Proposal Yeni Kurnia POP Bissmillah Acc
Proposal Yeni Kurnia POP Bissmillah Acc
Proposal Yeni Kurnia POP Bissmillah Acc
LUKA DFU
PROPOSAL PENELITIAN
YENI KURNIA
NIM SR19213027
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya yaitu “apakah
ada hubungan Mini Nutritional Assessment dengan keparahan luka DFU?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara Mini Nutritional Assessment dengan keparahan
luka DFU.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui hubungan antara Mini Nutritional Assessment dengan
keparahan luka DFU.
b. Mengidentifikasi keparahan luka DFU pada lansia dengan Mini
Nutritional Assessment.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Layanan dan Masyarakat
Dari hasil penelitian ini khususnya kepada layanan kesehatan dan juga
masyrakat bahwa dapat dilakukan Mini Nutritional Assessment pada lansia
untuk mengurangi keparahan luka DFU.
2. Bagi Pendidikan dan Perkembangan Ilmu Keperawatan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi
untuk penelitian-penelitian berikutnya dan dapat digunakan untuk menambah
ilmu keperawatan tentang keparahan luka DFU pada lansia dengan Mini
Nutritional Assessment.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Definisi Medis Diabetes Melitus
Sekelompok penyakit metabolik yang dikenal sebagai diabetes mellitus
(DM) ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi sekresi,
kerja, atau keduanya insulin. Hiperglikemia kronis terkait diabetes telah dikaitkan
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, atau kegagalan banyak organ,
terutama jantung, pembuluh darah, ginjal, saraf, mata, dan ginjal (Sudoyo et al.
2009). DM adalah kelompok beragam gangguan yang ditandai dengan
hiperglikemia, atau peningkatan kadar gula darah. Di dalam darah, glukosa
biasanya bersirkulasi dalam jumlah tertentu. Hati mengubah makanan yang kita
makan menjadi glukosa. Pankreas mengeluarkan hormon insulin, yang mengatur
produksi dan penyimpanan glukosa darah untuk mengontrol kadar gula darah
(Smeltzer & Bare, 2015).
Ada beberapa jenis DM yang berbeda, masing-masing dapat diidentifikasi
penyebab, perjalanan klinis, dan pengobatannya, menurut Smeltzer & Bare
(2015). Kategori utama untuk diabetes adalah:
a. Tipe I: DM tergantung insulin (insulin dependent diabetes mellitus [IDDM]).
Dalam bentuk diabetes ini, proses autoimun membunuh sel beta pankreas,
yang biasanya menghasilkan hormon insulin. Akibatnya, pemberian insulin
melalui injeksi diperlukan untuk menjaga kadar glukosa darah. Timbulnya
DM tipe I secara tiba-tiba, yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun, adalah
salah satu ciri khasnya.
Salah satu komplikasi jangka panjang diabetes melitus yang paling ditakuti
adalah ulserasi kaki diabetik (UKD). DFU merupakan gangguan kaki yang diderita
oleh penderita diabetes yang meliputi gangguan sensorik, motorik, otonom,
makrovaskuler, dan mikrovaskuler. Rawat inap untuk pasien DM biasanya
disebabkan oleh morbiditas yang dikenal sebagai DFU. Komplikasi yang
signifikan seperti bisul, infeksi, gangren, amputasi, dan kematian tidak diragukan
lagi membutuhkan lebih banyak uang dan perawatan medis yang berkepanjangan.
