Pengoperasian Alat Ukur: 5 11 Semester Elektronika Praktikum

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

Tanggal Praktikum : 28 September 2021

Tanggal Pengumpulan : 05 Oktober 2021


PRAKTIKUM ELEKTRONIKA SEMESTER 115

PENGOPERASIAN ALAT UKUR

Nama : Annisa

NRM : 1306620034

Dosen Pengampu : Dewi Muliyati, M.Si., M.Sc.

Asisten Laboratorium:

Fiqri Aditya Riyanto (1306619007)

Wildan Nurrahman (1306619044)

Firman Prastiawan (1302619076)

Fabian Riza Ramadhan (1306619032)

Rendy Setiabudi (1302619070)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Jakarta

2021
MODUL 1 : PENGOPERASIAN ALAT UKUR
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami penggunaan alat ukur.
2. Memahami proses pengujian komponen elektronika dengan tepat.

B. TEORI DASAR
1. MULTIMETER
Multimeter adalah alat ukur elektronika yang dipakai untuk
menguji atau mengukur suatu komponen, mengetahui kedudukan kaki-
kaki komponen, dan mengetahui besar nilai komponen yang diukur.
Komponen yang dapat diukur dengan multimeter adalah: besar nilai
resistor, besar nilai kapasitor, kedudukan kaki-kaki transistor, dioda,
tegangan DC ataupun AC, besar arus DC dan lain sebagainya.
Multimeter dapat dibedakan atas dua, yaitu multimeter digital dan
multimeter analog (jarum). Multimeter mempunyai bagian-bagian
penting, diantaranya:

1. Papan skala pengukuran


2. Jarum penunjuk skala
3. Pengatur jarum skala
4. Tombol pengatur NOL Ohmmeter
5. Batas ukur Ohmmeter
6. Batas ukur DC volt (DCY)
7. Batas ukur AC volt (ACV)
8. Batas ukur Ampermeter DC (DCA)
9. Saklar pengatur pengukuran dan batas ukur
10. Lubang positif
11. Lubang negatif
Keterampilan dan kesesuaian penggunaan alat ukur akan menentukan
keberhasilan dan ketepatan pengukuran. a. Voltmeter (pengukuran
tegangan)
1. Penggunaan voltmeter dipasang paralel dengan komponen yang
akan diukur tegangannya.
2. Sesuaikan jenis tegangan rangkaian dengan multimeter, AC atau
DC.
3. Bila tidak diketahui daerah tegangan yang akan diukur, gunakan
batas ukur yang terbesar dan gunakan voltmeter yang mempunyai
impedansi input yang tinggi.
b. Amperemeter (pengukuran kuat arus)
1. Penggunaan ampermeter dipasang seri pada jalur yang akan diukur
besar arusnya.
2. Bila tidak diketahui daerah arus yang akan diukur, gunakan batas
ukur yang terbesar.
c. Ohmmeter (pengukuran resistor)
Resistor atau tahanan dapat putus akibat pemakaian ataupun umur.
Bila resistor putus maka rangkaian elektronika yang kita buat tidak akan
bisa bekeria atau mengalami cacat.
1. Putar saklar pemilih pada pasisi Ohmmeter.
2. Ambil suatu skala penaukuran yang diperkirakan dapat, mengukur
nilai hambatan yang hendak diukur. Skala X1 artinya hasil yang
ditunjuk jarum adalah nilai pengukuran hambatan tersebut. Skala
X10 artinya nilai hambatan yang diukur adalah 10 kali dari nilai
yang ditunjuk oleh jarum. Jika jarum menunjuk pada skala 100
artinya nilai hambatannya adalah 10 x 100 jadi bernilai 1000.
Demikian juga untuk X100, X1 K atau X1000.
3. Sebelum mengukur nilai hambatan resistor, nolkan terlebih dahulu
titik awal pengukuran dengan cara menghubungkan probe kutub
positif (merah) dan probe kutub negatif (hitam) kemudian atur
jarum penunjuk agar tepat di titik nol.
4. Setiap penggantian nilai skala batas ukur selalu titik nol dikalibrasi.
5. Sebelum mengukur nilai hambatan resistor, nolkan terlebih dahulu
titik awal pengukuran dengan cara menghubungkan probe kutub
positif (merah) dan probe kutub negatif (hitam) kemudian atur
jarum penunjuk agar tepat di titik nol.
6. Setiap penggantian nilai skala batas ukur selalu titik nol dikalibrasi.
d. Menguji Transistor
Pada resistor biasanya letak kaki kolektor berada di pinggir dan diberi
tanda titik atau lingkaran kecil. Sedangkan kaki basis biasanya terletak
di antara kolektor dan emitor.
1. Transistor PNP
• Saklar memilih pada Multimeter harus menunjuk pada
Ohmmeter.
• Praktikan harus memastikan kaki kolektor, basis, dan
emitornya.
• Tempelkan probe (pencolok) positif (warna merah) pada basis
dan probe negatif (warna hitam) pada emitor. Jika jarum
bergerak, maka transistor dalam keadaan baik. Sedangkan, bila
pada salah satu pengukuran jarum tidak bergerak, maka
transistor dalam keadaan rusak.
2. Transistor NPN
Tempelkan probe negatif pada basis dan probe positif pada
kolektor. Jika jarum bergerak, pindahkan probe positif pada emitor.
Jika pada kedua pengukuran jarum bergerak, maka transistor dalam
keadaan baik. Sedangkan, bila pada salah satu pengukuran jarum
tidak bergerak, maka transistor dalam keadaan rusak.
e. Menguji Kondensator Elco
Sebelum dipasang pada rangkaian kapasitor harus diuji dahulu
keadaannya atau ketika membeli di toko Anda harus memastikan bahwa
elco tersebut dalam keadaan baik. Cara mengujinya adalah sebagai
berikut:
• Putar saklar pemilih pada posisi Ohmmeter.
• Perhatikan tanda negatif atau positif yang ada pada badan elco
yang lurus pada salah satu kaki.
• Tempelkan probe negatif pada kaki positif (+) dan probe negatif
pada kaki negatif (-). Perhatikan gerakan jarum penunjuk:
❖ Jika jarum bergerak ke kanan kemudian kembali ke kiri, berarti
kondensator elco baik.
❖ Jika jarum bergerak ke kanan kemudian kembali ke kiri namun
tidak penuh, berarti kondensator elco rusak.
❖ Jika jarum bergerak ke kanan kemudian tidak kembali ke kiri
(berhenti), berarti kondensator elco bocor.
❖ Jika jarum tidak bergerak sama sekali, berarti kondensator elco
putus.
f. Menguji Dioda o Putar saklar pemilih pada posisi Ohmmeter.
o Tempelkan probe positif pada kutub katoda dan tempelkan probe
negatif pada kutub anoda. Perhatikan jarum penunjuk, jika bergerak
berarti dioda baik sedangkan jika diam berarti dioda putus.
o Selanjutnya dibalik, tempelkan probe negatif pada kutub katoda
dan tempelkan probe positif pada kutub anoda. Perhatikan jarum
penunjuk, jika jarum diam berarti dioda baik sedangkan jika
bergerak berarti dioda rusak.

