Jurnal Hak Cipta Lagu
Jurnal Hak Cipta Lagu
Jurnal Hak Cipta Lagu
Fadlan Kalma
Dosen Pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
(STIA-NUSA) Sungai Penuh
Email: [email protected]
Abstract
The rise of piracy by persons who are not responsible for the copyrighted of
batik craftsmen and art activists in Sungai Penuh City which has economic
value is the reason of this research. If these copyrighted are not protected by
IP, they can be stolen by others. This study aims to analyze copyright protection
and the obstacles faced in obtaining copyright protection. The method used in
this research is the empirical juridical approach because this legal research
uses data from library materials (secondary data) and data obtained directly
from the community (primary data). The writing specification is analytical
descriptive, which provides a detailed, comprehensive, and systematic
description of the reality that occurs, namely regarding the implementation of
copyright protection. The results of this study are that copyright protection
arises automatically after the creation is born, so that copyright registration is
not a necessity because without being registered even copyright is automatically
protected by copyright law but legal protection against copyright violations in
batik motifs in Sungai Penuh City is currently not maximally implemented, due
to the large number of piracy so that it has not provided legal certainty There
are several obstacles faced by the community in Sungai Penuh on copyright,
namely lack of public knowledge and understanding in the field of copyright,
lack of socialization, lack of community legal awareness
86
Jurnal Administrasi Nusantara (JAN)
Volume 1 No. 2 – Desember 2018
Abstrak
87
Jurnal Administrasi Nusantara (JAN)
Volume 1 No. 2 – Desember 2018
I. Pendahuluan.
Berkaitan dengan hukum hak kekayaan intelektual di Indonesia awalnya
digunakan istilah HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual), selanjutnya berubah
menjadi HKI (Hak Kekayaan Intelektual), kemudian berdasarkan Peraturan
Presiden No. 44 Tahun 2015 berubah menjadi KI (Kekayaan Intelektual). KI
adalah suatu karya alam pikiran manusia yang perlu dilindungi secara hukum
maupun secara moral.
Pengakuan terhadap KI sangat dipengaruhi oleh pemikiran John Locke
tentang hak milik. Locke mengatakan bahwa hak milik dari seorang manusia
terhadap benda yang dihasilkannya itu sudah ada sejak manusia lahir (John Locke
: 1997). Benda dalam pengertian disini tidak hanya benda yang berwujud tetapi
juga benda yang abstrak, yang disebut dengan hak milik atas benda yang tidak
berwujud yang merupakan hasil dari intelektualitas manusia. Dan apabila
mengacu kepada teori hukum alam, maka ide dasar kekayaan intelektual
merupakan milik sang kreator.
Tercapainya sistem kekayaan intelektual sangat dipengaruhi oleh budaya
hukum masyarakat dalam suatu negara. Begitu juga dengan kesadaran hukum
tidak bisa dilepaskan dari budaya hukum. KI adalah kekayaan manusia yang tidak
berwujud nyata tetapi berperan besar dalam memajukan peradaban umat manusia
(Herlina Ratna Sn, 2016: 1) sehingga perlindungan KI diberikan oleh negara
untuk merangsang minat para pencipta, penemu, dan pendesain, agar mereka
dapat lebih bersemangat dalam menghasilkan karya-karya intelektual yang baru
demi kemajuan masyarakat (Hariyani, 2010). Kekayaan intelektual merupakan
hak individu seseorang yang perlu dilindungi namun dilindungi atau tidaknya
suatu kekayaan intelektual seseorang tergantung dari kesadarannya untuk
melindungi kekayaan intelektualnya dengan cara mendaftarkan kekayaan
intelektual tersebut.
Sebagai salah satu dari anggota organisasi perdagangan dunia WTO (Word
Trade Organization), Indonesia harus menyesuaikan peraturan perundang-
undangannya dengan standar internasional TRIPs (Trade Relate Aspect Of
Intellectual Property) dikarnakan ruang lingkup hukum kekayaan intelektual
digunakan untuk seluruh dunia untuk melindungi atau mencegah dari perbuatan
yang tidak bertanggung jawab dalam menggunakan kekayaan intelektual yang
bukan haknya.
(Eddy Damian, 2003) Menurut TRIPs Agreement, Hak Kekayaan
Intelektual yang dilindungi sebagai berikut :
1. Hak Cipta (Copy Right and Related Right)
2. Merek (Trademarks)
3. Indikasi Geografis (Geografhical Indications)
4. Desain Industri (Industrial Designs)
5. Paten (Patent)
6. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Lay out Designs (Topographies) Of
Intergrated Circuits)
7. Informasi yang dirahasiakan (Protection Of Undisclosed Information).
Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa ada dua fungsi yang dapat
dijalankan oleh hukum di dalam masyarakat, yaitu pertama sebagai sarana kontrol
88
Jurnal Administrasi Nusantara (JAN)
Volume 1 No. 2 – Desember 2018
sosial dan kedua sebagai sarana untuk melakukan “sosial engineering”. Sebagai
sarana kontrol sosial, hukum bertugas menjaga agar masyarakat tetap dapat berada
didalam pola-pola tingkah laku yang telah diterima olehnya. Sedangkan fungsi
hukum sebagai alat perubahan sosial bertugas untuk melakukan perubahan sosial
(social change) yang nyata melalui penguasaan atau pengarahan proses sosial
tersebut. Dalam kerangka perubahan sosial dimaksud, maka latar belakang,
proses, tahapan-tahapan keluarnya produk undang-undang menjadi sangat
penting. Adanya serangkaian penelitian dan kajian komprehensif di dalam
masyarakat, dimana undang-undang tersebut akan diberlakukan, merupakan hal-
hal yang tidak boleh dilupakan (Satjipto Rahardjo: 1980).
