LP Spinal Cord Injury
LP Spinal Cord Injury
LP Spinal Cord Injury
A. Definisi
Spinal Cord Injury (SCI) dapat didefinisikan sebagai kerusakan atau trauma
sumsum tulang belakang yang dapat mengakibatkan kehilangan atau gangguan
fungsi yang mengakibatkan berkurangnya mobilitas atau perasaan (sensasi).
Trauma pada tulang belakang (spinal cord injury) adalah cedera yang mengenai
servikal, vertebralis, dan lumbalis dari suatu trauma yang mengenai tulang
belakang (Mutttaqin, 2008).
Trauma spinal adalah injuri/cedera/trauma yang terjadi pada spinal, meliputi
spinal collumna maupun spinal cord, dapat mengenai elemen tulang, jaringan
lunak, dan struktur saraf pada cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma
berupa jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olah raga, dan
sebagainya. Trauma spinalis menyebabkan ketidakstabilan kolumna vertebral
(fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang vertebra) atau injuri saraf yang
aktual maupun potensial (Price, 2005).
Spinal cord injury (SCI) terjadi ketika sesuatu (seperti: tulang, disk, atau benda
asing) masuk atau mengenai spinal dan merusakkan spinal cord atau suplai darah
(AACN, Marianne Chulay, 2005 : 487).
B. Etiologi
1. Penyebab spinal cord injury meliputi kecelakaan sepeda motor (44 %), tindak
kekerasan (24 %), jatuh (22 %) (pada orang usia 65 tahun ke atas), luka karena
senjata api (9%), kecelakaan olahraga (rata-rata pada usia 29 tahun) misal
menyelam (8 %), dan penyebab lain misalnya infeksi atau penyakit, seperti
tumor, kista di tulang belakang, multiple sclerosis, atau cervical spondylosis
(degenerasi dari disk dan tulang belakang di leher) (2 %).
2. Kecelakaan jalan raya adalah penyebab terbesar, hal mana cukup kuat untuk
merusak kord spinal serta kauda ekuina. Di bidang olah-raga, tersering karena
menyelam pada air yang sangat dangkal (Pranida, Iwan Buchori, 2007).
3. Spinal cord injury paling banyak disebabkan karena kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh, kekerasan, dan kecelakaan olahraga (AACN, Marianne Chulay,
2005 : 487).
4. Penyebab kerusakan pada saraf tulang belakang, adalah trauma (mobil / sepeda
motor kecelakaan, tembakan, jatuh, cedera olahraga, dll), atau penyakit (seperti:
Transverse Myelitis, Polio, spina bifida, Friedreich's ataxia, dll).
Klasifikasi Frankel :
F. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Seringkali yang menjadi permasalahn utama adalah nyeri yang sangat hebat
dikarenakan syaraf yang terjepit, adanya kelumpuhan dan/atau kelemahan, serta
kegagalan fungsi sensorik dan motorik.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Neurosensori
Subyektif :
Pasien seringkali mengeluh adanya rasa kebas, kesemutan, rasa seperti terbakar
pada lengan atau kaki, paralisis flaksid.
Obyektif :
Kelumpuhan, kelemahan (kejang dapat berkembang saat terjadi perubahan pada
syok spinal)
Kehilangan sensasi (derajat bervariasi dan dapat kembali normal setelah syok
spinal sembuh)
Kehilangan tonus otot/ vasomotor, kehilangan refleks/ refleks asimetris
termasuk tendon dalam
Perubahan reaksi pupil, ptosis, hilangnya keringat pada bagian tubuh yang
terkena karena pengaruh trauma spinal
Nyeri atau nyeri tekan otot, hiperstesia tepat diatas daerah trauma
2. Sistem Kardiovaskuler
Dada yang terasa berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi.
Biasanya ditandai pula dengan adanya hipotensi, hipotensi postural, bradikardi,
ekstremitas dingin dan pucat.
3. Sistem Pencernaan
Mual dan muntah
Nyeri ulu hati atau rasa terbakar
Terkadang disertai perubahan berat badan
Mengalami distensi abdomen
Peristaltik usus menghilang (ileus paralitik)
5. Sistem Pernafasan:
Subyektif :
Pasien mengeluh sesak dan susah bernapas.