2. OSILOSKOP
Osiloskop dapat mengukur tegangan AC & DC serta
memperlihatkan bentuk gelombangnya. Osiloskop harus dikalibrasi
sebelum digunakan.

Cara mengkalibrasi osiloskop adalah sebagai berikut:


• Hidupkan osiloskop.
• Atur fokus dan tingkat kecerahan gambar pada osiloskop.
• Pasang kabel pengukur pada osiloskop ( bisa pada chanel X atau Y ).
• Atur coupling pada posisi AC.
• Tempel kabel pengukur positif (kepala utama atau berwarna merah)
pada tempat untuk mengkalibrasi yang ada pada osiloskop.
• Putar saklar pemilih variable VOLT/DIV pada 0,5 V.
• Putar saklar pemilih variable SWEEP TIME/DIV pada 0,5 ms.
• Aturlah agar gelombang kotak yang muncul di monitor sama dengan
garis-garis kotak yang ada pada logam monitor osiloskop dengan
menggerak-gerakkan tombol merah atau kuning yang ada pada saklar
pemilih variable VOLT/DIV dan SWEEP TIME/DIV, sehingga
gelombang kotak yang ada sebesar 0,5 V.

3. SINYAL GENERATOR

Sinyal generator dapat menghasilkan sinyal yang berupa tegangan


DC ataupun tegangan AC yang frekuensi dan amplitudonya dapat kita
atur. Bagian yang menghasilkan tegangan DC dinamakan DC POWER,
keluarannya terdiri dari +5V, -5V, 0 ~ +15Vdan 0 ~ -15V. Pada bagian
yang menghasilkan sinyal AC dinamakan FUNCTION GENERATOR.
Pada tombol amplitudo sinyal keluaran, sinyal keluaran dapat diatur
apakah sinyal kotak, segitiga atau sinyal berbentuk gelombang sinusoida
melalui tombol function. (Tim Dosen Elektronika, 2018)
TEORI TAMBAHAN
Pengukuran adalah proses membandingkan suatu besaran dengan suatu
besaran lain yang sejenis yang dipilih sebagai standar. Pengukuran
besaranbesaran fisis merupakan suatu proses yang penting dalam
pengembangan ilmu fisika karena dengan pengukuran-pengukuran inilah kita
dapat memahami keterkaitan antara besaran-besaran fisis tersebut secara
kuantitatif sehingga selanjutnya dapat disusun sebagai prinsip atau hukum
yang menjelaskan keterkaitan tersebut. (Sidikrubadi, 2019)
Alat ukur listrik dapat didefinisikan sebagai alat yang dapat menentukan
besaran nilai yang digunakan dalam suatu alat ukur elektronik berdasarkan
beberapa derajat ketelitian. Untuk mengetahui besaran listrik seperti arus,
daya, tegangan, dll kita dapat menggunakan alat ukur listrik yang berguna
untuk mentransformasikan suatu fenomena fisis yang memungkinkan
pengamatan melalui panca indra kita. (Achmad, 2016)
Ada banyak alat ukur listrik yang menggunakan jarum sebagai penunjuk
yang bergerak jika dialiri arus. Alat ukur tersebut termasuk ke dalam alat ukur
analog. Berbeda dengan alat ukur digital, alat ukur listrik ini menggunakan
penunjuk hanya berupa angka tanpa jarum. Berikut beberapa contoh dan
pengertian dari alat ukur listrik antara lain :
OSILOSKOP
Dalam bidang elektronika, perangkat osiloskop merupakan instrumen alat
ukur yang memiliki posisi yang sangat vital mengingat sifatnya yang mampu
menampilkan bentuk gelombang yang dihasilkan oleh rangkaian yang sedang
diamati. Dewasa ini secara prinsip terdapat 2 (dua) tipe osiloskop, yakni
osiloskop analog dan osiloskop digital. Masing-masing tipe osiloskop tersebut
memiliki kelebihan dan keterbatasannya. a) Osiloskop analog
Gambar 1. Osiloskop Analog
Osiloskop analog adalah salah satu alat ukur analog yang dapat
digunakan untuk menganalisis sinyal listrik secara visual dengan satu
kekurangan yaitu harganya cukup mahal.
b) Osiloskop Digital

