Makalah Manajemen Lab
Makalah Manajemen Lab
Makalah Manajemen Lab
MANAJEMEN LABORATORIUM
PENGELOLAAN LABORATORIUM KLINIK
Disusun Oleh:
DEDI GUNAWAN
P07534017075
III B
Assalamualaikum Wr Wb. Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah- Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Manajemen Laboratorium.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengajar yang telah membimbing kami
dalam penyusunan makalah ini. Semoga tugas ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih
terhadap kami. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kritik dan masukan kita nantikan untuk
penyempurnaan penulisan makalah selanjutnya
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................3
2.1 Pengertian manajemen laboratorium................................................................................................3
2.2 Laboratorium kesehatan....................................................................................................................3
2.3 Perencanaan pembuatan suatu laboratorium...................................................................................4
2.4 Pemeriksaan yang umum................................................................................................................17
2.5 Pengendalian Mutu Laboatorium....................................................................................................19
2.6 Pengelolahan limbah cair dan padat................................................................................................23
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................27
3.2 Saran................................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.3 Tujuan
Untuk merencanakan kegiatan suatu laboratorium yang dilakukan selama satu tahun
kedepan secara rinci agar perencanaan sesuai seperti yang diinginkan serta untuk menjamin
bahwa spesimen-spesimen yang diterima benar dan dari pasien yang benar pula..
2
BAB II
ISI
3
dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit dan kondisi kesehatan atau
faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat.
1. Letak Laboratorium
Menurut KMK Mentri Kesehatan No 605/MENKES/SK/VII/2008 ditinjau dari geografi
Balai LabKes/ Balai Besar LabKes harus mempunyai lokasi yang dapat ditinjau masyarakat
dengan mudah. Pendekatan yang dipakai dalam menyusun standar lahan dan bangunan adalah :
4
dan/atau rencana tata bangunan dan lingkungan. Menurut KMK mentri kesehatan Nomor
04/MENKES/SK/I/2002 Lokasi laboratorium kesehatan swasta harus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2 Tata Ruang Laboratorium
Menurut KMK Mentri Kesehatan No 605/MENKES/SK/VII/2008 ditinjau dari geografi
Balai LabKes/ Balai Besar LabKes penataan ruang bangunan dan penggunaanya harus sesuai
dengan fungsi serta memenuhi persyaratan dan mengelompokan ruangan berdasarkan tingkat
resiko terjadinya penularan penyakit.
Menurut KMK Mentri Kesehatan No 04/MENKES/SK/I/2002 persyaratan minimal bangunan :
5
Penanganan limbah
Keamanan Laboratirum
APAR
Pest Control
Sedangkan menurut permenkes nomor 24 tahun 2016 tentang persyaratan teknis bagunan
dan prasarana rumah sakit. Suatu laboratorium sumah sakit harus mempunyai :
1. Letak ruang laboratorium harus memiliki akses yang mudah ke ruang gawat darurat dan
ruang rawat jalan
2. Desain tata ruang dan alur petugas dan pasien pada ruang laboratorium harus terpisah dan
dapat meminimalkan resiko penyebaran infeksi.
3. Harus memiliki :
a) Saluran pembuangan limbah cair yang dilengkapi dengan pengolahan awal (pre-
treatment) khusus debelum dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah rumah sakit; dan
A. Laboratorium terpadu
Total pertukaran
udara minimal 6
kali per jam
6
Intensitas cahaya
minimal 100 lux
Ruangan harus
dijamin
terjadinya
pertukaran udara
minimal 6 kali
per jam
Ruangan harus
mengoptimalkan
pencahayaan
alami
Ruang tunggu
dilengkapi
dengan fasilitas
desinfeksi tangan
7
Plebotomi terjadinya infeksi
silang.
Urin atau tinja
Setiap jenis ruang
Spesimen Genital pengambilan
spesimen harus
Spesimen lain
disediakan seusai
(pus, kerokan kulit,
spesifikasi dan
dan lain-lain)
kebutuhan
ruangannya.
Persyaratan
ruangan sputum :
- Luas miniman 2
m2
- Ruangan harus
menggunakan
pencahayaan
alami.
- Mempunyai
pertukaran udara
minimal 12 kali
per jam.
