Makalah Komunikasi Massa Kel 2
Makalah Komunikasi Massa Kel 2
Makalah Komunikasi Massa Kel 2
Disusun Oleh:
Sultan Mufthi Alfaruqi
2210631190169
Yasmine Syaafira Salma
2210631190171
Hasna Fadilah Safitri
2210631190147
Yunita Kusumah
2210631190172
Penulis
16 November 2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Pembuatan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Muhammad Ramdhani
selaku dosen Komunikasi Massa dengan materi Teori Komunikasi Bagian II.
BAB II
PEMBAHASAN
Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan pada awalnya muncul pada tahun 1940-an dan mengalami
kemunculan kembali dan penguatan pada tahun 1970-an dan 1980-an. Para teoretis pendukung Teori
Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan berargumentasi bahwa kebutuhan manusialah yang memengaruhi
bagaimana mereka menggunakan dan merespon saluran media. Dikutip McQuail, Zilman menunjukkan
pengaruh mood seseorang saat memilih media yang akan ia gunakan, pada saat seseorang merasa bosan
maka ia akan memilih isi yang lebih menarik dan menegangkan dan pada saat seseorang merasa tertekan ia
akan memilih isi yang lebih menenangkan dan ringan. Program TV yang sama bisa jadi berbeda saat harus
kepuasan pada kebutuhan yang berbeda untuk individu yang berbeda. Kebutuhan yang berbeda
diasosiasikan dengan kepribadian seseorang, tahap-tahap kedewasaannya, latar belakang, dan peranan
sosialnya. Sebagai contoh, menurut Judith Van Evra. anak-anak secara khusus lebih menyukai untuk
menonton TV untuk mencari informasi dan disaat yang sama lebih mudah dipengaruhi.
Konsep Teori Used and Gratification
Teori used and gratification (teori penggunaan dan kepuasan) menjadi penting dalam studi komunikasi
massa. Teori ini menggagas pemikiran bahwa individu menyebabkan audiensi mencari, menggunakan dan
memberikan tanggapan terhadap isi media secara berbeda-beda yang disebabkan berbagai faktor sosial dan
psikologis yang berbeda di antara individu audiensi.
Teori used and gratification memiliki fokus perhatian pada audiensi sebagai konsumen media massa dan
bukan pada pesan yang disampaikan. Teori ini menilai bahwa audiensi dalam menggunakan media
berorientasi pada tujuan, bersifat aktif sekaligus diskriminatif.
Audiensi dinilai paham mengenai kebutuhan mereka serta bertanggung jawab terhadap pilihan media yang
dapat memenuhi kebutuhan mereka.
Teori ini menjelaskan mengenai waktu dan bagimana audiensi sebagai konsumen media menjadi lebih aktif
atau kurang aktif dalam menggunakan media. Serta akibat atau konsekuensi dari penggunaan media
tersebut.
Teori used and gratification dinilai sebagai partisipan yang aktif dalam proses komunikasi, tetapi tingkat
keaktifan setiap individu tidaklah sama. Penggunaan media didorong oleh adanya kebutuhan dan tujuan
yang ditentukan oleh penggunanya.
Teori ini juga menjelaskan mengenai kapan dan bagaimana pengguna sebagai konsumen media menjadi
lebih aktif atau kurang aktif dalam menggunakan media tersebut. serta akibat atau konsekuensi jika
menggunakan media yang dipilih.
Relevansi Teori Kegunaan dan Pemenuhan Kepuasan
Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan memiliki relevansi tinggi saat digunakan untuk menentukan
hal-hal sebagai berikut:
a) Pemilihan musik sesuai selera. Saat memilih musik kita tidak hanya mengandalkan mood tertentu,
tetapi juga berusaha untuk menunjukkan jati diri dan kesadaran sosial lainnya. Banyak jenis musik
yang dapat dipilih dan pilihan kita menunjukkan kebutuhan tertentu yang spesifik.
b) Penerimaan akan media-media baru (seperti internet) dan penggunaan media-media lama, bahkan
dengan adanya media baru pengganti. Inovasi diadopsi saat media baru pengganti memiliki dan
dapat menggantikan fungsi-fungsi media lama tradisional. Contohnya, alat komunikasi pager yang
tergantikan dengan telepon seluler. Atau media TV yang tetap tidak tergantikan oleh telepon seluler
walaupun telepon seluler kini dapat berfungsi seperti TV. Di lain pihak pengguna lama mulai
menggunakan internet dan terpaksa mempelajarinya saat ada informasi-informasi yang disalurkan
hanya dapat dilihat melalui internet. Contohnya. seperti media berita detik.com yang memberitakan
saat kerusuhan Tahun 1998. Koran lebih lambat dalam penyampaian beritanya dan TV terlalu
seragam penayangannya, sementara media berita detik.com menawarkan berita yang lebih spesifik,
dituangkan tertulis, dan dapat diulang.
Teori penggunaan dan kepuasan” atau uses and gratification theory disebut-sebut sebagai salah satu teori
paling populer dalam studi komunikasi massa. Teori ini mengajukan gagasan bahwa perbedaan individu
menyebabkan audiensi mencari, menggunakan dan memberikan tanggapan terhadap isi media secara
berbeda-beda yang disebabkan berbagai faktor sosial dan psikologis yang berbeda di antara individu
audiensi. Teori penggunaan dan kepuasan memfokuskan perhatian pada audiensi sebagai konsumen media
massa, dan bukan pada pesan yang disampaikan. Teori ini menilai bahwa audiensi dalam menggunakan
media berorientasi pada tujuan, bersifat aktif sekaligus diskriminatif. Audiensi dinilai mengetahui
kebutuhan mereka dan mengetahui serta bertanggung jawab terhadap pilihan media yang dapat memenuhi
kebutuhan mereka tersebut. (Morissan, 2013, p.508)
Teori penggunaan dan kepuasan menjelaskan mengenai kapan dan bagaimana audiensi sebagai konsumen
media menjadi lebih aktif atau kurang aktif dalam menggunakan media dan akibat atau konsekuensi dari
penggunaan media itu. Dalam perspektif teori penggunaan dan kepuasan audiensi dipandang sebagai
partisipan yang aktif dalam proses komunikasi, namun tingkat keaktifan setiap individu tidaklah sama.
Penggunaan media didorong oleh adanya kebutuhan dan tujuan yang ditentukan oleh audiensi sendiri, teori
penggunaan dan kepuasan menjelaskan mengenai kapan dan bagaimana audiensi sebagai konsumen media
menjadi lebih aktif atau kurang aktif menggunakan media dan akibat atau konsekuensi dari penggunaan
media itu. (Morissan, 2013, p.509)
Menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G Blumer, dan Michael Gurevittch, uses and gratification meneliti
asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa
atau sumber- sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada
kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga
yang tidak diinginkan. Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori ini (Blumler dan Katz,
1974, p.22) :
Khalayak dianggap aktif; artinya, sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan
mempunyai tujuan;
Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif, untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan
pemilihan media terletak pada anggota khalayak;
Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya.
Kebutuhan yang dipenuhi hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas;
bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku
khalayak yang bersangkutan.
Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak;
artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-
situasi tertentu.
Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu
orientasi khalahyaknya (Rakhmat, 2011, p.203)
Model uses and gratification memandang individu sebagai makhluk suprarasional dan sangat selektif. Ini
memang mengundang kritik. Akan tetapi, yang jelas, dalam model ini perhatian bergeser dari proses
pengirim pesan ke proses penerimaan pesan.
Teori Uses and Gratifications adalah khalayak yang pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan
motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif terpenuhi maka
kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Pada akhirnya, media memeuhi kebutuhan khalayak disebut media
efektif. (Kriyantono, 2009, p. 207-208)
Jurnalisme dan media massa tidak mencerminkan realitas, tetapi menyaring dan membentuk isu.
