Proposal Terapi Bermain

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL TERAPI BERMAIN

DENGAN MENYUSUN BALOK PADA ANAK

DI SUSUN OLEH
RENALDI IFA SUMANTIR NGAPE
ZAQIA N. IVATUHRAHMA
I NYOMAN YULIAWAN S
DIAN ANGGRAWATI
A.MARIA ULFA
ARI SUPRIADI
NURUL IZZAH

POLITEHNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN POSO
T.A 2021

mengetahui
Pembimbing akademik pembimbing klinik

(……………………..) (………………….)
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada


lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam peawatan atau
pengobatan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau
meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat
menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan ketegangan dan
ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emos atau tingkah laku yang
mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat dirumah
sakit. Hospitalisasi pada anak akan memberikan dampak negatif seperti trauma,
cemas dan ketakutan.

Bermain adalah bagian integral dari masa kanak-kanak, media yang unik
untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, ketrampilan komunikasi,
perkembangan emosi, ketrampilan sosial, ketrampilan pengambilan keputusan,
dan perkembangan kognitif pada anak-anak (Landreth, 2001). Bermain juga
dikatakan sebagai media untuk eksplorasi dan penemuan hubungan interpersonal,
eksperimen dalam peran orang dewasa, dan memahami perasaannya sendiri.
Bermain adalah bentuk ekspresi diri yang paling lengkap yang pernah
dikembangkan manusia. Erikson (Landreth, 2001) mendefinisikan bermain
sebagai suatu situasi dimana ego dapat bertransaksi dengan pengalaman dengan
menciptakan situasi model dan juga dapat menguasai realitas melalui percobaan
dan perencanaan.

Sementara Landreth (2001) mendefinisikan terapi bermain sebagai


hubungan interpersonal yang dinamis antara anak dengan terapis yang terlatih
dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan materi permainan yang dipilih
dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman bagi anak untuk
sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran,
pengalaman, dan perilakunya) melalui media bermain. International Association
for Play Therapy (APT),
Melihat pentingnya bermain bagi seorang anak terutama anak yang
mengalami hospitalisasi, maka kami akan mengadakan terapi bermain dengan
sasaran usia sekolah (> 6 tahun sampai 12 tahun) yang berada di ruang
keperawatan anak RSUD POSO. Kami berharap dengan diadakannya terapi
bermain ini, anak yang dirawat tetap dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai tahap tumbuh kembangnya.

B.  Tujuan

a.    Tujuan umum


Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.

b.    Tujuan Khusus


1. Meningkatkan motivasi dan mengembangkan kepribadian
2. Merangsang kemauan anak untuk mengkonsumsi minuman yang dapat
membantu mempercepat proses penyembuhan
3. Gerakan motorik halusnya lebih terarah
4. Memberi kesenangan dan kepuasan anak
5. Mengembangkan kognitifnya
6. Mampu meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh anak
7. Mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman yang dirawat di
ruang yang sama
8. Mampu mengurangi kejenuhan selama dirawat di RS
9. Mampu beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat
dirumah sakit
c. Tujuan bermain

1. Dapat beraddaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan di rawat
2. Mengekspresikan perasaan, kenginan daan fantasi serta ide idenya
3. Pengembangan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah
4. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada
saat sakit.

d. faktor fakoe yang mempengaruhi aktitas bermain

1. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai dengan anak
2. Jenis kelamin anak
3. Lingkungan yang mendukung
4. Status kesehatan anak

e. Prinsip prinsip dalam aktivitas bermain

1. Alat bermain
2. Pengetaahuan cara bermain
3. Perlu energi ekstra
4. Ruang untuk bermain
5. Waktu yang cukup

f. Klafikasi bermain

1. Sosial affective play


Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan oran lain. Misalnya,, bayi akan
mendapaatkan kesenangan dan kepuasaan darihubungan yang
menyenangkan dengan orang lain
BAB II

TINJAUAN TEORI

A.  Konsep Dasar Bermain


a.    Pengertian
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual,
emosional, dan social dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar
karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta suara (Wong, 2000).
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani
Sudono, 2000).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan
aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling
efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan
mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser, 1995).
Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan
anak seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan bermain
anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, cara
menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain (Soetjiningsih, 1995).
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut. Walaupun
tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak, dalam bermain
anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, serta
cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain.
b.    Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain
sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensoris-Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk,
ukuran, tekstur dan membedakan objek eksplorasi seperti ini akan semakin
terlatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya..
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku.
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru.
7. Bermain Sebagai Terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan
nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami
anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah
sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan
anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Dengan demikian,
permainan adalah media komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk
dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji
perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan
selama melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak
dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya.

