Makalah Manajemen Lab

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

MANAJEMEN LABORATORIUM
PENGELOLAAN LABORATORIUM KLINIK

Disusun Oleh:

DEDI GUNAWAN
P07534017075
III B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

 
Assalamualaikum Wr Wb. Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah- Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Manajemen Laboratorium.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengajar yang telah membimbing kami
dalam penyusunan makalah ini. Semoga tugas ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih
terhadap kami. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kritik dan masukan kita nantikan untuk
penyempurnaan penulisan makalah selanjutnya

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................3
2.1 Pengertian manajemen laboratorium................................................................................................3
2.2 Laboratorium kesehatan....................................................................................................................3
2.3 Perencanaan pembuatan suatu laboratorium...................................................................................4
2.4 Pemeriksaan yang umum................................................................................................................17
2.5 Pengendalian Mutu Laboatorium....................................................................................................19
2.6 Pengelolahan limbah cair dan padat................................................................................................23
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................27
3.2 Saran................................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................28

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Manajemen laboratorium (laboratory management) adalah usaha untuk mengelola


laboratorium. Suatu laboratorium dapat dikelola dengan sangat baik ditentukan oleh beberapa
faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa alat-alat laboratorium yang
canggih, dengan staf profesional yang terampil belum tentu dapat berfungsi dengan baik, jika
tidak didukung oleh adanya manajemen laboratorium yang baik. Oleh karena itu manajemen
laboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan laboratorium sehari-
hari.
Pengelolaan laboratorium akan berjalan dengan lebih efektif, jika dalam struktur
organisasi laboratorium didukung oleh Board of Management yang berfungsi sebagai pengarah
dan penasehat. Board of Management terdiri atas para senior/profesor yang mempunyai
kompetensi dengan kegiatan laboratorium yang bersangkutan.
Peranan sumber daya manusia di dalam perkembangan teknologi industri tampak berperan
sekali. Walaupun teknologi secanggih apapun tidak dapat berjalan jika tidak diproses oleh
manusia. Istilah SDM mengandung konotasi yang bersangkutan dengan kondisi manusia pada
umumnya, baik di dalam maupun di luar organisasi. Sasaran yang ingin dicapai oleh manajemen
SDM adalah untuk meningkatkan konstribusi dari pegawai yang ada dalam organisasi.
Pengendalian pra analitik adalah serangkaian kegiatan laboratorium saat pelayanan dimulai
pada pasien berupa penerimaan pasien, pengambilan spesimen, pelabelan spesimen, penerimaan
spesimen, penilaian spesimen, pengolahan spesimen hingga pengiriman spesimen dengan
maksud agar spesimen benar-benar representatif sesuai dengan keadaan pasien, tidak terjadi
kekeliruan jenis spesimen, dan mencegah tertukarnya spesimen-spesimen pasien satu sama
lainnya.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja Perencanaan Manajemen Mutu Laboratorium?


2. Bagaimana Pengendalian Manajemen Mutu Laboratorium?

1
1.3 Tujuan

Untuk merencanakan kegiatan suatu laboratorium yang dilakukan selama satu tahun
kedepan secara rinci agar perencanaan sesuai seperti yang diinginkan serta untuk menjamin
bahwa spesimen-spesimen yang diterima benar dan dari pasien yang benar pula..

2
BAB II

ISI

2.1 Pengertian manajemen laboratorium

Manajemen laboratorium adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan


suatu kegiatan di laboratorium, baik bersama orang lain maupun melalui orang lain dalam
mencapai tujuan tertentu. Dalam manajemen laboratorium terkandung pengelolaan terhadap
laboratorium sebagai tempat praktikum yang secara rinci terdiri dari alat dan bahan kimia, sarana
prasarana laboratorium, dan proses pelaksanaan praktikum. Fungsi manajemen adalah sebagai
rangkaian kegiatan wajar yang telah ditetapkan dan memiliki hubungan saling ketergantungan
antara satu dengan yang lain (Sudjana, 2000: 17).
Sejalan dengan perkembangan jaman, maka para pakar mengemukakan berbagai fungsi
manajemen. Menurut Terry (dalam Salirawati, 2012: 6), fungsi manajemen yaitu Planning,
Organizing, Actuating, dan Controlling yang disingkat POAC. Perencanaan (Planning)
merupakan salah satu bagian yang sangat penting, karena perencanaan yang matang akan lebih
memungkinkan tercapainya tujuan yang diharapkan.
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan
menetapkan cara dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut seefisien dan
seefektif mungkin. Perencanaan sebagai proses menganalisis situasi, menetapkan tujuan yang
akan dicapai di masa yang akan datang dan menentukan langkah-langkah yang akan diambil
untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan tersebut. Bateman dan Zeithami (dalam
Salirawati, 2012: 7) mengungkapkan bahwa dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga
kegiatan yang satu sama lain saling berhubungan. Ketiga kegiatan tersebut yaitu perumusan
tujuan yang ingin dicapai, pemilihan program untuk mencapai tujuan dan identifikasi pengerahan
sumber daya yang tersedia. Perencanaan dapat pula dianggap suatu seri dari langkah-langkah
atau tahapan yang dapat diikuti secara sistematis.

