Makalah Arya Tebu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

BUDIDAYA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L)

DENGAN MENGGUNAKAN PUPUK KANDANG

MAKALAH

Oleh:

ARYA DARMA
2004290014
AGROTEKNOLOGI 1

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen pengampu mata
kuliah Budidaya Tanaman Kakao, Kelapa dan Tebu yaitu ibu Assoc. Prof. Ir. Efrida
Lubis M. P, Serta Para Asisten Praktikum Budidaya Tanaman Kakao, Kelapa
dan Tebu Abangda Dicky Zulkarnain Tanjung S.P dan Abangda Aditya Nur Cahyo
yang telah memberi arahan serta ilmu dalam pengerjaan makalah ini
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Budidaya Tanaman
Kakao, Kelapa dan Tebu dengan judul “Budidaya Tanaman Tebu
(Saccharum officinarum L) Dengan Penggunaan Pupuk Kandang”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. menulis skripsi ini. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Medan, 12 Desember 2023

Penulis
iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. iii
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
Latar Belakang................................................................................. 1
Tujuan.............................................................................................. 2
Rumusan Masalah............................................................................ 2
ISI ............................................................................................................... 3
Klasifikasi Ilmiah Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L) ...... 3
Teknik Budidaya Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L) ....... 3
Peranan Pupuk Kandang Bagi Tanaman Tebu
(Saccharum officinarum L) ............................................................. 9
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 13
Kesimpulan...................................................................................... 13
Saran................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 14
LAMPIRAN................................................................................................ 16
iv

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman
1. Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Penanaman Tebu
(Saccharum officinarum L) .................................................................. 16
v

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman tebu ialah salah satu komoditas perkebunan yang diutamakan sebagai
konsumsi dalam negeri yang menjadi bahan baku dalam produksi Gula Kristal Putih
(GKP) atau gula pasir. Meningkatnya konsumsi gula di Indonesia menyebabkan
meningkatnya tuntutan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar, Pengembangan tebu
tidak hanya dilakukan di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, tetapi telah dilakukan
pengembangan di daerah baru yaitu di wilayah Indonesia Timur salah satunya Pulau
Sulawesi (Kusuma, 2017).
Perkembangan produksi gula pasir perkebunan besar (PB) dan perkebunan
rakyat (PR) dari tahun 2013 sampai dengan 2017 cenderung mengalami penurunan.
Produksi gula dari PB dan PR mengalami penurunan karena penurunan luas areal. Pada
tahun 2017 produksi gula mengalami penurunan menjadi 2,19 juta ton atau menurun
sebesar 172,06 ribu ton (7,28 persen) dibandingkan tahun 2016. Kekurangan pasokan
gula dalam negeri mengharuskan Indonesia melakukan impor gula dari berbagai negara.
Pada tahun 2017 tercatat sebanyak 13 negara yang menjadi pemasok gula Indonesia
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2019).
Faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tebu yaitu penggunaan bibit
serta kegiatan pemeliharaan tanaman tebu yang dilaksanakan dikebun. Peningkatan
produktivitas tebu dapat dipengaruhi oleh semakin baiknya tingkat teknologi yang
digunakaan pada saat kegiatan budidayanya. Salah satu faktor yang mempengaruhi
produktivitas tebu adalah ketersediaan air, aplikasi biochar ke lahan pertanian (lahan
kering dan basah) dapat meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air dan hara
(Insan, 2016).
Meskipun peluang pengembangan tebu di Indonesia sangat besar, masih terdapat
beberapa masalah yang dihadapi oleh petani tebu, seperti pengadaan bibit yang
berkualitas karena bibit sangat menentukan tingkat produktivitas. Bibit yang berkualitas
selain unggul secara genetik, pertumbuhan fisiknya harus sehat. Hal ini dicapai dengan
tersedianya unsur hara makro utama seperti Nitrogen, Fosfor dan Kalium. Faktor
vi

