Struktur Beton II-2020
Struktur Beton II-2020
Struktur Beton II-2020
OLEH
Dr. Remigildus Cornelis
Tujuan Perkuliahan …
Konstruksi Beton II 5
1.3.1 Kapasitas Maksimum Kolom Pendek (Sentris)
Konstruksi Beton II 6
Konstruksi Beton II 7
Kapasitas maksimum (Po) suatu kolom pendek
yang dibebani secara sentris adalah :
dimana :
Konstruksi Beton II 8
Keruntuhan Kolom akibat beban Aksial
Konstruksi Beton II 9
Kondisi struktur yang sesungguhnya tidak
memungkinkan beban yang bekerja tersebut
memang betul-betul sentris, sehingga pada
kenyataannya kemampuan kolom tersebut akan
lebih rendah daripada yang dihitung
berdasarkan kekuatan bahan.
Perlu adanya suatu eksentritas minimum (yang
dapat diterima) dalam arah tegak lurus sumbu
lentur, yaitu :
10 % dari tebal kolom untuk kolom bersengkang
dan 5% untuk kolom dengan spiral.
Konstruksi Beton II 10
Untuk mengurangi perhitungan eksentritas minimum yang
diperlukan dalam analisis dan disain, dalam SK-SNI-1991
ditetapkan suatu reduksi beban aksial sebesar 20% untuk
kolom dengan sengkang dan 15% untuk kolom dengan
spiral, sebagai berikut :
Konstruksi Beton II 11
1.3.2 Kuat Tekan Rencana Kolom : Pr = fPn
SK-SNI-2002 : Kuat tekan rencana ( fPn ), suatu
komponen struktur tekan tidak boleh diambil lebih besar
dari ketentuan berikut :
a. Untuk komponen struktur non-pratekan dengan
tulangan spiral :
f . Pn max f .0,85.0,85. f ' .Ag Ast Ast . f y
c
...( 1.6 )
Konstruksi Beton II 12
dimana : f = 0,65 untuk kolom dengan sengkang ikat.
f = 0,70 untuk kolom dengan sengkang spiral.
Konstruksi Beton II 13
3. Rasio tulangan spiral ρs tidak boleh kurang dari nilai yang
diberikan oleh persamaan:
Ag fc
s 0,45. 1.
Ac fy ...( 1.8 )
Dc Ag = p/4. h2
h
Ac = p/4. Dc2
Konstruksi Beton II 14
1.3.4. Kolom Pendek dengan Beban Eksentris :
(Kombinasi Beban Aksial Tekan dan Lentur)
Konstruksi Beton II 15
Konstruksi Beton II 16
Kriteria Disain :
PR = f. Pn Pu
MR = f. Mn Mu
Konstruksi Beton II 17
a. Tulangan pada 2 sisi penampang Kolom :
Konstruksi Beton II 18
Gambar 1.3. Tegangan dan Gaya-gaya dalam pada Kolom
dengan tulangan 2 sisi
Konstruksi Beton II 19
Keseimbangan internal penampang : SH = 0
Pn Cc Cs Ts ...( 1.9 )
dimana :
diperoleh :
Konstruksi Beton II 20
Kapasitas Momen Penampang ( S M terhadap pusat plastis )
a
M n Pn .e 0,85. f c' .a.b. y As' . f s' . y d ' As . f s .d y
2
...( 1.11 )
dan c d '
f s' E s . s' 600. . f y ...( 1.12 )
c
d c
f s E s . s 600. . f y ...( 1.13 )
c
Konstruksi Beton II 21
Diagram Interaksi P – M Kolom
Konstruksi Beton II 22
1.4. Diagram Interaksi P – M Kolom
Kapasitas penampang beton bertulang untuk menahan
kombinasi gaya aksial dan momen lentur dapat
digambarkan dalam suatu bentuk kurva interaksi antara
kedua gaya tersebut, disebut diagram interaksi P – M kolom.
Konstruksi Beton II 23
Gambar 1.4. Diagram interaksi P-M dari suatu penampang kolom.