- Tersedia wastafel
dengan air
mengalir,
dilengkapi
handsrub dan
tissue.
8
4. Ruangan konsultasi umum RS kelas D,
ruangan
ini tidak
harus ada.
Lantai tidak
boleh licin, non
prosif tahan
terhadap bahan
kimia dan mudah
dibersihkan.
Dinding non
porosif, tahan
terhadap bahan
kimia dan mudah
dibersihkan.
Disediakan meja
dengan
persyaratan dapat
meredam getaran
untuk meletakan
peralatan
9
pemeriksaan.
Tersedia wastafel
dan fasilitas
desinfeksi tangan.
Tersedia satu
grounding khusus
(0,02 ohm) untuk
peralatan
laboratorium
yang dapat
dipasang secara
paralel.
Setiap ruangan
tersedia kotak
kontak dengan
jumlah sesuai
kebutuhan dan
tidak boleh
menggunakan
percabangan.
Ruang harus
dijamin terjadi
pertukaran udara
baik alami
maupun mekanik
dengan total
pertukaran
minimal 6 kali
10
per jam
Ruangan harus
mengoptimalkan
pencahayaan
alami, untuk
pencahayaan
buatan dengan
intensitas cahaya
100 lux.
Persayaratan
ruangan dan
prasarana lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.
11
petugas, pasien
dan peralatan.
Persayaratan
ruangan dan
prasarana lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.
Persayaratan
ruangan dan
prasarana lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.
12
petugas, pasien dipersyara
dan peralatan. tkan ada.
Persyaratan
ruangan dan
prasarana lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.
13
Persayaratan
ruangan dan
prasarana lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.
Setiap ruangan
disediakan
minimal 2 kotak
kontak atau tidak
boleh
menggunakan
percabangan.
Untuk stop
kontan khusus
alat simpan
biomaterial
khusus
disediakan
tersendiri dan
harus kompatibel
dengan rencana
alat yang akan
14
dipakai.
Total pertukaran
udara minimal 4
kali per jam
dengan tekanan
udara positif.
15
Intensitas cahaya
minimal 100 lux
B. Ruangan Khusus
Persyaratan ruang
dan prasarana
lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.
16
Persyaratan ruang
dan prasarana
lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.
5. Ruang mikrotom
6 Ruangan histologi
Persyaratan ruang
dan prasarana
lainnya
mengikuti
persyaratan
laboratorium
diatas.
C. Ruangan Lain-lain
17
3. Ruang cuci peralatan Mengikuti persyaratan
umum dan
dilengkapi sink
laboratorium
1. Pemeriksaan Hematologi
Dalam sirkulasi darah didapatkan sel darah dan cairan yang disebut plasma. Sel darah
tersebut terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), trombosit (sel pembeku
darah). Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui kelainan
dari kuantitas dan kualitas sel darah merah, sel darah putih dan trombosit serta menguji
perubahan yang terjadi pada plasma yang terutama berperan pada proses pembekuan darah.
Pemeriksaan pada sel darah meliputi kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, nilai
eritrosit rerata (nilai NER), jumlah leukosit dan trombosit. Selain itu pemeriksaan hematologi
meliputi pula hitung retikulosit, hitung eosinofil, aktifitas glucose-6-phosphate dehydrogenase
18
(G6PD), daya tahan osmotik eritrosit yang dikenal sebagai resistensi osmotik eritrosit, penetapan
fraksi hemoglobin dalam eritrosit yang diperiksa dengan analisa hemoglobin, pemeriksaan sel
lupus eritematosus (LE) serta penetapan golongan darah. Selain itu, pemeriksaan hematologi
yang terpenting adalah pemeriksaan hitung jenis leukosit disertai dengan penilaian morfologi sel
darah yang dapat diketahui dengan pemeriksaan gambaran darah tepi. Pemeriksaan gambaran
darah tepi dapat menilai kelainan bentuk dari eritrosit, leukosit dan trombosit yang dapat
menimbulkan kelainan secara hematologis.
Pemeriksaan hematologi dapat dilakukan secara manual yang memakan waktu cukup lama
dan tidak menunjukkan ketelitian serta ketepatan yang baik. Akhir-akhir ini dengan
perkembangan teknologi dalam bidang laboratorium, jumlah sel darah dapat dihitung dengan
metoda otomatis yang disebut blood cell counter.
Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika pemeriksaan hematologi dilakukan dengan
blood cell counter yang disertai pemantapan kualitas intra laboratorium yang ketat dengan
menggunakan bahan kontrol komersial. Hasil pemeriksaan diperoleh dalam waktu singkat serta
hasil dapat dipercaya karena memiliki ketelitian dan ketepatan yang tinggi. Selain itu
Laboratorium Klinik Utama Bio Medika juga mengikuti pemantapan kualitas (quality control)
yang dijalankan oleh Departemen Kesehatan serta pemantapan kualitas yang dilaksanakan oleh
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia.
2. Pemeriksaan Koagulasi
Pemeriksaan laboratorium yang menguji kelainan dalam plasma disebut sebagai
pemeriksaan koagulasi. Pemeriksaan koagulasi ini menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji
masa protrombin, uji activated partial thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar
fibrinogen. Pemeriksaan ini penting dilakukan pada pasien untuk mengetahui penyebab
perdarahan atau untuk mengetahui kelainan pada pasien yang cenderung mengalami perdarahan.
Pemeriksaan koagulasi sebaiknya dilakukan dengan menggunakan koagulometer otomatik agar
didapatkan ketelitian dan ketepatan yang tinggi. Selain itu alat tersebut dapat dipakai untuk
memantau pasien yang menggunakan obat antikoagulan oral seperti Simac dengan melakukan uji
masa protrombin yang diikuti dengan penetapan nilai INR.
Penilaian mengenai trombosit dapat dilakukan dengan mengetahui jumlah dan fungsi
trombosit. Jumlah trombosit diketahui dengan menghitung jumlah sel tersebut di dalam darah
dengan alat hitung sel darah otomatis dan fungsi trombosit dapat diketahui dengan melakukan
19
pemeriksaan masa perdarahan dan uji agregasi trombosit. Uji agregasi ini dipakai untuk menguji
salah satu dari fungsi trombosit dan dapat dipakai untuk monitoring pasien yang menggunakan
obat anti-trombosit. Obat anti-trombosit ini dipakai untuk pencegahan terjadinya penyumbatan
pembuluh darah seperti pada infark miokard atau stroke.
3. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan penyaring yang dipakai untuk mengetahui
adanya kelainan di dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan salurannya, kelainan yang
terjadi di luar ginjal, untuk mendeteksi adanya metabolit obat seperti zat narkoba dan mendeteksi
adanya kehamilan. Pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik/sedimen
dan kimia urin. Pada penyakit ginjal dapat diketahui adanya kerusakan ginjal, saluran kemih
seperti infeksi, radang, adanya trauma atau keganasan. Kelainan yang terjadi di luar ginjal juga
dapat dideteksi dengan pemeriksaan urin, seperti adanya diabetes melitus (DM) dapat diketahui
dengan pemeriksaan glukosa urin, hepatitis dengan memeriksa adanya bilirubin dalam urin;
perdarahan saluran kemih dapat pula diketahui terutama yang belum terlihat warna merah dalam
urin yang disebut mikrohematuria. Dengan adanya penyalahgunaan obat akhir-akhir ini dapat
diketahui hasil metabolit obat narkotika di dalam urin.
Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika, pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan
makroskopik dan mikroskopik menggunakan flowcytometer serta pemeriksaan kimia urin
dilakukan dengan menggunakan chemistry urine analyzer yang menggunakan metoda otomatik.
Dengan menggunakan metoda otomatis akan didapatkan hasil pemeriksaan yang teliti, tepat dan
cepat. Alat otomatis ini dilengkapi dengan pemantapan kualitas intra laboratorium menggunakan
bahan kontrol komersial yang menjamin hasil pemeriksaan teliti dan tepat. Selain itu hasil
pemeriksaa urin dikontrol melalui program pemantapan kualitas laboratorium klinik yang
diselenggrakan oleh Departemen Kesehatan dan Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik.
4. Pemeriksaan Tinja
Tinja adalah sisa makanan yang telah dicerna dan belum dicerna oleh usus yang
dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk benda padat. Pada keadaan abnormal atau adanya kelainan
di dalam saluran cerna, tinja dapat menunjukkan perubahan bentuk serta hasil pemeriksaan yang
abnormal. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, darah samar dan
pemeriksaan sisa pencernaan.
