Biji Rami...
Biji Rami...
Biji Rami...
36
Khoirunisa & Sjofjan | Jurnal Sains dan Teknologi Peternakan 3(2) (2022): 35 - 42
usitatissimum). Biji rami didapatkan dari pasar dilakukan dengan uji tanin, uji asam fitat, uji
Splendid, Kota Malang. Autoklaf yang proksimat, analisa gross energy, dan uji serat van
digunakan adalah jenis Steam-Flush Pressure-Pulse. soest.
Peralatan lain yang digunakan antara lain beaker
glass, alumunium foil, loyang, blender, 2.5. Variabel Penelitian
timbangan, dan nampan.
Variabel yang diamati selama penelitian
meliputi kandungan zat antinutrisi (tanin dan
2.3. Rancangan Percobaan
asam fitat), kandungan nutrisi (bahan kering,
Rancangan percobaan yang digunakan abu, protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar),
dalam penelitian ini adalah metode percobaan kandungan gross energy, serta kandungan fraksi
laboratorium menggunakan Rancangan Acak serat van soest (ADF dan NDF) dari biji rami.
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5
ulangan. Perlakuan adalah waktu yang 2.6. Analisis Data
digunakan untuk memanaskan biji rami
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis
menggunakan autoklaf yaitu: tanpa pemanasan
dengan analysis of variance (ANOVA) dari ragam
(P0), pemanasan autoklaf selama 5 menit (P1),
Rancangan Acak Lengkap (RAL), apabila
pemanasan autoklaf selama 10 menit (P2), dan
pemanasan autoklaf selama 15 menit (P3) terdapat pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan
dengan suhu dan tekanan yang sama yaitu dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD).
121 oC dan 1,5 atm.
3. Hasil dan Pembahasan
2.4. Metode Penelitian
3.1. Kandungan Zat Antinutrisi
Persiapan penelitian meliputi pengadaan
alat dan bahan yang dibutuhkan. Pelaksanaan Pengaruh lama pemanasan terhadap
penelitian meliputi pemanasan biji rami kandungan zat antinutrisi biji rami (Linum
menggunakan autoklaf selama 5, 10, dan 15 usitatissimum) dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil
menit; pengovenan biji rami pada suhu 60 oC analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan
selama 24 jam; dan penggilingan biji rami lama pemanasan autoklaf memberikan pengaruh
menjadi tepung. Selanjutnya koleksi data, yang berbeda sangat nyata terhadap kandungan
tanin dan asam fitat biji rami.
Tabel 1. Nilai rataaan kandungan tanin dan asam fitat biji rami (Linum usitatissimum) pada masing-
masing perlakuan
Perlakuan
Variabel
P0 P1 P2 P3
Tanin (%) 3,01±0,00d 2,23±0,01c 2,08±0,00b 2,03±0,01a
Asam fitat (%) 42,96±0,05d 23,30±0,08c 20,25±0,01b 20,00±0,06a
Sumber: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antar
perlakuan (P < 0,01). Keterangan: P0 = tanpa pemanasan autoklaf; P1 = pemanasan autoklaf 5 menit;
P2 = pemanasan autoklaf 10 menit; P3 = pemanasan autoklaf 15 menit.
37
Khoirunisa & Sjofjan | Jurnal Sains dan Teknologi Peternakan 3(2) (2022): 35 - 42
Fajri & Sulasmi (2014) yang menyatakan bahwa dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil analisis statistik
suhu panas menyebabkan asam fitat pada tempe menunjukkan bahwa perlakuan lama pemanasan
kacang tanah turun karena mengalami kerusakan autoklaf memberikan pengaruh yang berbeda
atau terdegradasi. sangat nyata terhadap kandungan bahan kering,
protein kasar, serat kasar, lemak kasar, dan gross
3.2. Kandungan Nutrisi energy biji rami.
Pengaruh lama pemanasan terhadap
kandungan nutrisi biji rami (Linum usitatissimum)
Tabel 2. Nilai rataan kandungan nutrisi biji rami (Linum usitatissimum) pada masing-masing perlakuan
Perlakuan
Variabel
P0 P1 P2 P3
BK (%) 96,54 ± 0,12c 94,72 ± 0,33a 94,41 ± 0,07a 95,30 ± 0,26b
PK (%) 21,97 ± 0,03d 19,80 ± 0,07b 19,49 ± 0,01a 19,93 ± 0,06c
a d c
SK (%) 13,90 ± 0,02 22,00 ± 0,08 18,74 ± 0,01 17,73 ± 0,05b
LK (%) 31,76 ± 0,04d 22,64 ± 0,08c 20,86 ± 0,01b 20,76 ± 0,06a
Abu (%) 3,27 ± 0,00c 3,15 ± 0,01a 3,23 ± 0,00b 3,31 ± 0,01d
c ab a
GE (kkal/kg) 6125,65±7,65 5699,39±20,00 5696,40±4,01 5722,62±15,82b
Sumber: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antar
perlakuan (P<0,01). Keterangan: P0 = tanpa pemanasan autoklaf; P1 = pemanasan autoklaf 5 menit;
P2 = pemanasan autoklaf 10 menit; P3 = pemanasan autoklaf 15 menit; BK = bahan kering; PK =
protein kasar; SK = serat kasar, LK = lemak kasar; GE = gross energy.
