Leaching Aufal PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


“EKSTRAAKSI PADAT-CAIR (LEACHING)”

GRUP M

1. AJIGUNA WIJAYA (19031010200)


2. MOH AUFAL WIDAD (19031010219)

TANGGAL PERCOBAAN : 30 NOVEMBER 2021

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2021
EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS PRAKTIKUM


OPERASI TEKNIK KIMIA II

“EKSTRAAKSI PADAT-CAIR (LEACHING)”

GRUP M :
1. AJIGUNA WIJAYA (19031010200)
2. MOH AUFAL WIDAD (19031010219)

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Dosen Pembimbing,

( Reva Edra Nugraha, S.Si)


NIP. 21219950627294

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II i


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi
Teknik Kimia II ini dengan judul “Ekstraaksi Padat-Cair (Leaching)”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum Operasi
Teknik Kimia II yang diberikan pada semester V. Laporan ini disusun berdasarkan
pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari literatur serta
petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 30 November 2021
di Rumah masing-masing.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Ketut Sumada, MS selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia
2. Reva Edra Nugraha,S.Si selaku dosen pembimbing praktikum
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
4. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Kami sadar bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Oleh karena itu, penyusun
sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan. Maka
dengan rendah hati, penyusun selalu mengharapkan kritik dan saran guna
menyempurnakan laporan praktikum ini.

Surabaya, 5 Desember 2021

Penyusun

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II ii


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

INTISARI .............................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

I.2 Tujuan ............................................................................................................ 1

I.3 Manfaat .......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3

II.1 Secara Umum ............................................................................................... 3

II.2 Leaching ....................................................................................................... 3

II.2.1. Prinsip Dasar Leaching......................................................................... 4

II.2.2 Jenis-Jenis Ekstraksi Berdasarkan Fase................................................. 4

II.2.3 Leaching Equipment .............................................................................. 5

II.2.4 Jenis Ekstraksi Berdasarkan Umpan Masuk.......................................... 7

II.2.5 Metode-Metode Leaching (Ekstraksi Padat – Cair) ............................ 11

II.2.6 Leaching Sederhana dengan Solvent Segar ......................................... 13

II.2.7 Mekanisme Proses Ekstraksi Padat – Cair .......................................... 14

II.2.8 Hubungan Kesetimbangan dalam Leaching ........................................ 15

II.2.9 Syarat Pemilihan Pelarut ..................................................................... 15

II.2.10 Efisiensi Leaching ............................................................................ 16

II.2.11 Stage ideal ......................................................................................... 16

II.2.12 Jumlah Stage ideal untuk Underflow Bervariasi ............................... 17

II.2.13 Aplikasi ............................................................................................. 18

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II iii


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

II.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi ............................................................ 19

II.4 Sifat Bahan ................................................................................................. 20

II.5 Hipotesa Percobaan .................................................................................... 21

II.6 Keselamatan Alat Industri ......................................................................... 22

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM ....................................................... 24

III.1 Bahan yang digunakan .............................................................................. 24

III.2 Alat yang digunakan ................................................................................. 24

III.3 Gambar Alat .............................................................................................. 24

III.3.1 Rangkaian Alat ................................................................................... 25

III.4 Prosedur..................................................................................................... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN ............................................................... 27

IV.1 Tabel Perhitungan ..................................................................................... 27

IV.2 Tabel Hasil Perhitungan ............................................................................ 28

IV.3 Grafik dan Pembahasan ............................................................................ 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 31

V.1 Kesimpulan ................................................................................................ 31

V.2 Saran ........................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 32

LAMPIRAN ......................................................................................................... 34

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II iv


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

INTISARI

Ekstraksi padat-cair atau leaching merupakan proses transfer secara difusi


analit dari sampel yang berwujud padat ke dalam pelarutnya. Pada ekstraksi prinsip
ini, pemisahan didasarkan pada kemampuan atau daya larut analit dalam pelarut
tertentu. Dengan demikian pelarut yang digunakan harus mampu menarik
komponen analit dari sampel secara maksimal. Ekstraksi padat-cair dilakukan
dengan bahan kemiri dan pelarut n-heksana. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
menentukan jumlah stage ideal yang diperlukan, untuk menentukan persen
recovery yang diperoleh, dan untuk mengetahui prinsip dasar dari proses ekstraksi
padat-cair.
Pada percobaan ini langkah awal yang dilakukan yaitu menimbang bahan
kacang tanah sebanyak 40 gram dan pelarut sebanyak 200 ml. Kemudian
memasukkan pelarut ke dalam beaker glass yang berisi bahan kacang tanah dan
tutup dengan rapat. Letakkan beaker glass diatas magnetic stirrer kemudian lakukan
ekstraksi pada suhu konstan selama 20, 40, 60, 80, 100 dan 120 menit. Setelah
ekstraksi selesai campuran dipisahkan dengan disaring. Filtratnya kemudian
dihitung densitas serta viskositasnya, sedangkan ampasnya dikeringkan dalam oven
lalu ditimbang.
Berdasarkan hasil perobaan leaching yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa hubungan antara waktu ekstraksi (menit) dengan minyak yang
terekstrak (gram) yaitu berbanding lurus. Karena semakin lama waktu yang
digunakan untuk mengekstrak kacang tanah, maka semakin besar pula hasil ekstrak
yang didapatkan. Dimana waktu yang digunakan berturut-turut adalah 20 menit, 40
menit, 60 menit, 80 menit, 100 menit, 120 menit dan didapatkan massa minyak
yang terekstrak berturut-turut yakni 19,2188 gram ; 17,0838 gram ; 16,4500 gram ;
14,3410 gram ; 13,8738 gram dan 11,3380 gram. Hal ini sesuai dengan hipotesa,
dimana semakin lama waktu ekstraksi maka akan semakin banyak volume minyak
yang terekstraksi.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II v


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Proses pemisahan suatu komponen adalah proses yang berperan penting
dalam dunia industri, salah satunya adalah ekstraksi. Ekstraksi adalah pemisahan
konstituen dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut
yang berbeda dari komponen-komponen dalam larutan. Ekstraksi terdiri dari dua
yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat-cair atau yang
disebut dengan leaching merupakan satu peristiwa pemisahan suatu komponen
yang berada didalam fase padat dengan mempergunakan fase cair (pelarut).
Leaching (ekstraksi padat cair) banyak ditemukan dalam dunia industri., seperti
pada industri gula, proses leaching dilakukan untuk memisahkan gula dari tebu.
Selain itu, Leaching juga digunakan dalam ekstraksi minyak dalam biji kemiri
karena kandungan minyak dalam biji kemiri tergolong tinggi serta pada beberap
industry lain. Mengingat betapa banyaknya pengaplikasian proses leaching dalam
dunia industry, maka dari itu menjadi penting dilakukan percobaan leaching agar
praktikan dapat mengetahui tahapan dan proses yang terjadi pada leaching sehingga
dapat mengaplikasikannya dalam dunia industry.

I.2 Tujuan
1. Untuk menentukan jumlah stage (tahapan) yang dibutuhkan dalam proses
esktraksi
2. Untuk mengetahui hubungan lama waktu ekstraksi dengan komponen dari
bahan padat yang diekstrak.
3. Untuk mengetahui prinsip dari ekstraksi

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 1


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
leaching
2. Agar praktikan dapat mengetahui aplikasi proses leaching dalam bidang
industri
3. Agar praktikan dapat mengetahui proses yang terjadi dalam percobaan
leaching

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 2


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum


Ekstraksi merupakan proses pemisahan berdasarkan perbedaan kemampuan
melarutnya komponen - komponen yang ada dalam campuran. Secara garis besar
ekstraksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu ekstraksi padat-cair (leaching) dan
ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat cair atau leaching adalah proses pengambilan
komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai interaksi
antara solute dengan padatan, solute dengan pelarut dan pelarut dengan padatan
yang sangat berpengaruh pada proses ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini, dengan
adanya pemanasan solute yang terperangkap di dalam padatan mulai meleleh
bergerak melalui pori-pori padatan (Wiyani, 2016).

II.2 Leaching
Ekstraksi padat-cair (leaching) adalah proses pemisahan zat yang dapat melarut
(solut) dari suatu campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (inert) dengan
menggunakan pelarut cair. Proses yang terjadi didalam leaching ini biasanya
disebut juga dengan difusi. Prinsip proses ekstraksi yaitu: Pelarut ditransfer dari
bulk menuju ke permukaan. Pelarut menembus masuk atau terjadi difusi massa
pelarut pada permukaan padatan inert ke dalam pori padatan.
(intraparticlediffusion). Zat terlarut (solut) yang ada dalam padatan larut kedalam
pelarut lalu karena adanya perbedaan konsentrasi. Campuran solut dalam pelarut
berdifusi keluar dari permukaan padatan inert. Selanjutnya, zat terlarut (solut)
keluar dari pori padatan inert dan bercampur dengan pelarut yang ada pada luar
padatan (Prayudo,2015).

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 3


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

II.2.1. Prinsip Dasar Leaching


Leaching adalah proses mengekstraksi mineral atau zat terlarut dari padatan
dengan melarutkannya dalam cairan atau pelarut, baik di alam atau melalui industry.
Disolusi, desorpsi atau kompleksasi dapat menjadi alasan untuk menghilangkan zat
terlarut. Proses leaching dapat dilakukan dalam satu proses tahapan atau dalam
beberapa tahapan. Proses leaching dengan beberapa tahapan (multitahap) dapat
dilakukan dengan arus berlawan arah. Dalam proses leaching arus silang, padatan
sisa setelah tahap sebelumnya diumpankan untuk tahap berikutnya dan diumpankan
dengan pelarut baru. Dengan operasi arus berlawanan, aliran umpan dan pealrut
berada dalam arah yang berlawanan (Kulkarni,2015).

II.2.2 Jenis-Jenis Ekstraksi Berdasarkan Fase


1. Liquid - Liquid Extraction
Hal ini juga dikenal sebagai ekstraksi pelarut mengacu pada operasi di mana
komponen campuran cair dipisahkan dengan mengontakkannya dengan pelarut
cair tidak larut yang sesuai yang secara khusus melarutkan satu atau lebih
komponen. Dalam jenis operasi ini, pemisahan komponen larutan tergantung pada
distribusi komponen yang tidak merata antara dua cairan yang tidak bercampur.
Dalam ekstraksi cair, larutan umpan adalah satu fase dan pelarut yang digunakan
untuk ekstraksi adalah fase lain.
2. Solid Phase Extraction
Ekstraksi Fase Padat adalah Metode Persiapan sampel yang digunakan untuk
isolasi, pengayaan dan pemurnian komponen dari larutan berair tergantung pada
sifat fisik dan kimianya. Ini melibatkan kontak sampel berair dengan fase padat
atau sorben, di mana senyawa teradsorpsi pada permukaan fase padat sebelum
elusi. Jumlah Ekstrak dapat diabaikan dibandingkan dengan jumlah analisis dalam
sampel.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 4


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

3. Solid – Liquid Extraction


Ekstraksi Padat-Cair (Leaching) berarti penghilangan konstituen dari
campuran padatan dengan membawa bahan padat ke dalam kontak dengan pelarut
cair yang melarutkan konstituen tertentu. Pencucian dapat digunakan untuk
produksi larutan pekat dari bahan padat yang berharga, atau untuk membebaskan
padatan yang tidak larut dari bahan larut yang terkontaminasi (Patel, 2019).

II.2.3 Leaching Equipment


Ketika padatan membentuk massa yang terbuka dan permeable selama
operasi leaching, pelarut dapat diserap melalui lapisan padatan yang tidak diaduk.
Dengan padatan kedap air atau bahan yang hancur selama leaching padatan tersebut
terdispersi ke dalam pelarut dan kemudian dipisahkan. Kedua metode dapat berupa
batch atau kontinu.
Beberapa macam Leaching Equipment sebagai berikut ini,
1. Unsteady State Operation
a. In Situ (In-Place) Leaching
Pencucian mineral perkolasi di tempat di tambang, dengan sirkulasi
pelarut di atas bijih. Penghilangan garam dari endapan di bawah permukaan
bumi dengan larutan air garam yang dipompa ke dalam endapan. Contoh:
Pencucian bijih tembaga kadar rendah, bijih uranium.
b. Heap Leaching
Bijih kadar rendah yang nilai mineralnya tidak menjamin biaya
penghancuran atau penggilingan dapat dilindi dalam bentuk gumpalan
bekas tambang menjadi tumpukan besar.Conto h: Tembaga dari bijih
pirit, uranium.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 5