20
Pemeriksaan mikroskopik tinja digunakan mikroskop cahaya untuk melihat unsur
abnormal seperti telur cacing, sisa makanan yaitu lemak, amilum, leukosit dan eritrosit bila ada
perdarahan. Perdarahan pada saluran cerna tidak selalu memberikan warna merah pada tinja
khususnya pada perdarahan saluran cerna bagian atas, darah akan diubah oleh asam lambung
yang berubah menjadi warna coklat kehitaman. Adanya darah dalam tinja dipastikan dengan
pemeriksaan laboratorium.
Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika, pemeriksaan tinja dilakukan dengan cara
makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan darah di dalam tinja menggunakan antibodi
monoklonal.
A. Pengambilan Spesimen
a. Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan tertentu :
- bersih, kering, tidak mengandung bahan kimia/deterjen,
- Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi spesimen.
- Mudah dicuci atau dibersihkan dari sampel sebelumnya.
- Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan biakan harus menggunakan peralatan yang
steril.
b. Wadah spesimen harus memenuhi :
- Terbuat dari gelas atau plastik. Untuk spesimen darah harus terbuat dari gelas.
- Tidak bocor atau merembes.
- Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir.
- Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
- Bersih dan kering
- Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen
- Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
- Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai karena pengaruh
sinar matahari, maka digunakan botol coklat.
- Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman wadah harus steril.
21
c. Pengawet : Diberikan agar sampel yang akan diperiksa dapat dipertahankan kondisi dan
jumlahnya dalam waktu tertentu. Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah.
d. Waktu : Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari, terutama untuk
pemeriksaan Kimia klinik, Hematologi dan Imunologi karena umumnya nilai normal ditetapkan
pada keadaan basal.
e. Lokasi : Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu lokasi pengambilan
yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Spesimen untuk pemeriksaan
menggunakan darah vena umumnya diambil dari vena cubiti daerah siku. Spesimen darah arteri
umumnya diambil dari arteri radialis di pergelangan tangan atau arteri femoralis di daerah lipat
paha. Spesimen darah kapiler diambil dari ujung jari tengah tangan atau jari manis tangan bagian
tepi atau pada derah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki atau cuping telingan pada bayi. Tempat
yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti cyanosis atau pucat,
bekas luka dan radang
f. Volume : Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan
laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa.
g. Teknik Pengambilan : Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar,
agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya.
22
- Jenis spesimen
- Lokasi pengambilan spesimen
- Volume spesimen
- Pengawet yang digunakan
- Nama pengambil spesimen.
C. Pengolahan Spesimen
Spesimen yang telah diambil dilakukan pengolahan untuk menghindari kerusakan pada
spesimen tersebut. Pengolahan spesimen berbeda-beda tergantung dari jenis spesimennya
masing-masing.
1). Serum
Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama 2-30 menit, lalu di
sentrifuge 3000 rpm selama 5-15 menit. Pemisahan serum dilakukan dalam waktu 2 jam
setelah pengambilan darah. Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah
dan keruh.
2). Plasma
Kocok darah EDTA atau citrat dengan segera secara perlahan-lahan.
Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan spesimen. Plasma
yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh.
3). Whole blood
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisi antikoagulan yang
sesuai, lalu dihomogenisasi dengan cara goyang perlahan tabung.
4). Urine
Urine yang didapatkan tidak perlu ada perlakuan secara khusus, kecuali pemeriksaan
harus segera dilakukan sebelum 1 jam, sedangkan untuk pemeriksaan sedimen harus
dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan cara dimasukkan tabung dan sentrifuge
selama 5 menit 1500-2000 rpm, supernatan dibuang dan diambil sedimennya. Suspensi
sedimen ini dicampur dengan cat Sternheirmer-Malbin Stain’s untuk menonjolkan unsur
sedimen dan memperjelas strukturnya.
5). Sputum
23
Masukkan sputum ke dalam tabung steril yang berisi NaOH 4% sama banyak. Kocok
dengan baik. Inkubasi pada suhu kamar 25-30OC selama 15-20 menit dengan pengocokan
teratur tiap 5 menit. Sentrifuge dengan kecepatan tinggi selama 8-10 menit. Endapan
diambil dan supernatan dibuang pada air lysol.