Gambar 2. Osiloskop Digital


Pada osiloskop digital gelombang yang akan ditampilkan terlebih
dahulu melalui tahap sampling (pencuplikan sinyal) dan kemudian data
hasil sampling tersebut diolah secara digital. (Wisnu et al., 2013)
Perbedaan kedua analog tersebut terletak pada bagian proses
pengubahan sinyal input tersebut agar dapat ditampilkan ke dalam
display. Pada osiloskop analog sinyal input yang masuk hanya melawati
bagian vertikal dan langsung dikondisikan ke bagian sistem display,
sementara itu osiloskop digital harus melalui proses pengubahan sinyal
ke kode-kode biner. Dikarenakan proses yang dijalankan oleh sinyal
input pada osiloskop analog lebih kompleks maka dalam hal ini osiloskop
analog lebih unggul dibandingkan osiloskop digital. (Abdirraziq et al.,
2017)
Karakteristik Penggunaan Osiloskop

Osiloskop menggunakan basis waktu sebagai pengukuran. Selain itu juga


tegangan serta frekuensi yang juga dipautkan terhadap waktu. Umumnya
kemampuan sebuah osiloskop dapat dipergunakan untuk mengukur frekuensi,
amplitudo, bentuk gelombang listrik, dan fasa listrik. Jenis Pengukuran yang
Dilakukan Osiloskop :

a) Tegangan Maksimum dan Minimum


b) Mengukur Tegangan Rata-rata. (Zuhriana, 2018)

MULTIMETER

Multimeter merupakan alat ukur listrik yang banyak digunakan oleh


teknisi di laboratorium dan bengkel lektronika. Fungsi utama dari multimeter
ini ialah mengukur resistansi, kapasitansi, arus listrik, tegangan AC maupun
DC. (Martias, 2017)

Multimeter analog dapat digunakan untuk mengukur besarnya tegangan


listrik searah, tegangan listrik bolak balik, tahanan, arus listrik searah dan
memeriksa komponen elektronika. (Muharmen, 2020)

Multimeter digital hampir sama fungsinya dengan multimeter analog, tetapi


multimeter digital menggunakan tampilan angka digital. Multimeter digital
pembacaan pengukuran besaran listriknya lebih tepat jika dibandingkan
dengan multimeter analog.

Berikut fungsi multimeter antara lain :

1. Mengukur Resistansi.
2. Mengukur Tegangan.
3. Mengukur dan Menguji Komponen Elektronika. (Andri et al., 2019)
AUDIO GENERATOR

Audio Generator merupakan alat yang berfungsi untuk pembangkit sinyal


atau gelombang listrik. Jenis gelombang listrik yang diukur tersebut
terdiri dari 3 jenis yakni bentuk segitiga, persegi dan juga sinusoida.

Berikut contoh kegunaan dari audio generator :

1. Memahami bentuk dan pola gelombang listrik.


2. Mempelajari cara mengukur periode dan frekuensi gelombang
3. Sebagai acuan untuk menyelidiki rangkaian yang kurang baik dari suatu
rangkaian/sirkuit listrik atau elektronika. (Khumaeni, 2019)

PROTO BOARD

Proto Board atau biasa disebut dengan BreadBoard merupakan dasar


konstruksi sebuah sirkuit elektronik dan merupakan prototipe dari suatu
rangkaian elektronik. Dengan menggunakan BreadBoard ini komponen
elektronik tidak akan rusak dan dapat digunakan Kembali untuk membuat
rangkaian yang lain.

Berikut beberapa jenis komponen dasar elektronika

Resistor, Merupakan salah satu komponen dasar elektronika yang


berfungsi untuk menghambat arus yang mengalir dalam suatu rangkaian
tertutup. (Edwinanto, 2019)

Dioda merupakan komponen semikonduktor yang paling sederhana yang


berfungsi untuk mengubah arus atau tegangan bolak-balik ( AC ) menjadi
arus atau tegangan searah ( DC )

C. ALAT DAN BAHAN


1. Multimeter 2 buah
2. Osiloscop 2 channel
3. Signal Generator
4. Protoboard ( Papan Rangkaian )
5. Kapasitor ( Keramik dan Elco )
6. Dioda
7. Resistor
8. Transistor ( PNP dan NPN )
9. Kawat Penghubung
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Memeriksa masing-masing komponen yang akan digunakan; baik
atau rusak.
2. Menyusun rangkaian seperti dibawah ini.

3. Memberi tegangan sumber DC sebesar 3 volt.


4. Mengukur besar arus yang mengalir pada rangkaian.
5. Ukurlah tegangan Vab, Vac, Vad, Vae, Vbc, Vbd, Vbe, Vcd, dan
Vde dengan menggunakan Voltmeter.
6. Melakukan langkah 2, 3, dan 4 untuk sumber dengan sumber DC 6
volt dan 9 volt.
7. Lepaskan Amperemeter dan ganti sumber tegangan dengan AC 4
volt.
8. Mengukur tegangan Vab, Vac, Vad, Vae, Vbc, Vbd, Vbe, Vcd, dan
Vde dengan menggunakan Voltmeter
9. Mengukur tegangan Vab, Vac, Vad, Vae, Vbc, Vbd, Vbe, Vcd, dan
Vde dengan menggunakan osiloskop dan gambarkan hasilnya.
10. Mencatat VOLT/DIVE dan TIME/DIVE dari osiloskop untuk
membantu dalam menetapkan skala sinyal yang diukur.
11. Melakukan langkh 3 – 9 untuk sumber dengan sumber AC 3V pp,
6Vpp.
E. TUGAS PENDAHULUAN

