Laprak Urban 2 PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

URBAN FARMING
“PENANAMAN BUDIDAYA TANAMAN”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Urban Farming

Disusun oleh :
Nama : Januba Hanum
NIM : 4442200064
Kelas :VA
Kelompok : 4 (Empat)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya saya dapat melaksanakan praktikum pada mata kuliah Urban
Farming dan menyelesaikannya hingga menjadi laporan praktikum.
Laporan praktikum ini saya buat setelah saya melaksanakan praktikum Urban
Farming dengan judul “Penanaman Budidaya Tanaman” dan disusun dengan
sistematis berdasarkan apa yang dijelaskan, serta hasil dari praktikum sesuai dengan
fakta yang sebenarnya.
Saya ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan laporan ini khususnya :
1. Ibu Andi Apriany Fatmawaty, Ir., MP, Bapak Dr. Abdul Hasyim Sodiq,
SP., M,Si dan Ibu Endang Sulistyorini, SP., M.Si selaku dosen pengampu
mata kuliah Urban Farming
2. Saudara Muflih Nurhakim selaku asisten praktikum mata kuliah Urban
Farming
3. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk praktikum selanjutnya
atau hal apapun terkait bahan pembelajaran. Saya mohon maaf apabila dalam
penyusunan laporan ini terdapat kekurangan pada konteks praktikum yang saya
susun. Dengan kekurangan ini, saya berharap mendapat kritik maupun saran agar
kedepannya dapat lebih baik lagi dan menjadi bahan evaluasi bagi saya pribadi.

Cilegon, November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bayam (Amaranthus sp)...................................................................... 2
2.2 Morfologi Bayam Hijau ...................................................................... 3
2.3 Syarat Tumbuh Bayam ........................................................................ 4
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................. 5
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 5
3.3 Cara Kerja ........................................................................................... 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .................................................................................................... 7
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 9
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................. 11
5.2 Saran ................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12
LAMPIRAN .................................................................................................... 14

iii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman ................................................... 7
Tabel 2. Hasil Pengamatan Jumlah Daun ........................................................ 8
Tabel 3. Hasil Pengamatan Diameter Batang .................................................. 9
Tabel 4. Hasil Pengamatan Bobot Basah Tanaman ......................................... 9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budidaya tanaman merupakan kegiatan pemeliharaan sumber daya hayati
yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat maupun hasil
panennya, misalnya budidaya tanaman bayam. Tanaman bayam (Amaranthus sp)
adalah sayur-sayuran dengan nama ilmiah Amaranthus sp. Tumbuhan ini dikenal
sebagai sayuran sumber zat besi yang penting. Pertumbuhan paling baik pada tanah
subur dan banyak sinar matahari. Suhu yang baik 24 - 28℃ dan pH tanah antara 6.
Akar tanaman bayam memiliki sistem perakaran tunggal.
Untuk mendapatkan hasil yang tinggi dan kualitas yang baik maka tanaman
bayam sangat tergantung dari lingkungan hidupnya yakni keadaan unsur hara, air
dan struktur tanah. Tanah yang digunakan secara terus menerus lama kelamaan
kemampuan tanah yang mendukung pertumbuhan suatu tanaman menjadi menurun,
disebabkan kurangnya unsur hara yang ada pada tanah tersebut. Untuk itu
diperlukan penambahan unsur hara kembali dengan cara pemupukan (Rukmana,
2004).
Bayam biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau.
Pertumbuhannya secara normal amat cepat, sehingga dalam waktu kurang dari satu
bulan bayam sudah bisa dipanen. Bayam juga memiliki beberapa manfaat
diantaranya dapat memperbaiki daya kerja ginjal dan melancarkan pencernaan.
Beberapa negara berkembang telah mempromosikan bayam sebagai sumber protein
nabati, karena berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan gizi maupun pelayanan
kesehatan masyarakat (Sunarjono, 2007).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu mahasiswa berpengalaman
melakukan budidaya secara urban farming dilahan rumah masing-masing dengan
menggunakan polybag dan media tanam yang berbeda.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayam (Amaranthus sp)


