Liturgika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

Nama : Mei Miranda Saragih

Nim : 21.01.1998

Tingkat/Prodi : II-C/Teologi

Mata Kuliah : Liturgika I

Dosen Pengampu : Mery Ulina Ginting M. Si Teol

Liturgi Lutheran di GKPS dan Pandangan Jemaat Tentang liturgi Lutheran

I. Pendahuluan

Liturgi merupakan perayaan ibadah Kristen yang mengacu pada suatu struktur
yang membawa umat Allah pada kebenaran yang hakiki dan sesuai ajaran Allah maupun
Yesus Kristus. Liturgi juga bisa disebut tata kebaktian dalam mengungkapkan dan
merayakan iman kepercayaanya. Ada banyak jenis-jenis litugi, salah satu contohnya
adalah liturgi Lutheran. Suasana dan liturgi dalam ibadah di gereja-gereja Lutheran tidak
banyak berbeda dari GKR. Ketika Luther mulai menyelenggarakan sendiri ibadah di
jemaat-jemaat pengikutnya, ia mengikuti pola dasar ibadah GKR. Dalam kesempatan
kali ini sebagai pemenuhan Tugas Akhir Semester 4 mata kuliah Liturgika I. Saya akan
membahas dalam makalah saya Liturgi Lutheran di GKPS dan pandangan jemaat tentang
liturgi Lutheran.

II. Pembahasan
II.1. Pengertian Liturgi

Liturgi berasal dari bahasa Yunani “Leiturgia” ( λϵιτουργια ). Kata “leiturgia”


berasal dari kata kerja “leiturgeo” ( λειτουργϵω ), yang artinya “melayani, melaksakan
dinas atau tugas, memegang jabatan”. Harafiah kata “leiturgia” berasal dari dua kata
Yunani, yaitu “leitos” ( λειτος ; λαος ) yang berarti rakyat, umat, dan kata ‘ergon’ (
εργον ) yang berarti pekerjaan, perbuatan, tugas. Jadi leiturgia ( λϵιτουργια ) menurut
kedua kata ini berarti “melakukan suatu pekerjaan untuk rakyat”.1 Dengan kata lain
yaitu pelayanan yang dilakukan untuk bangsa dan sebagai suatu persekutuan politis.
1
G. Riemer, Cermin Injil, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 1995), 9.
Suatu pelayanan yang bersifat sukarela. Akan tetapi dalam perkembangan yang
terjadi leiturgia diperluas dan disusun menjadi suatu pelayanan kultus kepada para
dewa dalam bentuk persembahan korban dan hymnus (nyanyian pujian) yakni untuk
keselamatan negara dan bangsa.2 Rasul Paulus menyebut dirinya sebagai pelayan atau
(leitourgio) Allah (Roma 13:6). Sebagaimana pemahaman Paulus liturgi adalah sikap
beriman sehari-hari. Liturgi tidak terbatas pada perayaan gereja. Dewasa ini, kata
liturgi adalah sebutan yang khas dan umum untuk perayaan ibadah kristen.3

II.2. Liturgi dalam Alkitab


A. Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama berbahasa Yunani kata liturgi dijumpai sebanyak


170 kali dari kata abodah. Kata ini mengandung dua pengertian dengan memakai
istilah sher`et yang menekankan ungkapan perasaan dalam pengabdian diri serta
kesetiaan kepada majikan dan abh`ad lebih menekankan ketaatan kerja seorang
hamba (budak, abdi) kepada tuannya. Kedua istilah ini juga dipakai dalam
pengertian profan tetapi dalam pengertian religius selalu dimaksudkan dengan
ibadah yang diarahkan kepada Allah oleh para imam Lewi di Bait Suci.
Istilah sher`et dan abh`ad tidak dimaksudkan untuk ibadah umum oleh seluruh
umat tetapi secara khusus yang dilaksanakan oleh suku Lewi kepada Allah untuk
kepentingan seluruh umat Israel (Bil.16: 9). Istilah yang digunakan untuk
menggambarkan ibadah yang dilakukan oleh seluruh umat Israel ialah
kata latreia dan douleia terpisah dan berbeda dari peribadahan suku Lewi yang
dipandang lebih tinggi dan terhormat dengan corak perayaan yang khusus.4

Menunjuk kepada pelaksanaan tugas imam dan orang Lewi dalam Kemah
Suci dan kemudian dalam Bait Allah, terutama dalam hal tugas pelayanan
mezbah. Yeh 44:12 dan 2 raj 15:16 “leiturgia” mengacu kepada kultus kafir.
Septuaginta selalu menggunakan kata leiturgia untuk suatu pekerjaan yang
dilaksanakan oleh para imam secara tertib dan dengan khidmat, sesuai dengan

2
M. Damamain, Liturgika, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan
Departemen Agama, 1994), 7.
3
Rasid Rachman, Pembimbing ke dalam Sejarah Liturgi. (Jakarta : BPK Gunung Mulia,2010 ), 2.
4
Bosco Da Cunha Dan O.Carm, Teologi Liturgi dalam Hidup Gereja, (Madang: Dioma, 2004) , 16-17.
undang-undang upacara ibadat; suatu pelayanan yang berguna untuk semua
jemaat.5