2.2 Laboratorium kesehatan

Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,


penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia maupun bahan bukan berasal

3
dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit dan kondisi kesehatan atau
faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat.

Desain minimal suatu laboratorium memiliki fasilitas sebagai berikut :


1. Mempunyai sistem ventilasi yang memadai dengan sirkulasi udara yang adekuat.
2. Mempunyai pemadam api yang tepat terhadap bahan kimia yang berbahaya yang
digunakan di laboratorium.
3. Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat pembakar gas yang
terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
4. Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi tempat yang
aman dari dari bahaya kebakaran, dapat disediakan bendung-bendung talam.
5. Dua buah jalan keluar harus disediakan untuk keluar dari kebakaran dan terpisah sejauh
mungkin.
6. Tempat penyimpanan di desain untuk mengurangi sekecil mungkin resiko oleh bahan-
bahan berbahaya dalam jumlah besar.
7. Harus tersedia alat pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).

2.3 Perencanaan pembuatan suatu laboratorium

1. Letak Laboratorium
Menurut KMK Mentri Kesehatan No 605/MENKES/SK/VII/2008 ditinjau dari geografi
Balai LabKes/ Balai Besar LabKes harus mempunyai lokasi yang dapat ditinjau masyarakat
dengan mudah. Pendekatan yang dipakai dalam menyusun standar lahan dan bangunan adalah :

a. Klarifikasi Balai LabKes/ Balai besar LabKes.


b. Kebutuhan luas dan bangunan termaksud parkir Kesehatan dan keselamatan kerja
laboratorium kesehatan.
c. Kenyamanan linkungan
Menurut KMK mentri kesehatan no 411/MENKES/PER/III/2010 Laboratorium Klinik
harus memenuhi persyaratan lokasi yang memenuhi kesehatan lingkungan dan tata ruang.
Kesehatan lingkungan mencakup upaya pemantauan lingkungan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Ketentuan mengenai tata ruang sesuai dengan peruntukan lokasi diatur
dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, rencana tata ruang kawasan perkotaan,

4
dan/atau rencana tata bangunan dan lingkungan. Menurut KMK mentri kesehatan Nomor
04/MENKES/SK/I/2002 Lokasi laboratorium kesehatan swasta harus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2 Tata Ruang Laboratorium
Menurut KMK Mentri Kesehatan No 605/MENKES/SK/VII/2008 ditinjau dari geografi
Balai LabKes/ Balai Besar LabKes penataan ruang bangunan dan penggunaanya harus sesuai
dengan fungsi serta memenuhi persyaratan dan mengelompokan ruangan berdasarkan tingkat
resiko terjadinya penularan penyakit.
Menurut KMK Mentri Kesehatan No 04/MENKES/SK/I/2002 persyaratan minimal bangunan :

Menurut ISO 15189 Desain ruangan yang memenuhi syarat:


 Sirkulasi udara
 Pencahayaan
 Ventilasi
 Telekomunikasi
 Suhu & kelembaban
 Air

5
 Penanganan limbah
 Keamanan Laboratirum
 APAR
 Pest Control

Sedangkan menurut permenkes nomor 24 tahun 2016 tentang persyaratan teknis bagunan
dan prasarana rumah sakit. Suatu laboratorium sumah sakit harus mempunyai :
1. Letak ruang laboratorium harus memiliki akses yang mudah ke ruang gawat darurat dan
ruang rawat jalan
2. Desain tata ruang dan alur petugas dan pasien pada ruang laboratorium harus terpisah dan
dapat meminimalkan resiko penyebaran infeksi.
3. Harus memiliki :

a) Saluran pembuangan limbah cair yang dilengkapi dengan pengolahan awal (pre-
treatment) khusus debelum dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah rumah sakit; dan

b) Fasilitas penampungan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun.