E. Penyimpanan Spesimen
Spesimen yang sudah diambil harus segera dikirim ke laboratorium untuk diperiksa, karena
stabilitas spesimen dapat berubah. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen antara
lain :
a. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia.
b. Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen.
c. Terjadi penguapan.
d. Pengaruh suhu.
e. Terkena paparan sinar matahari.
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan memperhatikan
jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Persyaratan penyimpanan beberapa spesimen untuk
24
beberapa pemeriksaan laboratorium harus memperhatikan jenis spesimen,
antikoagulan/pengawet dan wadah serta stabilitasnya. Beberapa cara penyimpanan spesimen :
a. Disimpan pada suhu kamar
b. Disimpan dalam lemari es suhu 2-8OC
c. Dibekukan suhu -20OC, -70OC atau -120OC
d. Dapat diberikan bahan pengawet
e. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau lisat.
1. Limbah Cair:
a. Limbah Cair Infeksius:
Sebelum dialirkan ke saluran pembuangan awal, limbah dikumpulkan terlebih dahulu dalam
wadah plastik atau kaca dan diberi desinfektan. Jenis desinfektan yang banyak digunakan adalah
natrium hipoklorit dengan kadar 0,5-10%. Karena kekuatan desinfektan makin lama makin
menurun, maka untuk keefektifan penggunaanya harus dibuat baru setiap minggu.
Setelah didesinfeksi, limbah tersebut dialirkan ke saluran pembuangan awal yang selanjutnya
dikumpulkan dalam bak penampungan untuk diolah.
b. Limbah Cair Domestik:
Limbah ini langsung dialirkan melalui saluran pembuangan awal menuju bak
penampungan untuk diolah.
c. Limbah Cair Kimia:
Penanganannya dilakukan dengan cara mengencerkan limbah dengan air sampai konsentrasi
rendah dan selanjutnya dialirkan mengikuti saluran pembuangan awal menuju bak penampungan
untuk diolah.
Semua limbah cair yang terkumpul dalam bak penampungan dapat diolah dengan berbagai cara,
antara lain :
a. FBK Bioreactor
25
FBK Bioreaktor menggunakan metode proses biologis. Limbah yang terkumpul dalam bak
penampungan dipompa menuju alat Bioreactor dan setelah mengalami proses, limbah disalurkan
melalui pipa buangan ke saluran umum (sungai/kali).
Proses FBK Bioreactor ialah melalui media yang berkelok-kelok berfungsi sebagai tempat
pertumbuhan bakteri aerob yang tumbuh melekat pada media, membentuk lapisan biomassa.
Aerator dan struktur media yang mengatur aliran air limbah yang masuk ke dalam tangki
Biodetox sedemikian rupa sehingga kontak antara air limbah dengan lapisan biomassa terjadi
berulang-ulang, melalui perjalanan panjang sehingga mencapai efisiensi degradasi BOD/COD
yang optimum ( maksimal kadar BOD = 75 mg/L dan COD = 100 mg/L). Udara dimasukkan ke
dalam tangki Biodetox melalui aeration sehingga menimbulkan gelembung-gelembung udara
yang dihasilkan dari mesin kompressor. Aerator dirancang secara spesifik rnenghasilkan efek
floatasi dan sedimentasi.
Air limbah yang telah diolah dalam tangki Biodetox sudah jernih sehingga dapat disalurkan
ke saluran umum.
b. Sewage Treatment Plant (STP) :
Adalah sistem pengolahan limbah yang bertujuan mengolah limbah cair menjadi air
bersih yang dapat dibuang ke saluran umum dan tidak mencemari lingkungan.
Metode yang digunakan adalah:
- Screen Pit
Dilengkapi dengan saringan kasar, saringan halus dan communitor. Berfungsi untuk
menyaring kotoran/sampah yang besar-besar sedangkan communitor akan menghancurkan
material yang masuk sehingga proses treatment secara biologis dapat berfungsi dengan baik.
- Equalizing Tank:
Berfungsi sebagai pre-treatment yang meratakan kualitas air bak.