Bayam merupakan salah satu tanaman yang mudah ditemukan di Indonesia.
Bayam termasuk kedalam family Amaranthacea yang memiliki berbagai macam
spesies dan tumbuhan di seluruh dunia. Salah satu jenis bayam di daerah tropis
seperti Asia dan Afrika termasuk Indonesia adalah Amaranthus Tricolor L., bayam
jenis ini dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu Red Amaranth dan Green
Amaranth (Khandaker et al., 2010). Amaranthus Tricolor L. merupakan jenis
bayam yang memiliki kandungan betalain tinggi dan cocok untuk diaplikasikan
sebagai pewarna makanan (Call et al., 2005).
Tanaman bayam dapat tumbuh di dataran tinggi maupun rendah, tanaman
bayam terdiri dari beberapa jenis dan varietas, baik yang telah dibudidayakan
maupun masih merupakan tanaman liar, yang masing-masing mempunyai
perbedaan satu sama lain, di Indonesia hanya dikenal dua jenis bayam budidaya
yaitu Amaranthus hybridus dan Amaranthus Tricolor. Amaranthus Hybridus sering
juga disebut sebagai bayam kakap, bayam tahun, bayam tutus dan bayam batok dan
ditanam sebagai bayam petik. Amaranthus Tricolor sering juga disebut bayam
cabut, yang terdiri dari dua varietas yaitu bayam hijau dan bayam merah.
Kandungan gizi dalam bayam sangat lengkap, mulai dari karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral. Kandungan mineral dari bayam cukup tinggi terutama zat
besi/Fe yang dapat digunakan mencegah kelelahan akibat anemia (Suyanti, 2008).
Klasifikasi Bayam Hijau (Amaranthus hybridus L.) yaitu :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus hybridus L. (Saparinto, 2013)

2
2.2 Morfologi Bayam Hijau
Adapun morfologi tanaman bayam hijau yaitu :
a. Akar (Radix)
Amaranthus hybridus L. memiliki akar tunggang, tidak berkayu dan
berwarna putih kekuningan. Akarnya ketika masih segar berwarna kuning
abu-abu (Dalimartha, 2006).
b. Batang (Caulis)
Amaranthus spinosus L. berbentuk berbatang bulat, tegak, termasuk
berbatang basah. Batang berwarna hijau atau kemerahan, bercabang banyak
(Sahat dan Hidayat, 2006).
c. Daun (Folium)
Daun spesies ini termasuk daun tunggal, bundar telur, memanjang sampai
lanset, tata letak daun tersebar, daun berselang-seling, bulat atau oval,
menyempit kebagian ujungnya, panjang tangkai daun 2-8 cm, berujung
runcing serta urat-urat daun yang kelihatan jelas, tulang daun menyirip, tepi
daun rata, bertangkai panjang, letak berseling warnanya hijau, berbentuk
bundar telur memanjang. Panjang daun 1,5 cm sampai 6,0 cm. Lebar daun
0,5 Berwarna kehijauan, bentuk bundar telur memanjang. Tangkai daun
berbentuk bulat dan permukaannya opacus. Panjang tangkai daun 0,5
sampai 9,0 cm. Bentuk tulang daun bayam duri penninervis dan tepi
daunnya repandus (Dalimartha, 2006).
d. Bunga (flos)
Bunga berkelamin tunggal, bunga majemuk kumpulan bunganya berbentuk
bulir untuk bunga jantannya sedangkan bunga betina berbentuk bulat, yang
terdapat 10 dibagian bawah duduk di ketiak daun atau ujung atas batang,
bagian atas berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai dan ketiak
percabangan, padat berwarna hijau. Kelopak bunganya berbentuk corong.
Ujung bertaju, warna hijau agak putih. Daun tenda bunga setinggi-tingginya
2,5 mm. Merupakan bunga berkelamin tunggal, yang berwarna hijau. Bunga
setiap bunga memiliki berbilangan 5 daun mahkota berlepasan, panjangnya
1,5-2,5 mm. Bakal biji satu. Bunga ini termasuk bunga inflorencia (Sahat
dan Hidayat, 2006).

