Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
(Skripsi)
Oleh:
MUHAMMAD ISFAN ARIF
NPM 1715011041
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
ABSTRAK
Oleh
Limbah plastik yang merupakan salah satu pencemaran lingkungan terbesar dapat
membuka peluang untuk dimanfaatkan di bidang konstruksi jalan raya karena
mudah didapat dan harganya yang lebih ekonomis sebagai bahan campuran aspal
porus. Mengacu pada hal tersebut, maka dilakukan penelitian terhadap karakteristik
campuran aspal porus dengan limbah plastik Polietilena Tereftalat (PET) sebagai
bahan tambah pada aspal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
dari penggunaan limbah plastik PET terhadap karakteristik pada campuran aspal
porus. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen skala laboratorium
berdasarkan 3 jenis pengujian yaitu Marshall, Cantabro Loss dan Asphalt Flow
Down. Gradasi pada penelitian ini menggunakan gradasi terbuka (open graded)
Australian Asphalt Pavement Association (AAPA) 2004. Hasil Pengujian
menunjukkan penambahan PET dapat meningkatkan kinerja campuran aspal porus.
Nilai stabilitas dan marshall quotient meningkat seiring penambahan kadar PET
sehingga dapat mencegah patah akibat beban lalu lintas. Nilai VIM menurun karena
aspal semakin lengket akibat penambahan PET dan membuat agregat kurang
mampu menyerap aspal sehingga tercipta selimut aspal yang lebih tebal yang
mengakibatkan rongga udara semakin mengecil. Nilai cantabro loss menurun
membuat ketahanan campuran terhadap disintegrasi menjadi semakin baik.
penambahan kadar PET sampai dengan 7,5% dapat menurunkan nilai flow sehingga
campuran memiliki kelenturan yang optimal. Tetapi kadar PET yang disarankan
sebaiknya dibawah 5% karena pada penelitian ini nilai penetrasi dan daktilitas tidak
memenuhi spesifikasi umum bina marga tahun 2018.
Kata kunci : aspal porus, polietilena tereftalat, marshall, cantabro loss, asphalt
flow down
ABSTRACT
By
Plastic waste, which is one of the biggest environmental pollutants, can open up
opportunities to be utilized in the field of highway construction because it is easy
to obtain and has a more economical price as a porous asphalt mixture. Referring
to this, a research was carried out on the characteristics of a mixture of porous
asphalt with polyethylene terephthalate (PET) plastic waste as an additive to
asphalt. The purpose of this study was to determine the effect of the use of PET
plastic waste on the characteristics of porous asphalt mixtures. The method used is
a laboratory scale experimental method based on 3 types of testing, namely
marshall, cantabro loss and asphalt flow down. The gradation in this study used
the open graded Australian Asphalt Pavement Association (AAPA) 2004. The test
results showed that the addition of PET could improve the performance of porous
asphalt mixtures. The value of stability and marshall quotient increases with the
addition of PET content so that it can prevent fracture due to traffic loads. The VIM
value decreases because the asphalt becomes stickier due to the addition of PET
and makes the aggregate less able to absorb the asphalt resulting in a thicker
asphalt blanket which results in smaller air voids. The decrease in the cantabro
loss value makes the mixture's resistance to disintegration better. addition of PET
content up to 7.5% can reduce the flow value so that the mixture has optimal
flexibility. However, the recommended PET content should be below 5% because
in this study the penetration and ductility values did not meet the general
specifications for 2018 Highways.
Oleh
MUHAMMAD ISFAN ARIF
Skripsi
Pada
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
RIWAYAT HIDUP
Penulis mengambil tugas akhir dengan judul karakteristik campuran aspal porus
dengan limbah plastik polietilena tereftalat (PET) sebagai bahan tambah pada
aspal.
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang
lain)”
(QS. Al Insyirah : 6-7)
“Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan
pernah menjadi akdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak pernah
melewatkanku”
(Umar bin Khattab)
“hidup adalah fisika dunia banyak rumus untuk menentukan energi, begitupula
hidup banyak cara untuk menuju kesuksesan”
(Muhammad Isfan Arif)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Terima kasih atas dukungan, kasih sayang serta doa yang tidak pernah putus untuk
Isfan, sehingga Isfan dapat menyelesaikan skripsi ini.
Kakakku Tersayang
Terima Kasih kepada kakak Niki yang selalu memberikan dukungan dan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih atas ilmu yang telah bapak dan ibu berikan, semoga
jasa Bapak dan Ibu dapat membawa keberkahan
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “karakteristik campuran aspal porus dengan limbah plastik
polietilena tereftalat (PET) sebagai bahan tambah pada aspal” dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
di Universitas Lampung.