1. Hitunglah besar arus yang mengalir pada rangkaian jika dipasang tegangan
sumber DC 6 volt!
Jawab :

Rtotal = 100 + 200 + ( +


1 −1
)
220

320 −1
= 320 + ( )
22000

= 320 +
= 320 + 68.75
= 388.75 Ω

I=𝑉 = 6
= 0.015 A
𝑅 388.75

2. Hitunglah tegangan Vab, Vac, Vad, Vae, Vbc, Vbd, Vbe, Vcd, Vce, Vde
jika yang digunakan dioda silikon!
Jawab :
𝑽 = [(𝑽 − 𝑽 𝒅𝒊𝒐𝒅𝒂 ) 𝒙 𝟓𝟎%] 𝒙 𝑰 𝒙 𝑹

Vac = [(V − Vdioda) x 50%] x I x Rac


= [(6 − 0,7) x 50%] x 0,015 x 100
= 3,975 V
Vad = [(𝑉 − 𝑉𝑑𝑖𝑜𝑑𝑎) 𝑥 50%] 𝑥 𝐼 𝑥 𝑅𝑎𝑑
= [(6 − 0,7) 𝑥 50%] 𝑥 0,015 𝑥 320
= 12,72 𝑉
Vae = [(𝑉 − 𝑉𝑑𝑖𝑜𝑑𝑎) 𝑥 50%] 𝑥 𝐼 𝑥 𝑅𝑎𝑒
= [(6 − 0,7) 𝑥 50%] 𝑥 0,015 𝑥 388,75
= 15,45 𝑉
Vbc = Vac = 3,975 V
Vbd = Vad = 12,72 V
Vcd = [(𝑉 − 𝑉𝑑𝑖𝑜𝑑𝑎) 𝑥 50%] 𝑥 𝐼 𝑥 𝑅𝑐𝑑
= [(6 − 0,7) 𝑥 50%] 𝑥 0,015 𝑥 220
= 8,745 𝑉
Vce = [(𝑉 − 𝑉𝑑𝑖𝑜𝑑𝑎) 𝑥 50%] 𝑥 𝐼 𝑥 𝑅𝑐𝑒
= [(6 − 0,7) 𝑥 50%] 𝑥 0,015 𝑥 288,75
= 11,48 𝑉
Vde = [(𝑉 − 𝑉𝑑𝑖𝑜𝑑𝑎) 𝑥 50%] 𝑥 𝐼 𝑥 𝑅𝑑𝑒
= [(6 − 0,7) 𝑥 50%] 𝑥 0,015 𝑥 68,75
= 2,73 𝑉

F. DATA PENGAMATAN
- Percobaan Sumber Tegangan DC
Ebat I (mA) Vab Vac Vad Vae Vbc Vbd Vbe Vcd Vce Vde

3v 7,54 0,67 1,27 2,61 3,02 0,60 1,94 2,35 1,33 1,75 0,45

6v 15,28 0,70 2,08 5,14 6,10 1,37 4,43 5,37 3,04 4,00 0,94

9v 23,73 0,72 2,87 7,62 9,12 2,14 6,90 8,38 4,74 6,23 1,47
- Percobaan Sumber Tegangan AC
3Vpp 6Vpp
Va

Vab

Vac

Vad

Vae

Vbc
Vbd

Vbe

Vcd

Vce

Vde
G. PENGOLAHAN DATA
- Pengolahan saat sumber tegangan DC
SUMBER TEGANGAN DC

V 𝚫𝐕 KSR ∴ (𝐕 ± 𝚫𝐕)

3 ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (3,00 ± 0,05) V
= × nst =
V 3
× 0,1 V
× 100%
= 0,05 V
= 1,67% (3AP)
6 ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (6,00 ± 0,05) V
= × nst =
V 6
× 0,1 V
× 100%
= 0,05V
= 0,83% (3AP)
9 ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (9,00 ± 0,05) 𝑉
= × nst = V 9
× 0,1 V
× 100%
= 0,05 V
= 0,56% (3AP)

Vpp Arus, Vrms = 3V

V 𝚫𝐕 KSR ∴ (𝐕 ± 𝚫𝐕)
Vab ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (7,46 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 7,46% (3AP)

Vac ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (3,94 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05V = 3,94% (3AP)

Vad ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (1,92 ± 0,05) 𝑉
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 1,92% (3AP)

Vae ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (1,66 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 1,66% (3AP)

Vbc ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (8,34 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 8,34% (3AP)

Vbd ΔV 0,05
= × nst = × 100% = ∴ (2,58 ± 0,05) V
V 1,94
= × 0,1 V × 100%

= 2,58% (3AP)
= 0,05 V
Vbe ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (2,13 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 2,13% (3AP)

Vcd ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (3,76 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 3,76% (3AP)

Vce ΔV 0,05 ∴ (2,86 ± 0,05) V


= × 100% =
= × nst V
× 100%
= × 0,1V

= 0,05 V = 2,86% (3AP)

Vde ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (11,1 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1V

= 0,05 V = 11,1% (3AP)

Vpp Arus, Vrms = 6V

V 𝚫𝐕 KSR ∴ (𝐕 ± 𝚫𝐕)

Vab ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (7,14 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 7,14% (3AP)


Vac ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (2,40 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05V = 2,40% (3AP)

Vad ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (0,97 ± 0,05) 𝑉
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 0,97% (3AP)

Vae ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (1,66 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 1,66% (3AP)

Vbc ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (0,82 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 0,82% (3AP)

Vbd ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (1,13 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 1,13% (3AP)

Vbe ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (0,93 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 0,93% (3AP)


Vcd ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (1,65 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 1,65% (3AP)

Vce ΔV 0,05 ∴ (1,25 ± 0,05) V


= × 100% =
= × nst V
× 100%
= × 0,1V

= 0,05 V = 1,25% (3AP)

Vde ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (5,32 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1V

= 0,05 V = 5,32% (3AP)

