LP Dina Aritmia
LP Dina Aritmia
LP Dina Aritmia
DI RSUD KARAWANG
DISUSUN OLEH :
Bradikardia atau bradiaritmia adalah keadaan di mana laju denyut jantung seseorang
kurang dari 60 kali per menit (Endris, A 2017). Secara klinis bradikardia bisa simtomatik
atau asimtomatik. Bradikardia simtomatik disebut pula sindrom bradikardia atau sindrom
Adam Stokes yaitu kumpulan gejala karena menurunnya aliran darah ke otak,biasanya
dengan laju denyut jantung kurang dari 45 kali per menit. sedangkanbradiaritmia
asimtomatik sering ditemukan sebagai kondisi fisiologis pada individu sehat, seperti
pada atlet dengan laju denyut jantung istirahat rendahatau blok atrioventrikular (AV)
derajat pertama saat tidur, namun dapat pula bersifat patologis (Andrianto, 2019)
B. ETIOLOGI
Etiologi aritmia secara umum dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu :
1. Gangguan pada jantung itu sendiri, meliputi,
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena infeksi
b. Gangguan sirkulasi koroner (ateorosklerosiskoroner, spasme koroner, iskemi
miokard, infark miokard)
c. Akibat gagal jantungd. Akibat kardiomiopatie. Karena penyakit degenerasi
misalnya fibrosis sistem konduksi jatung
2. Gangguan yang bukan dari jantung itu sendiri, meliputi :
a. Trauma (perdarahan)
b. Intoksikasi obat misalnya digitalis’gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau
hipokalemia)
c. Gangguan pengaturan susunan saraf otonom yang mempengaruhi kerja dan irama
jantung
d. Gangguan psikoneuurotik dan susunan saraf pusate. Gangguan endokrin
(hipertiroidisme dan hipotiroidisme).
3. Macam-Macam Aritmia
a. Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG adalah : laju
gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan ada gelombang P tegak
disandapan I,II dan aVF.
b. Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada ECG adalah laju
kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tgak disandapan I,II dan aVF.
c. Komplek atrium premature
Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus menyebabkan
kompleks atrium prematur, timbulnya sebelu denyut sinus berikutnya. Gambaran
ECG menunjukan irama tidak teratur, terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya
dengan gelombang P berikutnya.
d. Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium
prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.
e. Fluter atrium.
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cept dan
teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF seperti
gambaran gigi gergaji
f. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah reentri multipel.
Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit.
g. Komplek jungsional premature
h. Irama jungsional
i. Takikardi ventrikuler
C. MANIFESTASI KLINIS
Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu :
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin
menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan;
bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik
pulmonal; hemoptisis.
e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
f. Palpitasi
g. Pingsan
h. Rasa tidak nyaman di dada
i. Lemah atau keletihan
j. Detak jantung cepat (tachycardia)
k. Detak jantung lambat (bradycardia)
D. PATOFISIOLOGI
Seperti yang sudah disebutkan diatas, aritmia ventrikel umumnya disebabkan oleh iskemia
atau infark myokard. Lokasi terjadinya infark turut mempengaruhi proses terjadinya aritmia.
Sebagai contoh, jika terjadi infark dianterior, maka stenosis biasanya barada di right
coronary artery yang juga berperan dalam memperdarahi SA node sehingga impuls alami
jantung mengalami gangguan.
Akibat dari kematian sel otot jantung ini, dapat menimbulkan gangguan pada depolarisasi
dan repolarisasi jantung, sehingga mempengaruhi irama jantung. Dengan dilepaskannya
berbagai enzim intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat, maka jalur-jalur
hantaran listrik jantung terganggu. Hal ini dapat menyebabkan hambatan depolarisasi atrium
atau ventrikel serta timbulnya aritmia. Penurunan kontraktilitas myokard akibat kematian sel
jugadapat menstimulus pangaktifan katekolamin yang meningkatkan rangsang system saraf
simpatis, akibatnya akan terjadi peningkatan frekuensi jantung, peningkatan kebutuhan
oksigen dan vasokonstriksi. Selain itu iritabilitas myokard ventrikel juga menjadi penyebab
munculnya aritmia ventrikel, baik VES< VT maupun VF.