3
e. Buah (Fruktus)
Buah mengandung biji yang sangat kecil, berbentuk bulat panjang dan
berwarna hitam mengkilat. Berbentuk lonjong berwarna hijau dengan
panjang 1,5 mm (Dalimartha, 2006).
f. Biji (Semen)
Berbiji bulat kecil berwarna hitam dengan panjang antara 0,8 - 1 mm (Sahat
dan Hidayat, 2006).

2.3 Syarat Tumbuh Bayam


Tanaman bayam biasanya tumbuh di daerah tropis dan menjadi tanaman
sayur yang penting bagi masyarakat di dataran rendah. Bayam merupakan tanaman
yang berumur tahunan, cepat tumbuh serta mudah ditanam pada kebun ataupun
ladang (Palada dan Chang, 2003). Bayam mempunyai daya adaptasi yang baik
terhadap lingkungan tumbuh, sehingga dapat ditanam di dataran rendah sampai
dataran tinggi. Hasil panen yang optimal ditentukan oleh pemilihan lokasi
penanaman. Lokasi penanaman harus memperhatikan persyaratan tumbuh bayam,
yaitu keadaan lahan harus terbuka dan mendapat mendapat sinar matahari serta
memiliki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, memiliki
pH 6-7 dan tidak tergenang air (Rukmana, 2004).
Bayam sangat toleran terhadap besarnya perubahan keadaan iklim. Faktor-
faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman antara lain
ketinggian tempat, sinar matahari, suhu, dan kelembaban. Bayam dapat tumbuh di
dataran tinggi dan dataran rendah. Ketinggian tempat yang optimum untuk
pertumbuhan bayam yaitu kurang dari 1400 m dpl. Kondisi iklim yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan bayam adalah curah hujan yang mencapai lebih dari 1500
mm/tahun, cahaya matahari penuh, suhu udara berkisar 17-28°C, serta kelembaban
udara 50-60% (Lestari, 2009).

4
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu pada hari
Kamis, 6 Oktober 2022, Pukul 17.00 – 18.00 WIB yang bertempat di Jl. Winaya,
Panancangan, Kec. Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu polybag
(ukuran 25 cm x 25 cm), tanah, cocopeat, sekam bakar, kompos, benih bayam,
penggaris, alat tulis, kalkulator, timbangan, air, sprayer untuk penyiraman, dan
gawai.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini yaitu :
1. Dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama praktikum
2. Ditentukan benih yang akan ditanam
• Kelas A = Benih Bayam
3. Ditanam sebanyak 3 benih dalam setiap polybag pada 4 perlakuan:
a. Perlakuan kontrol (penanaman pada media tanah tanpa campuran)
b. Perlakuan penanaman dengan media tanah dan campuran cocopeat.
c. Perlakuan penanaman dengan media tanah dan campuran kompos.
d. Perlakuan penanaman dengan media tanah dan campuran arang sekam.
4. Diberi label pada polybag nama sesuai dengan perlakuan dan ulangan
(tambahkan kelas dan kelompok).
5. Diletakkan polybag ditempat yang terkena sinar matahari
6. Disiram polybag setiap hari pada pagi dan sore hari
7. Diambil 1 sampel dan 2 cadangan pada masing-masing polybag
8. Diamati pertumbuhan parameter setiap seminggu sekali

5
9. Diamati pertumbuhan benih seminggu sekali selama 5 minggu setelah
tanam (5MST / 35 HST), Pertumbuhan dapat diamati dengan cara sebagai
berikut:
a. Tinggi tanaman (cm), dilakukan dengan cara mengukur dari pangkal
batang sampai titik tumbuh tertinggi menggunakan penggaris (diamati
setiap minggu)
b. Jumlah daun (helai), diamati dengan menghitung daun yang telah
membuka sempurna
c. Diameter batang (mm), diukur menggunakan tali / benang pada bagian
batang tanaman lalu tali diukur pada penggaris
d. Bobot basah tanaman (gram), semua bagian tanaman termasuk akar
ditimbang
10. Dicatat hasilnya dan dibuat laporan