penghambat yang lain adalah tidak tersedianya unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman pada kadar yang cukup (Mulyono, 2018).
Untuk mendapatkan bibit yang baik dan berkualitas maka perlu dilakukan
pemupukan diawal pembibitan. Pupuk yang diberikan pada bibit berdasarkan sifat
senyawanya ada dua jenis, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Salah satu pupuk
organik yang dapat diberikan pada tanaman adalah pupuk kompos, dan penambahan
unsur hara lainnya seperti dengan aplikasi biochar. Karena biochar (biological charcoal)
dapat mengatasi beberapa keterbatasan dalam pengelolaan Karbon. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan biochar dapat menambah kelembaban tanah dan kesuburan
lahan pertanian (Zaini, 2017).
Selain itu, untuk meningkatkan produksi tanaman tebu, teknik budidaya tanaman
tebu perlu diperhatikan khususnya pada pemupukan. Pemupukan sangat menentukan
peningkatkan produktivitas tanaman, namun pemberian pupuk kimiawi secara terus
menerus dikhawatirkan dapat merusak sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Salah satu
upaya untuk menanggulangi hal tersebut, diperlukan sistem pemupukan yang ramah
lingkungan dan aman bagi tanaman. Penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki
kesuburan tanah sekaligus menyediakan unsur- unsur hara yang dibutuhkan oleh
komoditas pertanian khususnya tanaman tebu. Pupuk organik cair memiliki manfaat
bagi tanaman yaitu untuk menyuburkan tanaman, menjaga stabilitas unsur hara dalam
tanah, mengurangi dampak sampah organik di lingkungan sekitar, membantu
revitalisasi produktivitas tanah, dan meningkatkan kualitas produksi tanaman
(Wilisaberta, 2018).
Tujuan
Untuk Mengetahui Budidaya Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L)
Dengan Menggunakan Pupuk Kandang.
Rumusan Masalah
1. Apa Klasifikasi Ilmiah Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L)
2. Bagaimana Teknik Budidaya Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L)
3. Apa Peranan Pupuk Kandang Kambing, Sapi, Ayam, Bebek, dan Kuda Bagi
Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L)
vii

BAB II
ISI

Klasifikasi Ilmiah Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L)


Tanaman tebu tergolong tanaman perdu dengan nama latin Saccharum
officinarum. Di daerah Jawa Barat disebut Tiwu, di daerah Jawa Tengah dan Jawa
Timur disebut Tebu atau Rosan. Adapun klasifikasi tanaman tebu adalah sebagai
berikut (Lubis, 2015):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminales
Famili : Graminae
Genus : Saccharum
Species : Saccarum officinarum
Teknik Budidaya Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L)
Persiapan Lahan dan Pengolahan Tanah
Pada umumnya budidaya tebu lahan sawah pelaksanaannya sebagian besar
secara manual. Persiapan lahan dimulai dengan pembersihan gulma sampai dengan
pembuatan kaitan atau alur tanam. Rumput dan gulma yang ada di lahan dibabat.
Selanjutnya dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan sebanyak 3 kali
dengan menggunakan bajak, cangkul atau garu yang ditarik traktor. Pada pengolahan
tanah pertama menggunakan bajak bertujuan untuk memecah dan membalik tanah Arah
bajak 450 dari alur tanaman yang dibongkar sehingga akan meratakan lahan bekas
guludan lama. Hal ini akan memberikan kesempatan proses oksidasi dan membusukkan
bahan organik yang masih mentah. Pengolahan tanah yang kedua menggunakan garu
(harrow) yang arah kerjanya tegak lurus dengan kegiatan bajak tujuannya adalah untuk
mencacah ulang serasah dan sisa tebangan yang masih terdapat di dalam tanah dan
menghancurkan bongkahan tanah. Kemudian setelah tujuh hari, dilanjutkan pengolahan
tanah ketiga (garu II) supaya bongkahan tanah memiliki tekstur remah (Indriani, dan
Sumiarsih. 2015).
viii