N Nama ruangan Persyaratan ruangan keterangan

A. Laboratorium terpadu

1. Ruangan Administrasi  Luas ruangan


disesuaikan
dengan jumlah
petugas dengan
perhitungan 3-5
m2/petugas

 Total pertukaran
udara minimal 6
kali per jam

6
 Intensitas cahaya
minimal 100 lux

2. Ruang Tunggu  Luas ruang Untuk RS kelas


tunggu D dapat
menyesuaikan bergabung
kebutuhan dengan
kapasitas ruang
pelayanan dengan tunggu RS
perhitungan 1-1,5
m2/orang

 Ruangan harus
dijamin
terjadinya
pertukaran udara
minimal 6 kali
per jam

 Ruangan harus
mengoptimalkan
pencahayaan
alami

 Ruang tunggu
dilengkapi
dengan fasilitas
desinfeksi tangan

3. Ruangan  Tata letak ruang


Pengambilan/Pener harus dapat
imaan Spesimen meminimalkan

7
 Plebotomi terjadinya infeksi
silang.
 Urin atau tinja
 Setiap jenis ruang
 Spesimen Genital pengambilan
spesimen harus
 Spesimen lain
disediakan seusai
(pus, kerokan kulit,
spesifikasi dan
dan lain-lain)
kebutuhan
ruangannya.

 Persyaratan
ruangan sputum :

- Luas miniman 2
m2

- Ruangan harus
menggunakan
pencahayaan
alami.

- Mempunyai
pertukaran udara
minimal 12 kali
per jam.

- Tersedia wastafel
dengan air
mengalir,
dilengkapi
handsrub dan
tissue.

8
4. Ruangan konsultasi umum RS kelas D,
ruangan
ini tidak
harus ada.

5. Ruangan pemeriksaan :  Luas ruang


minimal 16m2
a. Laboratorium
dengan
hematologi
memperhatikan
ruang gerak
petugas, pasien
dan peralatan.

 Lantai tidak
boleh licin, non
prosif tahan
terhadap bahan
kimia dan mudah
dibersihkan.

 Dinding non
porosif, tahan
terhadap bahan
kimia dan mudah
dibersihkan.

 Disediakan meja
dengan
persyaratan dapat
meredam getaran
untuk meletakan
peralatan

9
pemeriksaan.

 Tersedia wastafel
dan fasilitas
desinfeksi tangan.

 Tersedia satu
grounding khusus
(0,02 ohm) untuk
peralatan
laboratorium
yang dapat
dipasang secara
paralel.

 Setiap ruangan
tersedia kotak
kontak dengan
jumlah sesuai
kebutuhan dan
tidak boleh
menggunakan
percabangan.

 Ruang harus
dijamin terjadi
pertukaran udara
baik alami
maupun mekanik
dengan total
pertukaran
minimal 6 kali

10
per jam

 Ruangan harus
mengoptimalkan
pencahayaan
alami, untuk
pencahayaan
buatan dengan
intensitas cahaya
100 lux.

b. Laboratorium  Luas ruang Laboratorium


urin/feses miniman 9m2 ini dapat
dengan digabungk
memperhatikan an dengan
ruang gerak laboratori
petugas, pasien um yang
dan peralatan. lain.

 Persayaratan
ruangan dan
prasarana lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.

c. Laboratorium  Luas ruang


kimia klinik miniman 9m2
dengan
memperhatikan
ruang gerak

11
petugas, pasien
dan peralatan.

 Persayaratan
ruangan dan
prasarana lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.

d. Laboratorium  Luas ruang


imunologi miniman 9m2
dengan
memperhatikan
ruang gerak
petugas, pasien
dan peralatan.

 Persayaratan
ruangan dan
prasarana lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.

e. Laboratorium  Luas ruang RS kelas C dan


mikrobiologi miniman 16m2 D
dengan laboratori
memperhatikan um ini
ruang gerak tidak

12
petugas, pasien dipersyara
dan peralatan. tkan ada.

 Persyaratan
ruangan dan
prasarana lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.

f. Laboratorium  Luas ruang Untuk RS kelas


anatomik disesuaikan D
dengan laboratori
kebutuhan um ini
peralatan yang tidak
digunakan. dipersyara
tkan ada.
 Persayaratan
ruangan dan
prasarana lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.

g. Laboratorium  Luas ruang


biologi molekuler disesuaikan
dengan
kebutuhan
peralatan yang
digunakan.

13
 Persayaratan
ruangan dan
prasarana lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.

6. Ruangan penyimpanan  Luas ruangan


barang habis pakai menyesuaikan
kebutuhan
kapasitas
pelayanan.

 Setiap ruangan
disediakan
minimal 2 kotak
kontak atau tidak
boleh
menggunakan
percabangan.
Untuk stop
kontan khusus
alat simpan
biomaterial
khusus
disediakan
tersendiri dan
harus kompatibel
dengan rencana
alat yang akan

14
dipakai.