c.    Manfaat terapi bermain


1. untuk anak anak sebagai salah satu terapi pengobatan dan menghilangkan
kejenuhan terhadap ssuasaan rumah sakit
2. sebagai sarana orang tua untuk mengetahui suasan hati anak saat bermain.
BAB III
KEGIATAN BERMAIN

A.  Pelaksanan kegiataan

1. pembukaan ( 15 menit )
a. penyuluh memberi salam dan mengingatkan kontrak yang telah di
sepakati
b. peyuluhan menjelaskan pokok bahasan yang akan di berikan
2. Kegiatan ( 15 menit )
a. Penyuluh menjelaskan tentang tata cara terapi bermain
b. Mengajak anak untuk bermain
c. Menfailitasi anak untuk bermain
3. Penutup ( 15 menit )
a. Mengevaluasi sasaran dengan cara dengan cara bertanya apakah
meraka merasa senang dengan kegiatan
b. Membuat keilmuan bersama tentang terapi bermain yang di laksanakan

B.  Media dan Alat


1.   Rubik kayu
2.  buku tulis  

C.  Sasaran
a.    pada anak A
b.    Kriteria anak:
1. Anak usia sekolah (> 6 tahun sampai 12 tahun)
2. Jenis kelamin perempuan
3. Anak yang tidak memiliki masalah intoleransi aktivitas

D.  Waktu Pelaksanaan


a.    Hari / Tanggal : jumat 18 juni 2021
b.    Waktu : Pukul 10.00 s/d 11.00
c.    Tempat : Ruang rawat inap anak RSUD POSO
Waktu yang dipilih untuk memberikan permainan ini pada anak, yaitu
pada saat anak tersebut sedang santai, atau tidak pada waktu makan dan tidur,
misalnya pada pagi hari sekitar pukul 10.00 atau pada sore hari sekitar pukul
15.00. Durasi atau lamanya bermain adalah sekitar 40 menit untuk menghindari
anak merasa bosan dengan permainan tersebut.

E.   Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab : Hasriani, S.Kep
2. Leader : Nurul Izzah
3. Co Leader :
4. Fasilitator :

F.   Pembagian Tugas


1. Leader    :
Peran Leader
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya
b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam
kegiatan
2. Co Leader :
Peran Co Leader
a. Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok
yang akan datang
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Fasilitator :
Peran Fasilitator
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok

G. Evaluasi
a. Evaluasi struktur yang diharapkan :
1. Alat-alat yang digunakan lengkap
2. kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
b. Evaluasi proses yang diharapkan
1. Terapi dapat berjalan dengan lancar
2. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
3. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
4. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
c. Evaluasi hasil yang diharapkan
1. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu
origami, kemudian digantung
2. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
3. Anak merasa senang
4. Anak tidak takut lagi dengan perawat
5. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
6. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain

H.  Hambatan
Hambatan yang mungkin ditemui dalam permainan ini, antara lain :
 Anak tidak mau bermain karena sakit yang dia rasakan
 Anak kurang mau berinteraksi dengan orang lain selain orang tuanya
 Anak merasa bosan dengan permainan yang diberikan
BAB IV

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang


mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut,
tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak, dimana dalam
bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya,
serta cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain. Bermain bagi anak adalah
suatu kebutuhan selayaknya bekerja pada orang dewasa, oleh sebab itu bermain di
rumah sangat diperlukan guna untuk mengatasi adanya dampak hospitalisasi yang
diasakan oleh anak. Dengan bermain, anak tetap dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya tanpa terhambat oleh adanya dampak hospitalisasi tersebut.

B.  Saran

1. Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak anak yang sakit. Jadi sebaiknya
di RS juga di sediakan fasilitas bermain yang menunjang dan memberikan
efek terapi bagi anak anak yang di rawat di rumah sakit
2. Mensosilisasikan terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua dapat
menerapakan terapi di rumah dan di rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, Gail and Laraia, Michele. (1998). Principles and practice of psychiatric
nursing. St. Louis: Mosby.
Internet. http://klinis.wordpress.com/2007/08/30/penerapan-terapi-bermain-bagi-
penyandang-autisme-1/. Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 04.00
p.m.
Internet. http://konsultanmainan.multiply.com/journal/item/5/Terapi_Bermain.
Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 03.30 p.m.
Internet. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/1916947-terapi-
bermain/ Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 03.45 p.m.
Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. (2003). Clinical Manual of Pediatric Nursing. USA: Mosby.

Anda mungkin juga menyukai