Pemilihan Dan Persemaian Bibit Tebu


Bibit tebu yang digunakan dapat berupa bibit bagal (bibit mentahan) atau bibit
rayungan. Bibit bagal dapat diperoleh dari tanaman tebu yang berumur 0-7 bulan yang
dipotong yang kemudian dibengkokkan tanpa mengklentekkan daun pembungkusnya
agar mata-mata tunas tidak rusak. Sedangkan untuk memperoleh bibit rayungan yaitu
dengan memangkas batang tanaman tebu yang sebelumnya daunnya diklentek.
Hal ini bertujuan agar pertumbuhan mata tunas tidak terhambat. Bibit rayungan
membutuhkan banyak air sehingga pertumbuhannya lebih cepat jika dibandingkan
dengan bibit bagal. Tetapi bibit rayungan mempunyai kelemahan yaitu tunas akan
mudah rusak dan daya simpannya tidak lama. Selain bibit bagal atau rayungan ada pula
bibit dederan/ceblok yaitu bibit yang ditanam dahulu sebelu diceblokkan
- Biasanya bibit ini digunakan untuk persediaan sulaman. Varietas untuk lahan kering
harus memiliki sifat-sifat tertentu, antara lain:
· Mempunyai daya tahan kekeringan
· Mudah berkecambah, cepat beranak dan bertunas banyak.
· Mempunyai daya tahan kepras yang baik.
· Rendemen tinggi · Mudah diklentek
· Tahan roboh varietas-varietas unggul untuk tebu lahan kering atau tegalan adalah
(PS 77-1381, PS 77-1553, PS 78-561, PS 79-1497, PS 80-1070) (Wijayanti, 2018).
Penanaman Bibit Tebu
Umumnya tebu ditanam pada pola monokultur pada bulan Juni-Agustus (di
tanah berpengairan) atau pada akhir musim hujan (di tanah tegalan/sawah tadah hujan).
Terdapat dua cara bertanam tebu yaitu dalam aluran dan pada lubang tanam. Pada cara
pertama bibit diletakkan sepanjang aluran, ditutup tanah setebal 2-3 cm dan disiram.
Cara ini banyak dilakukan dikebun Reynoso.
Cara kedua bibit diletakan melintang sepanjang solokan penanaman dengan
jarak 30-40 cm. Pada kedua cara di atas bibit tebu diletakkan dengan cara direbahkan.
Bibit yang diperlukan dalam 1 ha adalah 20.000 bibit. Bibit yang digunakan di lahan
sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit rayungan.
Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian tumbuh.
Dalam satu meter juringan ditanam 5 – 6 stek bibit. Waktu tanam yang ideal untuk tebu
ix

sawah adalah bulan Mei – Juni, sehingga pada saat panen bulan Juli – September
tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang tinggi. Penanaman bibit
diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping. Apabila mata bibit menghadap
keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada permukaan tanah daripada mata bibit
yang menghadap kebawah. Keadaan tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan
oleh tunas untuk mencapai permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama, secara
perhitungan jaraknya lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga
mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu.
Pada prinsipnya persiapan bibit yang ditanam di areal lahan kering sama dengan
yang ditanam di sawah. Namun karena kondisi yang terlalu kering dipakai bibit bagal
mata empat. Waktu tanam tebu di lahan kering terdiri dari dua periode, yaitu:
- Periode I yaitu menjelang musim kemarau (Mei – Agustus) pada daerah – daerah
basah dengan 7 bulan basah dan daerah sedang yaitu 5 – 6 bulan basah, atau pada
daerah yang memiliki tanah lembab. Namun dapat juga diberikan tambahan air untuk
periode ini.
- Periode II yaitu menjelang musim hujan (Oktober – November) pada daerah sedang
dan kering yaitu 3 – 4 bulan basah. Bibit yang akan ditanam adalah bibit dengan 11
mata tumbuh per meter juringan. Selain itu juga, untuk menghindari penyulaman
yang membutuhkan biaya besar. Bibit ditanam dengan posisi mata disamping dan
disusun secara end to end (nguntu walang).
Cara penanaman ini bervariasi menurut kondisi lahan dan ketersediaan bibit,
pada umumnya kebutuhan air pada lahan kering tergantung pada turunnya hujan
sehingga kemungkinan tunas mati akan besar. Oleh karena itu, dengan over lapping atau
double row, tunas yang hidup disebelahnya diharapkan dapat menggantikannya. Cara
penanaman tebu bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut: bibit yang telah diangkut
menggunakan keranjang diecer pada guludan agar mudah dalam mengambilnya,
kemudian bibit ditanam merata pada juringan/kairan dan ditutup dengan tanah setebal
bibit itu sendiri, untuk tanaman pertama pada lahan kering biasanya cenderung
anakannya sedikit berkurang dibandingkan tanah sawah (reynoso), sehingga jumlah
bibit tiap juringan diusahakan lebih bila dibandingkan dengan lahan sawah (± 80 ku),
dan bila pada saat tanam curah terlalu tinggi, diusahakan tanam dengan cara
glatimongup (bibit sedikit terlihat) (Marjayanti dan Arsana, 2018).
x
xi