Halaman
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................3
1.4 Batasan Penelitian .....................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian .....................................................................................4
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2. 1. Perbedaan Antara Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku ................. 7
Tabel 2. 2. Kriteria Perencanaan Aspal Porus......................................................... 8
Tabel 2. 3. Ketentuan Agregat Kasar .................................................................... 10
Tabel 2. 4. Ketentuan Agregat Halus .................................................................... 11
Tabel 2. 5. Gradasi Agregat Campuran Aspal Porus ............................................ 12
Tabel 2. 6. Ketentuan Untuk Aspal Keras Penetrasi ............................................. 14
Tabel 2. 7 Persyaratan Untuk Aspal Berdasarkan Kelas Kinerja.......................... 18
Tabel 3. 1. Standar Pemeriksaan Agregat ............................................................. 33
Tabel 3. 2. Hasil Pemeriksaan Agregat ................................................................. 34
Tabel 3. 3. Standar Pengujian Aspal ..................................................................... 34
Tabel 3. 4. Hasil Pengujian Aspal ......................................................................... 35
Tabel 3. 5. Rencana Gradasi Agregat Aspal Porus ............................................... 36
Tabel 3. 6. Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 4,5% ...................................... 37
Tabel 3. 7. Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 5% ......................................... 37
Tabel 3. 8. Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 5,5% ...................................... 38
Tabel 3. 9. Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 6% ........................................ 38
Tabel 3. 10. Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 6,5% .................................... 39
Tabel 3. 11. Parameter Perencanaan KAO Campuran Aspal Porus .................... 39
Tabel 3. 12. Variasi Campuran Aspal Porus dengan PET .................................... 41
Tabel 3. 13. Jumlah Benda Uji Untuk Mencari KAO ........................................... 42
Tabel 3. 14. Tabel Nilai Parameter VIM, Cantabro Loss, dan Asphalt Flow Down
untuk Kadar Plastik 0% ................................................................... 47
Tabel 3. 15. Tabel Nilai Parameter VIM, Cantabro Loss, dan Asphalt Flow Down
untuk Kadar Plastik 5% ................................................................... 49
iv
Tabel 3. 16. Tabel Nilai Parameter VIM, Cantabro Loss, dan Asphalt Flow Down
untuk Kadar Plastik 7,5% ................................................................ 52
Tabel 3. 17. Tabel Nilai Parameter VIM, Cantabro Loss, dan Asphalt Flow Down
untuk Kadar Plastik 15% ................................................................. 54
Tabel 3. 18. Jumlah Benda Uji Marshall Rendaman berdasarkan KAO ............. 56
Tabel 4. 1. Hasil Uji Aspal .................................................................................... 59
Tabel 4. 2. Kadar Aspal Optimum ........................................................................ 61
Tabel 4. 3. Pengujian Gmm................................................................................... 62
Tabel 4. 4. Perbandingan Karakteristik Campuran Aspal Porus dengan Penambahan
PET (Polyethylene Terephthalate) ....................................................... 63
Tabel 4. 5. Pengaruh Rendaman Terhadap Stabilitas Pada Setiap Nilai KAO ..... 72
Tabel 4. 6. Penambahan PET Terhadap Flow Pada Setiap Nilai KAO ................ 73
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2. 1. Contoh tipikal macam-macam gradasi agregat ............................... 10
Gambar 3. 1. Diagram alir penelitian .................................................................... 25
Gambar 3. 2. Lanjutan diagram alir penelitian ..................................................... 26
Gambar 3. 3. Laboratorium inti jalan raya ............................................................ 26
Gambar 3. 4. Agregat kasar................................................................................... 27
Gambar 3. 5. Agregat halus................................................................................... 27
Gambar 3. 6. Filler ................................................................................................ 28
Gambar 3. 7. Aspal penetrasi 60/70 ...................................................................... 28
Gambar 3. 8. Plastik PET ...................................................................................... 28
Gambar 3. 9. Satu set alat saringan ....................................................................... 29
Gambar 3. 10. Satu set aggregate impact machine ............................................... 29
Gambar 3. 11. Alat uji marshall ............................................................................ 30
Gambar 3. 12. Mesin loss angeles......................................................................... 31