- Aeration tank
Dilengkapi dengan air seal difusser. Air limbah yang masuk ke dalam bak aerasi diproses
dengan cara mendifusikan udara ke dalam air limbah melalui diffuser juga ditambahkan lumpur
aktif yang dikembalikan dan bak pengendap. Setelah melalui proses aerasi, air mengalir melalui
pipa transfer ke bak pengendap (Settling Tank).
- Settling Tank :
26
Berfungsi untuk memisahkan lumpur. Lumpur akan mengendap ke bagian bawah tangki dan
disedot oleh lift pump masuk ke dalam kotak distribusi lumpur yang kemudian didistribusikan
menjadi 2 cabang ; yang pertama masuk ke bak aerasi dan yang kedua masuk ke bak
penampungan lumpur, sedangkan airnya akan mengalir melalui Over Flow Weir selanjutnya
masuk bak Over Flow dan mengalami proses ( untuk mendestruksi mikroba patogen.
- Effluent Tank :
Berfungsi untuk menampung hasil akhir pengolahan (treatment). Air dalam bak ini dipompa
ke sumpit lalu disalurkan ke saluran umum.
2. Limbah Padat :
a. Limbah Padat Infeksius:
- Limbah benda tajam
Dikumpulkan dalam suatu wadah sesuai syarat penampungan benda tajam. Untuk keamanan,
pada saat pengangkutannya wadah tersebut dapat diberi cairan desinfektan seperti lysol.
Kemudian wadah dimasukkan dalam kantong plastik kuning dengan simbol biohazard diikat
kuat lalu diangkut untuk dibakar di insinerator.
- Limbah sisa bahan pemeriksaan
Dikumpulkan dalam kantong plastik kuning bersimbol biohazard dan disterilkan dalam
autoclave suhu 121°C selama 15 menit. Selanjutnya kantong plastik tersebut dilapisi dengan
kantong plastik kuning, diikat kuat lalu diangkut untuk dibakar di incinerator.
b. Limbah Padat Non Infeksius:
Dimasukkan dalam tempat sampah yang telah dilapisi kantong plastik warna hitam. Setelah
sampah mengisi ¾ kantong, ikatlah kuat-kuat lalu angkut ke tempat pembuangan untuk dibakar
dalam insinerator.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agar semua kegiatan yang dilakukan di dalam laboratorium dapat berjalan dengan
lancar, dibutuhkan sistem pengelolaan operasional laboratorium yang baik dan sesuai
dengan situasi kondisi setempat. Untuk mencapai hal tersebut, beberapa hal yang telah
dijelaskan di atas, perlu diperhatikan. Peran Kepala Laboratorium sangat penting dalam
menerapkan proses manajemen pengelolaan laboratorium, termasuk dukungan keterampilan
dari segala elemen yang ada di dalamnya.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan serta penyusun rumusan masalahnya. Dimohon kepada pembimbing untuk
memberikan saran yang sebanyak-banyaknya agar kami dapat melakukan penulisan yang lebih
baik lagi dikemudian hari
28
DAFTAR PUSTAKA
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyanta-msi-dr/manajemen-lab.pdf
http://www.psb-psma/content/pengelolaan-lab-bagian-tata-letak-peralatan-laboratorium\
Amien, Moh. (1988). Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum Pendidikan IPA Umum Untuk
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.
Soemardjo, dan Sumardjito.(1996). Aturan Perundangan Bangunan dan Sarana/Prasarana
Sekolah.Makalah, FPTK IKIP Yogyakarta.
Soenarto, dan Satunggalno.(1996). Strategi Implementasi,Motivasi dan Evaluasi Kebijakan dalam
Perawatan Sarana dan Prasarana Pendidi kan.Makalah, FPTK IKIP Yogyakarta.
Anonim. (2010). Sumber belajar di era teknologi informasi dan komunikasi. Diakses tanggal 14 Desember 2010 dari :
http://bintangsitepu.wordpress.com/2010/07/07/sumber-belajar-di-era-teknologi-informasi-dan-komunikasi/.
Anonim. (2010). Pengelolaan lab. Diakses tanggal 14 Desember 2010 dari :
http://www.psb-psma.org/content/blog/pengelolaan-lab-bagian-2-tata-letak-peralatan-laboratorium.
29