Pemeliharaan Tanaman Tebu


Pemeliharaan tanaman tebu meliputi penyulaman, penyiangan, pengairan atau
penyiraman, pemupukan, klentek, pembumunan, dan perlindungan terhadap hama dan
penyakit. Penyulaman merupakan kegiatan mengganti tanaman yang mati atau tumbuh
secara tidak normal. Pada penyulaman tanaman tebu dilakukan saat 5-7 hari setelah
tanam. Dalam kegiatan penyulaman diikuti dengan penyiraman agar tidak mati.
Penyiraman/pengairan pada waktu tanam tidak boleh berlebihan dan tidak boleh
kering (tidak disiram) selain itu penyiraman juga tidak boleh terlambat. Untuk tebu
lahan kering, air tergantung dari hujan. Sedangkan tebu lahan sawah dari irigasi.
Penyiangan pada tanaman tebu dilakukan saat tanaman berumur 2-6 minggu.
Hal ini karena umur 2-6 minggu merupakan fase kritis untuk pertumbuhan
tanaman tebu sehingga perlu dipelihara sehingga tidak ada faktor-faktor yang
menganggu pertumbuhan tanaman tebu. Pada tebu juga dilakukan pembumbunan.
Sebelum pembubunan tanah harus disirami sampai jenuh agar struktur tanah
tidak rusak.
1) Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3-4 minggu. Tebal bumbunan
tidak boleh lebih dari 5-8 cm secara merata. Ruas bibit harus tertimbun tanah agar
tidak cepat mengering.
2) Pembumbun ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan.
3) Pembumbuna ke tiga dilakukan pada waktu umur 3 bulan.
4) Perempalan Daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih dari
daun tebu kering dan menghindari kebakaran.
Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh baik
dibuang. Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan yang
kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan. Pada tebu tidak dilakukan pemangkasan tapi
dilakukan klentek yaitu melepaskan daun kering. Klentek dilakukan pada umur 6-7
bulan agar sinar matahari dapat masuk ke sela-sela rumpun sehingga mempercepat
pengolahan glukosa-sakarosa di dalam batang tebu. Ini berarti harapan meningkatnya
rendemen tebu atau produksi kristal.
Pemupukan pada tanaman tebu dapat dilakukan sebelum tanam maupun setelah
tanam. Pemupukan yang diberikan sebelum tanam yaitu pupuk kandang dan pupuk lain
nya baik kimiawi ataupun organik. Lalu dilakukan pemupukan ± 1 - 2 minggu setelah
xii

tanam yaitu setelah penyulaman pertama dengan menggunakan pupuk kandang.


Pemupukan kedua dilakukan saat tanaman berumur ± 1,5 bulan dan setelah selesai
penyulaman kedua. Pemupukan harus dibarengi dengan penyiraman agar pupuk dapat
larut kedalam tanah dan tidak hilang oleh aliran air permukaan.
Sebelum pemupukan dibuat lubang diantara tanaman lalu pupuk dimasukkan
dalam lubang kemudian lubang ditutup. Pemupukan yang demikian itu biasa disebut
dengan Spot Placement. Kebutuhan pupuk per hektar untuk tebang I 0,5-1 kw/ha dan
untuk tebang II 1,5-2 kw/ha.
Perlindungan terhadap hama dan penyakit Hama Hama Penggerek batang
bergaris (Proceras cacchariphagus), penggerek batang berkilat (Chilitrae auricilia),
penggerek batang abu-abu (Eucosma schismacaena), penggerek batang kuning
(Chilotraea infuscatella), penggerek batang jambon (Sesmia inferens).
Gejala
- Daun yang terbuka mengalami khlorosis pada bagian pangkalnya
- Pada serangan hebat, bentuk daun berubah, terdapat titik-titik atau garis-garis
berwarna merah di pangkal daun; sebagian daun tidak dapat tumbuh lagi
- Kadang-kadang batang menjadi busuk dan berbau tidak enak.
Pengendalian dengan suntikan insektisida Furadan 3G (0,5 kg/ha) pada waktu
tanaman berumur 3-5 bulan. Suntikan dilakukan jika terdapat 400 tanaman terserang
dalam 1 hektar. Tikus Pengendalian: dengan gropyokan secara bersama atau
pengemposan belerang pada lubang yang dihuni tikus.
Penyakit :
a) Pokkahbung Penyebab: Gibbrela moniliformis. Bagian yang diserang adalah daun,
pada stadium lanjut dapat menyerang batang. Gejala: terdapat noda merah pada
bintik khlorosis di helai daun, lubang-lubang yang tersebar di daun, sehingga daun
dapat robek, daun tidak membuka (cacat bentuk), garis-garis merah tua di batang,
ruas membengkak. Pengendalian: memakai bibit resisten, insektisida Bulur Bordeaux
1% dan pengembusan tepung kapur tembaga.
b) Dongkelan Penyebab: jamur Marasnius sach-hari Bagian yang diserang adalah
jaringan tanaman sebelah dalam dan bibit di dederan/persemaian. Gejala: tanaman
tua dalam rumpun mati tiba-tiba, daun tua mengering, kemudian daun muda, warna
xiii