B. Perjanjian Baru

Dalam perjanjian Baru, arti kata “kultus” tidak diapakai lagi. Oleh karena
dalam bahasan perjanjian Baru ibadah bukan lanjutan kultus perjanjian Lama.
Kultus Perjanjian Lama telah digenapkan oleh Kristus dan di dalam Dia telah
dimula suatu ibadah (liturgia) baru, yang sifatnya lain sama sekali. Kedua istilah
itu dalam perjanjian baru masih tetap digunakan dalam pengertian politik. Oleh
karena menurut pemandangan jemaat, leitourgia ialah pelayana perbuatan umat
Allah kepada bangsa-bangsa di dunia dan karena itu pula menjadi pelayanan
perbuatan umat kepada eklesia atau gereja itu sendiri.6

Perjanjian Baru menggunakan pelbagai istilah untuk ibadah.


Kata latreia yang diterjemahkan sebagai pelayanan atau ibadah. Kata ini
digunakan untuk menyatakan kewajiban menerapkan hidup beribadah bagi umat
(Flp.3: 3). Kata proskunein yang diterjemahkan untuk merebahkan diri,
menyembah atau bersujud (Mat.4: 10; Luk.4: 8). Kata thusia yang diterjemahkan
sebagai persembahan kurban dalam bentuk perayaan yang ditunjukkan melalui
perbuatan (1Kor.10: 20, Ibr.13: 15). Kata prosphora sama dengan
kata thusia menyatakan tindakan mempersembahkan kurban yang ditujukan
kepada Kristus (Ibr.10: 10). Kata threskeia yang diterjemahkan sebagai pelayanan
keagamaan atau ibadah (Kis.26: 5, Kol.2: 18). Kata sebein diterjemahkan untuk
menunjuk ke ibadah (Mat.15: 9, Mrk.7: 7). Kata homologein mempunyai
sejumlah arti seperti pengakuan dosa (1Yoh.1: 9), mengaku dengan mulut atau
ucapan bibir (Rm.10: 9, Ibr.13: 15).7

Dalam Perjanjian Baru istilah liturgi terbagi menjadi tujuh tugas:8

5
G. Riemer, Cermin Injil, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 1995) 10.
6
M. Damamain,Liturgika, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan
Departemen Agama, 1994) 7.
7
James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 15-16.
8
G. Riemer, Cermin Injil, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 1995) 10-11.
a. Seperti dalam septuagintayaitu tugam imam; (Luk 1:23; Ibr 9:21; Ibr 10:11).
b. Menguraikan pekerjaan Kristus sebagai Imam (Ibr 8:2; Ibr 8:6).
c. Untuk pekerjaan rasul dalam pekabaran Injil kepada orang Kafir (Roma
15:16).
d. Untuk menunjuk kepada pekerjaan malaikat-malaikat melayani(Ibr 1:7,14).
e. Mengacu kepada jabatan pemerintah (Roma 13:6).
f. Sebagai tugas beribadah (Kis 13:2).

