Liturgi Reformasi
Liturgi Reformasi
Liturgi Reformasi
NIM : 21-7411-004
Prodi : Teologi
Smst/Tkt : V / III
Matkul : Liturgi 1
Dosen : Preltje Tumundo, M.Th
BAB 5
LITURGI MASA REFORMASI
Reformasi gereja abad ke-16 adalah salah satu tahap penting dalam sejarah
liturgi. Setidaknya bagi pembentukan liturgi gereja-gereja Reformasi kemudian. Para
Reformator tidak hanya mengguncang tata gereja. Mereka juga membarui praktik
liturgi abad-abad pertengahan, terutama abad-abad pertengahan kedua. Akan
timbunya sebuah reformasi telah tampak menjelang abad-abad pertengahan.
Pembaharuan tersebut menyangkut pembaharuan negara dan gereja. Semula
Reformasi tidak mengkritik liturgi abad-abad pertengahan. Reformasi adalah
gerakan untuk membaharui praktik gereja lama. Bahkan praktik tersebut berangkat
dari makna memperoleh keselamatan sebagaimana dialami oleh Luther secara
Pribadi.
1. Martin Luther (1483-1546)
Luther adalah seorang pembaharuan gereja yang sabar dan hati-hati dalam
hal liturgi. Ia melakukan perubahan dan pembaharuan secara bertahap, dan tentu
saja memakan waktu. Ia memulai dari liturgi Roma.
a. Awal Pembaharuan
Liturgi adalah adalah pemberitaan firman. Seluruh aktivitas gereja dinilai menurut
ukuran tersebut. Oleh karena itu, pembacaan Alkitab dna khotbah disampaikan
dalam bahasa pribumi, sedangkan orang lain masih boleh disampaikan dalam
bahasa Latin. Imam bebas memilih dan mengenakan pakaian liturgis, asal tidak
menonjolkan kemewahan dan kemegahan. Yang dimaksud adalah busana mewah
dan megah para imam sepanjang abad-abad pertengahan yang berasal dari
pengaruh busana kaisar.
Dalam pembaharuan selanjutnya, terlihat Luther berbeda dengan Katolik Roma
yaitu nyanyian jemaat dalam bahasa Jerman. Begitu pula dengan unsur-unsur
termasuk salah satunya adalah introitus.
Sebagai pembaharuan, Luther dan kemudian Calvin nantinya mengadakan
reformasi liturgi yang dimulai dari akarnya, yaitu Akitab, gereja mula-mula, dan
struktur misa Roma yang terutam liturgi dari zaman Patristik
Luther membersihkan gereja dari unsur-unsur kafir dan embel-embel zaman.
Patung-patung dan gambar-gambar orang kudus dalam gereja harus dihilangkan.
Dengan kata lain, di dalam “Bait Allah” tidak boleh ada sesuatu pun yang
menggambarkan atau mengimajinasikan Baal dan dewa-dewa.
b. Tahun Liturgi
Luther membuat buku liturgi Formula Missae et Communionis pada tahun 1523
dan Deutsche Messe pada tahun 1526. Dalam perkembangan liturgi di gereja
Lutheran, adaptasi misa Roma tidak dilakukan secara gamblang. Walaupun struktur
misa Roma dipertahankan, cara-cara baru berpeluang dipraktikkan. Menurut
pedagang Luther, pemberitaan firman Allah terdiri dari pembacaan Alkitab secara
selektif (lectio selecta) dan teratur dari perjanjian Lama, surat rasuliatau epistel, dan
injil atau Evangelium.
c. Pemberitaan Firman Tuhan
Pemberitaan Firman mempunyai arti lebih luas daripada hanya khotbah monoton
atau pidato. Sebagaimana ciri sejati dari persekutuan Gereja Mula-mula, homili
sebagai pengajaran iman kepada umat menjadi segi penting dalam pemberitaan
firman.
Ada tiga kesewenang-wenang yang mengakibatkan terjadinya
penyelewengan dalam pemberitaan firman dalam ibadah, yaitu:
1. Firman Allah telah dibisukan. Akibatnya, hanya ada pembacaan Al-kitab dan
nyanyian yang tersisa dalam gereja
2. Pada waktu firman Allah dibisukan, muncullah fabel-fabel dan kebohongan
no-kristen melalui cerita legenda, himne, dan khotbah yang sia-sia
3. Peribadahan tidak dilayakan sebagai karya anugrah dan keselamatan Allah,
tetapi telah menjadi bebas bagi umat untuk terpaksa mendengar.
Oleh karena itu, setiap kali umat berkumpul harus ada pemberitaan firman dan
doa. Tanpa pemberitaan firman lebih baik tidak ada nyanyian, pembacaan
Alkitab, sakramen perjamuan kudus, atau bahkan persekukuan itu sendiri.
d. Ibadah Harian
Selain pemberitaan Firman pada hari minggu, Luther – yang adalah mantan
biarawan yang bergabung pad ordo Augustin pada usia 22 tahun (1505). Penerapan
ibadah harian atau ofisi. Ada tiga waktu doa komunal setiap hari, yaitu ibadah pagi,
ibadah siang, dan ibadah senja. Ibadah siang dilakukan setelah makan siang.
Ibadah siang ini wajib dilakukan terutama bagi mereka yang tidak melakukan ibadah
pagi atau senja.
