Paralel E - Kelompok S DRYING PDF
Paralel E - Kelompok S DRYING PDF
Paralel E - Kelompok S DRYING PDF
GRUP S
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
OPERASI TEKNIK KIMIA I
“PENGERINGAN (DRYING)”
GRUP S :
Dosen Pembimbing
i
DRYING
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi Teknik
Kimia I ini dengan judul “Drying”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 19
April 2021 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Ketut Sumada, MS, selaku Kepala Laboratorium Operasi
Teknik Kimia
2. Ibu Ir. Suprihatin, M.T selaku Dosen Pembimbing Praktikum
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
4. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan.
Maka dengan rendah hati, kami selalu mengharapkan kritik dan saran, Seluruh
asisten dosen yang turut membantu dalam pelaksa kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penyusun berharap agar laporan praktikum yang telah disusun ini
dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi mahasiswa Fakultas Teknologi
Industri jurusan Teknik Kimia.
` Penyusun
ii
DRYING
DAFTAR ISI
INTISARI .............................................................................................................. 7
I.2 Tujuan........................................................................................................... 8
iii
DRYING
LAMPIRAN ......................................................................................................... 24
iv
DRYING
DAFTAR GAMBAR
Gambar II 1. Tunnel dryer ...................................................................................... 4
Gambar II 2. Rotary dryer ....................................................................................... 5
Gambar II 3. Kurva kecepatan pengeringan ........................................................... 9
v
DRYING
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Berat Awal dan Dimensi Sampel ............................................................ 16
Tabel 2. Massa Sampel Selama Pengeringan ........................................................ 16
Tabel 3. Perhitungan Kandungan Air yang Hilang dalam Sampel ....................... 17
Tabel 4. Perhitungan Kecepatan Pengeringan ...................................................... 18
vi
DRYING
INTISARI
Proses pengeringan merupakan suatu proses pengurangan kadar air dalam
bahan dengan cara pemanasan. Pada percobaan drying ini bertujuan untuk
menentukan laju pengeringan pada bahan uji, menentukan pengaruh luas
permukaan terhadap laju pengeringan dan menentukan kadar air pada bahan uji
dalam proses pengeringan. Air (atau cairan lain) menguap pada suhu yang lebih
rendah dari titik didihnya karena adanya perbedaan kandungan uap air pada
bidang antar-muka bahan padat-gas dengan kandungan uap air pada fasa gas. Gas
panas disebut medium pengering, menyediakan panas yang diperlukan untuk
penguapan air dan sekaligus membawa air keluar. Air juga dapat dipisahkan dari
bahan padat, secara mekanik menggunakan cara pengepresan sehingga air keluar,
dengan pemisah sentrifugal, dengan penguapan termal ataupun dengan metode
lainnya. Tujuan dari praktikum drying ini diantaranya untuk mencari laju dari
pengeringan singkong, menentukan pengaruh luas permukaan terhadap laju
pengeringannya, dan menentukan kadar air pada bahan uji dengan menggunakan
proses drying
Metode yang dilakukan dalam proses pengeringan bahan singkong dengan
bentuk kubus, balok, dan bola berupa tahapan-tahapan proses. Dalam proses
pengeringannya dilakukan dengan cara memanaskan bahan kedalam oven dengan
interval waktu 10 menit selama 100 menit kemudian dilakukan penimbangan
masing-masing bahan untuk mengetahui banyaknya kadar air yang hilang. Setelah
itu dilakukan proses pengeringan kedalam oven kembali sampai didapatkan berat
bahan yang konstan.
Dari hasil percobaan pengeringan bahan singkong berbentuk Tabung, bola,
dan kerucut didapatkan rata-rata laju pengeringannya pada interval waktu 10
𝑔𝑟 𝑔𝑟
menit berturut-turut yaitu 0,00015 ; 0,00027 ; dan 0,00029
𝑐𝑚2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑐𝑚2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑔𝑟
𝑐𝑚2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
vii
DRYING
BAB I
PENDAHULUAN
vii
DRYING
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
DRYING
2
DRYING
3
DRYING
4. Pengeringan cepat
Pengeringan konvensional terdiri dari mencampurkan dan memanaskan
padatan untuk mencapai pengeringan yang merata, dan secara bersamaan
mengangkut uap dari permukaan padatan untuk mempertahankan laju
perpindahan massa yang tinggi.