II.3. Rangkaian Liturgi Lutheran


II.3.1. Pelopor liturgi Lutheran
Liturgi Lutheran sesuai dengan namanya adalah dipelopori oleh Martin
Luther sendiri. Martin Luther (1483-1546) lahir pada di Eisleben 10
November 1483 dilingkungan keluarga yang sangat setia pada GKR. Sesuai
dengan ajaran gereja pada masa itu, ia dididik untuk takutkepada Tuhan. Pada
usia 21 Tahun, setelah empat tahun menjadi mahasiswa Hukum di Universitas
Erfurt sesuai dengan cita-cita ayahnya, kemudia ia menghentikan study lalu
menjadi rahib (biarawan) di biara Santo Augustin yang terkenal keras.
Keputusan ini diambil dan diucapkannya dalam bentuk kaul (nazar) setelah
mendapatkan pengalaman mendebarkan, selamat dari sembaran gledek ketika
sedang berjalan pulang kerumah orangtuanya.
Luther menjadi rahib yang sangat serius dan tekun .dua tahun
kemudian, 1507 ia ditahbiskan menjadi imam. Dengan cepat ia menjadi
terkemuka di ordonya. Pada tahun 1510 ia diutus ordonya menghadap Paus di
Roma untuk mengurus masalah tertentu menyangkut ordonya. Luther
menaruh hormat sangat besar kepada Paus. Pada tahun 1512 ia dianugerahi
gelar doctor dibidang studi Kitab Suci dan diangkat menjadi guru besar
teologi di Universita Wittenberg. Tugas utamanya hanyalah menafsir Alkitab,
dan untuk itu ia harus memeriksa naskah asli. Kelak setelah dikucilkan dari
GKR, pengalaman ini mendorongnya menerjemahkan Alkitab kedalam bahasa
Jerman, dengan maksud agar banyak orang dapat membaca Alkitab dalam
bahasanya sendiri.karena Alkitab yang tersedia hanya bahasa Latin.
Sementara mendalami teologi dan Kitab Suci, ada satu perkara yang
sangat intens digumuli Luther, yakni mengenai keselamatan: bagaimanakah
caranya aku bisa mendapat rahmat Allah agar aku bisa selamat? Hal inilah
salah satu alasan Luther masuk biara, disampimng kaulnya tadi, adalah agar
mendapat kepastian tentang keselamatan. Kemudian pada tahun 1514 Luther
akhirnya menemukan jalan keluar dari kegelisahannya itu melalui pemahaman
baru atas kesaksian Paulus dalam Roma 1:16-17.Kemudian nyatalah bahwa
Firman Tuhan sendiri yang membebaskan Luther. Di dalam Firman itulah
Luther menemukan kebenaran Allah9
Yang menjadi penyebab mendasar dari timbulnya Reformasi adalah
perbedaan ajaran atau teologi dan praktek gereja (GKR) dengan ajaran
Alkitab. Tetapi peristiwa pemicu Reformasi itu adalah penjualan surat
penghapusan siksa di Jerman oleh Johann Tetzel. Menentang propaganda
Tetzel, Luther menyusun 95 dalil, lalu ia tempelkan pada pintu gedung di
Gereja Wittenberg pada tanggal 31 Oktober 1517(tanggal ini kelak diperingati
oleh gereja-gereja Protestan sebagai hari Reformasi). Membaca dalil itu,
segera banyak orang yang tertarik, alu menggandakan dan
menyebarluaskannya. Maka reaksi para pemimpin GKR mereka gusar, karena
dalam tempo singkat hasil penjualan surat siksa (surat indulgensia) itu
merosot tajam. Maka diatas Paus Leo X mereka mendakwa Luther sebagai
penyesat. Jadinya Luther diadili di Jerman, yaitu di kota Ausburg yang
menjadi pusat reformasi Luther, pada bulan Oktober 1518.
Pada tahun 1520 itu keluarlah bulla (surat resmi) paus berisi
peringatan terakhir agar Luther segera bertobat. Akan tetapi Luther menolak
bulla itu dam membalas dengan tulisan, Melawan bulla yang terkutuk dari si
Antikristus, sambil membakar bulla tersebut dihadapan para guru besar
Wittenberg. Sehingga gerekan reformasi semakin meluas. Dalam
perkembangan pandangan selanjutnya ia semakin banyak menolak unsur-
unsur ajaran dan praktek GKR. Dari sini kita sekaligus melihat bahwa yang
menjadi sasaran utama reformasi atau pembaharuan yang dirancangkan Luther
9
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran didalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2008), 27-
28
adalah pembaharua ajaran. Karena Luther melihat bahwa ajaran GKR pada
masa itu jauh melenceng dari Alkitab.10

II.3.2. Tata Ibadah Luther

Suasana dan liturgy dalam ibadah di gereja-gereja Lutheran tidak


banyak berbeda dari GKR. Ketika Luther mulai menyelenggarakan sendiri
ibadah di jemaat-jemaat pengikutnya, ia mengikuti pola dasar ibadah GKR.
Benda-benda perlengkapan ruang ibadah, termasuk lilin, patung atau lukisan,
tetap dipertahankan dan juga dianggap adiafora.Bagi Luther yang terpenting
adalah bagaimana agar jemaat mengalami dengan nyata tindakan
penyelamatan Allah didalam Kristus, dan itu hanya bisa dialami bila kepada
mereka Firman diberitakan dengan murni dan dalam bahasa yang dapat
dimengerti jemaat, dan sakramen dilayankan dengan benar.Kotbah dijadikan
pusat ibadah, sebagai perjamuan kudus (Ekaristi).Dalam setiap ibadah minggu
harus ada pemberitaan Firman yang murni (semata-mata dari
Alkitab).Sedangkan Perjamuan Kudus tidak mesti diselenggarakan pada setiap
hari Minggu.Didalam ibadah digunakan Luther dan pengikut-pengikutnya,
nyanyian dan music mendapat tempat penting.Kemudian tata ibadah Luther
ini, khususnya di lingkungan gereja di Lutheran di Jerman, kemudian
dituangkan dalam buku tata ibadah yang disebut Agenda.11

II.3.3. Kerangka bentuk Liturgi Lutheran


1. Votum, salam dan Introitus

Banyak tata kebaktian dari gereja-gereja di Indonesia mulai dengan


votum dan salam. Namun, ada juga yang memakai introitus: nyanyian
masuk dengan atau tanpa nas pendahuluan. Kebiasaan ini diambil alih dari
gereja-gereja Nederland. Pada Gereja Lutheran Evangelis (di Nederland):
mulai dengan votum, adjutorium (termasuk pengakuan dosa, permohonan

10
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran didalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2008), 29-
33
11
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran didalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2008), 49-
50
pengampunan, pemberitaan anugerah), introitus, Kyrie eleison dan
seterusnya.12