Berdasarkan hal tersebut Indonesia telah mengatur dengan berbagai
peraturan‐perundang‐undangan sesuai dengan tuntutan TRIPs, yaitu Undang-
undang No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, Undang-
undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, Undang-undang No. 31
Tahun 2000 tentang Desain Industri, Undang-undang No. 32 Tahun 2000 tentang
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang
Paten, Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, dan Undang-undang
No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Undang-undang No. 28 tahun 2014 tentang hak cipta bermaksud untuk
mengembangkan semangat mencipta dibidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
dan melindungi secara hukum hasil karyanya. Perlindungan hukum ini hanya
berlaku kepada ciptaan yang telah mewujud secara khas sehingga dapat dilihat,
didengar atau dibaca. (Muhammad Djumhana, 2003) Pada umumnya hak cipta
memiliki ciri - ciri yaitu :
1. Hak cipta dianggap sebagai benda bergerak
2. Hak cipta dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya ataupun
sebagian karena pewarisan, hibah, wasiat dan dijadikan milik
negara.
3. Hak yang dimiliki oleh pencipta, hak cipta yang tidak diumumkan
yang setelah penciptanya meninggal dunia menjadi milik ahli
warisnya atau penerima wasiat, tidaklah dapat disita.
Menurut pasal 40 Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta
bahwasanya ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas:
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua
hasil karya tulis lainnya;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantomim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar,
ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g. Karya seni terapan;
h. Karya arsitektur;
89
Jurnal Administrasi Nusantara (JAN)
Volume 1 No. 2 – Desember 2018
i. Peta;
j. Karya seni batik atau seni motif lain;
k. Karya fotografi;
l. Potret;
m. Karya sinematografi;
n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi
ekspresi budaya tradisional;
p. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan program komputer maupun media lainnya.
q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli.
r. Permainan video; dan
s. Program komputer.
Dalam perlindungan kekayaan intelektual (KI) khususnya hak cipta lagu
daerah di Kota Sungai Penuh, sebagian besar pencipta lagu daerah di Kota Sungai
Penuh tidak mempermasalahkan jika karya intelektualnya digunakan oleh orang
lain bahkan merupakan suatu kebanggaan jika karyanya di gunakan oleh orang
lain walaupun secara ekonomis akan sangat merugikan baginya.
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perlindungan hak
kekayaan intelektual dalam hak cipta lagu daerah di Kota Sungai Penuh beserta
kendala-kendala yang hadapi oleh pencipta lagu dalam perlindungan hak ciptanya.
90
Jurnal Administrasi Nusantara (JAN)
Volume 1 No. 2 – Desember 2018
91
Jurnal Administrasi Nusantara (JAN)
Volume 1 No. 2 – Desember 2018
92
Jurnal Administrasi Nusantara (JAN)
Volume 1 No. 2 – Desember 2018
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Aplikasi ini
bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat yang ingin
mendaftarkan pencatatan ciptaan dan produk hak terkait dan mudah dijangkau
kapan dan di mana saja.
93
Jurnal Administrasi Nusantara (JAN)
Volume 1 No. 2 – Desember 2018
c. Selain itu juga pendaftaran hak cipta bisa menggunakan jasa konsultan
hak kekayaan intelektual yang terdaftar.
94
Jurnal Administrasi Nusantara (JAN)
Volume 1 No. 2 – Desember 2018
IV. Kesimpulan
1. Perlindungan hak cipta itu timbul secara otomatis setelah ciptaan dilahirkan,
sehingga pendaftaran hak cipta bukan merupakan suatu keharusan karena tanpa
didaftarkan pun hak cipta secara otomatis dilindungi oleh Undang-undang hak
cipta namun perlindungan hukum terhadap pelanggaran hak cipta lagu daerah
di Kota Sungai Penuh pada saat ini belum dilaksanakan secara maksimal,
dikarnakan banyaknya pembajakann sehingga belum memberikan kepastian
hukum. Upaya yang harus dilakukan untuk mendapatkan perlindungan hukum
hak cipta lagu daerah adalah dengan cara perlindungan hukum preventif yaitu
dengan cara mendaftarkan hak cipta ke Direktorat Jenderal Kekayaan
Intelektual Kementerian Hukum Dan Ham dan perlindungan hukum refresif
dengan penyelesaian sengketa perdata dan pidana.
2. Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh pencipta lagu daerah di Kota Sungai
Penuh tentang hak cipta yaitu kurangnya pengetahuan dan pemahaman
pencipta lagu daerah di bidang hak cipta, tidak adanya sosialiasi, Kurangnya
kesadaran hukum.
95
Jurnal Administrasi Nusantara (JAN)
Volume 1 No. 2 – Desember 2018
DAFTAR PUSTAKA
96