daun menjadi hijau kekuningan dan terdapat lapisan jamur seperti kertas di sekeliling
batang. Pengendalian: tanah dijaga agar tetap kering.
c) Noda kuning Penyebab: jamur Cercospora kopkei. Bagian yang diserang daun dan
bagian-bagaian dengan kelembaban tinggi. Gejala: noda kuning pucat pada daun
muda yang berubah menjadi kuning terang. Timbul noda berwarna merah darah tidak
teratur; bagian bawah tertutup lapisan puiih kotor. Helai daun mati berwarna agak
kehitaman. Pengendalian: adalah dengan memangkas dan membakar daun yang
terserang. Kemudian menyemprot dengan tepung belerang ditambah kalium
permanganat.
d) Penyakit nanas Penyebab: adalah jamur Ceratocytis paradoxa. Bagian yang diserang
adalah bibit yang telah dipotong. Gejala: warna merah bercampur hitam pada tempat
potongan, bau seperti buah nanas. Pengendalian: luka potongan diberi ter atau
desinfeksi dengan 0,25% fenylraksa asetat.
e) Noda cincin Bagian yang diserang daun, lebih banyak di daerah lembab daripada
daerah kering. Penyebab: jamur Heptosphaeria sacchari, Helmintosporium sachhari,
Phyllsticta saghina. Gejala: noda hijau tua di bawah helai daun, bagian tengah noda
menjadi coklat; pada serangan lanjut, warna coklat menjadi jernih, daun kering.
Pengendalian: mencabut tanaman sakit dan membakarnya.
f) Busuk bibit Bagian yang diserang adalah bibit dengan gejala tanaman kekuningan dan
layu. Penyebab: bakteri. Gejala: bibit yang baru ditanam busuk dan buku berwarna
abu-abu sampai hitam. Pengendalian: menanam bibit sehat, perbaikan sistim
pembuangan air yang baik, serta tanah dijaga tetap kering.
g) Blendok Bagian yang diserang adalah daun tanaman muda berumur 1,5-2 bulan pada
musim kemarau. Penyebab: Xanthomonas albilicans. Gejala: terdapat pada khlorosis
pada daun; pada serangan hebat seluruh daun bergaris hijau dan putih; titik tumbah
dan tunas berwarna merah. Pengendalian: Menanam bibit resisten (2878 POY, 3016
POY), Lakukan desinfeksi para pemotong bibit, merendam bibit dalam air panas
52,5oC dan lonjoran bibit dijemur 1-2 hari. h) Virus mozaik Penyebab: Virus.
Pengendalian: menjauhkan tanaman inang, bibit yang sakit dicabut dan dibakar
(Ernawati, dan Rejeki, 2018).
Panen Dan Pasca Panen Tanaman Tebu
xiv