 Votum
Kombinasi votum dan salam adalah kebiasaan yang diambil alih dari
gereja-gereja di Nederland. Dalam abad-abad pertama jemaat memulai
ibadahnya dengan salam. Hal itu berjalan terus sampai masa reformasi.
Sesuai dengan keputusan Sinode Dordrecht (1574), gereja-gereja di
Nederland memakai rumus votum “Pertolongan kita adalah dalam
nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi” (Mzm. 124:8). Van
der Leeuw dan Lekkerkerker tidak berkeberatan kalau pada rumus ini
ditambahkan kata-kata “yang memelihara kesetiaan sampai selama-
lamanya dan tidak meninggalkan pekerjaan tangan-Nya” (bnd. Mzm
138:8 dan 146:6). Di samping Mazmur 124:8 dipakai juga Matius
28:19 sebagai rumus votum, “Dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus”)13
 Salam
Salam liturgy yang kita kenal berasal dari Perjanjian Baru dan penulis-
penulis Perjanjian Baru mengambil alih dari ibadah Yahudi: dari rumus
salam “Selamat! Selamatlah engkau… (1 Sam. 25:6; 1 Taw. 12:18) dan
rumus berkat “TUHAN kiranya menyertai kamu (Rut 2:4)”.Pada masa
reformasi jumlah salam sangat dibatasi. Tata kebaktian Lutheran terus
memakainya di tiga tempat: sebelum kollekta (doa), sebelum prefasi
(bagian doa konsekrasi) dan sebelum bubar (akhir kebaktian).Bisa juga
disampaikan saat memulai kotbah dan mengakhiri kotbah.
 Introitus
Sesudah Votum dan salam banyak gereja di Indonesia memakai unsur
ketiga yang dalam kata asing disebut dengan Introitus. Dimana
Introitus terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nas

12
J.L. Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgi yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2007), 1-2.
13
J.L. Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgi yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia, 2-6
pendahuluan.Pada masa reformasi introitus tetap dipakai dalam
kebaktian, umumnya dinyanyikan oleh paduan suara.Luther pada satu
pihak mengusulkan supaya mazmur introitus dinyanyikan seluruhnya
tanpa antifonon.Luther tidak keberatan kalau mazmur introitus itu
diganti dengan suatu nyanyianrohani.

Dalam praktik, introitus hanya dipakai di jemaat-jemaat besar yang


mempunyai paduan suara.Di jemaat-jemaat kecil tidak ada paduan suara,
maka introitus diganti dengan nyanyian jemaat.Kemudian, ketika ibadah
jemaat tidak mendapat perhatiaan yang sewajarnya dari gereja, introitus
makin lama semakin hilang dan akhirnya hanya tinggal nyanyian jemaat.
Berhubung dengan itu, dalam abad ke- 19 gereja-gereja Lutheran di
Jerman berusaha memulihkan kembali introitus dengan jalan:

1) Menyanyikan secara gregorian oleh paduan suara;


2) Menyanyikan secara gregorian oleh jemaat; dan
3) Mengucapkan sebagai “rumus masuk” oleh pelayan dan
disambung oleh jemaat dan Gloria kecil.

Dalam praktik, cara terakhir ini yang paling berkembang dan yang
paling besar pengaruhnya. Cara Lutheran ini diambil alih oleh gereja-
gereja di Nederland dan diimpor ke Indonesia. Isi dan dasarnya
diterangkan oleh van der Leeuw seperti berikut, “Votum memberikan
amanat secara am. Salam mengkonstitusikan persekutuan. Kini introitus
menempatkan kebaktian jemaat dalam suasana dari bagian sejarah
selamat, yang dari padanya kita hidup pada saat ini: kita berasa dalam
kebaktian Adven atau Pentakosta atau Trinitas.14

2. Pengakuan dosa, pemberitaan Anugerah dan Hukum

Ketiga unsur ibadah ini baru timbul dalam abad-abad pertengahan.


Sebelum itu ketiganya adalah para liturgis, artinya ada kaitannya dengan
kebaktian, tetapi tidak dipakai.Pada akhir abad pertengahan ketiga unsur
14
J.L. Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgi yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia, 10-11.
ini mulai dipakai di dalam kebaktian.Reformasi melanjutkan dan
mengkonsolidasikan perkembangan itu.Dalam banyak gereja reformatoris,
ketiganya telah menggeser Kyrie eleison dan Gloria besar dalam dalam
kebaktian.15

Pengakuan dosa ini disebut Confessio.Reformasi melanjutkan


pemakaian pengakuan dosa (confiteor) dan permohonan pengampunan
(absolusi) di dalam kebaktian. Juga dalam tata-tata kebaktian lutheran
yang lain, istilah biecht (pengakuan dosa), doa dan absolusi dipakai dalam
arti di atas yaitu sebagai persiapan bersma dari pelayan dan jemaat.

Sesuai dengan kebiasaan yang dipakai dalam abad-abad pertama


tata-tata kebaktian reformatoris menempatkan pengakuan dosa dan
pemberitaan keampunan (anugerah) di dua tempat: sebelum khotbah (akta
pribadi dijadikan akta jemaat) atau sesudah khotbah (dipinjam dari biecht
umum sebagai persiapan untuk menerima komuni). Brenz (1499-1570)
berpendapat bahwa absolusi sebagai rumus khusus membahayakan
pemberitaan firman sebab pemberitaan firman adalah pemberitaan
anugerah Allah.Diskusi ini lama berjalan tanpa suatu penyelesaian.