Untuk mengobati DFU, diperlukan pendekatan multidisiplin. Efek serius dari DFU
adalah amputasi. Hingga 14,3% orang dapat meninggal dalam waktu satu tahun
setelah menjalani amputasi, dan hingga 37% dapat meninggal tiga tahun
kemudian. Tingkat amputasi dapat diturunkan jika deteksi dini dan perawatan yang
memadai diterapkan. Ironisnya, menerima diagnosis yang cepat dan perawatan
yang memadai di rumah sakit tidaklah ideal. Diharapkan dengan lebih
memperhatikan kaki pasien diabetes dan melakukan pemeriksaan rutin akan
menurunkan kemungkinan komplikasi seperti ulkus diabetik, yang akan
menurunkan biaya perawatan dan kecacatan. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk
lebih memahami diagnosis DFU dan pengobatan terbaik (Decroli, 2019).
c. Perawatan Luka
d. Pengontrolan infeksi
e. Pengurangan tekanan
f. Pemberian edukasi
stres variabel
2014 deskrip menunjukan
dengan t terikat luka
terdapat
diabetes
penyembuh if hubungan
a sedangkan
korelas derajat
peneliti
n luka i ulkus
variabel
diabetes cross dengan
terikat luka
melitus di section tingkat
ulkus
rsud al. stress
diabetikum.
gunungsitol pada klien Dan
i diabetes. pada
kabupaten Dengan pengumpula
nias stress n data,
sedang penelitian
mengunaka
(40.9%) dan data
(36.4%) kuisioner
DAAS 42
mengalami
untuk
penyembuha
tingkat
n luka yang
stressnya
tidak baik.
dan pada
penyembuha
n
luka
menggunaka
n
lembar
observasi,
sedangkan
peneliti
menggunaka
n kuisioner
DDS untuk
tingkat
stressnya,
dan pada
penyembuha
n luka
menggunaka
n derajat
ulkus Bates-
jensen
wound
assessment
tool
penyembuha
n luka ulkus
diabetikum
stres t variabel
V, menunjukan
dengan if terikat kadar
2017 bahwa
kadar gula darah,
analiti dengan
gula k peneliti
menggunaka
variabel
Darah pada dengan
n analisis
terikatnya
pasien rancan uji
penyembuha
diabetes gan chi-square n
melitus cross menunjukka ulkus. Dan
Tipe ii di section n pada
rumah sakit al. terdapat pengambilan
pancaran hubungan sempel,
sectional,
sedangkan
pada jurnal
menggunaka
n deskriptif
analitik
cross
sectional.
C. Kerangka Teoritis
Faktor-faktor yang
Hal-hal menghindari keparahan luka berperan pada
DFU: status Mini
1. Menjaga kadar glukosa Nutritional
2. Fokus pada nutrisi Assessement (MNA):
3. Melengkapi dengan asam -Status Nutrisi
amino
4. Mempromosikan penyembuhan -Validitas banyak
luka melalui nutrisi yang diuji
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti untuk menghubungkan
atau menjelaskan tentang suatu 34iagnos yang akan dibahas (Setiadi, 2013).
.Nutrisi merupakan zat-zat esensial yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
pemenuhn dan perbaikan sel-sel tubuh. Pola makan yang baik akan membantu
penyembuhan luka, dan pola makan yang salah akan meningktkan kadar gula.
Pada penyembuhan luka pasien memerlukan nutrisi yang tinggi. Pasien
membutuhkan diet protein, vitamin A, C, B12, Zat besi< serta kalsium. Apabila
nutrisi terpenuhi dengan mengkonsumsi diet tinggi protein, Vitamin A, C, B12,
Zat besi, dan kalsium bisa memenuhi pemuliha dengan standar sembuh. Oleh
karna itu nutrisi yang terpenuhi sangat berpern penting pada penyembuhan luka.
Menurut Felita Surya Rini, dkk (2022) menunjukkan bahwa diet berdampak
negatif pada proses penyembuhan luka. Diet memperpanjang fase inflamasi
dengan menurunkan proliferasi fibroblas dan pembentukan kolagen serta
mengurangi kekuatan regangan dan angiogenesis. Hal ini juga dapat
menempatkan pasien pada risiko infeksi dengan penurunan fungsi sel T,
aktivitas fagositosis, dan tingkat komplemen antibodi. Perubahan fungsi
kekebalan ini dapat menyebabkan peningkatan komplikasi luka seperti
keterlambatan penyembuhan luka .Akan tetapi, pasien tidak dilakukan
pemeriksaan imunoserologi untuk menilai penurunan fungsi sel T. defisiensi diet
dan penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi, peningkatan
kehilangan nutrisi, serta penyerapan nutrisi yang buruk.