Gambar 3. 13. Alat uji asphalt flow down ............................................................ 32
Gambar 3. 14. Rencana gradasi campuran aspal porus. ........................................ 36
Gambar 3. 15. Hubungan kadar aspal PET 0% dengan nilai VIM ....................... 47
Gambar 3. 16. Hubungan kadar aspal PET 0% dengan nilai cantabro loss .......... 48
Gambar 3. 17. Hubungan kadar aspal PET 0% dengan nilai AFD ....................... 48
Gambar 3. 18. Hubungan kadar aspal PET 5% dengan nilai VIM ....................... 50
Gambar 3. 19. Hubungan kadar aspal PET 5% dengan nilai cantabro loss .......... 50
Gambar 3. 20. Hubungan kadar aspal PET 5% dengan nilai AFD ....................... 51
Gambar 3. 21. Hubungan kadar aspal PET 7,5% dengan nilai VIM .................... 52
Gambar 3. 22. Hubungan kadar aspal PET 7,5% dengan nilai cantabro loss ....... 53
Gambar 3. 23. Hubungan kadar aspal PET 7,5% dengan nilai AFD .................... 53
Gambar 3. 24. Hubungan kadar aspal PET 15% dengan nilai VIM ..................... 55
vi
Gambar 3. 25. Hubungan kadar aspal PET 15% dengan nilai cantabro loss ........ 55
Gambar 3. 26. Hubungan kadar aspal PET 15% dengan nilai AFD ..................... 55
Gambar 4. 1. Grafik stabilitas terhadap penambahan PET ................................... 64
Gambar 4. 2. Grafik flow terhadap penambahan PET .......................................... 65
Gambar 4. 3. Grafik VMA terhadap penambahan PET ........................................ 66
Gambar 4. 4. Grafik VIM terhadap penambahan PET.......................................... 67
Gambar 4. 5. Grafik VFA terhadap penambahan PET ......................................... 68
Gambar 4. 6. Grafik marshall quotient terhadap penambahan PET ..................... 69
Gambar 4. 7. Grafik kepadatan terhadap penambahan PET ................................. 69
Gambar 4. 8. Grafik cantabro loss terhadap penambahan PET............................ 70
Gambar 4. 9. Grafik asphalt flow down terhadap penambahan PET .................... 71
Gambar 4. 10. Grafik stabilitas terhadap lama perendaman ................................. 72
Gambar 4. 11. Grafik flow terhadap lama perendaman ........................................ 73
I. PENDAHULUAN
Limbah plastik adalah salah satu sampah yang paling banyak ditemukan dan
menjadi sumber pencemaran lingkungan hidup. Menurut perkiraan Bank
Dunia pada tahun 2021 Indonesia menghasilkan sekitar 7,8 juta ton sampah
plastik setiap tahun dan sebanyak 4,9 juta ton sampah plastik tidak dikelola
dengan tepat serta diperkirakan 346,5 kton/tahun sampah plastik dibuang dari
darat ke laut dimana dua pertiganya berasal dari pulau Jawa dan Sumatra.
Limbah plastik memiliki banyak sisi negatifnya seperti tercemarnya tanah, air
tanah dan makhluk bawah tanah. Namun limbah plastik juga dapat membuka
peluang untuk dimanfaatkan di bidang konstruksi jalan raya. Pada kesimpulan
tesis (Asrar 2007) disebutkan bahwa penambahan limbah plastik dalam aspal
akan memberikan pengaruh yang baik terhadap sifat-sifat aspal. Hasil
pengujian marshall terhadap campuran beraspal yang mengandung plastik
menunjukkan bahwa penambahan kadar plastik sampai dengan 3% pada aspal
meningkatkan nilai stabilitas, berat isi, kepadatan agregat yang dipadatkan
(CAD) dan marshall Quotient campuran HRA. Dengan penambahan plastik
pada aspal, nilai deformasi permanen campuran dari hasil tes jejak roda
mengalami penurunan dan menyebabkan peningkatan terhadap stabilitas
dinamis.
Selain itu, limbah plastik sangat mudah didapatkan dan juga bernilai
ekonomis sebagai bahan campuran aspal yang dimana campuran beraspal
masih merupakan lapis penutup perkerasan jalan yang dominan di Indonesia.
Salah satu jenis campuran beraspal adalah aspal porus (porous asphalt) yang
2
I. Pendahuluan
Pada bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan dan batasan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
II. Tinjauan Pustaka
Bab ini berisikan pembahasan dari teori-teori dan rumus-rumus yang
digunakan untuk menunjang penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber.
III. Metodologi Penelitian
Bab ini berisi penjelasan metode yang digunakan dalam penelitian untuk
5
Perbedaan utama antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur dapat dilihat
pada tabel 2.1 di bawah ini.
maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran besar maupun
kecil atau fragmen‐fragmen (Sukirman, 2016).
Catatan:
(*) 100/95 menunjukkan bahwa 100% agregat kasar mempunyai
muka bidang pecah satu atau lebih dari 90% agregat kasar
mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
(**)95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai
muka bidang pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar
mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
2. Agregat halus, adalah agregat dengan ukuran butiran lebih halus dari
saringan No.4 (4,75 mm). Fungsi utama agregat halus adalah mendukung
stabilitas dan mengurangi deformasi permanen dari campuran melalui
ikatan (interlocking) dan gesekan antar partikel. Ketentuan agregat halus
dapat dilihat pada tabel 2.4 di bawah ini.
3. Bahan pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum
75% lolos saringan no. 200 (0,075 mm).
Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal porus yang dikutip dari
Australian Asphalt Pavement Association (AAPA) 2004 menggunakan
campuran aspal bergradasi terbuka. Dimana tujuan dari agregat terbuka ini
untuk meningkatkan nilai permeabilitas yang tinggi sehingga air dapat
mengalir masuk ke dalam perkerasan dan meresap ke dalam tanah. Adapun
gradasi agregat campuran aspal porus disajikan pada tabel 2.5 di halaman
selanjutnya.
12
2.4 Aspal
b. Aspal Modifikasi
Aspal Modifikasi biasa dikenal dengan Polymer Modified Asphalt
merupakan aspal minyak yang ditambah dengan bahan tambah (additive)
untuk meningkatkan kinerjanyanya. di Indonesia aspal modifikasi
digunakan untuk meningkatkan ketahanan aspal terhadap suhu
(menaikkan titik lembek), membuat aspal menjadi lebih lengket
(menaikkan adhesi) yang membuat agregat lebih menyatu, dan membuat
aspal yang tahan terhadap penuaan (anti aging). Pada penelitian ini aspal
modifikasi dibuat dengan mencampurkan limbah plastik PET pada aspal
keras penetrasi 60/70.
Ketentuan untuk aspal keras penetrasi telah diatur oleh Direktorat Jenderal
Bina Marga, dapat dilihat pada Tabel 2.6. di halaman selanjutnya:
14
Tipe II Aspal
Tipe I
Modifiksi
Metoda Aspal
No Jenis Pengujian Elastomer
Pengujian Pen.
60- 70 Sintetis
PG70 PG76
SNI 06-2456-
1 Penetrasi pada 25ºC (0,1 mm) 60-70 Dilaporkan (1)
1991
Temperatur yang
menghasilkan Geser Dinamis SNI 06-6442-
2 - 70 76
(G*/sinS) pada osilasi 10 2000
rad/detik > 1,0 kPa, (°C)
Viskositas Kinematis 135ºC ≥ 300 < 3000
3 ASTM D2170-10
(cSt) (3)
4 Titik Lembek (ºC) SNI 2434:2011 ≥ 48 Dilaporkan (2)
Temperatur yang
menghasilkan Geser Dinamis SNI 06-6442-
15 - 31 34
(G*/sinS) pada osilasi 10 2000
rad/detik > 5000 kPa, (°C)
Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum
Republik Indonesia, Spesifikasi Umum 2018 Divisi 6 Tabel 6.3.2.5
halaman 40-41
15
Catatan :
1)
Pengujian semua sifat-sifat harus dilaksanakan sebagaimana yang
disyaratkan pada pasal 6.3.2.6.a. Sedangkan untuk pengendalian mutu
dilapangan, ketentuan aspal dengan penetrasi ≥ 50 adalah ± 4 (0,1 mm)
dan untuk aspal keras penetrasi < 50 adalah ± 2 (0,1 mm), masing-masing
dari nilai penetrasi yang dilaporkan pada saat pengujian semua sifat-sifat
aspal keras.
2)
Pengujian semua sifat-sifat harus dilaksanakan sebagaimana yang
diisyaratkan pada pasal 6.3.2.6.a. Sedangkan untuk pengendalian mutu di
lapangan, ketentuan titik lembek diterima adalah ± 1 ºC dari nilai titik
lembek yang dilaporkan pada saat pengujian semua sifat-sifat aspal keras.
Shell bitumen handbook fifth edition tahun 2003 disebutkan bahwa Shell telah
menyelidiki hubungan antara sifat aspal tingkat penetrasi yang diukur di
laboratorium dan kinerjanya dalam campuran aspal di jalan raya. Shell Global
Solutions telah mengembangkan serangkaian pengujian laboratorium untuk
menilai kualitas aspal. Untuk memudahkan penilaian, hasil pengujian
disajikan dalam bentuk poligon beraturan, yang disebut bitumen qualagon.
Adapun pengujian dalam qualagon yang mencakup tiga elemen kinerja utama
yang tersisa yaitu:
1. Cohesion
Kohesi merupakan kemampuan dalam mengikat unsur penyusun dari
dalam sehingga berhasil memiliki nilai daktilitas yang bagus. Kekuatan
kohesif aspal dicirikan oleh daktilitas pada temperatur rendah. Dalam
kondisi ini, pengujian yang telah ditemukan Shell Global Solutions adalah
untuk membedakan antara bitumen dengan kekuatan kohesif yang
berbeda.