Konstruksi Beton II 24
CONTOH 3 :
50 Dari soal contoh 1, buatlah diagram interaksi P-M
3D22
dari penampang kolom tersebut :
500
Mutu beton fc’ = 25 MPa dan mutu baja fy = 390 MPa
3D22
50
Jawab :
300
Konstruksi Beton II 25
b. Kekuatan nominal maksimum penampang kolom :
untuk kolom dengan tulangan sengkang ikat
Pn (max) = 0,80 Po = 0,80 x 4.028,5 = 3.222,8 kN
Eksentristas minimum : emin = 0,1 x 500 mm = 50 mm
Konstruksi Beton II 27
f . Pnb 0,65 x 1.477,85 kN 960,6 kN
f . M nb 0,80
0,65 x 376,07 kNm 300,86
244,4 kNm
e. Kapasitas Penampang pada Kondisi Momen Murni : ( P = 0)
Kapasitas penampang dengan kondisi momen murni ditentukan
Dengan menganggap penampang balok dengan tulangan tunggal
As . f y
M n As . f y . d 0,59. '
f c .b
1140,4. 390
1140,4. 390. 450 0,59. 184,6 kNm
25. 300
Konstruksi Beton II 28
Diagram Interaksi P - M
5000
4000
Mn, Pn
3000
fPn, Pn
f Mn, f Pn
2000
Keruntuhan tekan
1000
Keruntuhan tarik
0
0 100 200 300 400
fMn, Mn
Konstruksi Beton II 29
Disain Kolom dengan
Menggunakan Grafik-Grafik
Konstruksi Beton II 30
1.7. Disain Kolom dengan Menggunakan Grafik-Grafik
Untuk keperluan disain praktis kolom yang
dibebani beban aksial dan momen lentur dapat
digunakan grafik-grafik diagram interaksi non-
dimensional yang telah banyak dikembangkan.
Konstruksi Beton II 31
Grafik diagram interaksi tersebut pada sumbu vertikal dinyatakan
dalam besaran tidak berdimensi ( non-dimensional ), sebagai :
Pu
f . Agr .0,85. f c'
dan pada sumbu horizontal dinyatakan sebagai :
Pu et
'
f . Agr .0,85. f c h
Konstruksi Beton II 32
Pu
f . Agr .0,85. f c'
nilai “ r ”
Pu et
'
f . Agr .0,85. f c h
Konstruksi Beton II 33
Besaran pada kedua sumbu dapat dihitung dan ditentukan,
kemudian suatu nilai “ r “ dapat dibaca pada grafik yang sesuai.
Konstruksi Beton II 34
Menurut SK-SNI-1991 :
Untuk kolom dengan nilai antara Pu = 0,1.fc’.Agr dan
Pu = 0, nilai faktor reduksi f boleh ditingkatkan dari
f = 0,65 sampai f = 0,80.
Untuk kolom yang dibebani tarik berlaku f = 0,80.
Konstruksi Beton II 35
r = 0,03
Konstruksi Beton II 39
1.5.1. Metoda Empiris untuk Analisis Kolom Bundar
Ds
h b
Penampang ekivalen regangan tegangan
Konstruksi Beton II 40
Agar keruntuhannya berupa keruntuhan tekan, penampang
segi-empat ekuivalen harus mempunyai :
Konstruksi Beton II 41
Apabila dimensi kolom segi-empat ekuivalen telah diperoleh,
analisis dan disain dapat dilakukan seperti kolom segi-
empat aktual.
0,85.e
2
g .m.Ds 0,85.e
Pn 0,85 f c .h
' 2
0,38 0,38
h 2,5.h h
b. Untuk keruntuhan Tekan : ...( 1.32 )
'
Ast . f y Ag . f
Pn
c
3.e 9,6.h.e
1,0 1,18
2
...( 1.33 )
Ds 0,8.h 0,67.Ds
Konstruksi Beton II 42
dimana :
h ; diameter penampang kolom bundar
Ds ; diameter lingkaran tulangan (terjauh) as ke as
e ; eksentrisitas terhadap pusat plastis penampang
g = Ast/Ag = luas tulangan bruto/luas beton bruto
m = fy/0,85.fc’
Konstruksi Beton II 43
1.6.Kolom Pendek dengan Tulangan pada 4 sisi
Apabila kolom mempunyai tulangan pada ke-empat sisinya,
persamaan dasar (1-10) dan (1-11) harus disesuaikan dulu.
