241 476 1 SM
241 476 1 SM
241 476 1 SM
Monika Suhayati
Peneliti Muda Bidang Hukum pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI, Email: [email protected]
Naskah diterima: 13 Agustus 2014
Naskah direvisi: 2 Oktober 2014
Naskah diterbitkan: 24 November 2014
Abstract
Copyright work of Indonesian people protected by Law Number 28 year 2014 governing Copyright (Copyright
Law). The Copyright Law is governing copyright and related rights. A related right is an exclusive right for
performers, phonogram producers, or broadcasters. In the implementation of the previous law which is Law
Number 19 year 2002 governing Copyrights, there are problems in accordance with related right’s owner, i.e. the
owner of the related rights do not get the economic benefits or income in accordance with their rights as provided by
law. The cause, among others, is the users of the related rights product are reluctant to pay royalties because it was
billed by some collective management organizations. This problem will be studied using the progressive law theory
of Satjipto Rahardjo, among others, states that the law is an institution that aims to deliver the man to a fair life,
prosperous, and make people happy. In the discussion section this study gives analyses on the moral and economic
rights of related rights owner is set up more fully in the Copyrigths Law than under the previous law. The Copyright
Law is also already accommodating the international regulations regarding the exclusive rights of the owner of the
related rights. In this case, the Copyright Law has become a progressive law, especially for the owner of the related
rights. As a suggestion, in order to effective the law, the protection that has been given in the Copyright Law must be
followed by law enforcement consistently by law enforcement officials in accordance with the provisions of the law.
Key words: copyright law, related rights, performers, phonogram producers, broadcasters
Abstrak
Indonesia memberikan pelindungan terhadap karya cipta melalui pembentukan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta). UU Hak Cipta mengatur mengenai hak cipta dan
hak terkait. Hak terkait merupakan hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram, atau
lembaga penyiaran. Dalam pelaksanaan undang-undang sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 terdapat permasalahan berkaitan dengan pemilik hak terkait dimana pemilik hak terkait tidak
mendapatkan manfaat ekonomi atau pendapatan sesuai dengan hak yang dimiliki sebagaimana diatur
dalam undang-undang. Penyebabnya antara lain pengguna produk hak terkait enggan membayarkan
royalti karena merasa ditagih oleh beberapa lembaga manajemen kolektif. Permasalahan ini akan dikaji
menggunakan teori hukum progresif Satjipto Rahardjo yang antara lain menyatakan hukum adalah suatu
institusi yang bertujuan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang adil, sejahtera, dan membuat
manusia bahagia. Dalam bagian pembahasan diberikan analisa pengaturan hak moral dan hak ekonomi
pemilik hak terkait yang telah diatur lebih lengkap dalam UU Hak Cipta dibandingkan dalam undang-
undang sebelumnya. UU Hak Cipta juga telah mengakomodasi ketentuan internasional mengenai
hak eksklusif pemilik hak terkait. Dalam hal ini, UU Hak Cipta telah menjadi hukum yang progresif,
khususnya bagi pemilik hak terkait. Sebagai saran disampaikan untuk mengefektifkan pelaksanaan UU
Hak Cipta maka pelindungan yang telah diberikan dalam UU Hak Cipta harus diikuti dengan penegakan
hukum secara konsisten oleh aparat penegak hukum sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang.
Kata kunci: undang-undang hak cipta, hak terkait, pelaku pertunjukan, produser rekaman, lembaga
penyiaran
MONIKA SUHAYATI: Perlindungan Hukum terhadap Hak Ekonomi... 207
I. PENDAHULUAN per tahun. Nominal ini ternyata lebih tinggi dari
A. Latar Belakang rata-rata produktivitas nasional, yang mencapai
Indonesia merupakan negara yang kaya kurang dari Rp18 juta.4
akan kekayaan intelektual. Pelindungan atas Indonesia telah memberikan pelindungan
kekayaan intelektual diberikan dalam bentuk terhadap karya bangsa Indonesia yang
Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI). HKI dilindungi oleh hak cipta melalui pembentukan
dapat diartikan sebagai hak atas kepemilikan undang-undang yang mengatur mengenai
terhadap karya-karya yang timbul atau lahir hak cipta. Pada 16 September 2014, Dewan
karena adanya kemampuan intelektualitas Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-
manusia dalam bidang ilmu pengetahuan RI) mengesahkan Undang-Undang Nomor
dan teknologi. Karya tersebut merupakan 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UU Hak
kebendaan tidak berwujud yang merupakan Cipta) yang merupakan penggantian dari
hasil kemampuan intelektualitas seseorang atau Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan tentang Hak Cipta. UU Hak Cipta merupakan
teknologi melalui daya cipta, rasa, karsa, dan usul Pemerintah yang terdapat dalam Program
karyanya, yang memiliki nilai moral, praktis, Legislasi Nasional DPR-RI Tahun 2009-2014.
dan ekonomis.1 Karya intelektual, baik di bidang UU Hak Cipta mengatur mengenai hak
ilmu pengetahuan, seni, sastra, atau teknologi, cipta dan hak terkait. Hak cipta berdasarkan UU
dilahirkan dengan pengorbanan tenaga, waktu, Hak Cipta merupakan hak eksklusif pencipta
dan biaya. Pengorbanan tersebut menjadikan yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
karya yang dihasilkan menjadi memiliki nilai. deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
Apabila ditambah dengan manfaat ekonomi yang bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
dapat dinikmati, nilai ekonomi yang melekat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
menumbuhkan konsep properti terhadap karya undangan (Pasal 1 angka 1 UU Hak Cipta).
intelektual. Bagi dunia usaha, karya intelektual Sedangkan hak terkait merupakan hak eksklusif
dikatakan sebagai aset perusahaan.2 bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram,
Hak cipta merupakan salah satu bagian dari atau lembaga penyiaran (Pasal 1 angka 5 UU Hak
kekayaan intelektual yang memiliki ruang lingkup Cipta). Berdasarkan pengertian hak terkait tersebut
objek dilindungi paling luas, karena mencakup maka yang merupakan pemilik hak terkait adalah
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra (art and pelaku pertunjukan, produser fonogram (lebih
literary) yang di dalamnya mencakup pula program dikenal sebagai produser rekaman), dan lembaga
komputer.3 Hak cipta mempunyai peranan strategis penyiaran. Ketiga subjek tersebut adakalanya
dalam mendukung pembangunan bangsa dan bukan pencipta, namun mereka memiliki andil
memajukan kesejahteraan umum sebagaimana besar dalam mendistribusikan sarana hiburan yang
diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang dapat dinikmati dan digunakan oleh masyarakat.
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hak terkait lahir dari adanya hak cipta induk,
Studi Departemen Perdagangan pada tahun misalnya liputan pertandingan sepakbola atau
2007 menyebutkan bahwa pada periode 2002- pertandingan tinju atau live show artis penyanyi
2005, industri kreatif mampu menyerap tenaga adalah hak cipta sinematografi, tetapi untuk
kerja rata-rata sebesar 5,4 juta pekerja, dengan penyiarannya di televisi yakni berupa hak siaran
produktivitas mencapai Rp19,5 juta per pekerja adalah hak terkait.5
1
Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual: 4
Yasmi Adriansyah, Mencari Tempat Terhormat Indonesia,
Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia, Bandung: Mozaik Pemikiran, Bandung: PT. Alumni Bandung, 2010,
Penerbit PT Alumni, 2003, hal. 2. hal. 86-87 dalam Bernard Nainggolan, Pemberdayaan
2
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta Hukum Hak Cipta dan Lembaga Manajemen Kolektif,
dan Lembaga Manajemen Kolektif, Bandung: Penerbit PT Bandung: Penerbit PT Alumni Bandung, 2011, hal. 3.
Alumni Bandung, 2011, hal. 151. 5
H. OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual
3
Penjelasan Umum UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak (Intellectual Property Rights), Jakarta: PT RajaGrafindo
Cipta. Persada, 2013, hal. 14.