Obyektif :
Napas pendek
Kekurangan oksigen yang ditandai penurunan SpO2
Kesulitan bernapas/ WOB meningkat
Peningkatan frekuensi pernapasan
Napas dangkal dan penurunan bunyi napas
Pucat, sianosis
6. Sistem Eliminasi
Biasanya ditandai dengan adanya retensi urine, distensi abdomen, peristaltik usus
hilang, melena, hematemesis.
H. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosa pada penderita spinal cord injury, diperlukan beberapa
pemeriksaan penunjang yang meliputi:
Sinar-x spinal: untuk menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau
dislokasi), untuk reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi.
CT scan untuk menentukan tempat luka/jejas, mengidentifikasi tulang yang terluka
dan tekanan pada cord, mengevaluasi gangguan struktural, CT- Scan berguna
untuk mempercepat skrining dan menyediakan informasi tambahan jika hasil dari
sinar-x kurang akurat untuk mengetahui status patahan dan spinal yang cedera.
MRI: untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf spinal, edema dan kompresi.
Foto rontgen thorak: ditujukan untuk mengetahui keadaan paru klien, (contoh :
adakah perubahan pada diafragma, atelektasis).
AGD (analisa gas darah): digunakan untuk menunjukkan keefektifan pertukaran
gas dan upaya ventilasi.
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medik
Tindakan-tindakan untuk imobilisasi dan mempertahankan vertebral dalam posisi
lurus: pemakaian neck collar, bantal pasir atau kantung IV untuk
mempertahankan agar leher stabil, dan menggunakan papan punggung bila
memindahkan pasien; melakukan traksi skeletal untuk fraktur servikal, yang
meliputi penggunaan Crutchfield, Vinke, atau tong Gard-Wellsbrace pada
tengkorak, tirah baring total dan pakaikan brace haloi untuk pasien dengan fraktur
servikal stabil ringan; pembedahan (laminektomi, fusi spinal atau insersi batang
Harrington) untuk mengurangi tekanan pada spinal bila pada pemeriksaan sinar-X
ditemui spinal tidak aktif.
Intervensi bedah = Laminektomi, dilakukan bila: deformitas tidak dapat dikurangi
dengan fraksi, terdapat ketidakstabilan signifikan dari spinal servikal, cedera
terjadi pada region lumbar atau torakal, status neurologis mengalami
penyimpanan untuk mengurangi fraktur spinal atau dislokasi atau dekompres
medulla. (Diane C. Braughman, 2000 ; 88-89).
Tindakan-tidakan untuk mengurangi pembengkakan pada medula spinalis dengan
menggunakan glukortiko steroid intravena.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Pengkajian fisik didasarakan pada pemeriksaan pada neurologis, kemungkinan
didapati defisit motorik dan sensorik di bawah area yang terkena: syok spinal,
nyeri, perubahan fungsi kandung kemih, perusakan fungsi seksual pada pria, pada
wanita umumnya tidak terganggu fungsi seksualnya, perubahan fungsi defekasi;
kaji perasaan pasien terhadap kondisinya; lakukan pemeriksaan diagnostik;
pertahankan prinsip A-B-C (Airway, Breathing, Circulation) agar kondisi pasien
tidak semakin memburuk.
Algoritma Spinal Cord Injury menurut U.S. National Library of Medicine, National
Institute of Health.
J. Analisa Data
No Etiologi
Analisa Data Diagnosa Keperawatan
.
1. Ds: Hilangnya fungsi motorik Pola napas tidak efektif
dan sensorik
Pasien mengatakan kesulitan bernafas berhubungan dengan
K. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot diafragma, kelemahan dengan paralisis otot abdominal dan interkostal
serta ketidak mampuan untuk membersihkan sekresi.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan, kerusakan muskuloskelettal dan neuromuskuler.
3. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, kehilangan sensori dan imobilitas.
L. Intervensi Keperawatan
x/menit
Baughman D.C, & Hackley, J.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa : Yasmin
Asih. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi VIII Volume II.
Jakarta : EGC.
Chulay, Marianne and Burns, Suzanne. 2005. AACN Essentials of Critical Care Nursing.
United States of America: McGraw-Hill.
Doengoes, M. E. 1999. Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif, Ns, S.Kep. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : EGC.
Prince, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC