Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia
-Berikut ini akan dijelaskan mengenai teknik dan metode dalam rekrutmen.
1. Teori Deret. Menentukan jumlah pegawai yang bekerja atas beban kerja yang
ber variasi setiap harinya. Misalnya, berapa jumlah pewawancara yang di
perlukan apabila datangnya pelamar tidak teratur atau tidak dapat dipastikan.
2. Sampel. Pengontrolan daftar inventaris pembukuan, kesimpulan ciri-ciri
populasi pegawai dan tingkat reliabilitas yang khusus.
3. Program Linear. Menetapkan sumber-sumber yang jarang dalam kebiasaan
yang umum dalam suatu organisasi. Memilah-milah calon pegawai melalui
simbol-simbol atau variabel-variabel yang diterima untuk menjadi linear.
4. Teori Keputusan. Badan eksekutif yang menetapkan langsung calon mana yang
akan direkrut dan berapa banyak jumlah pekerja yang dibutuhkan.
5. Korelasi. Membandingkan korelasi fungsional departemen, terisi satu apakah
menyebabkan terganggunya departemen yang lain.
6. Teori Permainan. Metode ini menyajikan rekrutmen melalui persaingan antara
pelamar
kerja.
7. Metode Nomor Indeks. Ukuran dari turun naiknya harga, jumlah kegiatan
organisasi dikaitkan dengan suatu produk, disajikan dalam nomor variabel.
8. Analisis Rentetan Waktu. Penafsiran penarikan pegawai, biaya pelatihan, dan
produksi, dalam suatu periode tertentu.
9. Simulasi. Pengetesan pekerja melalui suatu simulasi proses pekerjaan rutin
dalam jangka pendek atau pada waktu tes.
10. Teknik Review Program Evaluasi. Memberi gambaran kepada calon pegawai
yang diterima tentang jaringan kejadian dan kegiatan kerja, penetapan sumber-
sumber, pertimbangan waktu dan ongkos, menyusun jaringan, dan saluran kritik
dari
prosedur rekrutmen.
11. Statistik Chart Kontrol Kualitas. Menentukan kelas-kelas departemen dengan
kualifikasi syarat pekerja untuk dapat memasukinya sehingga dapat mengontrol
dan menentukan
pekerja.
12. Model Inventori. Menentukan pegawai dihubungkan dengan investaris
organisasi.
13. Metode Integrasi Produksi. Mengurangi sekecil mungkin biaya pekerja,
produksi, dan inventaris.
-Secara umum, dalam memilih metode dan langkah-langkah apa yang dipakai
oleh organisasi secara koseptual, tetapi masalah utama seleksi. Masalah utama
adalah apakah alat dan prosedur seleksi yang digunakan dapat memberikan
informasi yang penting untuk memilih pegawai. Untuk itu, dengan
memperhatikan beberapa faktor, yaitu
a. job relatedness(keterkaitan pekerjaan). Keterkaitan pekerjaan mengacu pada
pertimbangan apakah alat atau prosedur
seleksi berhubungan dengan tuntutan kerja yang akan dilakukan jika pegawai.
b. utility (kegunaan). Kegunaan mengacu pada penimbangan antara keuntungan
yang didapat dengan
biaya penting mengingat efisiensi organisasi sangat penting.
sehingga perlu dilakukan pengujian alat dan prosedur seleksi yang akan
digunakan.
-Hambatan seleksi
Berikut ini berbagai hambatan dimaksud.
a. Tolok ukur. Hal yang dimaksud dengan tolok ukur adalah kesulitan yang
dihadapi dalam menentukan standar yang tepat digunakan dalam mengukur
berbagai kualifikasi yang ditentukan. Misalnya, apabila mengukur kejujuran,
kesetiaan, komitmen sangatlah sulit memperoleh alat ukur yang valid dan realibel,
mengingat jika mengukur hal tersebut dibutuhkan pengamatan ldalam waktu yang
cukup panjang.
b. Penyeleksi. Hambatan penyeleksi adalah kesulitan mendapatkan penyeleksi
yang profesional, jujur, dan objektif melaksanakan tugasnya. Hal ini dibutuhkan
untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntutan organisasi.
c. Persepsi tentang seleksi. Hakikat seleksi tidak semua mempersepsikan sama.
Oleh karenanya, sebelum pelaksanaan seleksi, sebaiknya manajemen duduk
bersama dengan penyeleksi menyatukan persepsi baik proses maupun membaca
dalam menafsirkan hasil seleksi. Biasanya, manajemen mengharapkan seleksi
yang objektif dilakukan dan menyerahkannya kepada pihak profesional, tetapi
ketika mengambil keputusan kelulusan seleksi, manajemen kurang mengapresiasi
dan menerapkan hasil seleksi yang diberikan.
d. Hasil seleksi versus pembiayaan. Manajemen mengharapkan hasil seleksi yang
objektif dilakukan, tetapi tidak memfasilitasi pembiayaan yang diajukan. Semakin
objektif hasil penilaian yang dilaksanakan maka semakin membutuhkan biaya,
tenaga, dan waktu yang lebih besar.
e. Kejujuran pelamar. Dalam hal ini, pelamar memperoleh hambatan dengan
memberikan jawaban yang jujur. Pada umumnya, pelamar akan memberikan
jawaban tentang yang baik-baik saja akan dirinya, sedangkan yang kurang baik
umumnya akan disembunyikan dengan rapat. Dalam kondisi seperti ini, tentu saja
dibutuhkan seleksi yang memerlukan wawancara mendalam dan tes psikologi
yang agak susah dimanipulasi oleh pelamar
3. pelatihan sdm
Setelah selesai proses rekrutmen dan seleksi dilaksanakan, umumnya organisasi
membutuhkan pelatihan terlebih dahulu, agar pegawai baru tersebut dapat dan
mampu melaksanakan pekerjaan yang akan dibebankan kepadanya. Salah satu
benefit yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penilaian kinerja adalah informasi
yang penting untuk merancang dan memprogramkan pelatihan yang dibutuhkan
oleh pegawai. Pelatihan membantu para pegawai dalam mengembangkan berbagai
keterampilan tertentu yang memungkinkannya untuk berhasil pada pekerjaannya
saat ini dan mengembangkan pekerjaannya di masa mendatang. Para ahli
manajemen mengakui bahwa pelatihan strategis yang signifikan Menumbuhkan
keberhasilan dalam pencapaian tujuan organisasi. Mengapa penekanannya pada
pelatihan strategis? Organisasi berada dalam bisnis untuk mendapatkan uang dan
setiap fungsi organisasi berada di bawah tekanan dalam memberikan kontribusi
terhadap keberhasilan organisasi.
Pengertian pelatihan
Dalam pandangan manajemen modern sekarang ini, manusia tidak lagi hanya
diposisikan sekedar sebagai sumber daya utama dalam organisasi, tetapi sudah
lebih dari itu, yakni bahwa manusia itu sudah menjadi aset organisasi di masa
depan atau yang lebih populer dikenal dengan konsep human capital.1 Apabila
organisasi memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional,
berkualitas,berkomitmen, dan berintegritas yang baik dipastikan organisasi
tersebut dapat berkembang dengan pesat.
Investasi pada SDM berupa pengorbanan sejumlah dana yang dikeluarkan dan
kesempatan memperoleh penghasilan selama proses investasi (Sonny Sumarsono,
2009). Pada dasarnya, pelatihan adalah suatu aktivitas untuk meningkatkan
kemampuan pegawai dengan mengalokasikan anggaran sebagai investasi. Hal
yang searah dirumuskan bahwa pelatihan pada intinya adalah sebuah proses
belajar. Oleh sebab itu, pelatihan didefinisikan sebagai suatu proses mengajarkan
keterampilan yang dibutuhkan pegawai baru untuk melakukan pekerjaannya
(Gary Dessler, 2004). Sesungguhnya, pelatihan bukan hanya dikhususkan untuk
pegawai yang baru saja, melainkan juga pegawai lama yang
1. Menurut Rivai dan Sagala (2009), pelatihan adalah proses yang sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi, yang
berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk melaksanakan
pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu
pegawai untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil
dalam melaksanakan pekerjaannya.