Kel 5 Bu Nana 1
Kel 5 Bu Nana 1
Kel 5 Bu Nana 1
Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Chindy Nofitasari
2. Villia Tri Erlina
3. Laras Ayu Junaika S
4. Anisatul Munawaroh
5. Nadya Alfira Oktavia
6. Natalia Putri Baretawati
Pasal 58 UU No.36/2009
Hak pasien
Pasal 32d UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional”
Pasal 32e UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien
sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”
Pasal 32j UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan”
Pasal 32q UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit
apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar baik secara perdata ataupun pidana”
2.3 Tanggung jawab hukum rumah sakit
Salah satu startegi dalam merancang sistem keselamatan pasien adalah bagaimana
mengenali kesalahan sehingga dapat dilihat dan segera diambil tindakan guna
memperaiki efek yang terjadi. Upaya untuk mengenali dan melaporkan kesalahan
ini dilakukan melalui sistem pelaporan. Kegagalan aktif (petugas yang melakukan
kesalahan) atau yang berkombinasi dengan konsisi laten akan menyebabkan
terjadinya suatu kesalahan berupa kejadian nyaris cedera (KNC), KTD, atau
bahkan kejadian yang menyebabkan kematian atau cedera serius (sentinel).
Berhenti sampai tahap melaporkan saja tentu tidak akan meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien, yang lebih penting adalah bagaimana melakukan suatu
pembelajaran dari keselahan tersebut sehingga dapat diambil solusi agar kejadian
yang sama tidak terulang kembali (Iskandar, 2014). Pelaporan insiden
keselamatan pasien adalah jantung dari mutu layanan, yang merupakan bagian
penting dalam proses belajar dan pembenahan ke dalam revisi dari kebijakan,
termasuk standar prosedur operasional (SPO) dan panduan yang ada.
Rumah sakit wajib untuk melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang
meliputi kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC) dan
kejadian sentinel. Pelaporan insiden dilakukan secara internal dan eksternal.
Pelaporan internal dilakukan dengan mekanisme/ alur pelaporan keselamatan
pasien rumah sakit di lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan eksternal
dilakukan dengan pelaporan dari rumah sakit ke KKP-RS nasional. Dalam
lingkup rumah sakit, unit kerjakeselamatan pasien rumah sakit melakukan
pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada
Direktur rumah sakit. (Departemen Kesehatan, 2008).
BAB 3
KESIMPULAN & SARAN
3.1 Kesimpulan
Terdapat beberapa tujuan dari patien safety yaitu, terciptanya budaya
keselamatan pasien di RS, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien
dan masyarakat, menurunnya KTD di RS, terlaksananya program-program
pencegahan shg tidak terjadi pengulangan KTD. Tanggung jawab hukum RS
terdapat pada Pasal 46 UU No.44/2009, yang berisi “Rumah sakit bertanggung
jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian
yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.” Salah satu strategi dalam merancang
sistem keselamatan pasien adalah bagaimana mengenali kesalahan sehingga dapat
dilihat dan segera diambil tindakan guna memperaiki efek yang terjadi. Upaya
untuk mengenali dan melaporkan kesalahan ini dilakukan melalui sistem
pelaporan.
3.2 Saran
Keselamatan pasien sangat penting, maka diperlukannya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan, pengetahuan, maupun keterampilan dalam pelayanan
kesehatan bagi pasien.