Bahan Kering (BK) kandungan protein kasar biji rami menurun. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Mamang,
Kandungan bahan kering suatu bahan
Bilang, & Salengke (2018) bahwa pemanasan
berkorelasi dengan kadar air, semakin rendah
terhadap biji kemiri menyebabkan penurunan
bahan kering maka kadar airnya semakin tinggi.
kadar protein, terjadi akibat pemanasan basah
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
autoklaf menggunakan suhu serta tekanan tinggi
perlakuan lama pemanasan autoklaf
pada waktu yang lama sehingga terjadi
memberikan pengaruh yang berbeda sangat
denaturasi protein, perubahan warna, dan
nyata (P<0,01) terhadap kandungan bahan
lepasnya ikatan peptida. Berdasarkan SNI 8173.3
kering biji rami. Penurunanan bahan kering
(Badan Standardisasi Nasional Indonesia, 2015)
disebabkan saat pemanasan autoklaf
kebutuhan protein pada ayam pedaging fase
menggunakan media aquadest sehingga
finisher minimal 19 %, sedangkan protein
dimungkinkan terdapat air dalam uap panas
terendah pada penelitian ini yaitu: P2 (19,49 ±
terjerap dalam biji. Air yang terjerap
0,01 %) sehingga memungkinkan untuk
menyebabkan kadar air biji rami meningkat dan
dimanfaatkan sebagai bahan pakan ayam
bahan kering menurun. Menurut Utama,
pedaging khusunya fase finisher.
Zuprizal, Hanim, & Wihandoyo (2019) lama
pemanasan menggunakan autoklaf dengan suhu
Serat Kasar (SK)
121 °C pada wheat pollard mengakibatkan
gelatinisasi, terjadi karena air masuk ke dalam sel Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
sehingga granula pati membengkak serta perlakuan lama pemanasan autoklaf
menyebabkan perubahan terhadap kandungan memberikan pengaruh yang berbeda sangat
air pada bahan. nyata (P<0,01) terhadap kandungan serat kasar
biji rami. Pada penelitian ini menunjukkan
Protein Kasar (PK) pemanasan biji rami menggunakan autoklaf
belum mampu menurunkan kandungan serat
Perlakuan pemanasan biji rami
kasar. Hal ini diduga karena saat pemanasan biji
menggunakan autoklaf menyebabkan penurunan
rami diletakkan di dalam beaker glass dan ditutup
kadar protein. Hasil analisis statistik
dengan aluminium foil, sehingga uap panas pada
menunjukkan bahwa perlakuan lama pemanasan
autoklaf kurang mampu mencapai biji secara
autoklaf memberikan pengaruh yang berbeda
maksimal dan menyeluruh. Hal ini sejalan
sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan
dengan hasil penelitian Nilasari, Susanto, &
protein kasar biji rami. Pemanasan autoklaf
Maligan (2017) bahwa perlakuan suhu dan lama
menggunakan suhu dan tekanan tinggi sehingga
pemasakan pada lempok labu kuning tidak
molekul protein mengalami pergerakan cepat
menunjukkan pengaruh pada kandungan serat
dan terjadi denaturasi yang menyebabkan
kasar, karena serat kasar sulit diuraikan
38
Khoirunisa & Sjofjan | Jurnal Sains dan Teknologi Peternakan 3(2) (2022): 35 - 42
39
Khoirunisa & Sjofjan | Jurnal Sains dan Teknologi Peternakan 3(2) (2022): 35 - 42
Tabel 3. Nilai rataan kandungan ADF dan NDF biji rami (Linum usitatissimum) pada masing-masing
perlakuan
Perlakuan
Variabel
P0 P1 P2 P3
ADF (%) 29,21±0,04a 34,98±0,12d 32,82±0,02c 30,26±0,08b
NDF (%) 39,13±0,05b 45,82±0,16d 39,80±0,03c 33,45±0,09a
Sumber: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antar
perlakuan (P<0,01). Keterangan: P0 = tanpa pemanasan autoklaf; P1 = pemanasan autoklaf 5 menit;
P2 = pemanasan autoklaf 10 menit; P3 = pemanasan autoklaf 15 menit; ADF = Acid Detergent Fiber;
NDF = Neutral Detergent Fiber.
40
Khoirunisa & Sjofjan | Jurnal Sains dan Teknologi Peternakan 3(2) (2022): 35 - 42
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Untuk sifat kimia, fisikokimia dan fisik tepung ubi
Mewujudkan Sistem Pertanian Bioindustri kayu. Journal Penelitian Pasca Panen
Berkelanjutan, hal. 697–701. Malang: Pusat Pertanian Badan Litbang Pertanian, 17(2),
Penelitian dan Pengembangan Tanaman 117–125. https://doi.org/10.21082/jpasca
Pangan Badan Penelitian dan .v17n2.2020.117-125
Pengembangan Pertanian.