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman
Umur Ulangan (U)
Perlakuan Rata-rata
Tanaman U1 U2 U3
Tanah (T) 5 cm 4 cm 4 cm 4,3
Tanah+Sekam (TS) 4,5 cm 4 cm 3,5 cm 4,5
7 HST
Tanah+Cocopeat (TC) 4,5 cm 4,8 cm 4,5 cm 4,6
Tanah+Kompos (TK) 4,5 cm 4,5 cm 4,8 cm 4,6

Tanah (T) 5 cm 4,5 cm 5 cm 4,83


Tanah+Sekam (TS) 5 cm 5,5 cm 5 cm 5,16
14 HST
Tanah+Cocopeat (TC) 5 cm 5 cm 5 cm 5
Tanah+Kompos (TK) 4,5 cm 5 cm 5 cm 4,83

Tanah (T) 6 cm 6 cm 6 cm 6
Tanah+Sekam (TS) 8 cm 8 cm 7 cm 7,6
21 HST
Tanah+Cocopeat (TC) 6 cm 6 cm 5 cm 5,6
Tanah+Kompos (TK) 5 cm 5 cm 5 cm 5

Tanah (T) 7 cm 6 cm 8 cm 7
Tanah+Sekam (TS) 9 cm 10 cm 11 cm 10
28 HST
Tanah+Cocopeat (TC) 8 cm 6 cm 5 cm 6,3
Tanah+Kompos (TK) 5 cm 5,2 cm 6 cm 5,4

Tanah (T) 19 cm 13 cm 14 cm 15,3


Tanah+Sekam (TS) 15,5 cm 16 cm 23 cm 18,16
35 HST
Tanah+Cocopeat (TC) 16 cm 6 cm 5 cm 9
Tanah+Kompos (TK) 5 cm 5,2 cm 6 cm 5,4

7
Tabel 2. Hasil Pengamatan Jumlah Daun
Umur Ulangan (U)
Perlakuan Rata-rata
Tanaman U1 U2 U3
Tanah (T) 2 helai 2 helai 2 helai 2
Tanah+Sekam (TS) 2 helai 2 helai 2 helai 2
7 HST
Tanah+Cocopeat (TC) 2 helai 2 helai 2 helai 2
Tanah+Kompos (TK) 2 helai 2 helai 2 helai 2

Tanah (T) 3 helai 3 helai 2 helai 3


Tanah+Sekam (TS) 4 helai 4 helai 4 helai 4
14 HST
Tanah+Cocopeat (TC) 3 helai 3 helai 3 helai 3
Tanah+Kompos (TK) 2 helai 2 helai 2 helai 2

Tanah (T) 4 helai 4 helai 4 helai 4


Tanah+Sekam (TS) 6 helai 6 helai 6 helai 6
21 HST
Tanah+Cocopeat (TC) 5 helai 3 helai 3 helai 4
Tanah+Kompos (TK) 2 helai 2 helai 2 helai 2

Tanah (T) 7 helai 5 helai 6 helai 5


Tanah+Sekam (TS) 6 helai 6 helai 6 helai 6
28 HST
Tanah+Cocopeat (TC) 7 helai 4 helai 5 helai 5
Tanah+Kompos (TK) 3 helai 3 helai 3 helai 3

Tanah (T) 9 helai 7 helai 8 helai 6


Tanah+Sekam (TS) 7 helai 7 helai 8 helai 7
35 HST
Tanah+Cocopeat (TC) 8 helai 4 helai 5 helai 6
Tanah+Kompos (TK) 4 helai 4 helai 5 helai 4

Tabel 3. Hasil Pengamatan Diameter Batang


Umur Ulangan (U)
Perlakuan Rata-rata
Tanaman U1 U2 U3

8
Tanah (T) 12 mm 6 mm 8 mm 9
Tanah+Sekam (TS) 10 mm 10 mm 14 mm 11
35 HST
Tanah+Cocopeat (TC) 12 mm 3 mm 3 mm 6
Tanah+Kompos (TK) 3 mm 2 mm 3 mm 3

Tabel 4. Hasil Pengamatan Bobot Basah Tanaman


Umur Ulangan (U)
Perlakuan Rata-rata
Tanaman U1 U2 U3
Tanah (T) 4 gr 2 gr 2 gr 2,6
Tanah+Sekam (TS) 3 gr 3 gr 5 gr 3,6
35 HST
Tanah+Cocopeat (TC) 4 gr 2 gr 0 gr 2
Tanah+Kompos (TK) 0 gr 0 gr 0 gr 0