Media massa menawarkan banyak topik dan lebih menekankan pada topik tertentu, yang pada
gilirannya memungkinkan audiens untuk menentukan topik mana yang lebih penting daripada yang
lain.
Setiap media memiliki potensinya sendiri untuk membentuk dan mengembangkan agendanya sendiri. Pada
dasarnya, kunci dari teori agenda adalah menentukan peran suatu isu atau peristiwa dalam proses gating.
Media cenderung membentuk persepsi publik dengan memberikan bagian pada setiap isu. Misalnya,
menyoroti masalah. Penonjolan tersebut menunjukkan adanya perbedaan perhatian yang kemudian
mempengaruhi persepsi (pengetahuan dan citra) terhadap peristiwa atau subjek di mata publik.
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa teori agenda-setting bersifat unik karena mendukung dua asumsi
dasar yang menarik. Pertama, teori ini dengan jelas menyatakan bahwa media massa memiliki kekuatan
untuk mempengaruhi dan membentuk persepsi masyarakat. Di sisi lain, teori ini juga mendukung hipotesis
bahwa pada akhirnya segala sesuatu kembali kepada individu, di mana ia bebas memilih apa yang ingin
diterimanya.
Jenis-Jenis Agenda Setting
Mengutip Alvernia University, ada tiga jenis, yakni:
Agenda setting publik: ketika masyarakat menentukan agenda cerita mana yang dianggap penting.
Agenda setting media: ketika media menentukan agenda cerita mana yang dianggap penting.
Agenda setting kebijakan: ketika agenda publik dan media memengaruhi keputusan pembuat
kebijakan publik.
Faktor Penentu Agenda Setting
Sebelum media mempublikasikan sebuah berita, biasanya akan gatekeeping yang dipakai demi menyaring
kumpulan informasi.
a) Gatekeeping
Menurut Lumen, gatekeeping adalah serangkaian checkpoint yang harus dilalui berita sebelum muncul di
masyarakat. Melalui proses ini, ada pihak yang memutuskan apakah sebuah kisah harus dilihat dan
didengarkan masyarakat. Gatekeeping juga bertujuan untuk menjaga kedamaian dan stabilitas publik.
Gatekeeper bertugas dan memiliki kendali atas pilihan konten yang didiskusikan di media. Gatekeeper
biasanya adalah reporter, penulis, dan editor.
Lebih lanjut, melansir Communication Theory, beberapa faktor lain yang turut menentukan agenda setting
adalah:
3.1 KESIMPULAN
Teori Spiral Keheningan di mana seseorang memiliki opini dari berbagai isu namun terdapat keraguan dan
ketakutan untuk memberikan opininya karena merasa terisolasi, sehingga opini tidak bersifat terbuka alias
tertutup. Teori Kegunaan dan Kepuasan secara kontras membandingkan efek dari media dan bukan ‘apa
yang media lakukan pada pemirsanya’ (kritik akan teori jarum hipodermik, dimana pemirsa merupakan
objek pasif yang hanya menerima apa yang diberi media). Teori Agenda Setting mengartikan media adalah
pusat penegakan kebenaran, yang mampu mengangkat dua elemen, yaitu kesadaran dan pengetahuan, ke
dalam agenda publik. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kesadaran publik dan mengarahkan perhatian
pada isu-isu yang dianggap penting oleh media.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gramedia.com/literasi/teori-used-and-gratification/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Teori_penggunaan_dan_pemenuhan_kepuasan
https://dewey.petra.ac.id/repository/jiunkpe/jiunkpe/s1/ikom/2019/jiunkpe-is-s1-2019-51415091-45037-
motif-chapter2.pdf
https://pakarkomunikasi.com/teori-spiral-keheningan
https://www.gramedia.com/literasi/teori-agenda-setting/