 Total pertukaran
udara minimal 4
kali per jam
dengan tekanan
udara positif.

7. Ruangan IT  Luas ruang RS kelas C dan


menyesuaikan D ruang
dengan kapasitas ini tidak
pelayanan. dipersyara
tkan ada.

8. Ruangan arsip umum Ruangan ini


dapat
digabung
dengan
ruang
administra
si

9. Ruang pengambilan hasil  Luas ruang Ruangan ini


disesuaikan dapat
dengan jumlah tergabung
petugas, dengan dengan
perhitungan 3-5 ruang
m2/petugas administra
si,
 Total pertukaran
disediakan
udara minimal 6
loket.
kali/jam

15
 Intensitas cahaya
minimal 100 lux

10 Ruang kerja dokter  Untuk kelas A RS kelas D


dan B perlu ada ruangan
ruangan khusus ini tidak
mikroskopik/diag dipersyara
nostik non tkan ada.
infeksisus

B. Ruangan Khusus

1. Ruangan produksi  Ruangan ini RS kelas C dan


disediakan D ruang
2. Ruangan penanaman
sebagai ini tidak
kuman TB
pendukung dipersyara
pelayanan tkan ada.
mikrobiologi

 Persyaratan ruang
dan prasarana
lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.

3. Ruangan potong jaringan  Disediakan RS kelas D


patologi dan sebagai tidak
anatomik pendukung dipersyara
pelayanan tkan ada
4. Ruang penyimpanan
patologi
jaringan patologik

16
 Persyaratan ruang
dan prasarana
lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.

5. Ruang mikrotom

6 Ruangan histologi

7. Ruangan  Disediakan RS kelas C dan


imunohistokimia sebagai D tidak
pendukung dipersyara
pelayanan tkan ada
patologi
anatomik

 Persyaratan ruang
dan prasarana
lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.

C. Ruangan Lain-lain

1. Ruang ganti/ loker umum Fungsi ini dapat


tersentral
2. Pantri umum
di RS

17
3. Ruang cuci peralatan Mengikuti persyaratan
umum dan
dilengkapi sink

4. Ruang kepala umum RS kelas C dan


laboratorium D, fungsi
ruangan
5. Ruang diskusi dan umum
ini dapat
istirahat personil
tersentral

6. Ruang petugas umum di RS

laboratorium

7. KM/WC (toilet) pasien Persyaratannya bisa


mengikuti syarat
toilet aksesibel
melihat poin
diatas.

8. KM/WC (toilet) petugas Persyaratan toilet


secraa umum.

2.4 Pemeriksaan yang umum

1. Pemeriksaan Hematologi
Dalam sirkulasi darah didapatkan sel darah dan cairan yang disebut plasma. Sel darah
tersebut terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), trombosit (sel pembeku
darah). Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui kelainan
dari kuantitas dan kualitas sel darah merah, sel darah putih dan trombosit serta menguji
perubahan yang terjadi pada plasma yang terutama berperan pada proses pembekuan darah.
Pemeriksaan pada sel darah meliputi kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, nilai
eritrosit rerata (nilai NER), jumlah leukosit dan trombosit. Selain itu pemeriksaan hematologi
meliputi pula hitung retikulosit, hitung eosinofil, aktifitas glucose-6-phosphate dehydrogenase

