Laporan Praktek Perkerasan Jalan
Laporan Praktek Perkerasan Jalan
Laporan Praktek Perkerasan Jalan
LAPORAN PRAKTIK
PERKERASAN JALAN
DISUSUN OLEH :
CINTHIA OKTAVIYANI
062240113231
2 PJJ E ALIH JENJANG
DOSEN PEMBIMBING :
H. Akhmad Mirza, S.T., M.T.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK PERKERASAN JALAN
Dibuat untuk memenuhi syarat mata kuliah Praktek Perkerasan Jalan pada Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Sriwijaya
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik yang penulis buat ini.
Tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak H. Akhmad Mirza, S.T., M.T. yang
telah memberikan dukungan dan bimbingannya kepada penulis selama masa praktik
dilaksanakan.
Laporan ini dibuat dan disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Praktik Perkerasan Jalan Mahasiswa DIV Perancangan Jalan dan Jembatan Politeknik Negeri
Sriwijaya. Tentunya penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam menyusun laporan ini. Namun
tentu saja masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran yang
bersifat membangun.
Wassalamualaikum wr. wb
Palembang, 13 Juli 2023
Cinthia Oktaviyani
NIM. 062240113231
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Bab V PENUTUP
Pada bab ini membahas tentang kesimpulan akhir dari pelaksanaan praktek yang telah dilakukan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Penampang melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan, Pada
potongan melintang jalan dapat terlihat bagian-bagian jalan. Bagian-bagian jalan yang utama
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bagian yang langsung berguna untuk lalu lintas, terdiri dari jalur lalu lintas, lajur lalu lintas,
bahu jalan, trotoar, dan median jalan.
2. Bagian yang berguna untuk drainase jalan, terdiri dari saluran samping, kemiringan melintang
jalur lalu lintas, kemiringan melintang bahu, dan kemiringan lereng.
3. Bagian pelengkap jalan, terdiri dari kereb dan pengaman tepi.
4. Bagian konstruksi jalan, terdiri dari lapisan perkerasan jalan, lapisan pondasi atas, lapisan
pondasi bawah dan lapisan tanah dasar.
5. Daerah manfaat jalan (damaja)
6. Daerah milik jalan (damija)
7. Daerah pengawasan jalan (dawasja)
• Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
• Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
b. Warna hitam aspal mempengaruhi psikologi pengendara menjadi lebih teduh dan nyaman.
c. Untuk penggunaan pada jalan dengan lalu lintas kenderaan ringan, jalan aspal lebih murah
disbanding konstrukdi jalan beton.
d. Proses perawatan lebih murah karena tinggal mengganti pada area yang rusak saja, dengan
cara mengganti dngan yang baru pada area jalan yang rusak.
Kekurangan jalan aspal diantara nya :
a. Tidak tahan terhadap genangan air, sehingga memerlukan saluran drainase yang baik untuk
proses pengeringan jalan aspal pasca hujan atau banjir.
b. Pada struktur tanah yang buruk harus dilakukan perbaikan tanah lebih dahulu sebelum
ditumpangi oleh konstruksi jalan aspal.
2. Agregat
Agregat adalah material granural, misalnya pasir, kerikil, batu pecah, dan
kerak tungku besi, yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk
membentuk suatu semen hidraulik atau adukan.Agregat diperoleh dari sumber
daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses
pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh
dengan memecah batuan induk yang lebih besar.
Pemilihan jenis agregat yang sesuai untuk digunakan pada konstruksi
perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu gradasi, kekuatan, bentuk butir,
tekstur permukaan, kelekatan terhadap aspal serta kebersihan dan sifat kimia.Jenis
dan campuran agregat sangat mempengaruhi daya tahan atau stabilitas suatu
perkerasan jalan (Kerbs, and Walker, 1971).
Merupakan campuran yang terdiri dari kombinasi agregat yang dicampur dengan
aspal.Pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan agregat
terselimuti aspal dengan seragam.Untuk mengeringkan agregat dan memperoleh
kekentalan aspal yang mencukupi dalam mencampur dan mengerjakannya, maka
kedua-duanya dipanaskan pada temperatur tertentu.Umumnya suhu pencampuran
dilakukan pada suhu 145oC – 155oC.