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

c. Percolation Tanks

Gambar II.1. Percolation Tanks


Ketika penurunan tekanan untuk aliran cairan terlalu tinggi untuk aliran
gravitasi, bejana tertutup harus digunakan. (Diffusers) Tangki tertutup diperlukan
untuk mencegah kehilangan penguapan saat pelarut mudah menguap. Contoh: Gula
dari irisan gula bit.
a. Shanks System
Biasanya digunakan dalam industry metalurgi. Pemulihan tannin dari kulit
pohon dan kayu. Leaching Natrium-nitrat dari batuan bantalan Chili-nitrat.
b. Agitated vessels
Digunakan untuk padatan kasar. Wadah silinder tertutup yang berisi pedal atau
pengaduk pada poros vertikal, serta bagian bawah palsu untuk menghilangkan
larutan pelindian. Padatan halus yang terbagi dapat tersuspensi dalam pelarut
pelindian dengan agitasi. Contoh: Industri metalurgi. Padatan yang digerus halus
dapat dengan mudah tersuspensi dalam cairan dengan agitasi yang terus menerus
larut dalam semua jenis tangki atau bejana yang diaduk. Terjadi aliran cairan dan
padatan yang terus menerus keluar masuk tangki, sehingga tidak terjadi
penumpukan padatan. Agitator tipe turbin digunakan untuk operasi yang efektif.
Jenis: Tangki Pachuca dan agitator Dorr (pengangkat udara dan prinsip mekanis).
Poros pusat bertindak sebagai pengangkat udara dan berputar perlahan. Lengan
yang menempel pada dasar poros menggerakkan padatan yang mengendap ke

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 6


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

tengah, di mana mereka diangkat oleh udara melalui poros ke mesin cuci berputar
yang dipasang di atas.

2. Steady State Operation


1. Thickeners
Ini meningkatkan rasio padatan ke cairan dalam suspensi encer partikel
berukuran halus dengan mengendap dan menuang, menghasilkan cairan
bening dan lumpur yang mengental. Ini mengurangi biaya penyaringan,
mudah diangkut.
2. Continuous Countercurrent Decantation (CCD)
Simple Flowsheet an Flowshit dengan agitasi menengah dan filtrasi
padatan yang dicuci
3. Hydrocyclones
Ini sama dengan ukuran klasifikasi padatan. Digunakan untuk pemisahan
padatcair sebagai pengganti pengental dalam pencucian padatan
berlawanan arah (Mc Cabe, 1993).

II.2.4 Jenis Ekstraksi Berdasarkan Umpan Masuk


Pada umumnya proses ekstraksi dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
1) Operasi tahap tunggal (single stage)
Operasi tahap tunggal ini terjadi karena adanya kontak antara umpan
dengan pelarut (solvent) yang hanya dilakukan satu kali. Ekstraksi tahap
tunggal dapat dilakukan secara batch atau kontinu. Umpan (Feed) yang
mengandung pelarut asal (A) dan solute (C) dikontakkan dengan solvent
atau pelarut pengekstrak (S) untuk menghasilkan ekstrak (E) dan rafinat (R)
dalam kesetimbangan. Solute yang dipindahkan ke fasa cair pada operasi
tahap tunggal ini tidak banyak sehingga perolehan (yield) yang didapat
sedikit. Skema operasi tahap tunggal ditampilkan pada Gambar.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 7


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

Gambar II.2. Skema Operasi Tahap Tunggal


Perhitungan operasi tahap tunggal berdasarkan pada prinsip neraca massa
sebagai berikut :
1. Neraca massa total : F + S = E + R
2. Neraca massa zat terlarut : F .YF + S .XS = E .YE + R . XR
3. Neraca massa pelarut : F (1 - YF) + S (1 - XS) = E (1 - YE) + R (1– XR)
2) Operasi bertahap banyak (multi stage) dengan aliran silang (crosscurrent)
Pada operasi ekstraksi ini terjadi kontak antara padatan dan pelarut
(solvent) yang dilakukan dalam beberapa tahap dimana rafinat yang
diperoleh dari tahap yang satu dikontakkan dengan pelarut baru pada tahap
berikutnya. Operasi ini dapat menggunakan pelarut baru (solvent) dalam
jumlah yang bervariasi. Semakin banyak tahap yang digunakan pada operasi
ini berarti semakin banyak solvent yang digunakan untuk menghasilkan
rafinat akhir sehingga total solvent yang digunakan bisa lebih besar daripada
feed dan menjadi tidak ekonomis. Pemberian pelarut
“baru” pada setiap tahap akan menghasilkan driving force lebih besar yaitu
kadar solute dalam larutan menjadi lebih banyak. Namun padatan yang
digunakan pada setiap tahap adalah padatan yang sama sehingga rafinat dan
ekstrak semakin lama akan semakin jenuh. Skema operasi multi tahap
dengan aliran cross-current ditampilkan pada Gambar II.3

Gambar II.3. Operasi Ekstraksi Multi tahap Cross-Current

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 8


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

Perhitungan operasi multi tahap dengan aliran cross-current berdasarkan


pada prinsip neraca massa sebagai berikut :
1. Neraca massa total : Rn-1 + Sn = En + Rn
2. Neraca massa zat terlarut : Rn-1 Xn-1 + Sn Ys = En Yn + Rn Xn
3) Operasi bertahap banyak (multi stage) dengan aliran counter-current
Operasi multi stage dengan aliran lawan arah (counter-current)
merupakan proses ekstraksi dimana kontak antara padatan dan pelarut
(solvent) dilakukan lebih dari satu kali. Prinsip ekstraksi multi stage
counter-current adalah padatan “baru” dikontakkan dengan pelarut yang
telah banyak mengandung solute yaitu ekstrak sebagai hasil kontak pada
tahap-tahap berikutnya, sedangkan padatan yang solutenya telah menipis
dikontakkan dengan pelarut segar pada tahap berikutnya. Operasi ekstraksi
counter-current banyak diterapkan dalam industri karena menghasilkan
perolehan (yield) yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kontak antara
ekstrak dengan padatan baru dan antara rafinat dengan pelarut baru
memberikan driving force berupa perbedaan konsentrasi dan kelarutan
dalam setiap tahapnya sehingga akan selalu terjadi perpindahan solute dari
padatan ke pelarut. Operasi ekstraksi kontinu counter- current dapat
disimulasikan dengan operasi batch antara umpan dan pelarut, tetapi harus
mengikuti skema operasi ekstraksi multi tahap counter-current secara
kontinu sampai mencapai steady state. Skema operasi ini ditampilkan pada
Gambar II.4.

Gambar II.4. Operasi Ekstraksi Multi tahap Counter-Current


Perhitungan operasi multi tahap dengan aliran counter-current
berdasarkan pada prinsip neraca massa sebagai berikut :

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 9


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

1. Neraca massa total : F + S = E1 + Rn atau Ro + En+1 = E1 + Rn


2. Neraca massa zat terlarut :
F . XF + S . Ys = E1 . Y1 + Rn . Xn atau
Ro . Xo + En+1 . Yn+1 = E1 . Y1 + Rn . Xn
4) Operasi bertahap banyak (multi stage) dengan aliran searah (cocurrent)
Operasi multi tahap dengan aliran co-current ini merupakan proses
ekstraksi dimana kontak antara padatan dan pelarut (solvent) dilakukan
lebih dari satu kali dalam aliran searah. Operasi secara co-current
sebenarnya mirip dengan ekstraksi tahap tunggal tetapi ekstrak dan rafinat
yang diperoleh dari satu tahap diaduk lagi sampai waktu kesetimbangan
pada tahap berikutnya sehingga yield yang dihasilkan lebih besar daripada
yield yang dihasilkan pada ekstraksi tahap tunggal. Operasi ekstraksi ini
tidak mungkin dilakukan karena ekstrak (E1) akan dikontakkan kembali
dengan rafinat (R1). Jika tahap operasi berada dalam keadaan ideal maka
ekstrak dan rafinat akan berada dalam kesetimbangan sehingga ekstrak dari
tahap dua (E2) akan sama dengan ekstrak dari tahap satu (E1) dan rafinat dari
tahap dua (R2) akan sama pula dengan rafinat dari tahap satu (R1). Kondisi
tersebut akan berlangsung untuk tahap-tahap berikutnya sehingga jumlah
tahap akan sulit dihitung karena letaknya pada garis operasi jauh dari kurva
kesetimbangan. Skema operasi ini ditampilkan pada Gambar II.5.

Gambar II.5. Operasi ekstraksi multi tahap co-current


Perhitungan operasi multi tahap dengan aliran co-current berdasarkan
pada prinsip neraca massa sebagai berikut :
1. Neraca massa total : F + S = E1 + Rn atau Ro + En+1 = E1 + Rn
2. Neraca massa zat terlarut : F . XF + S . Ys = E1 . Y1 + Rn . Xn
(Prasetyo, 2009)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 10


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

II.2.5 Metode-Metode Leaching (Ekstraksi Padat – Cair)


Beberapa metode yang digunakan ekstraksi padat cair dibedakan menjadi :
1. Maserasi
Maserasi merupakan salah satu ekstraksi padat cair yang paling sederhana,
dilakukan dengan cara merendam sampel pada suhu kamar menggunakan
pelarut yang sesuai sehingga dapat melarutkan analit dalam sampel (Leba,
2017). Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari sambil diaduk sesekali untuk
mempercepat proses pelarutan analit. Ekstraksi dilakukan berulang kali
sehingga analit terekstaksi secara sempurna. Indikasi bahwa semua analit
terektraksi secara sempurna adalah pelarut yang digunakan tidak warna

Gambar II.1 Proses maserasi skala kecil


2. Perkolasi
Perkolasi merupakan salah satu jenis ekstraksi padat cair yang dilakukan
dengan jalan mengalirkan pelarut secara perlahan-lahan pada sampel dalam
suatu petokator. Pada ekstraksi jenis ini, pelarut dalam akan ditambahkan
secara terus menerus, sehingga proses ekstraksi selalu dilakukan dengan
pelarut yang baru. Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri
oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam perkolator
tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area,
membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak waktu.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 11


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

Gambar II.2 Proses perkolasi menggunakan beberapa perkolator


3. Sokletasi
Sokletasi merupakan salah satu jenis ekstraksi menggunakan alat soklet.
Prinsipnya adalah ekstraksi dilakukan secara terus menerus menggunakan
pelarut yang relative sedikit. Bila ekstraksi telah selesai maka pelarut dapat
diuapkan sehingga akan diperoleh ekstrak. Biasanya pelarut yang digunakan
adalah pelarutpelarut yang mudah menguap atau mempunyai titik didih yang
rendah. Peralatan yang digunakan dalam sokletasi terdiri dari kondensor, soklet,
labu destilat bulat dan pemanas. Keuntungan dari metode ini adalah proses
ekstraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi
sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu.
Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena
ekstrak yang diperoleh terusmenerus berada pada titik didih (Leba, 2107).

Gambar II.3 Proses ekstraksi dengan Soxhlet


4. Ultrasound – Assisted Solvent Extraction
Ultrasound – Assisted Solvent Extraction merupakan metode maserasi yang
dimodifikasi dengan menggunakan bantuan ultrasound (sinyal dengan frekuensi
tinggi, 20 kHz). Wadah yang berisi serbuk sampel ditempatkan dalam wadah
ultrasonic dan ultrasound. Hal ini dilakukan untuk memberikan tekanan
mekanik pada sel hingga menghasilkan rongga pada sampel. Kerusakan sel

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 12


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

dapat menyebabkan peningkatan kelarutan senyawa dalam pelarut dan


meningkatkan hasil ekstraksi.

Gambar II.4 Ekstraksi maserasi dengan bantuan alat ultrasonikasi (power sonic420)
5. Reflux dan Destilasi Uap
Pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam labu
yang dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga mencapai titik
didih. Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu. Destilasi uap memiliki
proses yang sama dan biasanya digunakan untuk mengekstraksi minyak esensial
(campuran berbagai senyawa menguap). Selama pemanasan, uap terkondensasi
dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur) ditampung
dalam wadah yang terhubung dengan kondensor.