Vpp Arus, Vrms = 9V

V 𝚫𝐕 KSR ∴ (𝐕 ± 𝚫𝐕)

Vab ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (6,94 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 6,94% (3AP)

Vac ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (1,74 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05V = 1,74% (3AP)


Vad ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (0,66 ± 0,05) 𝑉
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 0,66% (3AP)

Vae ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (0,55 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 0,55% (3AP)

Vbc ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (2,34 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 2,34% (3AP)

Vbd ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (2,58 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 2,58% (3AP)

Vbe ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (0,60 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V 0,60% (3AP)

Vcd ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (1,05 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1 V

= 0,05 V = 1,05% (3AP)


Vce ΔV 0,05 ∴ (0,80 ± 0,05) V
= × 100% =
= × nst V
× 100%
= × 0,1V

= 0,05 V = 0,80% (3AP)

Vde ΔV 0,05
= × 100% = ∴ (3,40 ± 0,05) V
= × nst V
× 100%
= × 0,1V

= 0,05 V = 3,40% (3AP)

- Pengolahan saat sumber tegangan AC


Vpp Arus, Vrms = 3V

V 𝚫𝐕 KSR ∴ (𝐕 ± 𝚫𝐕)

Va V 0,05 (1,680,05)V
= × nst = 100% = 100%
V 2,96
= × 0,1 V =1,68%(3AP)

= 0,05 V

Vab V 0,05 (1,960,05)V


= 100% = 100%
= × nst
V 2,56
= × 0,1 V =1,95%(3AP)

= 0,05V

Vac V 0,05 (1,68  0,05)V


= × nst = 100% = 100%
V 2,96
= × 0,1 V =1,68%(3AP)

= 0,05 V
Vad V 0,05 (1,680,05)V
= × nst = 100% = 100%
V
= × 0,1 V =1,68%(3AP)

= 0,05 V

Vae V 0,05 (1,680,05)V


= × nst = 100% = 100%
V
= × 0,1 V =1,68%(3AP)

= 0,05 V

Vbc V 0,05 (25  0,05)V


= × nst = 100% = 100%
V 0,2
= × 0,1 V = 25%(2AP)

= 0,05 V

Vbd V 0,05 (100,05)V


= × nst = 100% = 100%
V 0,5
= × 0,1 V =10(1AP)

= 0,05 V

Vbe (8,920,05)V
= × nst V 0,05
= 100% = 100%
= × 0,1 V V 0,56
= 0,05 V = 8,92(3AP)

Vcd
= × nst V 0,05 (14,360,05)V
= 100% = 100%
= × 0,1V V 0,348
= 0,05 V =14,36(3AP)
Vce V 0,05 (11,900,05)V
= × nst = 100% = 100%
V
= × 0,1V =11,90(3AP)

= 0,05 V

Vde V 0,05 (48,07  0,05)V


= × nst = 100% = 100%
V 0,104
= × 0,1V = 48,07(3AP)

= 0,05 V

Vpp Arus, Vrms = 6V

V 𝚫𝐕 KSR

Va V 0,05 (1,230,05)V
= × nst = 100% = 100%
V 4,06
= × 0,1 V =1,23%(3AP)

= 0,05 V

Vab V 0,05 (1,04  0,05)V


= × nst = 100% = 100%
V 4,80
= × 0,1 V =1,04%(3AP)

= 0,05V

Vac V 0,05 (0,930,05)V


= × nst = 100% = 100%
V 5,36
= × 0,1 V = 0,93%(3AP)

= 0,05 V
Vad V 0,05 (0,840,05)V
= × nst = 100% = 100%
V
= × 0,1 V = 0,84%(3AP)

= 0,05 V

Vae V 0,05 (1,230,05)V


= × nst = 100% = 100%
V
= × 0,1 V =1,23%(3AP)

= 0,05 V

Vbc V 0,05 (8,920,05)V


= × nst = 100% = 100%
V 0,56
= × 0,1 V = 8,92%(3AP)

= 0,05 V

Vbd V 0,05 (3,730,05)V


= × nst = 100% = 100%
V 1,34
= × 0,1 V = 3,73(3AP)

= 0,05 V

Vbe (3,200,05)V
= × nst V 0,05
= 100% = 100%
= × 0,1 V V 1,56
= 0,05 V = 3,20(3AP)

Vcd
= × nst V 0,05 (5,430,05)V
= 100% = 100%
= × 0,1V V 0,92
= 0,05 V = 5,43(3AP)
Vce V 0,05 (4,460,05)V
= × nst = 100% = 100%
V
= × 0,1V = 4.46(3AP)

= 0,05 V

Vde V 0,05 (18,380,05)V


= × nst = 100% = 100%
V 0,272
= × 0,1V =18,38(3AP)

= 0,05 V

Vpp Arus, Vrms = 9V

V 𝚫𝐕 KSR

Va V 0,05 (00,05)V
= × nst = 100% = 100%
V 0,00
= × 0,1 V = 0%(1AP)

= 0,05 V

Vab V 0,05 (0,730,05)V


= × nst = 100% = 100%
V 6,80
= × 0,1 V = 0,73%(3AP)

= 0,05V

Vac V 0,05 (0,710,05)V


= × nst = 100% = 100%
V 7,00
= × 0,1 V = 0,71%(3AP)

= 0,05 V
Vad V 0,05 (0,560,05)V
= 100% =
= × nst
100%
V
= × 0,1 V
= 0,56%(3AP)
= 0,05 V

Vae V 0,05 (00,05)V


= × nst = 100% = 100%
V
= 0%(1AP)
= × 0,1 V

= 0,05 V

Vbc V 0,05 100% (5,550,05)V


= × nst = 100% =
V 0,9
= × 0,1 V = 5,55%(3AP)