5. Pengering daur ulang
Mayoritas operasi pengering tergantung pada pemanasan langsung
menggunakan aliran tinggi udara panas.
(Laksono, 2012)
4
DRYING
Pada tunnel dryer, beberapa susunan rak (tray) digerakkan secara perlahan
melewati kedalam terowongan / rongga dryer yang panjang dan proses
pengeringan dilakukan oleh aliran udara panas yang melewatinya. Pada tunnel
dryers banyak digunakan untuk keperluan pengeringan lilin paraffin, gelatin, dan
sabun. Secara rinci pada tunnel dryer terdapat sebuah konveyor yang masuk
kedalam tunnel dimana material yang akan dikeringkan diletakkan diatas
konveyor tersebut. Pada tunnel dryer terdapat dua jenis pengeringan, pertama
pengeringan dengan arus pengering berlawanan dengan arah laju bahan (counter-
current) dimana pada counter-current material / bahan yang akan dikeringkan
masuk melalui titik A dan keluar sebagai bahan yang sudah kering pada titik B,
untuk aliran udara panas akan mengalir didekat titik B dan menuju ke arah titik A
sehingga aliran udara panas akan berlawanan dengan arah bahan yang dibawa.
Yang kedua yaitu pengeringan dengan proses aliran searah (co-current), dimana
aliran udara panas sejajar dengan alir laju bahan.
3. Tray dryer
Tray dryer atau shelf dryer umumnya digunakan untuk material berbentuk
granular. Material tersebut ditempatkan pada susunan baki (tray) yang kemudian
dipanaskan dari bawah menggunakan kumparan uap, dan pengeringan akan
terbawa dengan sirkulasi udara melalui material. Dalam beberapa kasus, udara
dipanaskan lalu dilewatkan sekali menuju kedalam oven.
4. Rotary dryer
5
DRYING
Untuk pengeringan material dalam skala yang besar dan dilakukan secara
kontinyu, sangat direkomendasikan untuk memakai rotary dryer. Prinsip kerjanya
alat rotary dryer adalah menggunakan drum yang panjang dan diletakkan secara
horizontal dan akan berputar berputar, dimana bagian bawahnya akan sedikit
turun sehingga produk akan bergerak akibat gaya gravitasi mengikuti putaran
drum. Aliran udara panas dihembuskan baik secara cocurrent atau counter current.
Salah satu metode pemanasan yang digunakan diantaranya yaitu pemanasan
secara langsung, dimana udara panas dilewatkan secara langsung kedalam
material didalam dryer. Yang kedua pemanasan secara tidak langsung, dimana
material didalam dryer dipanaskan secara eksternal dengan udara panas. Secara
sederhana, uap panas akan dialirkan kedalam pipa-pipa yang berada didalam
dryer.(Coulson, 1968)
6
DRYING
1. Padatan tersebar diatas permukaan yang diam atau bergerak perlahan dan
“dimasak” sampai kering.
2. Padatan dipindahkan diatas permukaan yang dipanaskan biasanya
berbentuk silinder, oleh agitator atau sekrup.
3. Padatan meluncur dengan gravitasi diatas permukaan yang cenderung
panas untuk sementara waktu kemudian menuju lokasi yang baru.
7
DRYING
Keterangan :
𝑇𝑠𝑎 = Temperatur umpan
𝑇𝑣 = Temperatur penguapan
𝑇𝑠𝑏 = Temperatur padatan akhir
𝑇𝑣𝑎 = Temperatur penguapan akhir
ƛ = Panas dari penguapan
𝐶𝑝𝑠, 𝐶𝑝𝐿, 𝐶𝑝𝑣 = Panas spesifik dari padatan, cairan, dan uap
Koefisien perpindahan panas, dalam perhitungan pengeringan persamaan
perpindahan panas yaitu :
𝑞 = 𝑈. 𝐴. ∆𝑇…………………………………….(2)
Keterangan :
𝑞 = Koefisien perpindahan panas
𝑈 = Koefisien overall
𝐴 = Luas perpindahan panas
∆𝑇 = Perbedaan suhu rata-rata
Pada periode laju jatuh, kurva laju pengeringan mungkin cembung keatas, yang
berarti bahwa laju pengeringan turun lebih cepat daripada kadar air padatan. Pada
perkiraan, laju pengeringan dapat diasumsikan sebanding dengan kadar air.