Pelaksanaan pemanenan tanaman tebu mesti diatur dengan baik agar dapat
dipungut secara efisien serta diolah dalam kondisi yang optimum. Melalui pengaturan
panen yang tepat, penyediaan bahan baku berupa tebu ini bisa terus berkesinambungan
dan sesuai kapasitas pabrik sehingga pengolahan bisa berlangsung secara efisien. Pada
dasarnya, kegiatan pemanenan ini merupakan tanggung jawab petani. Namun pada
pelaksanaannya, petani biasa menyerahkan pekerjaan ini ke KUD atau pabrik.
Waktu pelaksanaan pemanenan tebu berlangsung selama Mei sampai
September. Di musim kering ini, tanaman tebu sedang dalam keadaan yang optimum
dan mengandung tingkat rendemen paling tinggi. Pergiliran panen tebu mesti dikerjakan
dengan mempertimbangkan tingkat kemasakan tebu dan kemudahan pengangkutan hasil
panen dari area perkebunan menuju ke pabrik pengolahannya. Adapun kegiatan panen
ini meliputi estimasi produksi tebu, analisis tingkat kemasakan, dan tebang angkut.
Berikut cara pemanenan tanaman tebu:
1) Mencangkul tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm.
2) Pangkal tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali. Batang
dipotong dengan menyisakan 3 buku dari pangkal batang.
3) Mencabut batang tebu sampai ke akarnya jika kebun akan dibongkar. Potong akar
batang dan 3 buku dari permukaan pangkal batang.
4) Pucuk dibuang.
5) Batang tebu diikat menjadi satu (30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke pabrik untuk
segera digiling Panen dilakukan satu kali di akhir musim tanam (Naruputro, 2019).
Peranan Pupuk Kandang Bagi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L)
Pupuk Kandang Kambing
Pupuk kandang memiliki sifat yang tidak merusak tanah, menyediakan unsur
hara makro dan mikro. Selain itu pupuk kandang berfungsi untuk meningkatkan daya
menahan air, aktivitas mikrobiologi tanah, nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki
struktur tanah. Salah satu jenis pupuk kandang yaitu pupuk kandang dari kotoran
kambing. Pupuk kotoran kambing memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk
kotoran sapi dan kuda, yaitu memiliki unsur makro Nitrogen (N), Fosfor (P), serta
Kalium (K) lebih tinggi. Oleh karena itu perlunya dilakukan penelitian ini untuk
mengetahui kombinasi media tanam dan takaran pupuk kandang kambing yang dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman (Cahyani, 2016).
xv
xvi

Pupuk Kandang Sapi


Pupuk kandang sapi mengandung banyak unsur hara yang diperlukan tanaman,
seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Selain itu, pupuk ini juga mengandung
mikroorganisme yang berperan dalam meningkatkan kemampuan tanah dalam
menyerap nutrisi dan menghasilkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Selain
memberikan unsur hara bagi tanaman, pupuk kandang sapi juga dapat memperbaiki sifat
fisika tanah. Kandungan bahan organik pada pupuk ini dapat meningkatkan porositas
tanah, sehingga air dan udara dapat masuk ke dalam tanah dengan lebih baik. Selain itu,
pupuk kandang sapi juga dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air dan
mengurangi erosi tanah. Pupuk kandang sapi juga bermanfaat untuk memperbaiki sifat
kimia tanah. Kandungan unsur hara pada pupuk ini dapat mengurangi keasaman tanah
dan meningkatkan pH tanah. Selain itu, mikroorganisme pada pupuk kandang sapi juga
dapat membantu menjaga keseimbangan pH tanah. Kelebihan pupuk kandang sapi yang
lain adalah ramah lingkungan. Penggunaan pupuk ini tidak akan menimbulkan
pencemaran lingkungan seperti yang terjadi pada penggunaan pupuk kimia. Selain itu,
penggunaan pupuk ini juga dapat membantu mengurangi jumlah sampah organik yang
dibuang ke lingkungan. Dalam penggunaannya, pupuk kandang sapi dapat diberikan
pada berbagai jenis tanaman. Namun, sebaiknya perhatikan dosis yang diberikan.
Pemberian pupuk kandang sapi secara berlebihan juga dapat berdampak buruk bagi
pertumbuhan tanaman. Selain itu, pupuk ini juga sebaiknya tidak diberikan pada
tanaman yang sedang dalam masa berbunga atau berbuah, karena dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman (Purba, 2018.).
Pupuk Kandang Ayam
Pupuk kandang ayam adalah salah satu jenis pupuk organik yang terbuat dari
sisa-sisa kotoran ayam. Pupuk ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan
murah untuk memberikan nutrisi pada tanaman. Pupuk kandang ayam kaya akan unsur
hara seperti fosfor, nitrogen, dan kalium yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk
tumbuh dengan baik. Selain itu, pupuk kandang ayam juga mengandung
mikroorganisme yang membantu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya serap
air dan udara pada tanah. Sehingga, tanah yang diberi pupuk kandang ayam menjadi
lebih subur dan cocok untuk menanam berbagai jenis tanaman. Dengan memberikan
pupuk kandang ayam, tanaman akan mendapat semua nutrisi yang dibutuhkannya untuk
xvii

tumbuh dengan baik. Sehingga, tanaman akan memiliki dedaunan yang lebih hijau,
batang yang lebih kuat, bunga yang lebih indah dan buah yang lebih besar, baik
kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu, pupuk kandang ayam juga membantu tanaman
tumbuh lebih cepat dan sehat, bahkan dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap

penyakit dan serangan hama (Mansur, 2015).