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu membahas tentang budidaya tanaman dan parameter
yang diamati. Pada praktikum ini parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman,
jumlah daun, diameter batang pada saat panen, dan bobot basah tanaman (semua
bagian tanaman ditimbang).
Pada tabel hasil 1 yaitu tinggi tanaman, dapat dilihat bahwa yang memiliki
rata-rata paling tinggi yaitu pada perlakuan tanah+sekam, sedangkan yang memiliki
rata-rata paling rendah tiap minggu nya yaitu dengan perlakuan tanah+kompos.
Kemudian pada tabel 2 yaitu jumlah daun, yang memiliki rata-rata paling tinggi tiap
minggu nya yaitu tanah+sekam, sedangkan yang memiliki rata-rata paling rendah
tiap minggu nya yaitu perlakuan tanah+kompos. Juga pada tabel 3 yaitu diameter
batang, masih dengan perlakuan tanah+sekam yang memiliki rata-rata paling
tinggi, dan paling rendah yaitu tanah+kompos. Sedangkan pada tabel 4 yaitu bobot
basah tanaman, yang memiliki rata-rata paling tinggi yaitu pada perlakuan
tanah+sekam, sedangkan yang memiliki rata-rata paling rendah yaitu dengan
perlakuan tanah+kompos. Hakim et al (1986) menyatakan terjadinya pertumbuhan
tinggi dari suatu tanaman karena adanya peristiwa pembelahan dan perpanjangan
sel yang didominasi pada ujung pucuk tanaman tersebut. Jumlah daun berhubungan
dengan tinggi tanaman, karena semakin tinggi tanaman maka semakin banyak daun

9
yang terbentuk. Fahrudin (2009) menyatakan jumlah daun dipengaruhi oleh unsur
hara N, P dan K yang ada didalam tanah.
Berdasarkan tabel hasil, yang dapat dijadikan rekomendasi untuk budidaya
tanaman yaitu menggunakan media tanam tanah yang dicampur dengan sekam padi.
Sekam padi merupakan salah satu limbah organik yang dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan pupuk biochar. Kelebihan sekam padi antara lain yaitu
memiliki kandungan nitrogen sebesar 1% dan kalium 2%, mampu mengikat air dan
dapat dijadikan sebagai pengganti humus untuk media tanaman. Pemberian arang
sekam padi mampu meningkatkan laju pertumbuhan tinggi tanaman tomat serta
menekan serangan hama penyakit (Martanto, 2001). Meskipun sudah diberikan
media tanam yang bagus akan tetapi tanaman yang dibudidaya dalam praktikum ini
masih mengalami etiolasi. Etiolasi adalah proses pemanjangan sel akibat produksi
auksin yang terus-menerus. Produksi auksin dapat terhambat oleh adanya cahaya
(Bunyamin dan Aqil, 2010). Beberapa ciri-ciri yang dapat menandakan bahwa
suatu tanaman mengalami etiolasi diantaranya, batang tanaman tersebut terlihat
lebih panjang akibat kandungan air yang melimpah dalam tanaman tersebut, batang
tidak kokoh, tanaman terlihat lemah dan berwarna pucat, memiliki daun yang kecil-
kecil dan tipis, serta memiliki akar yang kurang lebat (Wardani et al., 2016).
Gejala etiolasi terjadi karena ketiadaan cahaya matahari.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor dari dalam tanaman
yang mempengaruhi tumbuh kembang tanaman diantaranya gen dan hormon.
Faktor eksternal yaitu faktor dari luar seperti nutrisi, cahaya matahari, air dan
kelembaban, suhu, dan tanah (Inoriah, 2009).
Pemberian pupuk organik dapat menjaga agroekosistem terutama mencegah
terjadinya degradasi lahan dan dapat memperbaiki kesuburan tanah sehingga dapat
menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman, disamping itu juga dapat
menghasilkan komoditi yang sehat.