Pada kenyataannya, dan disadari oleh Luther, ibadah harian tidak dihadiri oleh
seluruh umat. Namun, mereka yang terpanggil sebagai pendeta atau calon pendeta
sebaiknya menghadirinya.
e. Nayian Jemaat
Munurtu Luther, nyanyian jemaat harus bervariasi dan menjemaat. Kyrie eleison
dinyanyikan oleh pendeta dan umat bersama-sama sebagaimana pada zaman
Patristik dan praktikkan oleh Gereja Timur. Jangan hanya menyerahkan nyanyian ini
kepada paduan suara atau anak-anak seperti praktik liturgi abad-abad pertengahan.
Lagunya pun sebaiknya dibuat bervariasi sesuai dengan tahun liturgi
f. Pernikahan Gereja
Pernikahan adalah urusan duniawi dan bukan sakramen tetapi harus dilangsungkan
di gereja. Peran gereja sebagai penyalur anugerah Allah ialah melindungi
pernikahan dari perzinahan.
Menurut Luther ada dua bagian dalam pernikahan di gereja :
Ritus di pintu gereja
- Pendeta bertanya kepada laki-laki dahulu kemudian perempuan dan
menjawab lalu saling menukarkan cincin
- Pendeta meneguhkan
- Pendeta memberitakan perkawinan
ritus di altar
- pendeta membaca Alkitab dalam Kej. 2:18 dan 21-24
- pendeta membacakannya lagi ayat yang berhubungan dengan ayat
sebelumnya
- pendeta memberkati dan medoakan mempelai
secara umum, pembaharuan liturgi yang dilakukan Luther adalah membaharui
ritus dan membenahi praktik liturgi abad-abad pertengahan. Jadi, Luther tidak
mengubah atau merombak pola dasar litugi Roma.
Calvin memberi sumbangan besar dalam perkembangan liturgi. Hingga pada tahun
1526, starssbung belum memiliki buku liturgi sendiri sebagaimana telah digunakan
oleh Luther di Jerman. Diantaranya adalah Diobald Schwarznpadaa tangal 16
Februari 1524. Segala unsur yang mempunyai hubungan dengan dogma Katolik
Roma tentang korban dihilangkan, akan tetapi sebenarnya tetap tradisional
sehingga roh injilinya tetap berformula Katolik Roma dengan mengilangkan yaitu
pengakuan dosa imam diubah menjadi pengakuan dosa umat.
Selain itu juga Martin Bucer (1491-1551), kata misa diganti dengan perjamuan
malam atau perjamuan tahun, istilah altar diganti dengan kata meja perjamuan,
istilah imam tidak lagi digunakan, tetapi pendeta atau pelayan mengenakan jubah
hitam sebagaimana yang dikenakan oleh kebanyakan pendeta Prostestan masa
kini.
Jika liturgi Schwarz bersifat konservatif, liturgi bucer bersifat Injili. Dibandingkan
dengan dengan Pola Luther segi personalitas liturgi Bucer begitu ditonjolkan. Hal
tersebut terlihat dalam prinsip-prinsipnya ada 4 hal :
Besar kemungkinan liturgi Reformasi Bucer dan Schwarz digunakan oleh Ulrich
Zwingli (1484-1531) di kota Zurich. Dengan membersihkan liturgi Bucer dan Scward
dari unsur Katolik Roma.
Kalimat votum adalah sebagai berikut: “Pertolongan kita ialah di dalam nama
TUHAN yang menjadikan langit dan bumi” (Mzm. 124:8).
Formula votum tersebut (Mzm. 124:8) telah digunakan dalam misa rendah Roma.
Imam memasuki ruangan liturgi dan melayakan sejumlah ritus pembuka.
Secara tradisi, formula tradisi, formula votum yang digunakan oleh gereja-gereja
Calvinis di Indonesia saat ini berasal dari Mazmur 124 : 8 atau Matius 28 : 19 “di
dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus”. Dalam Kolose 3:17 umat Kristen
biasa mengucapkanya dengan membuat tanda salib. Sekarang gereja reformasi
menola penggunaan tanda salib ketika mengucapkan votum, hal tersebut tidak
seperti yang dilakukan oleh Calvin sendiri bersama dengan para rekannya.
b. Mazmur Janewa
c. Pernikahan Gereja
Calvin memandang pernikahan gereja secara pastoral dan teologis. Sekalipun tidak
berkepentingan dalam hal pernikahan seseorang, umat yang menikah dilibatkan
dalam liturgi. Dalam buku liturgi nikah La Forma de Confirmer les mariages davant
I’Eglise des Fideles (Tata Ibadah Peneguhan Nikah di Gereja) ditekankan bahwa
“Kebaktian nikah adalah kebaktian yang berlangsung dalam kebaktian jemaat, yaitu
sebelum khotbah, tetapi bukan pada perayaan perjamuan kudus”.
1. Pengajaran Alkitabiah
2. Persetujuan mempelai
3. Dilanjutkan dengan pertanyaan pendeta kepada mempelai, laki-laki dan
perempuan, mengenai halangan-halangan
4. Pendeta bertanyan kepada mempelai pria
5. Kemudian pendeta bertanya kepada mempelai perempuan
6. Setelah mempelai masing-masing menjawab “Ya”, pendeta memberkati
mempelai.
7. Untuk memberitahukan kepada mempelai bahwa Allah mepersatukan mereka
dan perkawinan Kristen adalah tidak tersceraikan
8. Doa bagi suami dan istri
9. Lalu bagaimana Luther, Calvin pun menyatukan tangan mempelai dan tidak
memberkati cincin.