Rumus yang digunakan untuk pengakuan dosa bermacam-macam


bentuknya: ada yang langsung dikutip dari Alkitab (mis. Mzm. 25; 51;130;
Yes. 59:12-13; 63; Dan. 9; Rm. 7). Pengakuan dosa, yang diucapkan oleh
pelayan (atas nama jemaat) biasanya dimulai dengan suatu undangan:
“Marilah kita merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengaku dosa kita
kepada-Nya” dan diaminkan oleh jemaat dengan Kyrie eleison: Tuhan,
kasihanilah kami! Kristus, kasihanilah kami! Tuhan, kasihanilah kami!
Selesai pengakuan dosa (dengan Kyrie eleison) menyusul pemberitaan
anugerah.Rumus pemberitaan anugerah yang biasa dipakai ialah “SebagaI
hamba Yesus Kristus saya (kami) memberitakan pengampunan dosanya di

15
J.L. Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgi yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia, 16.
hadapan Allah”, disambung dengan suatu nas yang dipilih menurut tahun
gerejawi.16

3. Nyanyian

Ibadah selalu diawali dengan Nyanyian Pujian. Nyanyian pujian


adalah suatu ungkapan pengagungan, penyembahan, pengudusan,
pengharapan, pengakuan, penyesalan, penyerahan diri, doa serta
keyakinan kepada Tuhan. Melalui nyanyian pujian, kita menyatakan
keyakinan bahwa Tuhan Allah hadir untuk memimpin ibadah itu seperti
termuat jelas dalam Kidung Jemaat No. 18 “Allah Hadir Bagi Kita”.
Dalam setiap menyanyikan kidung pujian kepada Tuhan, haruslah dari
dalam hati dan jiwa yang penuh sukacita dan dalam pemujian yang benar
baik dan penuh hormat.17

4. Pengakuan Iman

Pengakuan Iman atau “Credo” adalah pernyataan dan ikrar setiap


orang percaya tentang kebenaran kepercayaan yang diimaninya. Masing-
masing agama mempunyai pengakuan iman yang menyatakan siapa, dan
bagaimana Tuhan yang dipercaya dan disembahnya. Gereja di sepanjang
sejarah telah merumuskan beberapa pengakuan iman dan awalnya
pengakuan iman Gereja singkat saja; “ Yesus Kristus adalah
Kirye/Tuhan”, mirip dengan Thomas yang sangat sulit untuk percaya,
tapi menjadi orang pertama menyatakan kepercayaannya kepada Yesus
dengan mengatakan; ”Ya, Tuhanku dan Allahku” (Baca Yoh. 20: 24-
29).18

5. Pemberitaan firman Tuhan

16
J.L. Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgi yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia, 17-27.
17
http://pdtdirgoscharles.blogspot.com/2012/04/makna-unsur-unsur-liturgi-gkpi1.html , diakses
pada Senin 22 Mei 2023, Pukul 14.00
18
http://pdtdirgoscharles.blogspot.com/2012/04/makna-unsur-unsur-liturgi-gkpi1.html , diakses
pada Senin 22 Mei 2023, Pukul 14.00
Martin Luther mengatakan bahwa Firman Allah adalah harta yang
membuat kita kudus. Sebab Firman Allah adalah yang terkudus dari segala
benda suci.Nyatanya, hanya kita sebagai orang Kristen yang mengetahui
dan memilikinya. Andaikata di hadapan kita ada timbunan tulang-tulang
orang suci ataupun semua jubah kdus yang ditahbiskan, itu tidak akan
menolong kita sedikitpun. Semuanya itu hanyalah benda-benda mati dan
tidak dapat menguduskan siapapun. Tetapi Firman Allah adalah harta yang
menguduskan segala sesuatu. Bilamana kita menguraikan firman Allah,
memberitakan, mendengar, membaca, merenungkannya maka diri kita,
hari dan tindakan akan dikuduskan olehnya karena firman yang mengubah
kita semua menjadi oramg-orang kudus. Karena itu Luther selalu
mengatakan, seluruh hidup dan tindakan kita harus didasari pada firman
Allah, jika semua itu hendak berkenan kepada Allah atau menjadi kudus.
Jika semua itu terjadi, maka Firman ini pun diwujudkan dan dipelihara.
Sebaliknya, jika apa saja yang kita lakukan terlepas dari firman Allah,
baik itu begitu indah dan gemerlapan adalah suatu yang tidak kudus bagi
Allah.19

6. Doksologi

Doksologi adalah bagian dari Doa Bapa Kami yang dinyanyikan


jemaat sebagai respon atass seluruh karya anugerah Allah. Allah dipuji
dan dimuliakan karena Dia adalah pemilik segala sesuatu dan pemberi
segala sesuatu (Mat. 6:13).20

7. Berkat

Berkat yang ditulis di Bil 6:24-26 adalah berkat yang juga


diberikan kepada Umat Israel. Melalui berkat ini kita memahami bahwa
Allah juga telah memberkati Jemaat dengan berkat yang sama. Sebegai