= 0,05 V

Vbd V 0,05 100% (2,270,05)V


= × nst = 100% =
V 2,20
= × 0,1 V = 2,27(3AP)

= 0,05 V

Vbe (2,080,05)V

= × nst V 0,05
= 100% 100%
= × 0,1 V =
V
= 0,05 V
= 2,08(3AP)
Vcd
= × nst V 0,05 (3,280,05)V
= 100% = 100%
= × 0,1V V 1,52
= 0,05 V = 3,28(3AP)

Vce V 0,05 (2,840,05)V


= × nst = 100% = 100%
V
= × 0,1V = 2,84(3AP)

= 0,05 V
Vde V 0,05 (11,36  0,05)V
= × nst = 100% = 100%
V 0,440
= × 0,1V =11,36(3AP)

= 0,05 V

H. ANALISIS DATA DAN GRAFIK

1 = = 68.75Ω
𝑅𝑝

𝑹𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 100 + 200 + 68,75 = 388.75 Ω

Pada saat Vs = 3 Volt


V= IR

𝑉
I= = = 0,0077A
𝑅

Pada saat Vs = 6 Volt


V= IR

𝑉
I= = = 0,015A
𝑅

Pada saat Vs = 9 Volt


V= IR

𝑉
I= = = 0,023A
𝑅

Vab = (3 – 0,7) 50%) (338,75) (0,0077)


= 3,44 V
Vbc = (3 – 0,7) 50%) (100)
(0,0077)
= 0,88 V
Vbd = (3 – 0,7) 50%) (100 +
200) (0,0077)
= 2,83 V
V Vs = 3 Volt

Vbc = I. R
= (0,0077) (100)
= 0,77 V
Vbd = I. R
= (0,0077) (320)
= 2,46 V
Vbe = I. R
= (0,0077)
(388,75)
= 2,99 V
Vcd = I. R
= (0,0077) (220)
= 1,69 V
Vce = I. R
= (0,0077)
(288,75)
= 2,22 V
Vde = I. R
= (0,0077)
(68,5)
= 0,53 V

V Vs = 6 Volt

Vbc = I. R
= (0,015) (100)
= 1,50 V
Vbd = I. R
= (0,015) (320)
= 4,80 V

Vbe = I. R
= (0,015) (388,75)
= 5,83 V

Vcd = I. R
= (0,015) (220)
= 3,30 V

Vce = I. R
= (0,015) (288,75)
= 4,33 V

Vde = I. R
= (0,015) (68,5)
= 1,03 V

V Vs = 9 Volt

Vbc = I. R
= (0,023) (100)
= 2,30 V

Vbd = I. R
= (0,023) (320)
= 6,40 V

Vbe = I. R
= (0,023) (388,75)
= 7,77 V

Vcd = I. R
= (0,023) (220)
= 4,40 V
Vce = I. R
= (0,023) (288,75)
= 5,775 V
Vde = I. R
= (0,023) (68,5)
= 1,37 V

GRAFIK
I. PERTANYAAN AKHIR
1. Tuliskan bagian-bagian dari Multimeter analog dan jelaskan fungsi
masingmasingnya.
Jawab :

Dari gambar multimeter analog di atas, dapat dijelaskan bagian-bagian dan


fungsinya, yaitu :
1. Sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk (Zero Adjust Screw),
berfungsi untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara
memutar sekrupnya ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng
pipih kecil.
2. Tombol pengatur jarum penunjuk pada kedudukan zero (Zero Ohm
Adjust Knob), berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi
nol. Caranya : saklar pemilih diputar pada posisi Ohm, test lead +
(merah) dihubungkan ke test lead – (hitam), kemudian tombol pengatur
kedudukan 0 Ω di putar kekiri atau ke kanan sehingga menunjuk pada
kedudukan 0 Ω.
3. Saklar pemilih (Range Selector Switch), berfungsi untuk memilih
posisi pengukuran dan batas ukurannya. Multimeter biasanya terdiri
dari empat posisi pengukuran, yaitu :
a. Posisi Ω (Ohm) berarti multimeter berfungsi sebagai ohm meter,
yang terdiri tiga batas ukur : x 1 ; x 10; dan K Ω.
b. Posisi ACV (volt AC) berarti multimeter berfungsi sebagai
voltmeter AC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500;
dan 1000.
c. Posisi DCV (volt DC) berarti multimeter berfungsi sebagai
voltmeter DC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500;
dan 1000.
d. Posisi DCmA (miliampere DC) berarti multimeter berfungsi
sebagai mili amperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur :
0,25; 25; dan 500.Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe
multimeter yang satu dengan yang lain batas ukurannya belum
tentu sama.
4. Lubang kutub + (V A Ω Terminal), berfungsi sebagai tempat
masuknya test lead kutub + yang berwarna merah.
5. Lubang kutub – (Common Terminal), berfungsi sebagai tempat
masuknya test lead kutub – yang berwarna hitam.
6. Salah pemilih polaritas DC atau AC.
7. Kotak meter (Meter Cover), berfungsi sebagai tempat
komponenkomponen multimeter.
8. Jarum penunjuk meter (Knief – edge Pointer), berfungsi sebagai
penunjuk besaran yang diukur.
9. Skala (Scale), berfungsi sebagai skala pembacaan meter.

2. Tuliskan bagian-bagian dari osciloscop dan jelaskan fungsi


masingmasingnya Jawab :

• Tombol POWER (no. 3), digunakan untuk menyalakan/mematikan


CRO.Tekan tombol untuk mengaktifkan CRO dan tekan lagi untuk
mematikan.
• Tombol INTENSITY (no. 4), digunakan untuk mengatur tingkat
kecerahan sinyal yang muncul di layar. Putar untuk mengatur
kecerahan sesuai yang diinginkan.
Tombol FOCUS (no. 6), digunakan untuk mengatur tingkat ketajaman
sinyal di layar. Putar untuk mengatur ketajaman sinyal sesuai yang
• diinginkan.
• Saklar VERTical MODE (no. 12) digunakan untuk memilih mode
tampilan. Geser tombol ke CH1 untuk menampilkan sinyal dari
channel 1, ke CH2 untuk menampilkan sinyal dari channel 2 dan ke
ALT untuk menampilkan sinyal dari kedua channel.

• Tombol untuk CH1 terdiri dari sakłar AC GND DC (no. 13) tombol
VOLT/DIV (no 15) dan tombol vertical Position (no 17). Tombol ini
digunakan ketika probe CRO disambung ke colokan input channel 1
(no. 14). Apabila sinyal ac yang masuk ke channel 1, geser saklar ke
AC, sehingga sinyal dc akan diblokir. Apabila sinyal DC yang masuk
ke channel 1, geser saklar ke DC, namun sinyal ac akan tetap
ditampilikan. Apabila saklar digeser ke GND, maka sinyal yang
masuk ke channel 1 di-ground-kan, yang dapat digunakan sebagai
referensi dalam pengukuran dc. Tombol VOLT/DIV digunakan untuk
mengatur sensitivitas arah vertikal dari CRO Apabila tombol diatur ke
2 V, maka artinya setiap kotak grid pada arah vertikal dilayar
mewakili nilai 2 volt. Apabila diatur ke 20 mv maka artinya setiap
kotak pada arah vertikal di layar mewakili nilai 20 millivolt. Tombol
vertical POS digunakan untuk mengatur posisi sinyal di layar pada
arah vertikal dengan cara diputar.

• Tombol untuk CH2 (no. 18, no. 20 & no. 22): pengaturan sama
dengan tombol untuk CH1. Tombol ini digunakan ketika probe CRO
disambung ke colokan input channel 2 (no.21).

• Tombol TIME/DIV (no. 23) digunakan untuk mengatur laju sapuan


(sweep rote) dari sinyal di layar. Apabila tombol diatur ke nilai 20 mS,
maka artinya setiap kotak grid layar pada arah horizontal mewakili
nilai 20 millidetik. Begitu pula ketika tombol diputar ke nilai 2 S,
maka artinya setiap kotak grid di layar pada arah horizontal mewakili
nilai 2 detik.
• Tombol horizontal POSition (no 27) digunakan untuk mengatur posisi sinyal
di layar pada arah horizontal. Putar untuk mengatur posisi sinyal

agar sinyal dapat seluruhnya nampak di layar dan tidak terpotong.


• Tombol XY (no 29), digunakan untuk menyalakan mode X- Y di
mana sinyal yang masuk dari channel 1 ditampilkan pada arah
horizontal, sedangkan sinyal yang masuk dari channel 2
ditampikan pada arah vertikal. Telan tombol untuk mengaktifkan
mode XY dan saklar VERTical MODE harus digeser ke CH2.
Mode ini umumnya digunakan untuk membandingkan dua sinyal.

3. Tuliskan bagian-bagian dari Sinyal Generator dan jelaskan fungsi


masingmasingnya Jawab :

1) Tombol On off : untuk menghidupkan atau mematikan alat


2) Negative output : Untuk mengeluarkan arus negatif
3) Positive output : mengeluarkan arus positif
4) dB Reducer : Untuk mengurangi dB gelombang yang
dihasilkan
5) Frequency : Mengatu besarnya frekuensi gelombang yg
dihasilkan
6) Signal Selector : memilih bentuk sinyal keluaran (Sinusoidal
atau Kotak) 7) Amplitude : Mengatur besarnya amplitudo yang
dihasilkan
4. Bandingkan antara hasil pengukuran dengan Voltmeter dan hasil
pengukuran dengan Osciloscop untuk sumber tegangan AC. Jelaskan
kenapa berbeda?
Jawab :

Karena pada Voltmeter yang diukur adalah V efektif atau V RMS,sedangkan pada
osiloskop yang diukur adalah Vpp ataupun Vmax atau hasil pengukuran (output)
voltmeter merupakan angka yang diskrit sedangkan output pada osiloskop
berupa grafik gelombang yang menyebabkan pembacaan menjadi tidak presisi
dan akurat.
J. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
- PEMBAHASAN
Praktikum Pengoperasian alat ini memiliki tujuan yaitu dapat
menggunakan alat ukur multimeter dan Osciloscop dengan tepat dan benar,
serta dapat menguji komponen elektronika dengan tepat dan benar.
Multimeter adalah alat ukur elektronika yang dipakai untuk menguji
atau mengukur suatu komponen, mengetahui kedudukan kaki-kaki komponen,
dan mengetahui besar nilai komponen yang diukur. Komponen yang dapat
diukur dengan multimeter adalah: besar nilai resistor, besar nilai kapasitor,
kedudukan kaki-kaki transistor, dioda, tegangan DC ataupun AC, besar arus
DC dan lain sebaginya.
Osiloskop merupakan perangkat instrumentasi elektronika yang
digunakan untuk menampilkan grafik, yaitu menggambarkan grafik dari suatu
sinyal listrik Dalam kebanyakan aplikasi, grafik ini menunjukkan bagaimana
sinyal berubah terhadap waktu: sumbu vertika (Y) menyatakan tegangan, dan
sumbu hrizontal (X) menyatakan waktu.
Pada praktikum ini terdapat tiga sumber tegangan, yaitu : 3 Volt, 6
Volt, dan 9 Volt. Sedangkan arus yang diukur labooran dengan multimeter
didapat hasil : 7, 54 mA, 15, 28 mA, dan 23,73 mA. Multimeter mempunyai
nilai satuan terkecil (Nst) sebesar 0,01 mA dan 0,01 V. Sementara osiloskop
mempunyai nilai satuan terkecil (Nst) sebesar 0,02 V.
Laboran melakukan pengukuran sumber tegangan DC dan
didapatkan hasil pengukurannya, sebagai berikut :
-
Ebat I (mA) Vab Vac Vad Vae Vbc Vbd Vbe Vcd Vce Vde