18
(G6PD), daya tahan osmotik eritrosit yang dikenal sebagai resistensi osmotik eritrosit, penetapan
fraksi hemoglobin dalam eritrosit yang diperiksa dengan analisa hemoglobin, pemeriksaan sel
lupus eritematosus (LE) serta penetapan golongan darah. Selain itu, pemeriksaan hematologi
yang terpenting adalah pemeriksaan hitung jenis leukosit  disertai dengan penilaian morfologi sel
darah yang dapat diketahui dengan pemeriksaan gambaran darah tepi. Pemeriksaan gambaran
darah tepi dapat menilai kelainan bentuk dari eritrosit, leukosit dan trombosit yang dapat
menimbulkan kelainan secara hematologis.
Pemeriksaan hematologi dapat dilakukan secara manual yang memakan waktu cukup lama
dan tidak menunjukkan ketelitian serta ketepatan yang baik. Akhir-akhir ini dengan
perkembangan teknologi dalam bidang laboratorium, jumlah sel darah dapat dihitung dengan
metoda otomatis yang disebut blood cell counter.
Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika pemeriksaan hematologi dilakukan dengan
blood cell counter yang disertai pemantapan kualitas intra laboratorium yang ketat dengan
menggunakan bahan kontrol komersial. Hasil pemeriksaan diperoleh dalam waktu singkat serta
hasil dapat dipercaya karena memiliki ketelitian dan ketepatan yang tinggi. Selain itu
Laboratorium Klinik Utama Bio Medika juga mengikuti pemantapan kualitas (quality control)
yang dijalankan oleh Departemen Kesehatan serta pemantapan kualitas yang dilaksanakan oleh
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia.
2.  Pemeriksaan Koagulasi
Pemeriksaan laboratorium yang menguji kelainan dalam plasma disebut sebagai
pemeriksaan koagulasi. Pemeriksaan koagulasi ini menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji
masa protrombin, uji activated partial thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar
fibrinogen. Pemeriksaan ini penting dilakukan pada pasien untuk mengetahui penyebab
perdarahan atau untuk mengetahui kelainan pada pasien yang cenderung mengalami perdarahan.
Pemeriksaan koagulasi sebaiknya dilakukan dengan menggunakan koagulometer otomatik agar
didapatkan ketelitian dan ketepatan yang tinggi. Selain itu alat tersebut dapat dipakai untuk
memantau pasien yang menggunakan obat antikoagulan oral seperti Simac dengan melakukan uji
masa protrombin yang diikuti dengan penetapan nilai INR.
Penilaian mengenai trombosit dapat dilakukan dengan mengetahui jumlah dan fungsi
trombosit. Jumlah trombosit diketahui dengan menghitung jumlah sel tersebut di dalam darah
dengan alat hitung sel darah otomatis dan fungsi trombosit dapat diketahui dengan melakukan

19
pemeriksaan masa perdarahan dan uji agregasi trombosit. Uji agregasi ini dipakai untuk menguji
salah satu dari fungsi trombosit dan dapat dipakai untuk monitoring pasien yang menggunakan
obat anti-trombosit. Obat anti-trombosit ini dipakai untuk pencegahan terjadinya penyumbatan
pembuluh darah seperti pada infark miokard atau stroke.
3.    Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan penyaring yang dipakai untuk mengetahui
adanya kelainan di dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan salurannya, kelainan yang
terjadi di luar ginjal, untuk mendeteksi adanya metabolit obat seperti zat narkoba dan mendeteksi
adanya kehamilan. Pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik/sedimen
dan kimia urin. Pada penyakit ginjal dapat diketahui adanya kerusakan ginjal, saluran kemih
seperti infeksi, radang, adanya trauma atau keganasan. Kelainan yang terjadi di luar ginjal juga
dapat dideteksi dengan pemeriksaan urin, seperti adanya diabetes melitus (DM) dapat diketahui
dengan pemeriksaan glukosa urin, hepatitis dengan memeriksa adanya bilirubin dalam urin;
perdarahan saluran kemih dapat pula diketahui terutama yang belum terlihat warna merah dalam
urin yang disebut mikrohematuria. Dengan adanya penyalahgunaan obat akhir-akhir ini dapat
diketahui hasil metabolit obat narkotika di dalam urin.
Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika, pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan
makroskopik dan mikroskopik menggunakan flowcytometer serta pemeriksaan kimia urin
dilakukan dengan menggunakan chemistry urine analyzer yang menggunakan metoda otomatik.
Dengan menggunakan metoda otomatis akan didapatkan hasil pemeriksaan yang teliti, tepat dan
cepat. Alat otomatis ini dilengkapi dengan pemantapan kualitas intra laboratorium menggunakan
bahan kontrol komersial yang menjamin hasil pemeriksaan teliti dan tepat. Selain itu hasil
pemeriksaa urin dikontrol melalui program pemantapan kualitas laboratorium klinik yang
diselenggrakan oleh Departemen Kesehatan dan Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik.
4.    Pemeriksaan Tinja
Tinja adalah sisa makanan yang telah dicerna dan belum dicerna oleh usus yang
dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk benda padat. Pada keadaan abnormal atau adanya kelainan
di dalam saluran cerna, tinja dapat menunjukkan perubahan bentuk serta hasil pemeriksaan yang
abnormal. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, darah samar dan
pemeriksaan sisa pencernaan.

20
Pemeriksaan mikroskopik tinja digunakan mikroskop cahaya untuk melihat unsur
abnormal seperti telur cacing, sisa makanan yaitu lemak, amilum, leukosit dan eritrosit bila ada
perdarahan. Perdarahan pada saluran cerna tidak selalu memberikan warna merah pada tinja
khususnya pada perdarahan saluran cerna bagian atas, darah akan diubah oleh asam lambung
yang berubah menjadi warna coklat kehitaman. Adanya darah dalam tinja dipastikan dengan
pemeriksaan laboratorium.
Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika, pemeriksaan tinja dilakukan dengan cara
makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan darah di dalam tinja menggunakan antibodi
monoklonal.