2. Adhesion
Adhesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya
atau sering disebut daya rekat aspal. karakteristik daya rekat aspal dinilai
16
Dalam Shell bitumen handbook fifth edition tahun 2003 disebutkan juga
bahwa di Amerika Serikat pada tahun 1987 telah dimulai Strategic Highways
Research Program (SHRP) yang merupakan upaya terkoordinasi untuk
menghasilkan spesifikasi yang rasional untuk bitumen dan aspal berdasarkan
parameter kinerja. Motivasinya adalah untuk menghasilkan perkerasan yang
berkinerja baik dalam pelayanan. Perkerasan ini disebut superpave (superior
performing pavement). Salah satu hasil dari pekerjaan ini adalah spesifikasi
pengikat aspal superpave yang mengkategorikan kadar aspal sesuai dengan
karakteristik kinerjanya dalam kondisi lingkungan yang berbeda. Hal ini
dimaksudkan untuk mengontrol deformasi permanen, retak suhu rendah dan
kelelahan pada perkerasan aspal.
Dalam spesifikasi superpave, dua uji penuaan dilakukan yaitu rolling thin-
film oven test (RTFOT) yang mensimulasikan penuaan selama pembuatan
aspal dan pressure ageing vessel (PAV) yang diyakini mensimulasikan
penuaan dalam layanan. Tes PAV dikembangkan untuk mengevaluasi
penuaan dalam layanan jangka panjang. Perangkat menggunakan tekanan dan
suhu untuk mengompres waktu sehingga penuaan jangka panjang dapat
disimulasikan hanya dalam 20 jam. Sampel aspal yang diuji telah melalui
proses penuaan pada pengujian RTFOT dan kemudian ditempatkan di PAV
untuk penuaan lebih lanjut. Setelah pengujian PAV, residu aspal digunakan
untuk pengujian DSR, BBR dan direct tension tests.
2. Cara kering (dry process) yaitu suatu cara pencampuran dimana plastik
dimasukkan kedalam agregat yang dipanaskan pada temperatur campuran,
kemudian aspal panas ditambahkan. Cara kering ini lebih mudah karena
hanya dengan memasukkan plastik dalam agregat panas, tanpa
membutuhkan peralatan lain untuk mencampur (mixer). Kekurangan cara
ini adalah harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kehomogenan
dan keseragaman kadar plastik yang dimasukkan/dicampurkan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (M. Fadil N., 2017) tentang pengaruh
penambahan plastik PET (Polyethylene Terephthalate) terhadap karakteristik
campuran laston AC-WC di laboratorium menyimpulkan adanya peningkatan
nilai stabilitas mashall. Hal ini menunjukkan meningkatnya daya ikat aspal
dan agregat. Selain itu penambahan PET pada campuran AC-WC juga
meningkatkan nilai flow yang menandakan bahwa campuran bersifat plastis.
Hasil pengujian Whell Tracking Machine dengan adanya penambahan PET,
membuat nilai stabilitas dinamis meningkat dibandingkan tanpa adanya
penambahan PET. Selain itu penambahan PET sampai dengan kadar 2% pada
total campuran telah memenuhi spesifikasi Bina Marga tahun 2010.
1. Stabilitas (Stability)
Stabilitas adalah kemampuan lapisan perkeraasan jalan dalam menerima
beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap atau kerusakan
permanen, seperti: bergelombang, alur, bleeding, retak, pecah, dan bolong
(Sukirman, 1999). Kebutuhan akan stabilitas sebanding dengan jumlah
lalu lintas dan beban kendaraan yang akan memakai jalan tersebut. Nilai
stabilitas dipengaruhi oleh bentuk, kualitas, tekstur permukaan dan gradasi
agregat yaitu gesekan antar butiran agregat (internal friction) dan
penguncian antar agregat (interlocking), daya lekat (kohesi) dan kadar
aspal dalam campuran. Pada penelitian ini menggunakan campuran aspal
porus modifikasi dengan nilai stabilitas campuran minimal 500 kg menurut
Spesifikasi AAPA 2004.
2. Kelelehan (Flow)
Nilai kelelehan (flow) diperlukan untuk mengetahui deformasi vertikal
campuran saat dibebani hingga mengalami kehancuran (pada stabilitas
maksimum). Nilai flow diperoleh dengan pembacaan langsung jarum
Proving Ring pada alat uji Marshall.
Keterangan:
VIM : Rongga udara pada campuran setelah pemadatan (%)
B.J Teoritis : Berat jenis campuran maksimum teoritis setelah pemadatan
(gr/cc).
Keterangan:
VMA : Rongga udara pada mineral agregat (%)
%Aspal : Kadar aspal terhadap campuran (%)
B.J. Agregat : Berat jenis efektif
23
Keterangan:
L = persentase kehilangan berat (%)
MO = berat sebelum diabrasi (gr)
Mi = berat setelah diabrasi (gr)
Kajian Pustaka
Penyiapan material
Tidak
Memenuhi Spesifikasi
Ya
Pemilihan Gradasi Campuran Aspal Porus dengan Metode AAPA 2004
A
Gambar 3. 1. Diagram alir penelitian
26
A
Pembuatan Benda Uji berdasarkan KAO PET 0%, 5%, 7,5%, dan 15%
Pembuatan benda uji marshall tanpa rendaman dan 30 menit rendaman dengan
KAO masing-masing kadar plastik yang didapat pada pengujian sebelumnya.
