Makalah Stroke KL.X
Makalah Stroke KL.X
Makalah Stroke KL.X
STROKE
Di Susun Oleh:
Elly Natalia Ermawanti (2217011)
Fitrianingsih (2217012)
Tyas Zulkorida Pangestika (2217039)
A. Pengertian
Stroke adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan adanya ketidakseimbangan
aliran darah dalam otak, dan dapat timbul secara mendadak atau secara cepat (dalam
waktu beberapa jam), dengan gejala atau tanda-tanda yang sesuai dengan daerah otak
yang mengalami gangguan pasokan darah (Mulyadi, dkk, 2007 dalam (Hutagaluh, 2019).
Stroke merupakan gangguan fungsi syaraf yang terjadi secara mendadak dan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Gangguan peredaran darah otak dapat
berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah diotak. Otak
yang seharusnya mendapatkan pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu.
Kekurangan pasokan oksigen ke otak dapat menimbulkan kematian sel syaraf (Pinzon &
Asanti, 2017).
B. Etiologi
a. Penyebab stroke
1) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin dan
keturunan
2) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah hipertensi, penyakit jantung,
diabetes, hiperkolesterolemia, obesitas dan merokok.
C. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala stroke menurut (Tarwoto, 2013) adalah
b. Defisit motorik
1) Hemiparese
2) kelemahan wajah, ekstremitas
3) Ataksia
4) Berjalan tidak mantap atau tegak, disartria, disfagia,dan kesulitan menelan.
c. Defisit verbal
Defisit verbal meliputi afasia ekspresif, afasia reseptif dan afasia global
1) Defisit kognitif
Pada penderita Stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang.
2) Defisit emosional
D. Patofisiologi
Faktor risiko stroke seperti gaya hidup, diabetes melitus, riwayat penyakit jantung
dan sebagainya dapat menyebabkan kerja norepinefrin di pembuluh darah meningkat
sehingga tekanan darah meningkat atau hipertensi akut. Hipertensi yang terus-menerus
dapat mengakibatkan timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh darah yang dapat
menyebabkan lunturnya arteri serebral sehingga perdarahan menyebar dengan cepat dan
menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada pembuluh darah otak perubahan
yang terus berlanjut ini dapat menyebabkan pembuluh darah otak (serebral) Pecah
sehingga terjadi stroke hemoragik (Battiacaca, 2013).
Stroke terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah otak atau pecahnya
pembuluh darah di otak. Hal ini mengakibatkan bagian otak tertentu berkurang bahkan
berhenti suplai oksigennya, maka dari itu, timbullah berbagai macam gejala sesuai
dengan daerah otak yang terlibat seperti: wajah lumpuh sebelah, bicara pelo (cedal),
lumpuh anggota gerak, bahkan sampai koma dan mengancam jiwa.(Kanggeraldo et al.,
2018).
Menurut Lingga (2013) peningkatan tekanan darah merupakan faktor predisposisi
yang sering muncul pada stroke hemoragik sehingga menyebabkan kerusakan vaskuler
atau perubahan struktur pada pembuluh darah, perubahan struktur Meliputi lapisan
adventisia dan lapisan elastik eksternal menjadikan pembuluh darah mengalami
penipisan, peningkatan tekanan darah (hipertensi) Bila terjadi secara mendadak maka
bisa menyebabkan pembuluh darah pecah.
E. Penatalaksanaan (pencegahaan dan pengobatan)
Penatalaksanaan stroke menurut (Muttaqin, 2016) yaitu:
a. Terapi trombolitik (Aktivator plasminogen jaringan alteplase) Dalam 3 jam
pertama setelah onset gejala untuk menghancurkan bekuan, membuang oklusi,
dan memperbaiki aliran darah.
b. Terapi antikoagulan (heparin, warfarin) untuk paten terbentuknya bekuan.
c. Penyakit beta adrenergik atau pasta nitrogliserin sesuai indikasi untuk menangani
hipertensi.
d. Agen-agen anti trombosit (seperti aspirin) untuk mencegah stroke berikutnya.
e. Endarterectomy karotis untuk membuka sebagian ( lebih dari 70%) Arteri karotis
yang tersumbat atau angioplasti transluminal perkutan.
F. Pemeriksaan penunjang
Menurut Lingga (2013) Pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosis stroke adalah
a. CT-Scan
Untuk memperlihatkan letak secara spesifik posisi hematoma, adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
b. MRI
Dilakukan untuk menentukan besar atau luas dan posisi terjadinya perdarahan
otak.
c. Angiografi serebral
Pada pemeriksaan ini terdapat perdarahan Arteriovena atau adanya ruptur untuk
menemukan Penyebab stroke.
d. EEG
Untuk mengetahui dampak dari Jaringan yang mengalami infark.
e. Pemeriksaan laboratorium
Pada pasien stroke dapat terjadi hiperglikemia.