2.5 Pengendalian Mutu Laboatorium

A. Pengambilan Spesimen
a. Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan tertentu :
- bersih, kering, tidak mengandung bahan kimia/deterjen,
- Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi spesimen.
- Mudah dicuci atau dibersihkan dari sampel sebelumnya.
- Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan biakan harus menggunakan peralatan yang
steril.
b. Wadah spesimen harus memenuhi :
- Terbuat dari gelas atau plastik. Untuk spesimen darah harus terbuat dari gelas.
- Tidak bocor atau merembes.
- Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir.
- Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
- Bersih dan kering
- Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen
- Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
- Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai karena pengaruh
sinar matahari, maka digunakan botol coklat.
- Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman wadah harus steril.

21
c. Pengawet : Diberikan agar sampel yang akan diperiksa dapat dipertahankan kondisi dan
jumlahnya dalam waktu tertentu. Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah.
d. Waktu : Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari, terutama untuk
pemeriksaan Kimia klinik, Hematologi dan Imunologi karena umumnya nilai normal ditetapkan
pada keadaan basal.
e. Lokasi : Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu lokasi pengambilan
yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Spesimen untuk pemeriksaan
menggunakan darah vena umumnya diambil dari vena cubiti daerah siku. Spesimen darah arteri
umumnya diambil dari arteri radialis di pergelangan tangan atau arteri femoralis di daerah lipat
paha. Spesimen darah kapiler diambil dari ujung jari tengah tangan atau jari manis tangan bagian
tepi atau pada derah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki atau cuping telingan pada bayi. Tempat
yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti cyanosis atau pucat,
bekas luka dan radang
f. Volume : Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan
laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa.
g. Teknik Pengambilan : Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar,
agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya.

B. Pemberian Identitas Spesimen


Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting baik pada saat
pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label wadah
spesimen. Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya
memuat secara lengkap :
- Tanggal permintaan
- Tanggal dan jam pengambilan spesimen
- Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk rekam medik.
- Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telepon)
- Nomor laboratorium
- Diagnosis.keterangan klinik.
- Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian.
- Pemeriksaan laboratorium yang diminta.

22
- Jenis spesimen
- Lokasi pengambilan spesimen
- Volume spesimen
- Pengawet yang digunakan
- Nama pengambil spesimen.

C. Pengolahan Spesimen
Spesimen yang telah diambil dilakukan pengolahan untuk menghindari kerusakan pada
spesimen tersebut. Pengolahan spesimen berbeda-beda tergantung dari jenis spesimennya
masing-masing.
1). Serum
Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama 2-30 menit, lalu di
sentrifuge 3000 rpm selama 5-15 menit. Pemisahan serum dilakukan dalam waktu 2 jam
setelah pengambilan darah. Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah
dan keruh.
2). Plasma
Kocok darah EDTA atau citrat dengan segera secara perlahan-lahan.
Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan spesimen. Plasma
yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh.
3). Whole blood
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisi antikoagulan yang
sesuai, lalu dihomogenisasi dengan cara goyang perlahan tabung.
4). Urine
Urine yang didapatkan tidak perlu ada perlakuan secara khusus, kecuali pemeriksaan
harus segera dilakukan sebelum 1 jam, sedangkan untuk pemeriksaan sedimen harus
dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan cara dimasukkan tabung dan sentrifuge
selama 5 menit 1500-2000 rpm, supernatan dibuang dan diambil sedimennya. Suspensi
sedimen ini dicampur dengan cat Sternheirmer-Malbin Stain’s untuk menonjolkan unsur
sedimen dan memperjelas strukturnya.
5). Sputum

23
Masukkan sputum ke dalam tabung steril yang berisi NaOH 4% sama banyak. Kocok
dengan baik. Inkubasi pada suhu kamar 25-30OC selama 15-20 menit dengan pengocokan
teratur tiap 5 menit. Sentrifuge dengan kecepatan tinggi selama 8-10 menit. Endapan
diambil dan supernatan dibuang pada air lysol.

D. Menilai Spesimen Yang Tidak Memenuhi Syarat


1. Spesimen diterima oleh petugas loket dan sampling.
2. Penilaian spesimen harus dilakukan sesuai dengan jenis pemeriksaan.
3. Penilaian spesimen harus segera dilakukan setelah menerima spesimen.
4. Petugas laboratorium wajib menolak dan mengembalikan spesimen yang tidak
memenuhi syarat pemeriksaan.
5. Spesimen yang ditolak diberitahukan lewat via aiphone ruangan atau yang mengantar
spesimen.
6. Spesimen untuk pemeriksaan Patologi Aanatomi yang diantar ke laboratorium berupa
jaringan biopsi dan operasi yang telah lebih 1 hari, tidak menggunakan pengawet,
ditempatkan suhu ruang ditolak untuk pemeriksaan rujukan.