−𝑀𝑠 𝑑𝑋
𝑎𝑥 = .............................................................(4)
𝐴 𝑑𝑡
Keterangan :
R = Laju pengeringan (Kg H2O yang diuapkan per jam.m3)
ms = Berat bahan kering (Kg)
A = Luas Permukaan bahan (m3)
t = Waktu (Jam)
( McCabe,1993 )
8
DRYING
Keterangan :
Berat cawan (gr)
Berat sampel (gr)
Berat sampel setelah dioven (gr)
Berat bersih (gr)
(Laksono, 2012)
9
DRYING
10
DRYING
11
DRYING
12
DRYING
II.5 Hipotesa
Semakin tinggi perbedaan suhu aliran udara panas dengan bahan yang
akan dikeringkan maka semakin cepat laju pengeringan yang terjadi sehingga
kadar air didalam bahan akan lebih cepat berkurang. Selain itu, kelembapan akan
mempengaruhi laju pengeringan dimana semakin tinggi tingkat kelembapan udara
maka akan menghambat perpindahan uap air dari dalam bahan ke luar dan waktu
pengeringan yang dibutuhkan akan semakin lama.
13
DRYING
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
14
DRYING
Keterangan :
1. Pengatur suhu
2. Oven
3. Loyang
15
DRYING
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
DRYING
17
DRYING
18
DRYING
IV.3 Grafik
1. Grafik hubungan antara waktu pengeringan dengan kadar air
50,00 Kerucut
40,00
30,00 y = -0,6254x + 68,527
20,00 R² = 0,9838
10,00 y = -0,643x + 69,269
0,00 R² = 0,9955
-10,00 0 20 40 60 80 100 120 140
y = -0,617x + 68,316
-20,00 R² = 0,9897
Waktu, t(menit)
Kerucut
0,00030 y = 9E-06x + 0,0001
0,00020 R² = 0,35
Pada gambar 1V.2 dapat diketahui bahwa semakin tinggi kadar air
maka kecepatan pengeringan akan semakin besar. Sehingga hubungan
kadar air dengan kecepatan pengeringan berbanding lurus.
19
DRYING
IV.4 Pembahasan
Berdasarkan grafik hubungan antara waktu pengeringan dengan kadar air
yang diperoleh, dapat diketahui bahwa semakin lama waktu pengeringan maka
kadar air bahan akan semakin menurun. Hal tersebut sesuai dengan literatur
penelitian yang dilakukan oleh Sari pada tahun 2017 yang menyatakan bahwa
semakin lama waktu proses pengeringan maka nilai kadar air juga akan semakin
berkurang. Hal tersebut dikarenakan semakin lama waktu pengeringan terjadi,
maka kandungan air yang terkandung dalam suatu bahan akan banyak teruapkan
sehingga massa kandungan air akan berkurang. Begitupun terhadap suhu dimana
semakin besar suhu maka proses teruapkannya air dalam bahan akan semakin
cepat, sehingga nilai kadar air yang dihasilkan akan semakin kecil atau berkurang.
Sementara pada grafik hubungan antara kadar air yang hilang dengan
kecepatan pengeringan, dapat diketahui bahwa semakin besar kadar air dalam
bahan maka nilai laju pengeringannya akan menurun lajunya apabila kadar air
dalam bahan semakin sedikit. Hal tersebut disebut dengan laju menurun atau
falling rate periode. Hasil itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anto.
Menurut Anto (2012) laju pengeringan akan semakin menurun seiring dengan
penurunan kadar air selama pengeringan berlangsung. Laju pengeringan pada
grafik menenjukkan ketidak-stabilan.