G. Komplikasi
Setelah mengalami stroke mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasi ini
dikelompokkan berdarkan:
a. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama)
1. Edema Serebri
Defisit neurologis cenderung memberat, dapat mengakibatkan peningkatan
TIK, herniasi, dan akhirnya akan menimbulkan kematian
2. Infark miokard
Penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal
b. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari)
1. Pneumonia: akibat immobilisasi lama
2. Infark miokard
3. Emboli paru: seringkali terjadi saat penderita memulai mobilisasi
4. Stroke rekuren
c. Komplikasi jangka panjang
1. Hipoksia serebral
2. Penurunan darah serebral
3. Embolisme serebral
4. Hipertensi
5. Kejang
6. Kontraktur
7. Malnutrisi
8. Aspirasi
9. Peningkatan TIK
BAB III
TINJAUAN ASKEP
A. Pengkajian
Menurut ((Muttaqin, 2016) pengkajian keperawatan pada pasien stroke adalah
sebagai berikut:
1. Anamnesis
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status, suku agama,
alamat, pendidikan, diagnosis medis, tanggal masuk RS dan tanggal
pengkajian.
b. Keluhan utama
Keluhan biasanya didapatkan gangguan motorik, kelemahan anggota gerak,
bicara pelo, gangguan sensorik, penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya terjadi mendadak pada saat klien beraktivitas..
d. Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi, riwayat diabetes melitus, penyakit jantung, anemia dan trauma
kepala.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya hipertensi, riwayat diabetes melitus, penyakit jantung, anemia dan
trauma kepala.
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi
Gejala:
2) pola nutrisi dan metabolisme
Gejala: Nafsu makan hilang, nausea, kehilangan sensasi lidah, pipi,
tenggorokan, disfagia
Tanda: problem dalam mengunyah, obesitas
3) pola eliminasi
Gejala: inkontinensia, anuria, distensi abdomen, tidak adanya suara
usus
4) pola aktivitas dan latihan
penglihatan
6) Interaksi social
Gejala: Problem dalam berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
7) Integritas Ego
Tanda: Emosi yang labil dan marah tidak tepat, kesulitan berekspresi
diri
8) Neurosensori
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Tanda-tanda vital
a) Pemeriksaan kepala
b) Pemeriksaan integument
pemeriksaan integumen meliputi kulit dan kuku.
c) Pemeriksaan dada
C. Intervensi
(PPNI, 2018)
Diagnosis Tujuan dan kritera Tindakan
keperawatan hasil
Gangguan Setelah dilakukan Dukungan ambulasi (I.06171)
mobilitas fisik b.d tindakan keperawatan Observasi
gangguan selama …x 24 jam - identifikasi toleransi fisik melakukan
neuromuskular diharapkan masalah ambulasi
(D.0054) teratasi dengan kriteria - monitor frekuensi jantung dan tekanan
hasil: darah sebelum melakukan ambulasi
1. Kekuatan otot - monitor kondisi umum selama
meningkat ambulasi
2. Pergerakan Terapeutik
ekstremitas - fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
meningkat bantu (mis. Tongkat, kruk)
3. Kelemahan fisik - libatkan keluarga untuk membantu
menurun pasien dalam meningkatkan ambulasi
L.05042 Edukasi
- jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. Pindah posisi dari tidur
ke duduk)
Gangguan Setelah dilakukan Promosi komunikasi defisit bicara
komunikasi verbal tindakan keperawatan (I.13491)
b.d gangguan selama ...x24 jam Observasi
neuromuskuler diharapkan integritas -monitor proses kognitif, anatomis,dan
kulit dan jaringan fisiologis yang berkaitan dengan bicara
meningkat dengan - identifikasi prilaku emosional dan fisik
kriteria hasil: sebagai bentuk komunikasi
1. Berbicara Terapeutik
meningkat - gunakan metode komunikasi alternatif
2. Afasia menurun (mis. Isyarat tangan)
3.Pemahaman - sesuaikan gaya komunikasi dengan
komunikasi membaik kebutuhan
L.13118 - minta bantuan keluarga untuk
memahami ucapan pasien
- ulangi apa yang disampaikan pasien
Edukasi
- anjurkan berbicara perlahan
- ajarkan pasien dan keluarga proses
kognitif, anatomis dan fisiologis
Kolaborasi
-rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
Gangguan Setelah dilakukan Minimalisasi rangsangan (I.08241)
persepsi sensori tindakan keperawatan Observasi
b.d hipoksia selama ...x24 jam - periksa status mental
serebral diharapkan integritas Terapeutik
kulit dan jaringan - diskusikan tingkat toleransi terhadap
meningkat dengan beban sensori
kriteria hasil: - batasi stimulus lingkungan
1. verbalisasi - jadwalkan aktivitas harian dan waktu
pengecapan meningkat istirahat
2. respon stimulus - kombinasikan prosedur/tindakan dalam
membaik satu waktu
3. konsentrasi Edukasi
membaik - ajarkan cara meminimalisasi stimulus
4. orientasi membaik Kolaborasi
- kolaborasi dalam meminimalkan
prosedur/tindakan
- kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi stimulus.