E. Penyimpanan Spesimen
Spesimen yang sudah diambil harus segera dikirim ke laboratorium untuk diperiksa, karena
stabilitas spesimen dapat berubah. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen antara
lain :
a. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia.
b. Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen.
c. Terjadi penguapan.
d. Pengaruh suhu.
e. Terkena paparan sinar matahari.
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan memperhatikan
jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Persyaratan penyimpanan beberapa spesimen untuk

24
beberapa pemeriksaan laboratorium harus memperhatikan jenis spesimen,
antikoagulan/pengawet dan wadah serta stabilitasnya. Beberapa cara penyimpanan spesimen :
a. Disimpan pada suhu kamar
b. Disimpan dalam lemari es suhu 2-8OC
c. Dibekukan suhu -20OC, -70OC atau -120OC
d. Dapat diberikan bahan pengawet
e. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau lisat.

2.6 Pengelolahan limbah cair dan padat

1.   Limbah Cair:
a.   Limbah Cair Infeksius:
      Sebelum dialirkan ke saluran pembuangan awal, limbah dikumpulkan terlebih dahulu dalam
wadah plastik atau kaca dan diberi desinfektan. Jenis desinfektan yang banyak digunakan adalah
natrium hipoklorit dengan kadar 0,5-10%. Karena kekuatan desinfektan makin lama makin
menurun, maka untuk keefektifan penggunaanya harus dibuat baru setiap minggu.
      Setelah didesinfeksi, limbah tersebut dialirkan ke saluran pembuangan awal yang selanjutnya
dikumpulkan dalam bak penampungan untuk diolah.
b.      Limbah Cair Domestik:
   Limbah ini langsung dialirkan melalui saluran pembuangan awal menuju bak          
penampungan untuk diolah.
c.   Limbah Cair Kimia:
      Penanganannya dilakukan dengan cara mengencerkan limbah dengan air sampai konsentrasi
rendah dan selanjutnya dialirkan mengikuti saluran pembuangan awal menuju bak penampungan
untuk diolah.

Semua limbah cair yang terkumpul dalam bak penampungan dapat diolah dengan berbagai cara,
antara lain :
a.   FBK Bioreactor

25
      FBK Bioreaktor menggunakan metode proses biologis. Limbah yang terkumpul dalam bak
penampungan dipompa menuju alat Bioreactor dan setelah mengalami proses, limbah disalurkan
melalui pipa buangan ke saluran umum (sungai/kali).
      Proses FBK Bioreactor ialah melalui media yang berkelok-kelok berfungsi sebagai tempat
pertumbuhan bakteri aerob yang tumbuh melekat pada media, membentuk lapisan biomassa.
Aerator dan struktur media yang mengatur aliran air limbah yang masuk ke dalam tangki
Biodetox sedemikian rupa sehingga kontak antara air limbah dengan lapisan biomassa terjadi
berulang-ulang, melalui perjalanan panjang sehingga mencapai efisiensi degradasi BOD/COD
yang optimum ( maksimal kadar BOD = 75 mg/L dan COD = 100 mg/L). Udara dimasukkan ke
dalam tangki Biodetox melalui aeration sehingga menimbulkan gelembung-gelembung udara
yang dihasilkan dari mesin kompressor. Aerator dirancang secara spesifik rnenghasilkan efek
floatasi dan sedimentasi.
      Air limbah yang telah diolah dalam tangki Biodetox sudah jernih sehingga dapat disalurkan
ke saluran umum.
b.      Sewage Treatment Plant (STP) :
      Adalah sistem pengolahan limbah yang bertujuan mengolah limbah cair       menjadi air
bersih yang dapat dibuang ke saluran umum dan tidak mencemari     lingkungan.
Metode yang digunakan adalah:
-     Screen Pit
      Dilengkapi dengan saringan kasar, saringan halus dan communitor. Berfungsi untuk
menyaring kotoran/sampah yang besar-besar sedangkan communitor akan menghancurkan
material yang masuk sehingga proses treatment secara biologis dapat berfungsi dengan baik.
-     Equalizing Tank:
      Berfungsi sebagai pre-treatment yang meratakan kualitas air bak.
-     Aeration tank
      Dilengkapi dengan air seal difusser. Air limbah yang masuk ke dalam bak aerasi diproses
dengan cara mendifusikan udara ke dalam air limbah melalui diffuser juga ditambahkan lumpur
aktif yang dikembalikan dan bak pengendap. Setelah melalui proses aerasi, air mengalir melalui
pipa transfer ke bak pengendap (Settling Tank).
-     Settling Tank :