Pupuk Kandang Bebek
Pupuk kandang bebek adalah limbah yang mengandung sedikit suplemen yang
dibutuhkan oleh tanaman. Selain sebagai bahan alami untuk kotoran, pemanfaatan
kotoran itik di lahan gambut dapat memperbaiki sifat sintetis dan organik kotoran
tersebut. Pengerjaan sifat senyawa kotoran dengan memperbanyak bahan alam dalam
kotoran, suplementasi dan batas perdagangan kation tanah, sedangkan pengerjaan sifat
organik kotoran dengan memperluas pergerakan mikroorganisme di dalam kotoran
setelah diberi pupuk kompos bebek. Pemberian kotoran itik mempengaruhi tingkat
tanaman. Pemberian pupuk bebek sangat berpengaruh terhadap perkembangan tanaman
karena akar tanaman menjadi lebih subur dan mempertahankan suplemen serta
meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk kandang alami memberi makan mikroorganisme
di dalam tanah. Gerakan mikroba membuat kotoran bebas sehingga sirkulasi udara dan
porositas tanah menjadi besar dan menyebabkan akar tanaman dapat berkembang secara
terbuka dan masuk ke tanah tanpa masalah. Selanjutnya proses retensi air dan suplemen
semakin mudah, sehingga kotoran menjadi lebih baik dan kurang rentan terhadap
penyakit (Musnamar, 2016).
Pupuk Kandang Kuda
Pada penelitian ini menggunakan pupuk kandang kotoran kuda karena didalam
masyarakat kotoran ini belum banyak di manfaatkan sebagai pupuk. Konsekuensi yang
ditimbulkan dengan meningkatnya usaha peternakan, yaitu limbah yang dihasilkan juga
ikut meningkat dengan pesat. Karena meningkatnya limbah produksi dari peternakan
maka perlu dicari suatu model pengelolaan yang berkelanjutan dan dapat dengan mudah
dilakukan oleh pihak-pihak yang membutuhkan yaitu dengan melalui biokonversi.
untuk memecahkan masalah limbah tersebut dapat dilakukan dengan cara mengkonversi
limbah peternakan menjadi produk pupuk kandang kuda sehingga nilai ekonominya
dapat ditingkatkan.
xviii

Pupuk yang berasal dari kotoran kuda termasuk pupuk yang mudah mengalami
penguraian, hal ini mengingat susunan kimianya mengandung senyawa-senyawa yang
memungkinkan bakteri-bakteri berkembang dengan aktif. Adanya penguraian yang
cepat maka pemakaian atau pembenahan pupuk kuda yang telah matang sebaiknya
dilakukan satu minggu sebelum tanam. Perlakuan demikian dilakukan untuk mencegah
hilangnya unsur hara yang terkandung kotoran kuda berpengaruh terhadap jumlah daun,
berat basah, dan berat kering tanaman, tetapi tidak berpengaruh terhadap pada tinggi
tanaman jahe empirit, dosis pupuk kotoran kuda yang paling efektif untuk tanaman
adalah 71 gram/polybag. (Lilis, 2016).
xix

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaiu:
1. Tanaman tebu ialah salah satu komoditas perkebunan yang diutamakan sebagai
konsumsi dalam negeri yang menjadi bahan baku dalam produksi Gula Kristal Putih
(GKP) atau gula pasir.
2. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu
rumput-rumputan. Saccharum officinarum merupakan spesies paling penting dalam
genus Saccharum sebab kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan seratnya
paling rendah.
3. Tanaman tebu berasal dari India, berdasarkan catatan-catatan kuno dari negeri
tersebut. Bala tentara Alexander the Great mencatat adanya tanaman di negeri itu
ketika mencapai India pada tahun 325 SM.
4. Peranan pupuk kandang sangat penting bagi tanaman tebu yaitu meningkatkan
jumlah hasil panen, memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan unsur hara pada
tanah.
5. Teknik budidaya tanaman tebu harus benar-benar sangat di perhatikan baik dari
persiapan lahan, pemilihan bibit, persemaian hingga panen dan pasca panen.
Saran
Panduan budidaya Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) melibatkan

pemilihan varietas yang sesuai, penggunaan media tanam yang baik, paparan sinar

matahari cukup, irigasi yang bijak, dan perlindungan dari hama dan penyakit. Dengan

langkah-langkah ini, budidaya tanaman tebu dapat berjalan dengan sukses.