Sampel dibuat masing-masing sebanyak 3 benda uji. Jumlah total sampel
beradasarkan KAO adalah 24 sampel.
Pengujian Marshall
Selesai
1. Agregat Kasar
Jenis agregat kasar yang digunakan yaitu tertahan ayakan No.8 (2,36 mm)
berasal dari Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Sipil Universitas Lampung seperti terlihat pada gambar 3.4 di bawah ini.
2. Agregat Halus
Agregat halus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan
terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.8 (2,36 mm) berasal dari
Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Universitas Lampung seperti terlihat pada gambar 3.5 di bawah ini.
Gambar 3. 6. Filler
4. Aspal yang digunakan pada penelitian ini aspal keras dengan penetrasi
60/70 seperti terlihat pada gambar 3.7 di bawah ini.
Material yang akan digunakan dalam penelitian ini harus diuji terlebih
dahulu untuk mengetahui karakteristik dan sifat material apakah
memenuhi standar spesifikasi yang telah ditentukan atau tidak.
120
100
persentase lolos (%)
80
60
40
20
0
0,1 1 10 100
diameter saringan (mm)
batas bawah batas atas gradasi
Hasil dari pengujian marshall, cantabro loss, dan asphalt flow down
yang dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik
Universitas Lampung untuk penentuan nilai kadar aspal optimum
(KAO) dapat dilihat pada Tabel, Kurva dan Gambar dibawah ini.
47
Tabel 3. 14. Tabel Nilai Parameter VIM, Cantabro Loss, dan Asphalt
Flow Down untuk Kadar Plastik 0%
Kadar Benda Cantabro
VIM (%) AFD (%)
Aspal (%) Uji Loss (%)
Spesifikasi 18-25 <35 <0,3
1 21,69 39,37 0,14
4,5 2 21,62 38,82 0,18
3 21,99 39,15 0,15
Rata-rata 21,77 39,11 0,16
1 19,46 31,53 0,20
5 2 19,45 33,23 0,20
3 19,43 32,52 0,22
Rata-rata 19,45 32,42 0,21
1 17,76 23,90 0,30
5,5 2 18,01 24,03 0,28
3 17,73 23,40 0,29
Rata-rata 17,83 23,78 0,29
1 16,23 16,16 0,69
6 2 15,61 15,93 0,69
3 15,73 16,46 0,72
Rata-rata 15,86 16,18 0,70
1 14,20 14,71 1,26
6,5 2 13,93 13,28 1,34
3 14,08 13,73 1,29
Rata-rata 14,07 13,91 1,30
Pada grafik diatas nilai VIM minimum dalam campuran adalah 18%
digunakan sebagai batas atas untuk mendapatkan kadar aspal
maksimum (OAC Maks). Nilai OAC maks dibuat berupa garis vertikal
yang memotong garis hubungan antara variasi kadar aspal dengan nilai
VIM. Dari grafik didapatkan persamaan y = -3,7968x + 38,678 dimana
48
Nilai kadar aspal sementara di plotting pada grafik AFD dengan cara
membuat garis tegak lurus sampai mempertemukan garis hubungan
antara variasi kadar aspal dengan nilai AFD. Pada titik pertemuan ini
kemudian dibuat garis horizontal ke kiri yang menunjukkan nilai hasil
plotting AFD. Setelah didapatkan nilai AFD hasil plotting dapat
diketahui nilai kadar aspal optimum menggunakan rumus dibawah ini.
OAC
Maks
+OAC
Min
Kadar Aspal Optimum = + Nilai AFD %
2
5,
45+4,
76
= + 0,17 %
2
= 5,27%
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh kadar aspal optimum yaitu
5,27% dari berat total campuran.
Tabel 3. 15. Tabel Nilai Parameter VIM, Cantabro Loss, dan Asphalt
Flow Down untuk Kadar Plastik 5%
Kadar Benda Cantabro Loss
VIM (%) AFD (%)
Aspal (%) Uji (%)
Spesifikasi 18-25 <35 <0,3
1 19,10 37,79 0,14
4,5 2 19,03 37,22 0,11
3 18,90 38,36 0,12
Rata-rata 19,01 37,79 0,12
1 16,58 29,40 0,21
5 2 16,08 28,88 0,17
3 16,50 27,78 0,19
Rata-rata 16,39 28,69 0,19
1 14,96 21,33 0,25
5,5 2 14,58 20,79 0,31
3 15,30 22,27 0,29
Rata-rata 14,95 21,46 0,28
1 13,66 15,25 0,61
6 2 11,90 14,31 0,64
3 13,33 14,55 0,59
Rata-rata 12,96 14,70 0,61
1 12,56 11,49 1,06
6,5 2 11,59 10,77 1,10
3 11,99 11,98 1,15
Rata-rata 12,05 11,41 1,10
50
Pada grafik diatas nilai VIM minimum dalam campuran adalah 18%
digunakan sebagai batas atas untuk mendapatkan kadar aspal
maksimum (OAC Maks). Nilai OAC maks dibuat berupa garis vertikal
yang memotong garis hubungan antara variasi kadar aspal dengan nilai
VIM. Dari grafik didapatkan persamaan y = -3,4707x + 34,16 dimana
y = 18%, maka x yang menunjukkan nilai OAC maksimum diperoleh
sebesar 4,66%.
Nilai kadar aspal sementara di plotting pada grafik AFD dengan cara
membuat garis tegak lurus sampai mempertemukan garis hubungan
antara variasi kadar aspal dengan nilai AFD. Pada titik pertemuan ini
kemudian dibuat garis horizontal ke kiri yang menunjukkan nilai hasil
plotting AFD. Setelah didapatkan nilai AFD hasil plotting dapat
diketahui nilai kadar aspal optimum menggunakan rumus dibawah ini.
OAC
Maks
+OAC
Min
Kadar Aspal Optimum = + Nilai AFD %
2
4,
66+4,
59
= + 0,13 %
2
= 4,75%
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh kadar aspal optimum untuk
campuran PET 5% yaitu 4,75% dari berat total campuran.
52
Tabel 3. 16. Tabel Nilai Parameter VIM, Cantabro Loss, dan Asphalt
Flow Down untuk Kadar Plastik 7,5%
Kadar Benda Cantabro Loss
VIM (%) AFD (%)
Aspal (%) Uji (%)
Spesifikasi 18-25 <35 <0,3
1 18,25 37,12 0,11
4,5 2 18,23 36,38 0,11
3 18,21 36,96 0,10
Rata-rata 18,23 36,82 0,10
1 15,42 26,67 0,19
5 2 15,10 27,44 0,18
3 15,29 26,66 0,17
Rata-rata 15,27 26,93 0,18
1 12,70 19,23 0,29
5,5 2 12,85 20,56 0,26
3 12,89 21,97 0,25
Rata-rata 12,81 20,59 0,27
1 11,25 14,19 0,58
6 2 10,86 13,98 0,62
3 11,42 13,54 0,57
Rata-rata 11,18 13,90 0,59
1 10,28 9,81 1,07
6,5 2 10,01 9,69 1,14
3 9,91 10,15 1,10
Rata-rata 10,06 9,88 1,10
Gambar 3. 21. Hubungan kadar aspal PET 7,5% dengan nilai VIM
Pada grafik diatas nilai VIM minimum dalam campuran adalah 18%
digunakan sebagai batas atas untuk mendapatkan kadar aspal
maksimum (OAC Maks). Nilai OAC maks dibuat berupa garis vertikal
yang memotong garis hubungan antara variasi kadar aspal dengan nilai
VIM. Dari grafik didapatkan persamaan y = -3,502x + 33,846 dimana
53
Gambar 3. 22. Hubungan kadar aspal PET 7,5% dengan nilai cantabro
loss
Gambar 3. 23. Hubungan kadar aspal PET 7,5% dengan nilai AFD
54
Nilai kadar aspal sementara di plotting pada grafik AFD dengan cara
membuat garis tegak lurus sampai mempertemukan garis hubungan
antara variasi kadar aspal dengan nilai AFD. Pada titik pertemuan ini
kemudian dibuat garis horizontal ke kiri yang menunjukkan nilai hasil
plotting AFD. Setelah didapatkan nilai AFD hasil plotting dapat
diketahui nilai kadar aspal optimum menggunakan rumus dibawah ini.
OAC
Maks
+OAC
Min
Kadar Aspal Optimum = + Nilai AFD %
2
4,
52+4,
50
= + 0,12 %
2
= 4,64%
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh kadar aspal optimum untuk
campuran PET 7,5% yaitu 4,64% dari berat total campuran.
Tabel 3. 17. Tabel Nilai Parameter VIM, Cantabro Loss, dan Asphalt
Flow Down untuk Kadar Plastik 15%
Kadar Benda Cantabro Loss
VIM (%) AFD (%)
Aspal (%) Uji (%)
Spesifikasi 18-25 <35 <0,3
1 15,21 18,96 0,09
4,5 2 14,87 19,26 0,10
3 15,82 19,12 0,12
Rata-rata 15,30 19,12 0,10
1 12,64 16,71 0,15
5 2 13,17 16,39 0,19
3 12,88 16,74 0,17
Rata-rata 12,90 16,61 0,17
1 9,98 14,90 0,27
5,5 2 10,14 15,13 0,25
3 9,81 15,08 0,23
Rata-rata 9,98 15,04 0,25
1 8,17 13,75 0,50
6 2 8,74 14,19 0,60
3 8,69 14,13 0,58
Rata-rata 8,53 14,02 0,56
1 8,39 10,62 1,04
6,5 2 7,63 10,71 0,97
3 7,37 11,03 1,22
Rata-rata 7,79 10,79 1,08
55
Gambar 3. 24. Hubungan kadar aspal PET 15% dengan nilai VIM
Gambar 3. 25. Hubungan kadar aspal PET 15% dengan nilai cantabro
loss
Gambar 3. 26. Hubungan kadar aspal PET 15% dengan nilai AFD
56
Dikarenakan pada kadar plastik 15% nilai VIM, Cantabro Loss, dan
Asphalt Flow Down tidak memenuhi syarat AAPA 2004 maka tidak
dapat ditentukan Kadar Aspal Optimum (KAO).
