgi Lutheran?
Jawab: ya benar, karna GKPS merupakan aliran Lutheran
2) Apakah liturgi di GKPS Huta Tongah berbeda tiap minggunya?
Jawab: Ya, karena liturgi ibadah di GKPS Huta Tongah ada banyak
mengikuti warna liturgi dan minggu. Juga model tiap minggunya bisa
disesuaikan dengan acara yang akan dilakukan di gereja.
3) Bagaimana sistem pemakaian liturgi di GKPS Huta Tongah ini?
Jawab: Sistem pemakaian liturgi di GKPS Huta Tongah ini umumnya sama
dengan gereja GKPS lainnya, karena menggunakan panduan yang sama yakni
susukara dan agenda. Untuk ibadah minggu ada 5 model, yaitu model A-E,
model ini disesuaikan dengan minggu, dan kegiatan gereja. Contoh, jika
dalam peribadahan akan melakukan sakramen dan acara khusu lainnya, maka
yang digunakan adalah Liturgi dengan Model B. Namun untuk minggu
kebaktian biasa ada banyak model yang dipakai yaitu A, C, D Dan E dipakai
secara bergantian. Untuk ibadah partonggoan, pernikahan dan lain sebagainya
juga sudah ada didalam agenda dan memang pada umumnya unsurnya hamper
sama namun ada yang lebih singkat dan panjang, tergantung ibadah yang akan
dilakukan.
4) Apa yang menjadi perbedaan liturgi dalam ibadah minggu dengan ibadah
lainnya seperti ibadah sekolah minggu atau partonggoan?
Jawab: Perbedaannya mungkin hanya dari bagian unsur liturginya. Misalnya
di ibadah minggu ada model Liturgi dengan pembacaan titah namun dalam
liturgi partonggoan tidak, namun unsur lainnya pada umumnya sama.
5) Apakah liturgi sekolah minggu juga merupakan model ibadah Lutheran?
Jawab: Tentu, karena sekolah Minggu juga bagian dari GKPS tentu juga
menggunakan liturgi Lutheran. Walaupun memang dalam agenda GKPS tidak
ada tertera khusus untuk model ibadah GKPS, namun liturgi yang dipakai
untuk sekolah minggu tidak berbeda jauh dengan ibadah minggu dewasa juga.
Hanya sekolah minggu lebih banyak menggunakan nyanyian, agar anak
sekolah minggu lebih bersemangat.
6) Siapa saja yang menjadi petugas dalam menjalankan liturgi dalam
peribadahan minggu? Apakah hanya pengurus gereja yang boleh
membawakan votum, nyanyian, dan pemberitaan firman dalam liturgi
peribadahan?
Jawab: Pada umumnya memang yang bertugas setiap minggunya itu adalah
pengurus gereja baik syamas, sintua dan fulltimer. Karena memang pengurus
gereja lah yang bertugas untuk itu, namun tidak selamanya demikian. Di
GKPS Huta Tongah Khususnya dalam perayaan hari besar gereja, contoh
minggu pesta wanita, maka yang menjadi petugas adalah wanita. Dan tidak
diharuskan wanita yang pengurus gereja saja, namun jemaat yang tidak
pengurus pun bisa ikut serta ambil bagian. Begitu juga untuk pesta Bapa dan
pemuda.
7) Bagaimana sebenarnya penempatan unsur liturgi di GKPS Huta Tongah ini,
apakah sama umumnya dengan unsur liturgi gereja Lutheran lainnya atau
bahkan unsur liturgi Lutheran mula-mula?
Jawab: Dari pengalaman saya mengikuti ibadah di beberapa gereja Lutheran
umumnya saya temui adalah tak jauh berbeda, unsurnya hampir sama, tentu
hal itu disebabkan karena aliran yang sama.
8) Bagimana penempatan persembahan pujian dalam unsur liturgi pada
umumnya? Apakah ada ketentuan tertentu dari agenda GKPS?
Jawab: Ya, untuk hal ini memang pernah ada beberapa jemaat yang
kontrofersi, karena pendeta yang melayani digereja ini priode lalu,
menyarankan untuk persembahan pujian itu ditempatkan sebelum Khotbah
terserah dibagian mana saja, cukup disesuaikan. Namun setelah berganti
pendeta berubah peraturannya, sebelum pengakuan iman tidak boleh ada
persemabahan pujian. Dan menurut saya ini merupakan dogma yang berbeda.
Sehingga memang itu tergantung pendeta yang memimpin dan persetujuan
bersama.
9) Apakah dalam pelaksanaan liturgi yang telah gereja lakukan selama ini sudah
baik, dalam artian pernahkah ketika misalnya pembawa votum melangkahi
salah satu bagian liturgi dalam peribadahan?