Penatalaksanaan nutrisi yang baik bagi pasien diabetes melitus dengan
ulkus diabetik diharapkan dapat mempertahankan kadar glukosa darah sehingga
proses penyembuhan lukanya cepat. Pola makan pasien ulkus diabetik pada
dasarnya sama dengan orang normal, diet seimbang dengan komposisi yang tepat
dengan jumlah porsi makan yang tepat serta teratur juga tepat jenis, diharapkan
diabetes melitus dapat dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian, penelite berpendapat bahwa status gizi buruk
akan memperlambat penyembuhan luka karena kekurangan vitamin, mineral,
protein dan zat-zat lainnya yang diperlukan dalam proses penyembuhan luka,
serta merokok juga menghambat proses penyembuhn luka. (Maulidia, Saiful
Riza, Yadi Putra. 2022)
B. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian (Nursalam,
2017)
Desain penelitian dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dalam
penelitian ini tingkat cedera.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek (misalnya manusi, klien) yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2018). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien ulkus diabetikum sesuai dengan kriterian
inklusi yang diinginkan peneliti di Klinik PKU Kitamura dalam kurun waktu
kurang lebih 2-3 minggu kususnya di Poliklinik Bedah terdiri dari 52 pasien yang
melakukan pergantian balutan ulkus diabetikum.
2. Sampel
Sampel merupakan objek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh
populasi. Dalam pengambilan sampel penelitian digunakan cara atau teknik-
teknik tertentu, sehingga sampel tersebut terdapat mungkin mewakili populasi
yang ada (Notoatmodjo, 2018). Sampel penelitian ini adalah pasien DFU di
Klinik Utama PKU Kitamura Pontianak.
Kriteria untuk menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 52 responden.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan mengunakan rumus slovin yaitu:
Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Berdasarkan
teknik sampling dan kriteria sampling, maka jumlah sampel dihitung dengan
rumus Slovin
N
n= 2
1+ Ne
Keterangan:
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Seluruh Populasi
e = Toleransi Error
52
n=
1+52.( 0,05)2
52
n=
1+52( 0,0025)
52
n=
1+52( 0,0025)
52
n=
1+0,13
52
n=
1,13
E. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Hasil ukur Skala
ukur ukur
1 MINI Mengetahui status gizi Kuesioner Gizi normal : 24 Ordinal
NUTRITIONAL dengan keparahan luka – 30 poin
ASSESSEMENT DFU
Berisiko
mengalami
malnutrisi : 17 –
23,5 poin
malnutrisi : <17
poin
F. Instrumen/Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yang berisi
pertanyaan tentang skrining dan penilaian status gizi dan malnutrisi di klinik
PKU Kitamura Pontianak. Isi kuesioner diadaptasi dari MNA® adalah alat
skrining dan penilaian nutrisi tervalidasi yang dapat mengidentifikasi pasien
geriatri berusia 65 tahun ke atas yang kekurangan gizi atau berisiko kekurangan
gizi. MNA® dikembangkan hampir 20 tahun yang lalu dan merupakan alat
skrining nutrisi yang paling tervalidasi untuk lansia. Awalnya terdiri dari 18
pertanyaan, MNA® saat ini sekarang terdiri dari 6 pertanyaan dan merampingkan
proses penyaringan. MNA® saat ini mempertahankan validitas dan akurasi
MNA® asli dalam mengidentifikasi lansia yang kekurangan gizi atau berisiko
kekurangan gizi. Kuesioner ini terdiri dari 2 bagian, yaitu;
a. Skrining
b. Penilaian
I. Etika Penelitian
Dalam penelitian pertimbangan etis bisa menjadi masalah. Perawat
menggunakan manusia dalam proses penelitian untuk menciptakan informasi
namun demikian, individu memiliki martabat yang harus dihormati dan dijaga
(Kurniawan, 2017).
Berikut ini masalah dalam penelitian yang berkaitan dengan prinsip-
prinsip penelitian.
1. Autonomy
Otonomi didefinisikan sebagai kemampuan untuk memilih apa yang
terbaik untuk diri sendiri berdasarkan evaluasi kebenaran manusia. Perawat
menghargai dan menghormati keputusan pasien, dan mereka melindungi
pasien yang tidak mampu membuat keputusan sendiri. Namun, penting untuk
memahami siapa yang dapat atau berkompeten untuk membuat keputusan
dalam studi tahun. Subjek atau partisipan memiliki hak untuk memilih
berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini (Kurniawan, 2017). Peneliti
menanyakan kesediaan responden dan seluruh responden menyatakan setuju
tanpa paksaan.
2. Justice
Konsep keadilan mendasari konsep keadilan. Akibatnya, manfaat dan
kerugian dari penyediaan layanan ini sama dan seimbang. Setiap partisipan
dalam suatu penelitian berhak mendapatkan perlakuan yang sama dari
peneliti. Para peneliti didesak untuk mengevaluasi siapa yang akan
memperoleh keuntungan dari penelitian dan siapa yang akan menanggung
beban biaya yang paling besar. Mempertahankan kebutuhan untuk
memasukkan dan mengecualikan kelompok tertentu dalam penelitian menjadi
semakin penting; pertimbangan penting yang terkait dengan penghormatan
terhadap orang juga terkait dengan gagasan keadilan. Prinsip-prinsip panduan
bagi orang-orang yang tidak mampu melindungi kepentingan mereka sendiri
tidak digunakan untuk mengembangkan informasi baru atau dimanfaatkan
oleh peneliti dalam konteks etika penelitian (Kurniawan, 2017). Dari 93
responden sebagai populasi seluruhnya mendapat kesempatan untuk
berpartisipasi dalam penelitian. Hal ini mengingat jumlah responden yang
kurang dari 100 responden.
3. Beneficience dan nonmalefience
Perawat harus memberikan perawatan semaksimal mungkin kepada
pasien sambil menghindari melukai mereka (prinsip non-malificence). Hal ini
dapat muncul ketika seorang peneliti mencoba untuk mengambil informasi
partisipan. Dalam penelitian, penting untuk mempertimbangkan semua
kemungkinan hasil penelitian dalam hal manfaat dan kerugian bagi peserta
(Kurniawan,2017). Peneliti menjelaskan ke untungan bagi responden yg
berpartisipasi Dalam penelitian ini. Peneliti juga menyakinkan bahwa
penelitian ini tidak ada unsur yang membahayakan fisik.
4. Privacy, anonymity, dan confidentiality
Kebutuhan untuk melindungi privasi peserta juga merupakan bagian
penting dari bagaimana menghormati peserta dan bagaimana menghormati
orang dalam proses penelitian etis. Masalah kerahasiaan identitas peserta
dalam prosedur penelitian etis. Masalah kerahasiaan identitas peserta terkait
dengan cita-cita tertinggi, seperti menghormati martabat dan kepatuhan. Pada
tahun 2000-an, kerahasiaan dan privasi pasien menjadi semakin penting
dalam penelitian. Namun, menjaga keamanan dan kerahasiaan informasi
membutuhkan hubungan yang efektif antara peserta dan perawat, yang
dibangun dengan bekerja sama. (kurniawan, 2017). Kuesioner ini tidak di
beri nama, alamat dan tempat tanggal lahir.
J. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan pelaporan hasil
penelitian. Jadwal maksimal 3 bulan.
2022- 2023
Kegiatan Desember Januari Februari maret april Mei Juni Juli
Pengajuan judul
proposal
Survey awal dan
penentuan lokasi
penelitian
Penyusunan
proposal
Seminar
proposal
Pelaksanaan
penelitian
Pengolahan
data, analisis,
dan penyusunan
laporan
Seminar hasil
Table 3.2
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Bakker, K., et al. (2012). Practical guidelines on the management and prevention of
the diabetic foot 2011. Diabetes/metabolism research and reviews 28.S1: 225-
231.
Decroli, E. (2019). Diabetes Mellitus Tipe 2 (A. Kam, Y. P. Efendi, G. P. Decroli, &
A. Rahmadi (eds).
Discharge Planning Association. (2008). Discharge Planning. Diakses dari
http;//www.dischargeplanning.org.au//index.http pada tanggal 27 Agustus
2015
Fasitasari, M. (2013). Terapi Gizi pada Lanjut Usia dengan Penyakit Paru Obstruksi
Kronik (PPOK). Sains Medika, 5(1) : 50 – 61.
Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
25. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.
Hidayat, A.A..(2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data. Jakarta
: Salemba Medika.
Holvoet, E., Vanden Wyngaert, K., Van Craenenbroeck, A. H., Van Biesen, W., &
Eloot, S. (2020). The screening score of Mini Nutritional Assessment (MNA)
is a useful routine screening tool for malnutrition risk in patients on
maintenance dialysis. PloS one, 15(3), e0229722.
Kresnawan, T., & Hudayani, F. (2022). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Skrining dan Asuhan Gizi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. The
Journal of Hospital Accreditation, 4(1), 40-44.
Kozier, Barbara. (2009). Fundamental of Nursing,Calofornia :Copyright by.Addist
Asley Publishing Company
Miller, C.A (2012). Nursing Care of Older Adult: Theory And Practices. Philadelphia:
JB. Lippincott Company.
Murphy P. (2000). Handbook of Hydrocolloids. Woodhead Publishing Ltd and CRC
Press LLC, New York.
Moleong, Lexy J. (2000). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nasution. (1996). Manajemen Transportasi. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Notoatmodjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam, (2018). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrument Penelitian.
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Oktariyani. (2012). Gambaran Status Gizi pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulya 01 dan 03 Jakarta Timur. Skripsi. Fakultas Ilmu
Keperawatan. Program Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.
Depok.
Pratama, K., Pradika, J., Jiu, C. K., Putra, G. J., Lukita, Y., Wuriani, Gusmiah, T., &
Usman. (2021). Gambaran Pengetahuan Care Giver Pasien Diabetes Mellitus
Pada Perawatan Kaki Diabetik. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan, 12(1), 1–
5. https://jurnal.stikmuhptk.ac.id/index.php/JK2/article/view/146.
Rias, Y. A. (2017). Hubungan pengetahuan dan keyakinan dengan efikasi diri
penyandang diabetic foot ulcer. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1(1).
Sari NK. (2006). Deteksi dini malnutrisi usia lanjut. Dalam: Harjodisastro D, Syam
AF, Sukrisman L, editors. Dukungan nutrisi pada kasus penyakit dalam.
Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI.
Sari, M., & Sari, N. P. (2020). Pengaruh Pemberian Topikal Madu Kaliandra
Terhadap Kedalaman Pada Luka Diabetes Melitus. 3(2), 7–12.
Setya, K. A. (2013). Parasitologi: Praktikum Analis Kesehatan.Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Smeltzer, S.C, & Bare Brenda, B.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
vol 3 (8th ed.). Jakarta : EGC
Smeltzer, S.C. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT
Alfabet.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV.
Tarwoto, Wartono, Taufiq I. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem
Endokrin Jakarta: CV Trans Info Media.
Waspadji, S. (2006). Kaki Diabetes. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid III, Edisi keempat, Penerbit FK UI, Jakarta.
Williams., & Wilkins. (2012). Nursing:Menafsirkan Tanda-Tanda dan Gejala
Penyakit. Jakarta : PT Indeks.