Gambar II.5 Ekstraksi skala kecil dengan reflux


(Mukhriani, 2014)

II.2.6 Leaching Sederhana dengan Solvent Segar


Leaching merupakan salah satu metode pemisahan campuran yang
sederhana dan dapat dilakukan diskala laboratorium maupun industri. Leaching
adalah proses pemisahan zat yang dapat melarut (solute) dari suatu campurannya
dengan padatan yang tidak dapat larut (inert) dengan menggunakan pelarut cair.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 13


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

Gambar II.7. Diagram alir Leaching dengan solven segar


Jumlah stage ideal ditentukan secara grafis dengan diagram segitiga atau
segi empat. Prosedurnya adalah menentukan campuran resultan, titik Σ, di setiap
tahap setelah garis overflow dan underflow ditempatkan menggunakan persamaan
underflow yang disediakan untuk setiap sistem. Kesetimbangan dicapai bila tidak
ada perpindahan massa antara aliran bawah (underflow) dan overflow. Komposisi
yang dihasilkan dalam aliran bawah kemudian dicampur dengan pelarut segar
lainnya.

Gambar II.81. Penentuan stage ideal leaching sederhana (a) diagram segitiga dan
(b) diagram segiempat (Muljani, 2016)

II.2.7 Mekanisme Proses Ekstraksi Padat – Cair


Mekanisme yang berlangsung selama proses ekstraksi padat-cair adalah:
Pelarut bercampur dengan padatan inert sehingga permukaan padatan dilapisi oleh
pelarut. Terjadi difusi massa pelarut pada permukaan padatan inert ke dalam pori
padatan inert tersebut. Laju difusi ini lambat karena pelarut harus menembus
dinding sel padatan. Solut yang terdapat dalam padatan melarut dalam pelarut.
Campuran solut dalam pelarut berdifusi keluar dari permukaan padatan inert dan
bercampur dengan pelarut sisa. (Aji, 2017)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 14


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

II.2.8 Hubungan Kesetimbangan dalam Leaching


Dalam leaching diasumsikan terdapat pelarut yang cukup sehingga semua
zat terlarut dalam padatan yang masuk bisa dilarutkan ke dalam cairan,
kesetimbangan tercapai ketika zat terlarutnya terlarut. Karenanya, semua zat terlarut
adalah benar-benar larut pada tahap pertama. Juga diasumsikan bahwa padatan
tidak dapat larut, dan tidak adsorpsi akan terjadi untuk zat terlarut dalam padatan,
artinya larutan dalam fase cair meninggalkan tahap sama dengan solusi yang tersisa
dengan matriks padat dalam slurry menetap meninggalkan tahap yang sama.
Padatan yang meninggalkan tahapan selalu berisi beberapa cair. Aliran padat-cair
ini disebut aliran bawah. Cairan tersebut disebut luapan aliran. Konsentrasi minyak
atau zat terlarut dalam aliran luapan sama dengan yang ada di larutan cair menyertai
aliran bawah. Karenanya, pada plot xy garis ekuilibrium berada pada garis 45o.

Gambar II.2 Leaching Countercurrent


(Geankoplis, 1986)

II.2.9 Syarat Pemilihan Pelarut


Jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi mempengaruhi jenis
komponen aktif bahan yang terekstrak karena masing-masing pelarut mempunyai
selektivitas yang berbeda untuk melarutkan komponen aktif dalam bahan.
Syarat pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi yaitu:
1. Dapat melarutkan zat minyak, lemak, asam lemak, dan lain-lain dengan cepat
dan sempurna.
2. Mempunyai titik didih yang cukup rendah agar mudah diuapkan namun titik
didih pelarut tidak boleh terlalu rendah.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 15


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

3. Pelarut tidak dapat larut dalam air kerena sifat pelarut yang non-polar.
4. Bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak.
5. Harga murah, tidak terbakar dengan mudah dan tidak beracun.
(Estrada,2007)

II.2.10 Efisiensi Leaching


Efektifitas proses leaching dinyatakan dengan efisiensi leaching (E) yang
merupakan perbandingan berat unsur yang berhasil di leaching atau berat unsur
dalam filtrat (W2) dengan berat unsur pada umpan (W0) dikalikan 100%
W
Efisiensi 𝑙𝑒𝑎𝑐ℎ𝑖𝑛𝑔 (E) = W0 × 100 % …………………………………(4)

Keterangan :
W2 = Berat unsur dalam filtrat
W0 = Berat unsur pada umpan (Astuti, 2021)

II.2.11 Stage ideal


1. Stage ideal pada counter current leaching
Gambar di bawah ini menunjukan diagram neraca massa untuk aliran
countercurrent yang kontinyu. Tahap – tahapnya diberi nomor menurut aliran zat
padat. Fase V adalah cairan yang mengalir dari satu stage lainnya dalam arah yang
berlawanan dengan arah aliran zat padat, dan melarutkan zat terlarut saat pindah
dari stage N ke stage 1. Fase L adalah zat padat yang mengalir dari stage 1 ke stage
N. zat padat ampas akan meninggalkan stage N, dan larutan pekat keluar dari stage1.

Gambar II.6 Aliran Counter current

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 16


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

2. Stage ideal untuk underflow bervariasi


Ketika aliran underflow dan overflow bervariasi dari stage ke stage, metode
grafis dapat digunakan untuk perhitungan. Titik terminal pada garis operasi
ditentukan untuk perhitungan. Tititk terminal pada garis operasi ditentukan dengan
menggunakan keseimbangan material (neraca massa). Dengan asumsi jumlah
underflow L diketahui sebagai fungsi komposisi underflow, nilai perantara xn dipilih
untuk memperbaiki Ln, dan Vn+1 dihitung dari persamaan
+ = + ................................................................................(1)
Komposisi overflow kemudian dihitung dari persamaan
. + . = . + . ..................................................(2)
Keterangan :
Yn+1 : fraksi zat terlarut dalam pelarut
Ln : laju alir zat yang tidak terrecovery (lbmol/jam)
Vn+1 : laju alir pelarut yang masuk (lbmol/jam)
Xn : fraksi zat yang tidak terrecovery
Ya : fraksi zat terlarut dalam pelarut yang keluar
Xa : fraksi zat yang terlarut masuk.
titik (xn , yn+1) diplot bersama dengan komposisi terminal untuk memberikan garis
operasional pelengkung. Jika ada perubahan L dan V, atau garis operasi sangat
dekat dengan garis ekuilibrium maka hanya satu titik yang perlu dihitung.
(Mc cabe, 2005)

II.2.12 Jumlah Stage ideal untuk Underflow Bervariasi


Ketika aliran underflow dan overflow bervariasi dari stage ke stage, metode
grafis dapat digunakan untuk perhitungan. Titik terminal pada garis operasi
ditentukan untuk perhitungan. Tititk terminal pada garis operasi ditentukan dengan
menggunakan keseimbangan material (neraca massa). Dengan asumsi jumlah
underflow L diketahui sebagai fungsi komposisi underflow, nilai perantara xn dipilih
untuk memperbaiki Ln, dan Vn+1 dihitung dari persamaan (1). Komposisi titik (xn ,

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 17


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

yn+1) diplot bersama dengan komposisi terminal untuk memberikan garis


operasional pelengkung. Jika ada perubahan L dan V, atau garis operasi sangat
dekat dengan garis equilibrium maka hanya satu titik yang perlu dihitung
(McCabe, 1993).

II.2.13 Aplikasi
Penerapan leaching dalam industri sudah sangat tidak asing karena memang
banyak sekali indutsri yang menggunakan prinsip leaching ini dalam produksi
berbagai bidang. Salah satu penerapan leaching dalam dunia industri ialah produksi
minyak dari biji kemiri, biji kemiri memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi
sekitar 57-69% dan minyak kemiri sendiri merupakan semi drying oil yang biasa
digunakan sebagai minyak pengering dalam industry cat dan pernis, atau juga bisa
digunakan sebagai minyak kesehatandengan berbagai manfaat (Estrada, 2007).

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 18


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

II.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi


Beberapa Faktor yang mempengaruhi proses Leaching adalah:
1. Ukuran partikel
Pengaruh ukuran partikel yang semakin kecil maka memperluas kontak
antara permukaan padatan inert dengan pelarut dan semakin pendek jarak
difusi antara solut dengan solvent sehingga kecepatan ekstraksi akan
semakin tinggi.
2. Kecepatan pengadukan
Semakin cepat laju pengadukan yang digunakan dalam proses ekstraksi,
maka partikel akan terdistribusi, luas permukaan kontak akan lebih luas
terhadap pelarut. Selain itu, kecepatan pengadukan berpengaruh terhadap
suspensi partikel yang dapat mencegah terjadinya pengendapan bahanbahan
yang akan di ekstrak.
3. Waktu ekstraksi
Salah satu faktor penentu kecepatan difusi dari sebuah proses ektraksi
padat-cair (leaching). Tetapi, penambahan waktu yang terlalu banyak tidak
sebanding dengan perolehan yield yang diperoleh. Oleh karena itu, dalam
ekstraksi diperlukan optimasi waktu agar proses ekstraksi berjalan secara
optimal.
4. Kelarutan
Sebuah zat aktif dalam padatan inert akan meningkat seiring dengan
kenaikan suhu pelarut. Koefisien difusi akan bertambah tinggi seiring
dengan kenaikan suhu sehingga meningkatkan laju ekstraksi.
5. Banyaknya Pelarut
Semakin banyak pelarut yang digunakan maka kecepatan difusi suatu zat
meningkat dan menyebabkan hasil perolehan yield semakin besar. Tetapi
tidak ekonomis jika kuantitas pelarut yang digunakan terlalu banyak.
(Prayudo dkk,2015).

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 19


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

II.4 Sifat Bahan


II.4.1 Kacang Tanah
A. Sifat Fisika
1. Fase : Padat
2. Indeks bentuk : 0.61
3. Bulk Density : 0.34 g/cm3
B. Sifat Kimia
a. Kadar Minyak : 49.48%
b. Kadar Air : 12.5%
c. Kadar Abu : 5%
(Puspitasari, 2019 ”Kacang Tanah”)
d. Kadar Protein : 44,2 - 56,0%
e. Kadar Lemak : 17,2 - 28,8%
C. Fungsi : Sebagai bahan yang akan diekstrak pada percobaan leaching
(Yulifanti, 2019 “Kacang Tanah”)

2. n-Heksana
A. Sifat Fisika
5. Bentuk : Liquid
6. Warna : Tidak berwarna
7. Viskositas : 0,294 cP
8. Titik didih : 69 ͦ C
9. Densias : 0,789 g/cm3
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : CH3(CH2) 4CH3
2. Berat molekul : 86,18 gr/mol
(Perry, 2008. “n-Hexane”)
C. Fungsi
Sebagai pelarut yang digunakan dalam proses leaching

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 20


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

II.5 Hipotesa Percobaan


Pada percobaan ektraksi padat-cair ini, hubungan antara waktu ekstraksi
dengan banyakanya zat yang terekstrak (minyak) ialah berbanding lurus, semakin
lama waktu ekstraksi maka semakin banyak pula zat yang dapat terekstrak.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 21


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

II.6 Keselamatan Alat Industri


Alat Pelindung Diri (APD) ialah kelengkapan wajib yang digunakan saat
bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan tenaga
kerja itu sendiri maupun orang lain di tempat kerja. Berikut beberapa alat pelindung
diri yang digunakan dalam industri.
1. Alat Pelindung Kepala
Topi pengaman (safety helmet), untuk melindungi kepala dari benturan,
kejatuhan, pukulan benda-benda keras atau tajam. Topi pengaman harus tahan
terhadap pukulan atau benturan, perubahan cuaca, dan pengaruh bahan kimia.
Topi pengaman harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, tidak
menghantarkan listrik ringan dan mudah dibersihkan
2. Alat Pelindung Mata
Pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari percikan korosif, radiasi,
gelombang elektromagnetik dan benturan/pukulan benda-benda keras atau
tajam. Alat ini juga untuk mencegah masuknya debu-debu ke dalam mata serta
mencegah iritasi mata akibat pemaparan gas atau uap. Alat pelindung mata
terdiri dari kacamata (spectacles) dengan atau tanpa pelindung samping
(shideshield), goggles (cup type/boxtype), dan tameng muka (face shreen/face
shield
3. Alat Pelindung Tangan
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan alat pelindung
tangan adalah: bahaya yang mungkin terjadi, apakah berbentuk bahan-bahan
kimia korosif, benda-benda panas, dingin atau tajam atau kasar, daya tahannya
terhadap bahan-bahan kimia, kepekaan yang diperlukan dalam melakukan
pekerjaan dan bagian tangan yang harus dilindungi.
4. Alat Pelindung Kaki
Sepatu keselamatan kerja (safety shoes) berfungsi untuk melindungi kaki dari
bahaya kejatuhan benda-benda berat, terpercik bahan kimia korosif, dan
tertusuk benda-benda tajam. Menurut jenis pekerjaan yang dilakukan, sepatu

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 22


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

keselamatan dibedakan menjadi : sepatu pengaman yang digunakan untuk


pengecoran baja terbuat dari bahan kulit yang dilapisi logam krom atau asbes.
5. Alat Pelindung Tubuh
Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan
pendek, tidak longgar pada dada atau punggung, tidak terdapat lipatan-lipatan.
Pakaian kerja wanita sebaiknya memakai celana panjang, tutup kepala dan
tidak memakai perhiasan. Berikut ini adalah contoh pakaian pelindung seperti
wearpack (Rejeki, 2016).

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 23


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan yang digunakan


1. Kacang Tanah
2. n-Heksana
III.2 Alat yang digunakan
3. Stopwatch 9. Neraca analitik
4. Hotplate magnetic stirrer 10. Oven
5. Beaker glass 11. Piknometer
6. Penutup beaker glass 12. Viscometer Ostwald
7. Corong kaca 13. Pipet tets
8. Kertas saring 14. Kaca arloji
9. Screening 15. Gelas ukur
10. Pompa karet

III.3 Gambar Alat

Gelas Ukur Beaker Glass Thermometer Piknometer Viskometer


Ostwald

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 24


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

Kertas Saring Magnetic Stirer Neraca Analitik Stopwatch

Corong Kaca Kaca Arloji Oven Screening

Pompa karet Penutup beaker glass


III.3.1 Rangkaian Alat

Gambar III.1 Rangkaian Alat Proses Leaching


Keterangan :
1. Beaker Glass
2. Magnetic Stirer

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 25


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

III.4 Prosedur
Kacang tanah

Pengecilan ukuran

Menimbang berat bahan

n-Heksana Memasukkan bahan dalam beaker glass serta


pelarut dan ditutup dengan penutup

Ekstraksi dalam tangki berpengaduk

Pemisahan minyak dari pelarut n-Heksana

Minyak

Mengukur volume minyak

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 26


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Perhitungan


Percobaan dilakukan dengan bahan kacang tanah yang diekstrak pada suhu 65 °C
dengan interval waktu 30 menit, selama 120 menit.
Massa kacang tanah (L0) = 40 gram
Fraksi Minyak kacang tanah (x0) = 0,5188 = 51,878 %
Volume Pelarut = 200 ml
Tabel IV. 1 Pengamatan Densitas dan Viskositas Hasil Extract

Massa Minyak
Massa kacang Volume
yang Densitas Massa Viskositas
t (menit) tanah Campuran
Terekstrak Campuran Campuran Campuran
(gram) (gram) (ml) (gram/ml) (gram) (gram/cm.s)
120 20,7812 19,2188 150 0,69586 104,3790 0,013769
100 22,9162 17,0838 142 0,6975 99,0450 0,013559
80 23,55 16,4500 120 0,70251 84,3012 0,0100195
60 25,659 14,3410 110 0,70881 77,9691 0,009657
40 26,1262 13,8738 107 0,70891 75,8534 0,00867
20 28,662 11,3380 78 0,70956 55,3457 0,008243

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 27


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

IV.2 Tabel Hasil Perhitungan


Tabel IV. 2 Perhitungan Kurva Kesetimbangan

t
A/(A+S) (A+S)/B A/B S/B (A+B+S)/B S/(A+B+S) A/(A+B+S)
(menit)

120 0,8206 1,6743 1,3739 0,3004 2,6743 0,112324 0,513740

100 0,6630 1,7653 1,1704 0,5949 2,7653 0,215129 0,423253


80 0,3258 2,3864 0,7776 1,6089 3,3864 0,475097 0,229608
60 0,2575 2,4862 0,6402 1,8460 3,4862 0,529513 0,183640
40 0,2204 2,5235 0,5562 1,9672 3,5235 0,558322 0,157867
20 0,1168 3,0202 0,3527 2,6676 4,0202 0,663535 0,087724

Tabel IV. 3 Perhitungan % Recovery

% Recovery

t Massa Minyak Awal Minyak Terekstrak %


(menit) (gram) (gram) Recovery

120 20,7512 19,2188 92,6154


100 20,7512 17,0838 82,3268
80 20,7512 16,4500 79,2725
60 20,7512 14,3410 69,1093
40 20,7512 13,8738 66,8578
20 20,7512 11,3380 54,6378

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 28


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

IV.3 Grafik dan Pembahasan

Hubungan Waktu Ekstraksi dengan Minyak


yang Terekstrak
Massa Minyak yang Terekstrak

25,0000
y = 0,0731x + 10,27
20,0000 R² = 0,9713

15,0000
(gram)

10,0000

5,0000

0,0000
0 20 40 60 80 100 120 140

Waktu (Menit)

Gambar IV. 1 Grafik Hubungan Antara Waktu Ekstraksi (menit) dengan


Minyak yang Terekstrak (gram)

Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa hubungan antara waktu


ekstraksi (menit) dengan minyak yang terekstrak (gram) adalah berbanding lurus
Karena semakin lama waktu yang digunakan untuk mengekstrak kacang tanah,
maka semakin besar pula hasil ekstrak yang didapatkan. Dimana waktu yang
digunakan berturut-turut adalah 20 menit, 40 menit, 60 menit, 80 menit, 100 menit,
120 menit dan didapatkan massa minyak yang terekstrak berturut-turut yakni
19,2188 gram ; 17,0838 gram ; 16,4500 gram ; 14,3410 gram ; 13,8738 gram dan
11,3380 gram. Hal ini sesuai dengan hipotesa, dimana semakin lama waktu
ekstraksi maka akan semakin banyak volume minyak yang terekstraksi.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 29


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

Gambar IV. 2 Pembuatan Stage Ideal

Grafik tersebut merupakan diagram pembuatan stage ideal. Dimana metode


yang digunakan adalah metode diagram segitiga. Untuk menentukan stage hal yang
harus dilakukan adalah menentukan nilai XA dan XS, kemudian membuat garis
kesetimbangan (underflow) dengan mengeplotkan titik XA dan XS. Setelah
didapatkan garis underflow, Selanjutnya menentukan 4 fraksi yaitu xo, yn+1, y1
dan xn kemudian plot data tersebut pada diagram segitiga. Setelah didapat keempat
titik, selanjutnya stage dibuat dari titik y1 ditarik garis ke titik pusat 0, begitu
seterusnya hingga titik y6. Garis y1 hingga y6 merupakan stage ideal, dan
perpotongan dari titik y1 ke garis yn+1 - xo merupakan titik sigma. Maka dari
diagram segitiga yang telah dibuat tersebut didapatkan jumlah stage ideal sebanyak
6 stage.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 30


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Jumlah stage ideal yang diperlukan untuk ekstraksi minyak kacang tanah
dengan bahan sebanyak 40 gram dan pelarut n-heksana sebanyak 200 ml
adalah 6 stage.
2. Didapatkan % recovery pada waktu yang digunakan 20 menit, 40 menit, 60
menit, 80 menit, 100 menit, dan 120 menit berturut-turut adalah 54,6378 %
; 66,8578% ; 69,1093% ; 79,2725% ; 82,3268% ; dan 92,6154%
3. Prinsip ektraksi padat-cair adalah zat padat mengalami kontak dengan
pelarut sehingga senyawa dalam zat berpindah ke pelarut. Dengan
demikian, terjadi transfer massa dari zat aktif ke pelarut.

V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan memperhatikan waktu pengovenan karena jika terlalu
lama akan merusak komponen minyak dalam bahan.
2. Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan saat proses ekstraksi dengan
menggunakan magnetic stirrer karena bisa saja ada bagian yang tidak ikut
teraduk secara sempurna.
3. Sebaiknya praktikan menghaluskan zat padat yang digunakan agar
didapatkan hasil yang sesuai.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 31


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

DAFTAR PUSTAKA

Aji,A,dkk, 2017, „Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Konsentrasi HCl untuk


Pembuatan pektin dari Kulit Jeruk Bali‟, Jurnal Teknologi Kimia Unimal,
vol 6, no1, hh.33-44
Estrada,F,dkk 2007,‟Pengambilan Minyak Kemiri Dengan Cara Pengepresan dan
Dilanjutkan Ekstraksi Cake Oil‟,Jurnal Ilmiah Widya Teknik, vol.6, no.2,
hh.121-122.
Geankoplis, C 1983, Transport Processes and Separation Process Principle 4th
edition, Pearson Education International, New Jearsey.
Kulkarni, S, J., 2015, ‘A Review on Studies and Research on Various Aspects of
Leaching’, International Journal of Research and Review, vol. 2, no. 9, hh.
579
Leba, M 2017, Ekstraksi dan Real Kromatografi, Deepublish, Sleman.
Mc Cabe,W,et al 2005,Unit Operations Of Chemical Engineering seventh Edition,
New York ,McGraw Hill Companies.
Mukhriani 2014, ‘Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa Aktif’,
Jurnal Kesehatan, Vol. 7, No. 2, hh. 363.
Nasir,S,dkk 2009,‟Ekstraksi Dedak Padi Menjadi Minyak Mentah Dedak Padi
(Crude Rice Bran Oil) Dengan Pelarut N-Hexane Dan Ethanol‟,Jurnal Teknik
Kimia, vol.16, no.2, hh.4.
Patel, K 2019, ‘Extraction Methods: Microwave, Ultrasonic, Pressurized Fluid,
Soxhlet Extraction, Etc’, International Journal of Advanced Research in
Chemical Science (IJARCS), Vol. 6, No. 3, hh. 7 – 13.
Perry,R 2008, Perry’s Chemical Engineering Handbook edition,Singapore,
McGraw-Hill Book Company.
Prasetyo, 2019, “Kurva Kesetimbangan Minyak Biji Teh – Normal Heksana dan
Aplikasinya pada Ekstraksi Padat – Cair Multi Tahap”, Jurnal Ekstraksi
Padat – Cair, Vol 1, No 1

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 32


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

Prayudo,N,A 2015,‟Koefisien Transfer Massa Kurkumin Dari Temulawak‟,Jurnal


Ilmiah Widya Teknik,vol.14,no.1,hh.2.
Puspitasari, I, Sandra & Wibisono, Y, 2019, „Sifat Fisik Kacang Tanah Pada
Varietas Talam 1, Varietas Talam 2, dan Varietas Takar 2‟, Jurnal Ilmiah
Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.7, No.2, hh 179.
Rejeki, Sri 2016, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Pusdik SDM Kesehatan, J
Jakarta.
Wiyani, L 2016, ‘Pengaruh Suhu Terhadap Karakteristik Oleoresin Pada Ektraksi
Jahe’, Jurnal Proses Teknik Kimia,Vol. 1, No 2. hh. 24.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 33


EKSTRAKSI PADAR-CAIR (LEACHING)

LAMPIRAN

1. Densitas Pelarut (n-Heksan)


Berat piknometer kosong = 11,2447 gr
Berat piknometer isi = 17,8347
(17,8347−11,2447 )gr gr
ρn−Heksan = = 0,659 ⁄ml
10 ml

2. Densitas Filtrat pada Menit ke-80


Berat piknometer isi = 18,2698 gr
(18,2698−11,2447 )gr gr
ρ𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = = 0,70251 ⁄ml
10 ml

3. Viskositas Campuran
𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 . 𝑡𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
𝜇𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = × 𝜇𝑎𝑖𝑟
𝜌𝑎𝑖𝑟 . 𝑡𝑎𝑖𝑟
0,70251 𝑥 1,39377
𝜇𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = × 0,00899
0,998 𝑥 1,01

𝜇𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 0,0100195 𝑔𝑟/𝑐𝑚. 𝑠

4. Massa Campuran
𝑚 = ρ .v
𝑔𝑟
𝑚 = 0,70251 𝑥 120 𝑚𝑙
𝑚𝑙

𝑚 = 84,3012 𝑔𝑟𝑎𝑚

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 34

Anda mungkin juga menyukai