b. Memeriksa tinggi benda uji, berat kering, berat benda uji dalam air
dan berat pada kondisi kering permukaan jenuh.
57
5.1. Kesimpulan
4. Nilai VIM yang menurun membuat kualitas drainase semakin kurang baik
dalam mengalirkan air. Karena waktu terendamnya permukaan perkerasan
di jalan raya tidak hanya terbatas 30 menit untuk kondisi drainase yang
76
kurang baik, tetapi bisa lebih dari satu hari. Maka dapat diasumsikan nilai
flow semakin meningkat pada saat tergenang air di jalan raya. Nilai flow
yang terlalu tinggi mengakibatkan lapisan perkerasan mudah mengalami
penggemukan (bleeding). Dalam penelitian ini didapatkan hasil
penambahan kadar PET sampai dengan 7,5% dapat menurunkan nilai flow
sehingga campuran memiliki kelenturan yang optimal dan kemampuan
untuk mengikuti deformasi vertikal menjadi lebih baik.
5. Kadar PET yang disarankan sebagai bahan tambah pada aspal sebaiknya
dibawah 5% karena pada penelitian ini nilai penetrasi dan daktilitas tidak
memenuhi spesifikasi umum bina marga tahun 2018. Untuk itu perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kinerja dari aspal keras
(performance grade). Dimana dalam SNI 8426:2017 tentang spesifikasi
aspal keras setara kelas kinerja menyatakan kekakuan aspal yang semakin
besar mampu menahan deformasi. Dalam hal ini PET yang memiliki sifat
kekakuan dapat ditambahkan ke dalam campuran sehingga campuran
aspal tersebut menjadi lebih kaku.
5.2. Saran
2. Perlu dilakukan studi lebih lanjut pada aspal yang dimodifikasi dengan
penambahan PET untuk mengetahui kinerja aspal tersebut sesuai dengan
kondisi di lapangan (performance grade) berdasarkan SNI 8426:2017.
DAFTAR PUSTAKA
Djumari & Sarwono, D., 2009. Perencanaan Gradasi Aspal Porus Menggunakan
Material Lokal dengan Metode Penempatan Kering. Media Teknik Sipil 9:
9-15.
DS, Izzanur Rusyda., Rahardjo, B., & Pranoto, P. (2018). Kajian Eksperimental
Campuran Aspal Porus Dengan Bahan Tambahan Plastik HDPE (High
Density Poly Ethylene). Jurnal Bangunan 23: 19-28
Nashir T, M. 2013. Studi Eksperimental Campuran Aspal Berpori menggunakan
AspalPolimer Modifikasi (Polymer Modified Binder) dengan Stabilisasi
Serat Polypropylene.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/11529/t111.pdf?s
equence=1&isAllowed=y. diakses pada 22 mei 2022 pukul 21.00.
Read, J., Whiteoak, D., & Hunter, N.R. 2003. The Shell Bitumen Handbook Fifth
Edition. Thomas Telford, London. 460 halaman.
Saleh, S. M., Anggraini, R., & Aquina, H. 2014. Karakteristik Campuran Aspal
Porus dengan Substitusi Styrofoam pada Aspal Penetrasi 60/70. Jurnal
Teknik Sipil ITB 21: 241-250.
S.E., Zoorob, & Suparma L.B. 2000. Laboratory Desain and Investigation of
Proportion of Bituminous Composite Containing Waste Recycled Plastic
Aggregate Replacement, CIB Symposiumon Construction and
Enviroment Theory into Practice, Sao Paulo, Brazil
modified bitumen using fluorescent microscopy and conventional test
methods. Journal Hazardous Materials 150: 424-432.
Sukirman, S. 1999. Perkererasan Lentur Jalan Raya. Nova, Bandung. 246 hlm.
Y.G, Fenny Putri., dkk. 2013. Evaluasi Kinerja Aspal Porus Menggunakan
Spesifikasi Gradasi Dari Australia, California (CalAPA) dan British (BS).
Jurnal Civitas Akademik. Vol. Tahun 2013.