19
Martin Luther, Katekismus Besar, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 47.
20
https://binsarspeaks.net/?p=59&cpage=1 yang disampaikan pada sebuah seminar liturgi di HKBP
Tanjung Priuk tahun 2005.Diakses pada tanggal 23 Mei 2023 pada pukul 13:25 WIB.
sambutan iman, maka Jemaat menyanyikan “Amin, Amin, Amin!”, yang
berarti “ya benar! Terjadilah.”21

II.3.4. Bentuk Liturgi GKPS22


1. Kebaktian Minggu
Model A
Model B
Model C
Model D
Model E
Model F yang digabungkan dengan Ibadah Perjamuan Kudus
2. Kebaktian partonggoan Rumah Tangga
Model A
Model B
Model C
Model D
Model E

3. Kebaktian Baptisan
Baptisan pelajar sidi yang akan dibaptis
Baptisan anak-anak
Baptisan kepada yang sudah dewasa
Baptisan kepada orang yang tarolos
4. Kebaktian Angkat Sidi
5. Kebaktian Pernikahan
Pemberkatan pernikahan
Pemberkatan pertunangan

21
Sihombing, J. (ed.) Homiletik (Poda Parjamitaon) dohot Deba Hatorangan na Mardomu tu Agenda.
Pematangsiantar: HKBP, 2000.

22
Agenda GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun)
Pemberkatan pernikahan yang digabung dengan kebaktian minggu
Pemberkatan pernikahan khusus
Pemberkatan pernikahan khusus yang digabung dengan kebaktian minggu
6. Kebaktian Perjamuan Kudus
Kebaktian Perjamuan Kudus
Kebaktian Perjamuan Kudus khusus untuk orang sakit model A
Kebaktian Perjamuan Kudus khusus untuk orang sakit model B
7. Kebaktian penerimaan anggota jemaat yang kembali ke jemaat
8. Kebaktian penguburan
Anak-anak
Dewasa
Kremasi
9. Kebaktian penahbisan
Pendeta
Penginjil
Sintua
10. Kebaktian pelantikan pimpinan Pusat
11. Kebaktian peletakan batu pertama Gereja
12. Kebaktian pengesahan
Gereja
Rumah
13. Kebaktian peresmian
Jemaat
Resort

Contoh susunan Liturgi Lutheran GKPS

 Model A (Kebaktian Minggu)


1. Votum-Introitus-Tonggo:
2. Nyanyian
3. Kesepuluh Firman
4. Nyanyian
5. Pengampunan Dosa
6. Nyanyian
7. Pembacaan Firman
8. Nyanyian
9. Pengakuan Iman
10. Nyanyian
11. Warta Jemaat
12. Nyanyian
13. Pemberitaan Firman (Khotbah)
14. Persembahan
15. Doa dan nyanyian persembahan
16. Doa penutup
17. Doa "Doa Bapa kami"
18. Pengutusan
19. Berkat
 Model C (Kebaktian Partonggoan)
1) Votum-Introitus-Tonggo:
2) Nyanyian
3) Membaca Ayat Bulanan
4) Nyanyian
5) Doa
6) Nyanyian
7) Khotbah
8) Nyanyian
9) Doa
10) Nyanyian
11) Pengakuan
12) Doa Persembahan-doa penutup dan berkat
III. Wawancara dengan Jemaat
A. Waktu dan tempat
Tempat : GKPS Huta Tongah
Hari/tanggal : 06 Mei 2023
Pukul : 15:00
Asal Gereja Narasumber : GKPS Huta Tongah
B. Narasumber
1) Nama : St. Samainta Damanik
Usia : 54 tahun
Pekerjaan : Bertani

Daftar Pertanyaan
1) Apakah GKPS Huta Tongah ini memakai liturgi Lutheran?
2) Apakah liturgi di GKPS Huta Tongah berbeda tiap minggunya?
3) Bagaimana sistem pemakaian liturgi di GKPS Huta Tongah ini?
4) Apa yang menjadi perbedaan liturgi dalam ibadah minggu dengan ibadah
lainnya seperti ibadah sekolah minggu atau partonggoan?
5) Apakah liturgi sekolah minggu juga merupakan model ibadah Lutheran?
6) Siapa saja yang menjadi petugas dalam menjalankan liturgi dalam
peribadahan minggu? Apakah hanya pengurus gereja yang boleh
membawakan votum, nyanyian, dan pemberitaan firman dalam liturgi
peribadahan?
7) Bagaimana sebenarnya penempatan unsur liturgi di GKPS Huta Tongah
ini, apakah sama umumnya dengan unsure liturgy gereja Lutheran lainnya
atau bahkan unsure lituri Lutheran mula-mula?
8) Bagimana penempatan persembahan pujian dalam unsur liturgi pada
umumnya? Apakah ada ketentuan tertentu dari agenda GKPS?
9) Apakah dalam pelaksanaan liturgi yang telah gereja lakukan selama ini
sudah baik, dalam artian pernahkah ketika misalnya pembawa votum
melangkahi salah satu bagian liturgi dalam peribadahan?
10) Apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan liturgi Lutheran?
11) Apa sebenarnya makna yang didapat dari model liturgi Lutheran yang
dipakai di gereja GKPS Huta Tongah ini?
12) Bagaimana tanggapan jemaat untuk model atau rangkaian liturgi Lutheran
ini? Dan bagaimana tanggapan inang sendiri?