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen nutrisi (I.03119)
ketidakmampuan tindakan keperawatan Observasi
menelan makanan selama ...x24 jam - identifikasi intoleransi makanan
diharapkan integritas - identifikasi perlunya penggunaan
kulit dan jaringan selang nasogastrik
meningkat dengan - monitor berat badan
kriteria hasil: Terapeutik
1. Kekuatan otot - lakukan oral hygiene
pengunyah - fasilitasi menentukan pedoman diet
meningkat Berikan makanan tinggi serat
2. Kekuatan otot Edukasi
menelan - anjurkan posisi duduk, jika mampu
meningkat -ajarkan diet yang di programkan
3. Frekuensi makan Kolaborasi
membaik - kolaborasi pemberian medikasi
L.03030 sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukn jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
Resiko perfusi setelah dilakukan I.06198
serebral tidak tindakan keperawatan observasi :
efektif D.0017 selama …x24jam 1. Identifikasi penyebab TIK
diharapkan tekanan 2. Monitor peningkatan TD
intracranial menurun 3. Monitor penurunan tingkat
dengan kriteria hasil : kesadaran
1. Tekanan Terapeutik
intracranial 1. Pertahankan posisi kepala dan
menurun leher netral
2. Sakit kepala 2. Dokumentasikan hasil
menurun pemantauan
3. Tekanan darah Edukasi :
sistolik 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
membaik pemantauan
L.02014 2. Informasikan hasil pemantauan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Stroke merupakan gangguan fungsi syaraf yang terjadi secara mendadak dan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Gangguan peredaran darah otak dapat
berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah diotak. Otak
yang seharusnya mendapatkan pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu.
Kekurangan pasokan oksigen ke otak dapat menimbulkan kematian sel syaraf (Pinzon &
Asanti, 2017).
B. Saran
Demikian laporan pendahuluan yang kami buat, semoga bermanfaat bagi
pembaca dan kami sebagai mahasiswa perawat diharapkan dapat mengerti dan
memahami tentang Asuhan Keperawatan pada klien stroke dan kami mohon kritikannya
bagi pembaca Asuhan Keperawatan ini agar bisa membangun laporan pendahuluan ini
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Battiacaca, B. F. (2013). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan 2013.
Salemba Medika.
Hutagaluh, M. S. (2019). Panduan Lengkap Stroke Mencegah, Mengobati dan Menyembuhkan.
Nusa Media.
Kanggeraldo, J., Sari, R. P., & Zul, M. I. (2018). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit
Stroke Hemoragik dan Iskemik Menggunakan Metode Dempster Shafer. Jurnal RESTI
(Rekayasa Sistem Dan Teknologi Informasi), 2(2), 498–505.
https://doi.org/10.29207/resti.v2i2.268
Lingga, L. (2013). ALL ABOUT STROKE (1st ed.). Elex Media Komputindo.
Muttaqin, A. (2016). Buku Ajar Asuhan keperawatan klien dgn. gangguan sistem persarafan (1st
ed.). Salemba Medika.
Pinzon, R., & Asanti, L. (2017). AWAS STROKE! Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan dan
Pencegahan. Andi.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Rachmawati, D., Sepdianto, T. C., Keperawatan, J., Kesehatan, P., Malang, K., Prodi, M., Blitar,
K., Kesehatan, P., & Malang, K. (2019). PENCEGAHAN DEKUBITUS PASIEN STROKE
HEMORRHAGIC SETELAH 24 JAM SERANGAN DI STROKE CENTER RSUD.
PENCEGAHAN DEKUBITUS PASIEN STROKE HEMORRHAGIC SETELAH 24 JAM
SERANGAN DI STROKE CENTER RSUD, 7, 118–127.
Tarwoto. (2013). Keperawatan medikal bedah : gangguan sistem persarafan (II). Sagung Seto.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (3rd ed.).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.