26
      Berfungsi untuk memisahkan lumpur. Lumpur akan mengendap ke bagian bawah tangki dan
disedot oleh lift pump masuk ke dalam kotak distribusi lumpur yang kemudian didistribusikan
menjadi 2 cabang ; yang pertama masuk ke bak aerasi dan yang kedua masuk ke bak
penampungan lumpur, sedangkan airnya akan mengalir melalui Over Flow Weir selanjutnya
masuk bak Over Flow dan mengalami proses ( untuk mendestruksi mikroba patogen.
-     Effluent Tank :
      Berfungsi untuk menampung hasil akhir pengolahan (treatment). Air dalam bak ini dipompa
ke sumpit lalu disalurkan ke saluran umum.

2.   Limbah Padat :
a.   Limbah Padat Infeksius:
-     Limbah benda tajam
      Dikumpulkan dalam suatu wadah sesuai syarat penampungan benda tajam. Untuk keamanan,
pada saat pengangkutannya wadah tersebut dapat diberi cairan desinfektan seperti lysol.
Kemudian wadah dimasukkan dalam kantong plastik kuning dengan simbol biohazard diikat
kuat lalu diangkut untuk dibakar di insinerator.
-     Limbah sisa bahan pemeriksaan
      Dikumpulkan dalam kantong plastik kuning bersimbol biohazard dan disterilkan dalam
autoclave suhu 121°C selama 15 menit. Selanjutnya kantong plastik tersebut dilapisi dengan
kantong plastik kuning, diikat kuat lalu diangkut untuk dibakar di incinerator.
b.   Limbah Padat Non Infeksius:
      Dimasukkan dalam tempat sampah yang telah dilapisi kantong plastik warna hitam. Setelah
sampah mengisi ¾ kantong, ikatlah kuat-kuat lalu angkut ke tempat pembuangan untuk dibakar
dalam insinerator.

3.   Limbah Gas:


Limbah gas harus dibersihkan melalui penyaringan (filter) sebelum dibuang ke udara. Filter
harus diperiksa secara teratur, jika rusak atau tingkat radiasinya mendekati batas yang telah
ditentukan, filter harus diganti. Untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif dari filter, maka filter
harus dibungkus dengan plastik polietilen.

27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Agar semua kegiatan yang dilakukan di dalam laboratorium dapat berjalan dengan
lancar, dibutuhkan sistem pengelolaan operasional laboratorium yang baik dan sesuai
dengan situasi kondisi setempat. Untuk mencapai hal tersebut, beberapa hal yang telah
dijelaskan di atas, perlu diperhatikan. Peran Kepala Laboratorium sangat penting dalam
menerapkan proses manajemen pengelolaan laboratorium, termasuk dukungan keterampilan
dari segala elemen yang ada di dalamnya.

3.2 Saran

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan serta penyusun rumusan masalahnya. Dimohon kepada pembimbing untuk
memberikan saran yang sebanyak-banyaknya agar kami dapat melakukan penulisan yang lebih
baik lagi dikemudian hari

28
DAFTAR PUSTAKA

 
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyanta-msi-dr/manajemen-lab.pdf  
http://www.psb-psma/content/pengelolaan-lab-bagian-tata-letak-peralatan-laboratorium\
Amien, Moh. (1988). Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum Pendidikan IPA Umum Untuk
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.
Soemardjo, dan Sumardjito.(1996). Aturan Perundangan Bangunan dan Sarana/Prasarana
Sekolah.Makalah, FPTK IKIP Yogyakarta.
Soenarto, dan Satunggalno.(1996). Strategi Implementasi,Motivasi dan Evaluasi Kebijakan dalam
Perawatan Sarana dan Prasarana Pendidi kan.Makalah, FPTK IKIP Yogyakarta.
Anonim. (2010). Sumber belajar di era teknologi informasi dan komunikasi.  Diakses tanggal 14 Desember  2010  dari :
http://bintangsitepu.wordpress.com/2010/07/07/sumber-belajar-di-era-teknologi-informasi-dan-komunikasi/.
Anonim. (2010). Pengelolaan lab.  Diakses tanggal 14 Desember  2010  dari :
http://www.psb-psma.org/content/blog/pengelolaan-lab-bagian-2-tata-letak-peralatan-laboratorium.

29

Anda mungkin juga menyukai