Saroh, S. Y., Sulistiyanto, B., Christiyanto, M.,
Kajla, P., Sharma, A., & Sood, D. R. (2015). & Utama, C. S. (2019). Pengaruh lama
Flaxseed—a potential functional food pengukusan dan penambahan level kadar
source. Journal of Food Science and air yang berbeda terhadap uji proksimat
Technology, 52(4), 1857–1871. https://doi. dan kecernaan pada bungkil kedelai, gaplek
org/10.1007/s13197-014-1293-y dan pollard. Jurnal Litbang Provinsi Jawa
Tengah, 17(1), 77–86. https://doi.org/10.
Karina, Indrayani, Y., & Sirait, S. M. (2016).
36762/jurnaljateng.v17i1.788
Kadar tanin biji pinang (Areca catechu L)
berdasarkan lama pemanasan dan ukuran Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.
serbuk. Jurnal Hutan Lestari, 4(1), 119–127. (2020). Buku Outlook Komoditas Peternakan
Daging Ayam (A. A. Susanti & R. K. Putera,
Lewinska, A., Zebrowski, J., Duda, M., Gorka,
eds.). Pusat Data dan Sistem Informasi
A., & Wnuk, M. (2015). Fatty acid profile
Pertanian Sekretariat Jenderal
and biological activities of linseed and
Kementerian Pertanian.
rapeseed oils. Molecules, 20(12), 22872–
22880. https://doi.org/ 10.3390/ Sjofjan, O., Natsir, M. H., & Djunaidi, I. H.
molecules201219887 (2019). Ilmu Nutrisi Ternak Non Ruminansia.
Malang: Universitas Brawijaya Press.
Mamang, Bilang, M., & Salengke. (2018).
Pengaruh pemanasan basah dengan Soenardjo, N., & Supriyantini, E. (2017).
autoklaf terhadap aktifitas senyawa Analisis kadar tanin dalam buah mangrove
toxalbumin pada biji kemiri (Aleurites Avicennia marina dengan perebusan dan
moluccana (L.) Willd). Indonesian Journal of lama perendaman air yang berbeda. Jurnal
Chemical Research, 5(2), 53–57. Kelautan Tropis, 20(2), 90–95. https://doi.
org/10.14710/jkt.v20i2.1701
Nelwida, Berliana, & Nurhayati. (2019).
Kandungan nutrisi black garlic hasil Sundari, D., Almasyhuri, & Lamid, A. (2015).
pemanasan dengan waktu berbeda. Jurnal Pengaruh proses pemasakan terhadap
Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 22(1), 53–64. komposisi zat gizi bahan pangan sumber
https://doi.org/10.22437/jiiip.v22i1.6471 protein. Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 25(4), 235–242. https://doi.org/
Nilasari, O. W., Susanto, W. H., & Maligan, J.
10.22435/mpk.v25i4.4590.235-242
M. (2017). Pengaruh suhu dan lama
pemasakan terhadap karakteristik lempok Usman, N., Saleh, E. J., & Nusi, M. (2019).
labu kuning (waluh). Jurnal Pangan dan Kandungan Acid Detergent Fiber dan
Agroindustri, 5(3), 15–26. Neutral Detergent Fiber jerami jagung
fermentasi dengan mengunakan jamur
Nivetha, N., Suvarna, V. C., & Abhishek, R. U.
Trichoderma viride dengan lama inkubasi
(2018). Reduction of phenolics, tannins
berbeda. Jambura Journal of Animal Science,
and cyanogenic glycosides contents in
1(2), 57–61. https://doi.org/10.35900/jjas.
fermented beverage of Linseed (Linum
v1i2.2606
usitatissimum). International Journal of Food
and Fermentation Technology, 8(2), 185–190. Utama, C. S., Zuprizal, Hanim, C., &
https://doi.org/ 10.30954/ 2277-9396.02. Wihandoyo. (2019). Pengaruh lama
2018.8 pemanasan terhadap kualitas kimia wheat
pollard yang berpotensi sebagai prebiotik.
Pasaribu, T. (2019). Peluang zat bioaktif
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 8(3), 113–
tanaman sebagai alternatif imbuhan pakan
121. https://doi.org/10.17728/jatp.5262
antibiotik pada ayam. Jurnal Litbang
Pertanian, 38(2), 96–104. https://doi.org/ Utama, C. S., Zuprizal, Hanim, C., &
10.21082/jp3.v38n2.2019.p96-104 Wihandoyo. (2020). Pengolahan sinbiotik
kultur campuran yang berasal dari
Pratiwi P, A. D., Nurdjanah, S., & Utomo, T. P.
kombinasi bekatul gandum sebagai
(2020). Pengaruh suhu dan lama prebiotik dan jus kubis terfermentasi
pemanasan saat proses blansing terhadap
41
Khoirunisa & Sjofjan | Jurnal Sains dan Teknologi Peternakan 3(2) (2022): 35 - 42
42