Saat ini di Indonesia terdapat berbagai macam bentuk aspal campuran panas
yang digunakan untuk lapisan perkerasan jalan. Perbedaannya terletak pada jenis
gradasi agregat dan kadar aspal yang digunakan. Pemilihan jenis beton aspal yang
akan digunakan di suatu lokasi sangat ditentukan oleh jenis karakteristik beton aspal
yang lebih diutamakan. Sebagai contoh, jikaperkerasan direncanakan akan digunakan
untuk melayani lalu lintas berat, maka sifat stabilitas lebih diutamakan. Ini berarti
jenis beton aspal yang paling sesuai adalah beton aspal yang memiliki agregat
campuran bergradasi baik. Pemilihan jenis beton aspal ini mempunyai konsekuensi
pori dalam campuran menjadi lebih sedikit, kadar aspal yang dapat dicampurkan juga
berkurang, sehingga selimut aspal menjadi lebih tipis (Silvia Sukirman, 2003).
Jenis beton aspal campuran panas yang ada di Indonesia saat ini adalah:
1. Laston (Lapisan Aspal Beton), adalah beton aspal bergradasi menerus yang umum
digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas yang cukup berat. Laston
dikenal pula dengan namaAC (Asphalt Concrete). Karakteristik beton aspal yang
terpenting pada campuran ini adalah stabilitas. Tebal nominal minimum Laston 4-6
cm.
Sesuai fungsinya Laston mempunyai 3 macam campuran yaitu:
a. Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan namaAC-WC
(AsphaltConcrete-Wearing Course). Tebal nominal minimum AC-WC
adalah 4cm.
b. Laston sebagai lapisan pengikat, dikenal dengan namaAC-BC
(AsphaltConcrete-Binder Course). Tebal nominal minimum AC-WC
adalah 5 cm.
c. Laston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan namaAC-Base
(AsphaltConcrete-Base). Tebal nominal minimum AC-BC adalah 6 cm.
2. Lataston (Lapisan Tipis Aspal Beton), adalah beton aspal bergradasi senjang.
Lataston biasa pula disebut dengan HRS (Hot Rolled Sheet). Karakteristik beton
aspal yang terpenting pada campuran ini adalah durabilitas dan fleksibilitas.
Sesuai fungsinya Lataston mempunyai 2 macam campuran yaitu:
a. Lataston sebagai lapisan aus, dikenal dengan namaHRS-WC (Hot
RolledSheet-Wearing Course). Tebal nominal minimum HRS-WC adalah 3
cm.
b. Lataston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan namaHRS-Base
(HotRolled Sheet-base). Tebal nominal minimum HRS-Base adalah 3,5
cm.
3. Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir), adalah beton aspal untuk jalan-jalan dengan
lalu lintas ringan, khususnya dimana agregat kasar tidak atau sulit diperoleh.
Lapisan ini khusus mempunyai ketahanan alur (rutting) rendah. Oleh karena itu
tidak diperkenankan untuk daerah berlalu lintas berat atau daerah tanjakan. Latasir
biasa pula disebut sebagai SS (Sand Sheet) atau HRSS (Hot Rolled Sand Sheet).
Sesuai gradasi agregatnya, campuran latasirdapat dibedakan atas:
a. Latasir kelas A, dikenal dengan namaHRSS-A atau SS-A. Tebal nominal
minimum HRSS-A adalah 1,5 cm.
b. Latasir kelas B, dikenal dengan namaHRSS-B atau SS-B. Tebal nominal
minimum HRSS-A adalah 2 cm. Gradasi agregat HRSS-B lebih kasar dari
HRSS-A.
4. Lapisan perata adalah beton aspal yang digunakan sebagai lapisan perata dan
pembentuk penampang melintang pada permukaan jalan lama. Semua jenis
campuran beton aspal dapat digunakan, tetapi untuk membedakan dengan
campuran untuk lapis perkerasan jalan baru, maka setiap jenis campuran beton
aspal tersebut ditambahkan huruf L (Leveling). Jadi ada jenis campuran AC-
WC(L), AC-BC(L), AC-Base(L), HRS-WC(L), dan seterusnya.
5. SMA (Split Mastic Asphalt) adalah beton aspal bergradasi terbuka denganselimut
aspal yang tebal. Campuran ini mempergunakan tambahan berupa fiber selulosa
yang berfungsi untuk menstabilisasi kadar aspal yang tinggi. Lapisan ini terutama
digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas berat. Ada 3 jenis SMA,
yaitu:
BAB III
URAIAN KERJA
5. Bila galian sudah sempurna, lakukan pemeriksaan ulang kemiringan dasar saluran
dengan cara mengukur tinggi benang dengan saluran sama tingginya dari hulu
sampai hilir dan lakukan perapihan kemiringan talud serta minta petunjuk
instuksur untuk penyempurnaan dan penilaian.