Kontrol keserasian tegangan harus tetap dipertahankan di
seluruh bagian penampang.
Konstruksi Beton II 44
Pn
Pn
Konstruksi Beton II 45
Beberapa anggapan yang digunakan adalah :
Gsc : titik berat gaya tekan pada tulangan tekan
Gst : titik berat gaya tarik pada tulangan tarik
Fsc : resultan gaya tekan pada tulangan = S As’.fsc
Fst : resultan gaya tarik pada tulangan = S As.fst
Keseimbangan antara gaya-gaya dalam dengan momen
dan gaya luar harus terpenuhi, yaitu :
h a
M n 0,85. f c' .a.b. Fsc . ysc Fst . yst ...( 1.34 )
2 2
Konstruksi Beton II 46
Cara coba-coba dengan penyesuaian diterapkan dengan
menggunakan suatu asumsi tinggi garis netral c.
si c si
f s i Es . si Es . cu . 600 . ...( 1.35 )
c c
dimana : fsi haruslah ≤ fy.
Konstruksi Beton II 47
Carilah Pn untuk nilai c yang di-asumsikan, dengan
menggunakan pers. (1-33). Kemudian subsitusikan besarnya
nilai Pn ke dalam pers. (1-34), dan diperoleh harga c.
Konstruksi Beton II 48
Disain Kolom Langsing
Konstruksi Beton II 49
1.8. Disain Kolom Langsing
Apabila angka kelangsingan kolom melebihi batas kolom
pendek, maka kolom tersebut akan mengalami tekuk
sebelum mencapai keadaan limit kegagalan material.
Regangan pada muka yang tertekan pada beton untuk
beban tekuk akan lebih kecil dari 0,003.
Konstruksi Beton II 50
Karena adanya efek tekuk pada kolom langsing, maka akan ada
momen tambahan Pn. D, yang memperkecil kapasitas gaya aksial
yang bekerja, dari titik C menjadi titik B pada diagram interaksi
(Gambar 1.10.)
Konstruksi Beton II 51
Momen total (Mc ) = Pn.D + M2 ; dinyatakan dengan titik B
pada diagram tersebut (Gambar 1.10), dengan M2 adalah
momen terfaktor akibat beban luar.
Konstruksi Beton II 52
Pengaruh kelangsingan pada komponen struktur tekan
harus diperhitungkan apabila dipenuhi :
Konstruksi Beton II 53
r, adalah jari-jari girasi, dengan r = ( Ig/Ag), dapat diambil
r = 0,3.h untuk penampang segi-empat, dimana h adalah
dimensi kolom tegak lurus terhadap sumbu lentur.
Untuk penampang lingkaran r dapat diambil sebesar 0,25.h.
Konstruksi Beton II 54
Gambar 1.11. Faktor panjang efektif k untuk rangka
(a) struktur tak bergoyang, (b) struktur bergoyang.
Konstruksi Beton II 55
Apabila nilai klu/r lebih besar daripada yang diperoleh dari
pers. (1-32) dan pers. (1-33), maka dapat disarankan untuk
menggunakan dua metode analisis stabilitas berikut :
Konstruksi Beton II 56
1.8.1. Metode Pembesaran Momen.
a. Rangka portal tak bergoyang (Braced Framed)
…(1-34)
…(1-35)
…(1-36)
Konstruksi Beton II 57
Bila tidak menggunakan perhitungan yang lebih akurat, EI
dalam pers. (1-36) boleh diambil sebesar
…(1-37)
…(1-38)
Konstruksi Beton II 58
dimana :
δns : faktor pembesar momen untuk rangka yang ditahan
terhadap goyangan ke samping, untuk menggambarkan
pengaruh kelengkungan komponen struktur diantara
ujung-ujung komponen struktur tekan.