Jawab: Kalau untuk hal melangkahi mungkin belum pernah. Namun
kesalahan mungkin beberapa kali terjadi dalam peribadahan. Misal pembawa
votum lupa mengarahkan untuk bangkit berdiri.
10) Apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan liturgi Lutheran?
Jawab: Menurut saya kendala tersendiri tidak ada, karena mungkin saya juga
sudah terbiasa dengan litugi Lutheran ini, karena saya lahir di aliran Lutheran
juga. Jadi sebenarnya kunci utamanya itu, sebelum melakukan peribadahan,
petugas liturgis baik mempersiapkan dengan matang
11) Apa sebenarnya makna yang didapat dari model liturgi Lutheran yang dipakai
di gereja GKPS Huta Tongah ini?
Jawab: Makna yang saya dapatkan itu ada banyak, missal dari Pengakuan
iman, mengapa penting unsur ini. Pengakuan Iman atau “Credo” adalah
pernyataan dan ikrar setiap orang percaya tentang kebenaran kepercayaan
yang diimaninya. Sehingga ini juga memiliki makna tersendiri dalam unsur
ibadah Lutheran. Kemudian pembacaan ayat atau titah juga memiliki makna
tersediri, unsur ini mengingatkan dalam peribadahan tentang apa pesan Tuhan
untuk umatnya.
12) Bagaimana tanggapan jemaat untuk model atau rangkaian liturgi Lutheran
ini? Dan bagaimana tanggapan ibu sendiri?
Jawab: Banyak jemaat yang senang dan suka dengan model liturgi Lutheran
ini, mungkin hal itu disebabkan orang simalungun memang dikenal dengan
orang yang lembut dan santai. Sehingga model ibadah Lutheran ini dirasa
cocok juga ditambah dengan nyanyian yang lambat.
IV. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas saya menyimpulkan bahwa Liturgi merupakan perayaan
ibadah Kristen yang mengacu pada suatu struktur yang membawa umat Allah pada
kebenaran yang hakiki dan sesuai ajaran Allah maupun Yesus Kristus. Liturgi juga bisa
disebut tata kebaktian dalam mengungkapkan dan merayakan iman kepercayaanya. Ada
banyak jenis-jenis litugi, salah satu contohnya adalah liturgi Lutheran. Suasana dan
liturgi dalam ibadah di gereja-gereja Lutheran tidak banyak berbeda dari GKR. Ketika
Luther mulai menyelenggarakan sendiri ibadah di jemaat-jemaat pengikutnya, ia
mengikuti pola dasar ibadah GKR. Bagi Luther yang terpenting adalah bagaimana agar
jemaat mengalami dengan nyata tindakan penyelamatan Allah didalam Kristus, dan itu
hanya bisa dialami bila kepada mereka Firman diberitakan dengan murni dan dalam
bahasa yang dapat dimengerti jemaat, dan sakramen dilayankan dengan benar.Kotbah
dijadikan pusat ibadah, sebagai perjamuan kudus (Ekaristi).Dalam setiap ibadah minggu
harus ada pemberitaan Firman yang murni (semata-mata dari Alkitab).Sedangkan
Perjamuan Kudus tidak mesti diselenggarakan pada setiap hari Minggu. Di GKPS Huta
Tongah ini juga memakai liturgy luther, namun urutannya mungkin tidak sama persis.
Liturgy Lutheran ini menurut sebagian jemaat di GKPS Huta Tongah adalah liturgi yang
cocok untuk jemaat sekitar karena lebih menikmati dalam peribadahan. Liturgi Lutheran
yang dipakai oleh Gereja GKPS ini sendiri, dibuat dengan berbagai Model agar bervariasi
sehingga setiap minggunya boleh digunakan berganti-gantian. Di GKPS juga membuat
berbagai model liturgy dalam berbagai acara peribadahan dengan mengacu pada liturgi
luther.
V. Daftar Pustaka
Abineno J.L. Ch., Unsur-Unsur Liturgi yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia,
2007
Aritonang Jan S., Berbagai Aliran didalam dan di Sekitar Gereja, Jakarta:BPK-Gunung
Mulia, 2008
Carm Bosco Da Cunha Dan O., Teologi Liturgi dalam Hidup Gereja, Madang: Dioma,
2004
Damamain M., Liturgika, Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen
Protestan Departemen Agama, 1994
Riemer G., Cermin Injil, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 1995
White James F., Pengantar Ibadah Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002
Sumber lain:
http://pdtdirgoscharles.blogspot.com/2012/04/makna-unsur-unsur-liturgi-gkpi1.html ,
diakses pada Senin 22 Mei 2023, Pukul 14.00 WIB.