Pada percobaan drying terdapat factor-faktor yang mempengaruhi hasil
percobaan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ummah pada tahun 2017,
Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu luas permukaan, dimana ketika suatu
bahan yang akan dikeringkan memiliki luas permukaan yang luas maka proses
pengeringan akan berlangsung secara efisien. Hal tersebut karena panas dari
pemanasan akan berkontakkan dengan luas permukaan bahan yang tinggi
sehingga kadar air akan teruapkan secara merata pada bahan. Faktor lainnya yaitu
suhu pemanasan, dimana ketika suhu pada alat drying memiliki suhu yang tinggi
maka proses pengeringan akan berlangsung lebih cepat dan kadar air pada bahan
dapat teruapkan dengan cepat karena akibat dari perbedaan suhu yang tinggi.
20
DRYING
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Pada hasil percobaan pengeringan yang dilakukann diperoleh laju
pengeringan bahan singkong dalam bentuk Tabung, bola, dan kerucut
pada interval waktu 10 menit dan lama waktu 120 menit didapatkan
berturut-turut sebesar 0,00015 gr/cm2.menit; 0,00027 gr/cm2.menit;
0,00029 gr/cm2.menit
2. Semakin besar luas permukaan bahan maka kecepatan pengeringan
bahan akan semakin besar dikarenakan panas akan lebih mudah
terdistribusikan ke seluruh permukaan bahan
3. Pada percobaan dilakukan pengeringan bahan singkong selama 120
menit pada interval waktu 10 menit didapatkan data kadar air dalam
bentuk tabung, bola serta kerucut secara berturut-turut yaitu 31,00 %;
25,74 %; 31,29 %. dengan luas permukaan secara berturut-turut sebesar
sebesar 282,6 cm2; 153,86 cm2; 138,474 cm2
V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan tidak meletakan bahan yang telah dioven dibiarkan
di udara terbuka karena akan menyebabkan bahan mengalami
penguapan kadar air
2. Sebaiknya praktikan menggunakan interval waktu yang lama agar
waktu pengeringan lebih sempurna hingga mencapai berat konstan
21
DRYING
DAFTAR PUSTAKA
22
DRYING
23
DRYING
LAMPIRAN
24
DRYING
Hasil Perhitungan
1. Luas permukaan
a. Tabung
𝐿 = 2𝜋𝑟(𝑟 + 𝑡)
= 2 𝑥 3,14 𝑥 3 ( 3 + 5 )
= 282,6 𝑐𝑚2
b. Bola
𝐿 = 4 𝜋 𝑟2
= 4 𝑥 3,14 𝑥 (3,5)2
= 153,86 𝑐𝑚2
c. Kerucut
𝐿 = 𝜋𝑟(𝑟 + 𝑠)
= 3,14 𝑥 4,2 ( 4,2 + 6,3 )
= 138,474 𝑐𝑚2
2. Kadar Air
25
DRYING
26
DRYING
B. Bola
1. Perhitungan kadar air pada bola menit ke-0
14,7234 − 9,3623
𝑥= 𝑥 100% = 57,2626 %
9,3623
2. Perhitungan kadar air pada bola menit ke-10
14,1733 − 9,3623
𝑥= 𝑥 100% = 51,3869 %
9,3623
3. Perhitungan kadar air pada bola menit ke-20
13,6323 − 9,3623
𝑥= 𝑥 100% = 45,6085 %
9,3623
4. Perhitungan kadar air pada bola menit ke-30
13,1034 − 9,3623
𝑥= 𝑥 100% = 39,9592 %
9,3623
5. Perhitungan kadar air pada bola menit ke-40
12,5823 − 9,3623
𝑥= 𝑥 100% = 34,3933 %
9,3623
6. Perhitungan kadar air pada bola menit ke-50
12,0933 − 9,3623
𝑥= 𝑥 100% = 29,1702 %
9,3623
7. Perhitungan kadar air pada bola menit ke-60
11,6165 − 9,3623
𝑥= 𝑥 100% = 24,0774 %
9,3623
8. Perhitungan kadar air pada bola menit ke-70
11,1837 − 9,3623
𝑥= 𝑥 100% = 19,4546 %
9,3623
9. Perhitungan kadar air pada bola menit ke-80
10,7634 − 9,3623
𝑥= 𝑥 100% = 14,9653 %
9,3623
10. Perhitungan kadar air pada bola menit ke-90
10,3276 − 9,3623
𝑥= 𝑥 100% = 10,3105 %
9,3623
27
DRYING
3. Kecepatan Pengeringan
−𝐿𝑠 𝑑𝑥
𝑅 = 𝑥
𝐴 𝑑𝑡
A.Tabung
29
DRYING
30
DRYING
B. Bola
1. Perhitungan kecepatan pengeringan bola menit ke-0
−9,3623 gr 0,00588 gr
= 2
x− = 0,00036 2
153,86 cm menit cm menit
31
DRYING
32
DRYING
C. Kerucut
1. Perhitungan kecepatan pengeringan bola menit ke-0
−7,3745 gr 0,00848 gr
= 2
x− = 0,00045 2
138,474 cm menit cm menit
A. Tabung
(Kadar air sampel ke − 2 (y2) − Kadar air sampel ke − 1 (y1)
Slope =
(Waktu ke − 2 (t2) − Waktu ke − 1 (t1)
1. Perhitungan slope tabung pada menit ke-0
(0,6431 − 0,7436 )
= = −0,01006
(10 − 0)
2. Perhitungan slope tabung pada menit ke-10
(0,5509 − 0,6431 )
= = −0,00922
10
3. Perhitungan slope tabung pada menit ke-20
(0,4758 − 0,5509 )
= = −0,00651
10
4. Perhitungan slope tabung pada menit ke-30
(0,4154 − 0,4758 )
= = −0,00604
10
5. Perhitungan slope tabung pada menit ke-40
(0,3577 − 0,4154 )
= = −0,00577
10
6. Perhitungan slope tabung pada menit ke-50
(0,2942 − 0,3577 )
= = −0,00634
10
7. Perhitungan slope tabung pada menit ke-60
(0,2280 − 0,2942 )
= = −0,00663
10
8. Perhitungan slope tabung pada menit ke-70
(0,1617 − 0,2280 )
= = −0,00663
10
9. Perhitungan slope tabung pada menit ke-80
(0,0966 − 0,1617 )
= = −0,00651
10
10. Perhitungan slope tabung pada menit ke-90
(0,0452 − 0,0966 )
= = −0,00514
10
B. Bola
1. Perhitungan slope tabung pada menit ke-0
(0,5139 − 0,5726 )
= = −0,00588
10
2. Perhitungan slope tabung pada menit ke-10
(0,4561 − 0,5139 )
= = −0,00578
10
3. Perhitungan slope tabung pada menit ke-20
(0,3996 − 0,4561 )
= = −0,00565
10
4. Perhitungan slope tabung pada menit ke-30
(0,3439 − 0,3996 )
= = −0,00557
10
5. Perhitungan slope tabung pada menit ke-40
(0,2917 − 0,3439 )
= = −0,00522
10
6. Perhitungan slope tabung pada menit ke-50
(0,2408 − 0,2917 )
= = −0,00509
10
7. Perhitungan slope tabung pada menit ke-60
(0,1945 − 0,2408 )
= = −0,00462
10
8. Perhitungan slope tabung pada menit ke-70
(0,1497 − 0,1945 )
= = −0,00449
10
C. Kerucut
1. Perhitungan slope kerucut pada menit ke-0
(0,6375 − 0,7223 )
= = −0,00848
10
2. Perhitungan slope kerucut pada menit ke-10
(0,5627 − 0,6375 )
= = −0,00747
10
3. Perhitungan slope kerucut pada menit ke-20
(0,4915 − 0,5627 )
= = −0,00713
10
4. Perhitungan slope kerucut pada menit ke-30
(0,4211 − 0,4915 )
= = −0,00704
10
5. Perhitungan slope kerucut pada menit ke-40
(0,3536 − 0,4211 )
= = −0,00675
10
6. Perhitungan slope kerucut pada menit ke-50
(0,2905 − 0,3536 )
= = −0,00631
10