xx

Daftar Pustaka

Cahyani, S. 2016. Respons Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Tebu


(Saccharum officinarum L.) Ratoon 1 terhadap Pemberian Kombinasi Pupuk
Organik dan Pupuk Anorganik. Jurnal Agro Industri Perkebunan, 69–78.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2019. Budidaya Tanaman Tebu. Direktorat Jenderal


Perkebunan, Departemen Pertanian.

Ernawati, F. dan T. Rejeki. 2018. Penyakit Pembuluh (Ratoon Stunting Disease) yang
Merugikan Tanaman Tebu. BBP2TP Surabaya.

Indriani, H. I. dan Sumiarsih. 2015. Pembudidayaan Tebu Di Lahan Sawah dan


Tegalan. Penebar Swadaya. Jakarta. 112 hal.

Insan, H. 2016. Perbandingan Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.)


Dari Bibit Yang Berasal Dari Kebun Bibit Datar Dengan Kebun Tebu Giling.
Skripsi. Jurusan Agronomi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kusuma, M. R. 2017. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Lahan


Kering di PT. Gula Putih Mataram, Lampung : Studi Kasus Frekuensi
Pengeprasan. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lilis, P. 2016. Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran Kuda Terhadap Pertumbuhan


Tanaman Jahe Emprit (Zingiber Officanale Var. Rubrum). Fakultas Matematika
dan ilmu pengatuhaan alam Universitas Diponegoro. Semarang.

Lubis, M. M. 2015. Respons Pertumbuhan Tebu (Sacharum officinarum L.) terhadap


Pengolahan Tanah pada Dua Kondisi Drainase. Jurnal Online Agroekoteknologi,
Vol. 3.

Mansur, 2015. Pengaruh Perbedaan Jumlah Ruas dan Jenis Pupuk Organik terhadap
pertumbuhan bibit tanaman tebu (Saccharum officinarum L) dipolybag. Skripsi
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang.

Marjayanti, S dan W.D. Arsana. 2018. Keragaan beberapa varietas kedelai dan tebu
keprasan dalam sistem tumpangsari. Majalah Perusahaan Gula TH XXIX (3-4) :
6 – 7.

Musnamar, E. I. (2016). Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Jogyakarta.

Mulyono, D. 2018. Kebijakan Pengembangan Industri Bibit Tebu Unggul untuk


Menunjang Program Swasembada Gula Nasional. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia 12 (1).

Naruputro, A. 2019. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik


Gula Krebet Baru, Pt. PG. Rajawali I, Malang, Jawa Timur: Dengan Aspek
xxi

Khusus Mempelajari Produktivitas Tiap Kategori Tanaman.

Purba, J. H., P. Putu, dan K. S. Kadek. 2018. Pengaruh Pupuk Kandang Sapi dan Jarak
Tanam Terhadap Pertumbuhan Hasil Kedelai (Glycine max L) Varietas
Edamame. 1 (2) : 69-81.

Wijayanti, A.W. 2018. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Di


Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus Pengaruh
Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu. Skripsi. Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertania Bogor. Bogor. 68 hal.

Wilisaberta, P. 2018. Respon Perkecambahan Tujuh Klon tebu (Saccharum


officinarum) terhadap Penyakit Rebah Kecambah (Dampin off). Jurnal Produksi
Tanaman 6 (2) : 236-245.

Zaini, A. 2017. Uji Pertumbuhan Berbagai Jumlah Mata Tunas Tebu


(Saccharum officinarum L.) Varietas VMC 76 – 16 dan PSJT 941. Jurnal
Produksi Tanaman 5 (3) : 182-160.
xxii

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Penanaman Tebu

Gambar 1. Pembuatan Bedengan Tanaman Tebu

Gambar 2. Penanaman Tanaman Tebu

Gambar 3. Pemupukan Tanaman Tebu

Anda mungkin juga menyukai