Apabila terjadi perubahan tonus susunan saraf pusat otonom atau karena suatu penyakit di
Nodus SA sendiri maka dapat terjadi aritmia. Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut
jantung dimulai di denyut nodus SA dengan irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di
nodus AV dengan 50 kali per menit, yang kemudian di hantarkan pada berkas HIS lalu ke
serabut purkinje. Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan dan
sentrum yang memimppin ini disebut pacemaker. Dlam keadaan tertentu, sentrum yang lebih
rendah dapat juga bekerja sebagai pacemaker, yaitu,
a. Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil atau bila sentrum AV membentuk pacu
lebih besar.
b. Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV dan tidak diteruskan k BIndel HIS akibat
adanya kerusakan pada system hantaran atau penekanan oleh obat.
c. Aritmia terjasi karena ganguan pembentukan impuls (otomatisitas abnormal atau
gngguan konduksi).
d. Gangguan dalam pembentukan pcu antara lain:
a) Gangguan dari irama sinus, seperti takikardi sinus, bradikardi sinus dan aritmia
sinus.
b) Debar ektopik dan irama ektopik :
1. Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, waktu makana sedang
dicerna.
2. Takikardi pada waktu istirahat yang merupakan gejala penyakit, seperti
demam, hipertiroidisme, anemia, lemah miokard, miokarditis, dan neurosis
jantung.
E. PATHWAY ARITMIA
F. KLASIFIKASI ARITMIA
Aritmia terbagi menjadi dua :
a. Gangguan Pembentukan Impuls
1. Aritmia Nodus Sinus
a) Sinus Bradikardi
Sinus Bradikardi adalah irama sinus yang lambat denan kecepatan kurang dari
60 denyut/menit. Hal ini sering terjadi pada olahragawan dan seringkali
menunjukkan jantung yang terlatih baik. Bradikardia sinus dapat juga
disebabkan karena miksedema, hipotermia, vagotoni, dan tekanan
intrakarnial yang meninggi. Umumya bradikardia tidak perlu di obati klau tidak
menimbulkan keluhan pada pasien. Tetapi bila bradikardi > 40/menit dan
menyebabkan keluhan pada pasien maka sebaikkan di obati dengan pemberian
sulfasatrofin yang dapat diiberikan pada intra vena. Sampai bradikardia dapat
diatasi.
b) Sinus Takikardi
Ialah irama sinus yang lebih cepat dari 100/menit. Biasanya tidak melebihi
170/menit. Keadaan ini biasanya terjadi akibat kelainan ekstrakardial seperti
infeksi, febris, hipovolemia, gangguan gastrointestinal,anemia, penyakit paru
obstruktif kronik, hipertiroidisme. Dapat terjadi pada gagal jantung.
c) Sinus Aritmia
Ialah kelainan irama jantung dimana irama sinus menjadi lebih cepat pada watu
inspirasi dan menjadi lambat pada waktu ekspirasi.
2. Aritmia Atrium
a. Kontraksi prematur atrium (Ekstrasistole Atrial)
Secara klinis ekstrasistol nodal hampir tidak dapat dibedakan dengan
ekstrasistol ventrikular ataupun ekstrasistol atrial. Pada gambaran EKG ialah
adanya irama jantung yang terdiri atas gelombang T yang berasal dari AV
node di ikuti kompleks QRS, biasanya dengan kecepatan 50-60/menit. Pada
trakikardia idionodal (AV junctional tachycardia atau nodal tachycardia)
terdapat dua macam, yaitu : idiojunctional tachycardia dengan kecepatan
denyut ventrikel 100-140/menit, dan axtrasistolik AV junctional tachycardia
dengan denyut ventrikel 140-200/ menit.
c. Flutter atrium
Pelepasan impuls dari fokus ectopic di atrium cepat dan teratur Rate : 250 –
350x/mnt
d. Fibrilasi atrium
Pada fase ini di EKG akan tampak gelombang fibrilasi (fibrillation wave) yag
berupa gelombang yang sangat tidak teratur dan sangat cepat dengan
frekuensi 300/ menit. Pada pemeriksaan klinis akan ditemukan irama jantung
yang tidak teratur dengan bunyi jantung yang intensitasnya juga tidak sama.
3. Aritmia Ventrikel
a. Kontraksi prematur ventrikel
Terjadi akibat peningkatan otomatisa sel ataupun ventrikel PVC bias di
sebabkan oleh toksisitas digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam, asedosis atau
peningktan sirkulkalasi katekolamin. Pada kontraksi premature ventrikel
mempunyai karakter sebagai berikut
Frekuensi:60-100 x/menit
Gelombang p: tidak akan muncul karena impuls berasal dari ventrikel
Gelombang QRS: biasanya lebar dan aneh, berdurasi lebih dari 0,10 detik
Hantaran: terkadang retrograde melalui jaringan penyambung atrium
Irama ireguler bila terjadi denyut premature
b. Bigemini ventrikel
Biasanya terjadi disebabkan oleh intoksikasi digitalis, penyakit arteri
koroner, miokard,infark, akut dan chf. Istilah bigemini mengacu pada kondisi
dimana setiap denyut jantung adalah premature. Karakter:
frekuensi: dapat terjadi pada frekuensi jantung berapapun, tetapi biasanya
kuranga dari 90x/menit.
Gelombang p: dapat tersembunyi dalam kompleks QRS
Kompleks QRS: qrs lebar dan aneh dan terdapat jeda kompensasi lengkap.
Hantaran: denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara normal namun
PVC yang ulai berselang-seling pada ventrikel akan mengakibatkan
hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan atrium
c. Takikardi ventrikel
Ialah ekstrasistole ventrikel yang timbul berturut-turut 4 atau lebih.
Ekstrasistole ventrikel dapat berkembang menjadi fibrilasi ventrikel dan
menyebabkan cardiac arrest. Penyebab takikardia ventrikel ialah penyakit
jantung koroner, infark miokard akut, gagal jantung. Diagnosis ditegakkan
apabila takikardia dengan kecepatan antara 150-250/menit, teratur, tapi sering
juga sedikit tidak teratur. Pada gambaran EKG kompleks QRS yang lebar dari
0,12 detik dan tidak ada hubungan dengan gelombang P.
d. Fibrilasi ventrikel
Ialah irama ventrikel yang khas dan sama sekali tidak teratur. Hal ini
menyebabkan ventrikel tidak dapat berkontraksi dengan cukup sehingga curah
jantung menurun atau tidak ada, tekanan darah dan nadi tidak terukur,
penderita tidak sadar dan bila tidak segera ditolong akan menyebabkan mati.
Biasanya disebabkan oleh penyakit jantung kooner, terutama infark miokard
akut. Pengobatan harus dilakukan secepatnya, yaitu dengan directed current
countershock dengan dosis 400 watt second.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
a. Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi. Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
b. Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
c. Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b. Terapi mekanis
1. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang
memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
2. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
3. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri
episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko
mengalami fibrilasi ventrikel.
4. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa adanya keluhan yang dirasakan : palpitasi, lemas, pusing,
b. Riwayat penyakit
1. Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
2. Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi
3. Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan
untuk terjadinya intoksikasi
4. Kondisi psikososial
c. Pengkajian fisik
1. Aktivitas : kelelahan umum
2. Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi Mungkin
tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur,
bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban
berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran
urin menurun bila curah jantung menurun berat.
3. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,
marah, gelisah, menangis.
4. Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
kelembaban kulit :
2. Diagnosa Keperawatan
a. (D.0008) Penurunan curah jantung b.d ketidakadekuatan jantung
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
b. (D.0077) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
c. (D. 0056) Intoleransi aktivitas b.d ketidakcukupan energi (kelemahan)
Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Penurunan Curah Jantung Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung Observasi :
(D.0008) keperawatan selama 1 x 24 (I.02075)
1. Memeriksa onset dan pemicu
Jam diharapkan keadekuatan
Observasi 2. Mengidentifikasi jenis aritmia
jantung memompa darah
3. Memonitor frekuensi dan durasi
untuk memenuhi kebutuhan Identifikasi tanda dan aritmia
metabolisme tubuh meningkat gejala 4. Memonitor keluhan nyeri dada
dengan kriteria hasil : Primer penurunan curah (intensitas, lokasi, faktor
Kekuatan nadi perifer Jantung (meliputi pencetus, dan faktor pereda)
meningkat dyspnea, kelelahan, 5. Memonitor respon hemodinamik
Gambaran EKG edema, orthopnea, akibat aritmia
aritmia menurun paroxysmal 6. Memonitor saturasi oksigen
Lelah menurun nocturnal dyspnea, 7. Memonitor kadar elektrolit
peningkatan CVP).