C. Hasil wawancara
1. St. Samainta damanik
1) Apakah GKPS Huta Tongah ini memakai liturgi Lutheran?
Jawab: ya benar, karna GKPS merupakan aliran Lutheran
2) Apakah liturgi di GKPS Huta Tongah berbeda tiap minggunya?
Jawab: Ya, karena liturgi ibadah di GKPS Huta Tongah ada banyak
mengikuti warna liturgi dan minggu. Juga model tiap minggunya bisa
disesuaikan dengan acara yang akan dilakukan di gereja.
3) Bagaimana sistem pemakaian liturgi di GKPS Huta Tongah ini?
Jawab: Sistem pemakaian liturgi di GKPS Huta Tongah ini umumnya sama
dengan gereja GKPS lainnya, karena menggunakan panduan yang sama yakni
susukara dan agenda. Untuk ibadah minggu ada 5 model, yaitu model A-E,
model ini disesuaikan dengan minggu, dan kegiatan gereja. Contoh, jika
dalam peribadahan akan melakukan sakramen dan acara khusu lainnya, maka
yang digunakan adalah Liturgi dengan Model B. Namun untuk minggu
kebaktian biasa ada banyak model yang dipakai yaitu A, C, D Dan E dipakai
secara bergantian. Untuk ibadah partonggoan, pernikahan dan lain sebagainya
juga sudah ada didalam agenda dan memang pada umumnya unsurnya hamper
sama namun ada yang lebih singkat dan panjang, tergantung ibadah yang akan
dilakukan.
4) Apa yang menjadi perbedaan liturgi dalam ibadah minggu dengan ibadah
lainnya seperti ibadah sekolah minggu atau partonggoan?
Jawab: Perbedaannya mungkin hanya dari bagian unsur liturginya. Misalnya
di ibadah minggu ada model Liturgi dengan pembacaan titah namun dalam
liturgi partonggoan tidak, namun unsur lainnya pada umumnya sama.
5) Apakah liturgi sekolah minggu juga merupakan model ibadah Lutheran?
Jawab: Tentu, karena sekolah Minggu juga bagian dari GKPS tentu juga
menggunakan liturgi Lutheran. Walaupun memang dalam agenda GKPS tidak
ada tertera khusus untuk model ibadah GKPS, namun liturgi yang dipakai
untuk sekolah minggu tidak berbeda jauh dengan ibadah minggu dewasa juga.
Hanya sekolah minggu lebih banyak menggunakan nyanyian, agar anak
sekolah minggu lebih bersemangat.
6) Siapa saja yang menjadi petugas dalam menjalankan liturgi dalam
peribadahan minggu? Apakah hanya pengurus gereja yang boleh
membawakan votum, nyanyian, dan pemberitaan firman dalam liturgi
peribadahan?
Jawab: Pada umumnya memang yang bertugas setiap minggunya itu adalah
pengurus gereja baik syamas, sintua dan fulltimer. Karena memang pengurus
gereja lah yang bertugas untuk itu, namun tidak selamanya demikian. Di
GKPS Huta Tongah Khususnya dalam perayaan hari besar gereja, contoh
minggu pesta wanita, maka yang menjadi petugas adalah wanita. Dan tidak
diharuskan wanita yang pengurus gereja saja, namun jemaat yang tidak
pengurus pun bisa ikut serta ambil bagian. Begitu juga untuk pesta Bapa dan
pemuda.
7) Bagaimana sebenarnya penempatan unsur liturgi di GKPS Huta Tongah ini,
apakah sama umumnya dengan unsur liturgi gereja Lutheran lainnya atau
bahkan unsur liturgi Lutheran mula-mula?
Jawab: Dari pengalaman saya mengikuti ibadah di beberapa gereja Lutheran
umumnya saya temui adalah tak jauh berbeda, unsurnya hampir sama, tentu
hal itu disebabkan karena aliran yang sama.
8) Bagimana penempatan persembahan pujian dalam unsur liturgi pada
umumnya? Apakah ada ketentuan tertentu dari agenda GKPS?
Jawab: Ya, untuk hal ini memang pernah ada beberapa jemaat yang
kontrofersi, karena pendeta yang melayani digereja ini priode lalu,
menyarankan untuk persembahan pujian itu ditempatkan sebelum Khotbah
terserah dibagian mana saja, cukup disesuaikan. Namun setelah berganti
pendeta berubah peraturannya, sebelum pengakuan iman tidak boleh ada
persemabahan pujian. Dan menurut saya ini merupakan dogma yang berbeda.
Sehingga memang itu tergantung pendeta yang memimpin dan persetujuan
bersama.
9) Apakah dalam pelaksanaan liturgi yang telah gereja lakukan selama ini sudah
baik, dalam artian pernahkah ketika misalnya pembawa votum melangkahi
salah satu bagian liturgi dalam peribadahan?
Jawab: Kalau untuk hal melangkahi mungkin belum pernah. Namun
kesalahan mungkin beberapa kali terjadi dalam peribadahan. Misal pembawa
votum lupa mengarahkan untuk bangkit berdiri.
10) Apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan liturgi Lutheran?
Jawab: Menurut saya kendala tersendiri tidak ada, karena mungkin saya juga
sudah terbiasa dengan litugi Lutheran ini, karena saya lahir di aliran Lutheran
juga. Jadi sebenarnya kunci utamanya itu, sebelum melakukan peribadahan,
petugas liturgis baik mempersiapkan dengan matang
11) Apa sebenarnya makna yang didapat dari model liturgi Lutheran yang dipakai
di gereja GKPS Huta Tongah ini?
Jawab: Makna yang saya dapatkan itu ada banyak, missal dari Pengakuan
iman, mengapa penting unsur ini. Pengakuan Iman atau “Credo” adalah
pernyataan dan ikrar setiap orang percaya tentang kebenaran kepercayaan
yang diimaninya. Sehingga ini juga memiliki makna tersendiri dalam unsur
ibadah Lutheran. Kemudian pembacaan ayat atau titah juga memiliki makna
tersediri, unsur ini mengingatkan dalam peribadahan tentang apa pesan Tuhan
untuk umatnya.
12) Bagaimana tanggapan jemaat untuk model atau rangkaian liturgi Lutheran
ini? Dan bagaimana tanggapan ibu sendiri?
Jawab: Banyak jemaat yang senang dan suka dengan model liturgi Lutheran
ini, mungkin hal itu disebabkan orang simalungun memang dikenal dengan
orang yang lembut dan santai. Sehingga model ibadah Lutheran ini dirasa
cocok juga ditambah dengan nyanyian yang lambat.

IV. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas saya menyimpulkan bahwa Liturgi merupakan perayaan
ibadah Kristen yang mengacu pada suatu struktur yang membawa umat Allah pada
kebenaran yang hakiki dan sesuai ajaran Allah maupun Yesus Kristus. Liturgi juga bisa
disebut tata kebaktian dalam mengungkapkan dan merayakan iman kepercayaanya. Ada
banyak jenis-jenis litugi, salah satu contohnya adalah liturgi Lutheran. Suasana dan
liturgi dalam ibadah di gereja-gereja Lutheran tidak banyak berbeda dari GKR. Ketika
Luther mulai menyelenggarakan sendiri ibadah di jemaat-jemaat pengikutnya, ia
mengikuti pola dasar ibadah GKR. Bagi Luther yang terpenting adalah bagaimana agar
jemaat mengalami dengan nyata tindakan penyelamatan Allah didalam Kristus, dan itu
hanya bisa dialami bila kepada mereka Firman diberitakan dengan murni dan dalam
bahasa yang dapat dimengerti jemaat, dan sakramen dilayankan dengan benar.Kotbah
dijadikan pusat ibadah, sebagai perjamuan kudus (Ekaristi).Dalam setiap ibadah minggu
harus ada pemberitaan Firman yang murni (semata-mata dari Alkitab).Sedangkan
Perjamuan Kudus tidak mesti diselenggarakan pada setiap hari Minggu. Di GKPS Huta
Tongah ini juga memakai liturgy luther, namun urutannya mungkin tidak sama persis.
Liturgy Lutheran ini menurut sebagian jemaat di GKPS Huta Tongah adalah liturgi yang
cocok untuk jemaat sekitar karena lebih menikmati dalam peribadahan. Liturgi Lutheran
yang dipakai oleh Gereja GKPS ini sendiri, dibuat dengan berbagai Model agar bervariasi
sehingga setiap minggunya boleh digunakan berganti-gantian. Di GKPS juga membuat
berbagai model liturgy dalam berbagai acara peribadahan dengan mengacu pada liturgi
luther.

V. Daftar Pustaka
Abineno J.L. Ch., Unsur-Unsur Liturgi yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia,
2007

Aritonang Jan S., Berbagai Aliran didalam dan di Sekitar Gereja, Jakarta:BPK-Gunung
Mulia, 2008

Carm Bosco Da Cunha Dan O., Teologi Liturgi dalam Hidup Gereja, Madang: Dioma,
2004
Damamain M., Liturgika, Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen
Protestan Departemen Agama, 1994

Luther Martin, Katekismus Besar, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009

Riemer G., Cermin Injil, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 1995

Rachman Rasid, Pembimbing ke dalam Sejarah Liturgi. Jakarta : BPK Gunung


Mulia,2010

Sihombing, J. (ed.) Homiletik (Poda Parjamitaon) dohot Deba Hatorangan na Mardomu


tu Agenda. Pematangsiantar: HKBP, 2000.

White James F., Pengantar Ibadah Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002

Sumber lain:

https://huriakristenindonesiatanggerang-wordpress-com/2010/07/21, diakses pada Senin


22 Mei 2023 pukul 12:30 WIB.

http://pdtdirgoscharles.blogspot.com/2012/04/makna-unsur-unsur-liturgi-gkpi1.html ,
diakses pada Senin 22 Mei 2023, Pukul 14.00 WIB.

https://binsarspeaks.net/?p=59&cpage=1 yang disampaikan pada sebuah seminar liturgi


di HKBP Tanjung Priuk tahun 2005.Diakses pada Senin 22 Mei 2023 pada pukul
13:25 WIB.

Anda mungkin juga menyukai