6. Konsentrasikan pikiran anda pada pekerjaan utamakan keselamatan kerja dan jaga
kekompakan esame teman kerja.
7. Periksakan hasil kerja anda.
8. Gambarkan kembali apa yang sudah anda praktekkan dan buat laporan.
Bahan :
- Papan Kayu 2/20
- Balok Kayu 8/12
8. Cek sekali lagi posisi dan ketinggian pemasangan benang-benang tadi supaya
dapat dipastikan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
ditempatkan dibagian luar dari Buis atau dibagian bawah, selain sebagai penguat
sambungan juga berfungsi sebagai pondasi per letekan Buis. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat gambar kerja pada job sheet.
6. Ukur kemiringan pasangan Buis yang sudah dipasang dengan cara menjinjingkan
unting-unting pada jalur benang As saluran,beri tanda pada pertemuan antara
benang unting –unting dan benang As saluran.pindahkan ukuran tersebut dari hulu
Buis/saluran hingga hilirnya atau hingga ujung Buis/saluran.
7. Setelah Buis terpasang dengan kemiringan yang benar lalu diwaterpas secara lurus
dan rapi,timbunlah sisi kiri dan kanan dengan tanah urug/timbun,padatkan tanah
urug tersebut hingga mencapai tinggi 2 cm di bawah bibir Buis
8. beri beton cor dengan campuran 1 semen : 5 pasir ,direskam dengan rata dan rapi.
9. bila pasangan sudah selesai dan benar ukurannya,maka periksalah kebenarannya
kepada instruktur yang membimbing anda untuk dilakukan pengukuran dan
penilitian.
10. Periksakan hasil kerja anda pada instruktur untuk dilakukan pengecekan dan
penilaian.
11. konsentrasikan pikiran anda pada pekerjaan utamakan keselamatan kerja dan jaga
kekompakan bersama team kerja.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Drainase merupakan pekerjaan pembuatan saluran pembuangan. Baik air buangan hujan,
air permukaan maupun air buangan dari kamar mandi, dapur dan wc (buangan domestic).
Secara umum drainase didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk
mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu. Sedangkan
drainase perkotaan adalah ilmu drainase yang mengkhususkan pengakajian pada kawasan
perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan fisik dan lingkungan social budaya
yang ada di kawasan kota tersebut.
Drainase perkotaan / terapan merupakan sistem pengiringan dan pengaliran air dari
wilayah perkotaan yang meliputi pemukiman, kawasan industri, kampus dan sekolah, rumah
sakit dan fasilitas umum, lapangan olahraga lapangan parkir, pelabuhan udara. Kriteria desain
drainase perkotaan memiliki kekhususan, sebab untuk perkotaan ada tambahan variable
desain seperti keterkaitan dengan tata guna lahan, keterkaitan dengan masterplan drainasi
kota, keterkaitan dengan masalah sosial budaya. Mahasiswa juga diharapkan mengetahui
langkah kerja dari praktik kerja beton, antara lain :
1. Pengertian Drainase
2. Fungsi dan Tujuan Drainase
3. Macam macam saluran
4. Pola pola saluran
5. Cara membuat drainase yang baik dan benar
Dari makalah ini penulis dapat MEMAHAMI dasar dasar kerja saluran yang dilakukan
dilapangan. Dari pengalaman praktik dilapangan dan hasil mencari di internet, penulis dapat
menyusun makalah ini. Namun tentunya materi ini tidak sebanding dengan ilmu yang
didapatkan dari praktik dilapangan.
4.2 Saran
Dari pembahasan diatas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Gunakanlah alat sesuai fungsinya
2. Periksa semua alat sebelum bekerja
3. Utamakan keselamatan dan kesehatan kerja
4. Patuhi semua peraturan dan ketentuan yang berlaku di bengkel
5. Pahami job yang akan dilaksanakan sebelum bekerja
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.lppm.unila.ac.id/7519/1/SISTEM%20DRAINASE%20SALURAN
%20TERBUKA.pdf
https://laporanbengkelsipil.blogspot.com/2019/03/laporan-praktek-drainase-politeknik.html