3v 7,54 0,67 1,27 2,61 3,02 0,60 1,94 2,35 1,33 1,75 0,45

6v 15,28 0,70 2,08 5,14 6,10 1,37 4,43 5,37 3,04 4,00 0,94

9v 23,73 0,72 2,87 7,62 9,12 2,14 6,90 8,38 4,74 6,23 1,47
Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengukuran arus dan tegangan
DC menggunakan Multimeter menunjukkan bahwa semakin besar
sumber tegangan, maka arusnya semakin besar dan sumber tegangan DC
nya pun semakin besar.

Selain mengukur sumber tegangan DC, laboran juga melakukan


pengukuran sumber tegangan AC. Berikut adalah hasil pengukuran
sumber tegangan AC yang dilakukan oleh laboran :
E Va Vab Vac Vad Vae Vbc Vbd Vbe Vcd Vce Vde

3vpp 2,96 2,56 2,96 2,96 2,96 0,2 0,5 0,56 0,348 0,42 0,104

6vpp 4,96 4,90 5,36 5,92 4,96 0,56 1,34 1,56 0,92 1,12 0,272

9vpp 0,06 6,80 7,00 8,80 0,06 0,9 2,2 2,4 2,4 1,76 0,44

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa semakin besar nilai


tegangannya, maka semakin besar nilai Vpp nya (tegangan maksimum).
Vpp berbanding lurus dengan sumber tegangan. Hal itu terjadi karena
semakin tinggi puncak dan semakin panjang gelombang pada tampilan
grafik osiloskop.
- KESIMPULAN
o Multimeter adalah alat ukur elektronika yang dipakai untuk
menguji atau mengukur suatu komponen, mengetahui kedudukan
kaki-kaki komponen, dan mengetahui besar nilai komponen yang
diukur.

o Multimeter dapat mengukur besar nilai resistor, besar nilai


kapasitor, kedudukan kaki-kaki transistor, dioda, tegangan DC
ataupun AC, besar arus DC dan lain sebaginya.

o Multimeter dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu multimeter


analog (jarum) dan multimeter digital.

o Multimeter dapat digunakan sebagai voltmeter maupun


amperemeter.

o Osiloskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat


dinamika besaran sebagai fungsi waktu secara visual. Dengan
menggunakan osiloskop ini harga suatu besaran dapat dilihat
setiap saat sepanjang waktu berjalan terus.

o Terdapat dua jenis osiloskop, yaitu osiloskop digital dan


osiloskop analog.

o Prinsip kerja osiloskop digital dan analog sama-sama menerima


sinyal input yang berupa tegangan listrik kemudian
menampilkannya ke sebuah display, namun bagaimana proses
pengubahan sinyal input tersebut agar dapat ditampilkan ke
dalam display keduanya berbeda.

o Sinyal generator dapat menghasilkan sinyal yang berupa


tegangan DC ataupun tegangan AC yang frekuensi dan
amplitudonya dapat kita atur.

o Semakin besar sumber tegangan maka semakin besar nilai


arusnya.

K. DAFTAR PUSTAKA
Abdurraziq B, Vecky C, Poekoel, Janny O.W. (2017).“Osiloskop Portabel
Digital Berbasis AVR ATMega 644”. E-Journal Teknik Elektro dan
Komputer Vol. 6 No. 1.
Achmad Yani. (2016). “Pembuatan Osiloskop Berbasis Personal Komputer
Menggunakan Sound Card”. Politeknik Negeri Medan.
Andri Firmansyah, Dimas Ardi. (2019). “Perancangan Smart Parking System
Berbasis Arduino Uno”. Universitas Pelita Bangsa.
Edwinanto, Nurul Hasanah. (2019).“ Kit Elektro Guna Meningkatkan
Layanan Praktikum Mahasiswa “. Universitas Nusa Putra.
Khumaeni, Ahmad, dll. (2019). “Rancang bangun alat ukur koefisien
penyerapan suara bahan peredam suara mobil dengan metode impedansi
akustik”. Universitas Pendidikan Indonesia.
Martias, (2017). “Penerapan dan Penggunaan Alat Ukur Multimeter Pada
pengukuran Komponen Elektronika”, Konferensi Nasional Ilmu Sosial
dan Teknologi,(Seminar BSI),Hal.222-226
Muharmen Suar. (2020). “Karakterisasi Ampermeter Voltmeter Terhadap
Penambahan Hambatan Pada Pengujian Sensor Mekanik Multimeter
Analog”. Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang.
Sidikrubadi Pramudito. (2019). “Diktat Fisika PPKU”. Institut Pertanian
Bogor.
Tim Dosen Elektronika. (2018). “Panduan Praktikum Elektronika”. Jakarta :
Universitas Negeri Jakarta.
Wisnu Adji Kharisma, Jana Utama. (2013). “Portable Digital Oscilloscope
Menggunakan PIC18F4550 Portable Digital Oscilloscope Based on
PIC18F4550”. UNIKOM. Bandung.
Zuhriana Ilmi Hasanah. (2018). “Pengaruh Frekuensi Suatu Sumber
Tegangan
Terhadap Kurva Sinus Pada Osiloskop”. Jurnal, Hal 4. Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta

Anda mungkin juga menyukai