10
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Adapun simpulan dari praktikum ini yaitu di tiap parameter yakni tinggi
tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan bobot basah tanaman yang
pertumbuhannya baik atau optimal yaitu pada media tanam atau perlakuan
tanah+sekam. Sedangkan yang pertumbuhannya lambat atau kurang yakni
tanah+kompos dalam setiap parameter yang diamati. Sehingga pemberian
perlakuan macam-macam media tanam dalam budidaya tanaman berpengaruh
terhadap tiap parameter yang diamati. Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal.

5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini yaitu praktikan harus lebih teliti dalam
mengamati tiap parameter, konsisten dalam pemberian air pada tanaman, dan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pertumbuhan tanaman agar
tdak terjadi etiolasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Suyanti, and Supriyadi. 2008. Pisang, Budidaya, Pengolahan, Dan Prospek
Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Bunyamin, Z., M. Aqil. 2010. Analisis iklim mikro tanaman jagung (Zea mays L)
Spring Season. Scientia Horticulturae 123. Hal. 294- 300.
Call et al, 2005. Bayam Sayuran Penyangga Petani di Indonesia. Monograf No. 4.
BPPP. Lembaga: Bandung.
Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Jakarta : Puspa Swara
Fahrudin, F. 2009. Budidaya Caisim (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak
Teh dan Pupuk Kascing.
Hakim, N, M. Y. Nyakpa, AM. Lubis, SG Nugroho, MR Saul, MA Diha, GB Hong
dan HH Bailey. 1986. DasarDasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung:
Lampung
Hermansyah, Y. S. dan E. Inoriah. 2009. Penggunaan Pupuk Daun dan Manipulasi
Jumlah Cabang yang Ditinggalkan pada Panen Kedua Tanaman
Nilam. Jurnal Akta Agrosia Vol. 12 No. 2 : 194-203.
Akond, A.S.M.G.M., Khandaker, L., Berthold, J., Gates, L., Peters, K., Delong,H.,
& K Hossain. 2010. Biomass Yield and Accumulations of Bioactive
Compounds in Red Amaranth (Amaranthus Tricolor L.) Grown Under
Different Colored Shade Polyethylene in Spring Season. Scientia
Horticulturae. 289–294.
Lestari G. 2009. Serial Rumah: Berkebun Sayuran Hidroponik. Prima Infosarana
Media. Jakarta.
Martanto, Noor. 2001. Pertanian Lahan Gambut. Potensi dan Kendala. Kanisius:
Yogyakarta
Palada, M. C. Dan Chang, L. C. 2003. Suggested Cultural Practices for Vegetable
Amaranth. Vegetable Reseach and Development Center.
Rukmana, R. 2004. Bayam. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sahat, S., dan Hidayat, I. M. 2006. Bayam: Sayuran Penyangga Petani di Indonesia.
Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

12
Saparinto, C. 2013. Grow your own vegetables-panduan praktis menanam 14
Sayuran Konsumsi Populer di Pekarangan. Yogyakarta: Penebar
Swadaya. 180 hlm.
Sunarjono, H. H. 2007. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya, Jakarta. 184
hlm.
Wardani F., Fitri, dan Dian L. 2016. Perkecambahan Biji Dictyoneura Acuminata
Blume. pada Cahaya Merah dan Merah Jauh. Jurnal Hortikultura
Indonesia.

13
LAMPIRAN

Gambar 1. Alat Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4.


dan bahan Tanaman bayam Pengukuran Penyiraman
7 HST tinggi tanaman 7 tanaman
HST

Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8.


Tanaman bayam Tanaman bayam Tanaman bayam Tanaman bayam
14 HST 21 HST 28 HST 35 HST

Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Berat


Pengukuran Pengukuran Penimbangan seluruh tanaman
tinggi tanaman diameter tanaman tanaman bayam sampel
bayam 35 HST bayam 35 HST 35 HST

14
Gambar 13. Berat Gambar 14. Berat Gambar 15. Berat Gambar 16. Berat
basah bayam basah bayam basah bayam basah bayam
media TS media tanah media TC media TK

Gambar 17. Dokumentasi kelompok


ketika panen

15

Anda mungkin juga menyukai