Cm : suatu faktor yang menghubungkan diagram momen
aktual dengan suatu diagram momen merata ekuivalen
Ig : momen inersia penampang bruto beton terhadap
sumbu pusat penampang, dengan mengabaikan
tulangan, mm4
Ise : momen inersia tulangan terhadap sumbu pusat
penampang komponen struktur, mm4
Konstruksi Beton II 59
Untuk komponen struktur tanpa beban transversal di
antara tumpuannya, Cm dalam pers. (1-35) harus diambil
sebesar
….(1-39)
….(1- 40)
Konstruksi Beton II 60
Untuk komponen struktur dengan M2,min > M2, maka nilai
Cm dalam pers. (1-39) harus ditentukan:
a) sama dengan 1,0, atau
b) berdasarkan pada rasio antara M1 dan M2 yang dihitung.
…(1- 41)
… (1- 42)
Konstruksi Beton II 61
Sebagai alternatif , δs.Ms boleh dihitung sebagai berikut :
… (1- 43)
Konstruksi Beton II 62
dimana :
M1s : nilai yang lebih kecil dari momen-momen ujung terfaktor
pada komponen struktur tekan akibat beban yang
menimbulkan goyangan ke samping yang berarti, dihitung
dengan analisis rangka elastis konvensional (order
pertama),bernilai positif bila komponen struktur melentur
dalam kelengkungan tunggal, negatif bila melentur dalam
kelengkungan ganda, N-mm
Konstruksi Beton II 63
M2s : nilai yang lebih besar dari momen-momen ujung terfaktor
pada komponen struktur tekan akibat beban yang
menimbulkan goyangan ke samping yang berarti, dihitung
dengan analisis rangka elastis konvensional, N-mm
M2ns : nilai yang lebih besar dari momen-momen ujung terfaktor
pada komponen struktur tekan akibat beban yang tidak
menimbulkan goyangan ke samping yang berarti, dihitung
dengan analisis rangka elastis konvensional, N-mm
Konstruksi Beton II 64
1.9. Tulangan Lateral Kolom
a. Tulangan Sengkang
Tulangan lateral diperlukan untuk mencegah terlepasnya selimut
beton atau tekuk lokal tulangan memanjang. Tulangan lateral
dapat berupa sengkang yang di-distribusi-kan merata diseluruh
tinggi kolom dengan jarak tertentu. Tulangan sengkang yang
digunakan harus memenuhi persyaratan berikut :
1. Sengkang pengikat lateral harus dipasang sepenuhnya menerus
di sekeliling inti baja struktural.
2. Sengkang pengikat harus mempunyai diameter tidak kurang
dari 1/50 kali dimensi sisi terbesar dari komponen struktur
komposit. Namun, diameter sengkang pengikat tersebut tidak
boleh lebih kecil dari D-10 dan tidak perlu lebih besar dari D-16.
Jaring kawat las yang mempunyai luas ekuivalen boleh juga
digunakan sebagai sengkang pengikat.
Konstruksi Beton II 65
3. Spasi vertikal antara sengkang pengikat lateral tidak boleh
melebihi 16 diameter batang tulangan longitudinal, 48
diameter batang sengkang pengikat, atau 1/2 kali dimensi sisi
terkecil dari komponen struktur komposit.
b. Tulangan Spiral
Tulangan spiral khususnya digunakan untuk meningkatkan
daktilitas kolom, sehingga sering digunakan untuk daerah
dengan risiko gempa tinggi.
Konstruksi Beton II 66
Ag fc …. (1- 44)
s 0,45. 1.
Ac f sy
dimana :
Konstruksi Beton II 67
Untuk menentukan jarak (pitch) s dari spiral, tentukan s
minimum, kemudian pilih diameter tulangan spiral db, dan hitung
as. Jarak s dari spiral dapat ditentukan sebagai berikut :
as .p .Dc d b
s
p 4 .D .s
….(1- 45)
2
c
atau
as .p .Dc db ….(1- 46)
pitch s
p 4 .D . 2
c s
Konstruksi Beton II 68
dimana : as : luas penampang melintang spiral
db : diameter nominal tulangan spiral
Konstruksi Beton II 69
1.8. Disain Kolom Langsing
Apabila angka kelangsingan kolom melebihi batas kolom
pendek, maka kolom tersebut akan mengalami tekuk
sebelum mencapai keadaan limit kegagalan material.
Regangan pada muka yang tertekan pada beton untuk
beban tekuk akan lebih kecil dari 0,003.
Konstruksi Beton II 71