Edema menurun Terapeutik :
Identifikasi tanda dan
Distensi vena jugularis
gejala sekunder 1. Memberikan lingkungan yang
menurun
penurunan curah tenang
Dyspnea menurun
jantung (meliputi 2. Memasang jalan napas buatan
Oliguria menurun
peningkatan (mis. OPA, NPA, LMA,
Pucat/sianosis
BB, hepatomegaly, ETT), jika perlu
menurun
distensi vena jugularis, 3. Memasang akses intravena
Batuk menurun
palpitasi, ronkhi basah,, 4. Memasang monitor janutng
Suara jantung S3 oliguria, batuk, kulit 5. Merekam EKG 12 sadapan
menurun pucat) 6. Memeriksa interval QT sebelum
Suara jantung S4 Monitor tekanan darah dan sesudah pemberian obat yang
menurun dapat memperpanja ng interval
Monitor intake dan
Tekanan darah output cairan QT
membaik 7. Melakukan maneuver R`is`v`
Monitor BB setiap hari
CRT membaik pada waktu yang sama 8. Melakukan masase karotis
Monitor saturasi oksigen unilateral
Monitor keluhan nyeri 9. Memberikan oksigen, sesuai
dada (missal intensitas, Indikasi
lokasi, radiasi, durasi, 10. Menyiapkan pemasangan ICD
presivitasi yang (Implantable Cardioνerter
mengurangi nyeri) Defibrillator)
Monitor EKG 12 sadapan
Monitor aritmia (kelainan Kolaborasi :
irama dan frekuensi)
Monitor nilai 1. Berkolaborasi pemberian
laboratorium antiaritmia, jika perlu
Jantung (missal elektrolit, 2. Berkolaborasi pemberian
enzim jantung, BNP, kardioversi, jika perlu
NTpro-BNP) 3. Berkolaborasi pemberian
defibrilasi, jika perlu
Monitor fungsi alat pacu
jantung
Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
aktivitas
Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum pemberian obat
(misal beta blocker,
ACE inhibitor, calcium
channel-blocker,
digoksin)
Terapeutik
Posisikan pasien semi
fowler atau fowler
dengan kaki kebawah
atau posisi nyaman
Berikan diet jantung yang
sesuai (misal batasi
asupan kafein, natrium,
kolesterol, dan makanan
tinggi lemak)
Gunakan stocking elastis
atau pneumatic
intermiten, sesuai
indikasi
Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya hidup
sehat
Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress,
jika perlu
Berikan dukungan
emosional dan spiritual
Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
Edukasi
Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
Anjurkan berhhenti
merokok
Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur BB
harian
Ajarkan pasien dan
keluarga menngukur
intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
Nyeri Akut D.0077 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri Observasi :
asuhan keperawatan selama 1. Mengidentifikasi lokasi,
Observasi
1X24 jam diharapkan tingkat karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri pasien menurun, dengan Identifikasi lokasi, kualitas, intensitas nyeri
kriteria hasil : karakteristik, durasi, 2. Mengidentifikasi skala nyeri
frekuensi, kualitas, 3. Mengidentifikasi respon verbal
Kemampuan menuntaskan
intensitas nyeri 4. Mengidentifikasi faktor yang
aktivitas 4 (cukup
Identifikasi skala nyeri memperberat dan memperingan
meningkat)
Identifikasi Respon nyeri nyeri
Keluhan nyeri 4 (cukup
verbal dan non verbal 5. Mengidentifik asi pengetahuan
menurun)
Identifikasi faktor yang dan keyakinan tentang nyeri
Meringis 4 (cukup
menurun) memperberat dan
Gelisah 4 (cukup memperingan nyeri Terapeutik :
menurun) Terapetik 1. Memberikan teknik non
Frekuensi nadi 4 (cukup farmakologi untuk mengurangi
Berikan teknik
membaik) rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
nonfarmakologis untuk
Tekanan darah 4 (cukup akupresur, terapi music, bio
mengurangi rasa nyeri
membaik) feedback, terapi pijat,
(relaksasi nafas dalam)
Fokus 4 (cukup membaik) aromaterapi,
Nafsu makan 4 (cukup 2. Mengontrol lingkungan yang
membaik) “Pemberian Analgesik” memperberat nyeri seperti,
Pola tidur 4 (cukup Observasi pencahayaan, kebisingan dan
membaik) suhu.
Identifikasi riwayat alergi 3. Memfasilitasi istirahat dan tidur
obat 4. Mempertimbangkan jenis dan
Monitor tanda-tanda vital sumber nyeri dalam meredakan
sebelum dan sesudah nyeri
pemberian analgesik
Edukasi
Edukasi :
Jelaskan Efek samping
Jelaskan efek terapi obat 1. Menjelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Kolaborasi 2. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri
Kolaborasi pemberian
3. Menganjurkan memonitor nyeri
analgetik
secara mandiri
4. Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Mengajarkan teknik non
farmakologi untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi :
1. Berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu