Laporan PLI - Anaerobik
Laporan PLI - Anaerobik
Laporan PLI - Anaerobik
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses
produksi, dari berbagai skala rumah tangga layaknya industri pertambangan, dan
hasil produksi lainnya. Limbah dianggap lebih banyak menghasilkan hal negatif
dibandingkan positif sehingga menjadi limbah yang mengganggu.
2.2 Proses Anaerob
Proses penguaraian oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan
organik terjadi secara anaerob. Pada prinsipnya proses anaerob adalah proses
biologi yang berlangsung pada kondisi tanpa oksigen oleh mikrooeganisme
tertentu yang mampu mengubah senyawa organik menjadi metana (biogas).
Proses ini banyak dikembangkan untuk mengolah kotoran hewan dan manusia
atau air limbah yang kandungan bahan organiknya tinggi. Sisa pengolahan bahan
organik dalam bentuk padat digunakan untuk kompos. Berikut ini adalah proses
pengolahan bahan organik menjadi biogas dengan proses anaerobik.
Secara umum, proses anaerob terdiri dari empat tahap yakni : hidrolisis,
pembentukan asam, pembentukan asetat dan pembentukan metana. Proses
anaerob dikendalikan oleh dua golongan mikroorganisme (hidrolitik dan
metanogen). Bakteri hidrolitik terdapat dalam jumlah yang besar dalam kotoran
unggas karena reproduksinya sangat cepat. Organisme ini memecah senyawa
organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Senyawa sederhana
diuraikan oleh bakteri penghasil asam (acid-forming bacteria). menjadi asam
lemak dengan berat molekul rendah seperti asam asetat dan asam butirat.
Selanjutnya bakteri metanogenik mengubah asam-asam tersebut menjadi metan.
Sampah organik sayur-sayuran dan buah-buahan adalah substrat yang
digunakan untuk menghasilkan biogas. Proses pembuatan biogas dilakukan secara
fermentasi yaitu proses terbentuknya gas metana dalam kondisi anaerob dengan
bantuan bakteri anaerob di dalam suatu digester sehingga akan dihasilkan gas
metana (CH4) dan gas karbondioksida (CO2) yang Volumenya lebih besar dari
gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan asam sulfida (H2S). Proses fermentasi
memerlukan waktu 7 sampai 10 hari untuk menghasilkan biogas dengan suhu
optimum 35 oC dan pH optimum pada range 6,4 – 7,9. Bakteri pembentuk biogas
yang digunakan yaitu bakteri anaerob seperti Methanobacterium,
Methanobacillus, Methanococcus dan Methanosarcina (Price,dkk,1981). Proses
pembentukan biogas (gas metana) dari berbagai macam bahan baku dapat melalui
3 tahapan, yaitu :
2.2.1 Hidrolisis
Pada tahap ini pelarutan bahan baku organik mudah larut dalam air,
dan yang sulit larut dicerna menjadi bahan organik sederhana, yaitu
perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer (sulistyo,
2010). Pada tahap ini bahan yang tidak larut seperti selulosa, polisakarida
dan lemak diubah menjadi bahan yang larut dalam air seperti karbohidrat
dan asam lemak. Tahap pelarutan berlangsung pada suhu 25oC hingga 30oC
didigester (Price dan Cheremisinoff, 1981). Reaksi:
2.2.2 Asidogenik
Pada tahap ini komponen monomer (gula sederhana), yang terbentuk
pada tahap hidrolisis, dimakan bakteri pembentuk asam, yang menghasilkan
asam asetat, propionat, laktat, alkohol, butirat, karbondioksida, hidrogen dan
amoniak (Sulistyo, 2010).
Pada suasana anaerob produk yang dihasilkan ini akan menjadi
substrat pada pembentukan gas metan oleh bakteri metanogenik. Tahap ini
berlangsung pada suhu 25oC hingga 30oC didigester (Price dan
Cheremisinoff, 1981). Adapun reaksi asidogenik senyawa glukosa adalah
sebagai berikut :
2.2.3 Metanogenesis
Tahap ini adalah tahapan terakhir dan sekaligus yang paling
menentukan yaitu dilakukan penguraian dan sintesis produk tahap
sebelumnya untuk menghasilkan gas metana (CH4). Hasil lain dari proses
ini berupa karbon dioksida, air, dan sejumlah kecil senyawa gas lain
(Bahrin, dkk, 2011). Proses ini berlangsung selama 14 hari dengan suhu
25oC hingga 35oCdi dalam digester. Pada proses ini akan dihasilkan 70%
CH4, 30 % CO2, sedikit H2 dan H2S (Price dan Cheremisinoff, 1981).
Reaksinya adalah sebagai berikut:
Bakteri anaerob dalam aktivator GP-7 dibawah ini hidup secara saprofit dan
bernapas secara anaerob dimanfaatkan dalam proses pembuatan gas bio atau
biogas. Bakteri saprofit yang ada di dalamnya hidup dan berkembang biak.
Bakteri tersebut memecah persenyawaan organik dan menghasilkan gas metana
(CH4) , H2S, N2, H2 dan CO2. Bakteri ini hidup dalam lingkungan mikro dalam
reaktor atau digester biogas yang sesuai dengan kebutuhannya (kedap udara,
material memiliki pH > 6, kelembaban 60%, dan temperatur >300C dan C/N ratio
tertentu) akan mengurai atau mendekomposisi semua biomassa termasuk jenis
sampah dan bahan organik (limbah kota, pertanian, peternakan, feces tinja,
kotoran hewan dan lain-lainnya) dengan cepat hanya 5 sampai 20 hari.
Biomassa dalam ukuran halus yang terkumpul dengan campuran air secara
homogen (slurry) pada digester akan diuraikan dalam dua tahap dengan bantuan
dua jenis bakteri. Tahap pertama, material organik akan didegradasi menjadi
asam-asam lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan
menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu
penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein,
karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan asidifikasi yaitu
pembentukan asam dari senyawa sederhana. Setelah material organik berubah
menjadi asam, maka tahap kedua dari proses anaerob adalah pembentukan gas
metana dengan bantuan Arkhaebakteria pembentuk metana seperti Methanococus,
Methanosarcina, dan Methanobacterium. Kemampuan konsorsium mikroba Green
Phoskko® sebagaimana diatas adalah menurunkan rasio C/N dalam bahan
sampah, yang awalnya tinggi (>50) menjadi setara dengan angka C/N tanah.
Dengan rasio antara karbohindrat dengan nitrogen rendah sebagaimana C/N tanah
(<20) maka bahan sampah dapat diserap tanaman. Proses dekomposisi
menggunakan mikroba, bakteri, fungi dan jamur yang terdapat dalam aktivator
Green Phoskko®, dalam bahan baku sampah organik terjadi perubahan yaitu:
2.5.2 Suhu
Ada tiga kondisi digestifikasi anaerobik berdasarkan suhu digesternya
yaitu:
a. Kondisi Psikoprilik
Pada kondisi ini suhu digester antara 10-18oC, dan sampah organik
cair terdigestifikasi selama 30-52 hari.
b. Kondisi Mesopilik
Pada kondisi ini suhu digester antara 20-45oC, dan sampah organik
cair terdigestifikasi selama 18-28 hari. Pada kondisi mesopilik
pengoperasiaanya lebih mudah, tapi biogas yang dihasilkan lebih sedikit dan
Volum digester lebih besar.
c. Kondisi Termopilik
Pada kondisi ini suhu digester antara 50-70oC, dan sampah organik
cair terdigestifikasi selama 11-17 hari. Digester pada kondisi termopilik
menghasilkan banyak biogas, tapi biaya investasinya tinggi dan
pengoperasiannya rumit.
Bahan organik yang bernilai C/N tinggi dapat dicampur dengan yang
lebih rendah sehingga diperoleh nilai rasio C/N yang ideal, seperti
pencampuran sampah organik sayur-mayur, umbi-umbian dan buah-buahan
dengan kotoran ternak untuk mencapai kadar C/N yang ideal dan produksi
biogas dapat berjalan optimum.
3.1.1 Alat
No. Nama Alat Jumlah
1. Labu Erlenmeyer 250 mL 2
2. Corong Gelas 2
3. Cawan Proselin 2
4. Desikator 1
5. Neraca Analitis 1
6. Oven 1
7. Furnace 1
8. Hach COD Digester 1
9. Tabung Hach 4
Buret lengkap dengan
10. 1
statif dan klem
3.1.2 Bahan
No. Nama Bahan Jumlah (g/L)
1. Glukosa 2
2. NH4HCO3 0,15
3. KH2PO4 0,15
4. NaHCO3 0,5
5. K2HPO4 0,5
6. Trace metal solution a 1 mL
7. MgSO4.7H2O 5
8. FeCl3 5
9. CaCl3 5
10. KCl 5
11. CoCl2 1
12. NiCl2 1
13. FAS
14. Indikator Ferroin
15. Kertas Saring
3.2 Prosedur Kerja
Tentukan MVLSS
(c−d )
VSS (mg/L) = x 106
ml sampel
MLVSS (mg/L)
Hari ke 0 10725
Hari ke 7 375
= 0 ml
1555,2−777,6
Efisiensi Pengolahan = x 100 % = 50%
1555,2
LAMPIRAN
(c−d )
VSS ( mg / L )= × 106
mL sampel
(36,6985−36,5890)
¿ × 106=29307,5 mg / L
40
¿ 40032,5−29307,5=10725 mg/ L
Akhir
(c −a)
TSS( mg/L)= ×106
mL sampel
( 43,3084−41,6290 )
¿ ×106=41985 mg / L
40
(c−d ) 6
VSS ( mg / L )= × 10
mL sampel
( 43,3084−41,6440) 6
¿ ×10 =41610 mg/ L
40
¿ 41985−41610=375 mg / L
2. Menghitung Chemical Oxygen Demand (COD)
( a−b ) c ×1000 ×d × p
COD(mgO2 / L)=
mL sampel
Dimana:
a = mL FAS untuk blanko
b = mL FAS untuk sampel
c = normalitas FAS
d = berat equivalen Oksigen (8)
p = pengenceran
¿ 1555,2 mg/L
¿ 777,2 mg/L
c) Efisiensi Pengolahan
COD awal−COD setelah 7 hari
Efisiensi= ×100 %
COD awal
1555,2−1166,4
¿ × 100 %=50 %
1555,2