Makalah Uue Kelompok 5
Makalah Uue Kelompok 5
Makalah Uue Kelompok 5
Disusun Oleh:
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT, karena dengan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pelayanan Farmasi Klinik di
Rumah Sakit” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pada Mata Kuliah
Undang-undang dan Etika Farmasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Pengertian....................................................................................................................3
2.2 Tujuan Farmasi............................................................................................................4
2.3 Manfaat Farmasi Klinik...............................................................................................4
2.4 Karakteristik Farmasi Klinik.......................................................................................4
2.5 Ruang Lingkup Farmasi Klinik...................................................................................5
2.6 Pelayanan Farmasi Klinik............................................................................................5
2.7 Komunikasi..................................................................................................................9
2.8 Pelayanan Informasi Obat (PIO).................................................................................9
2.9 Konseling...................................................................................................................10
2.10 Pemantauan Terapi Obat (PTO)................................................................................11
2.11 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)..................................................................12
2.12 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)........................................................13
2.13 Manajemen Risiko Pelayanan Farmasi.....................................................................13
2.14 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit......................................................15
BAB III....................................................................................................................................17
PENUTUP...............................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Farmasi klinik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kefarmasian di rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien. Farmasi klinik
bertujuan mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat.
Tuntutan masyarakat terkait pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit mengharuskan
adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented)
menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan
filosofi Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care).
Farmasi klinik merupakan perluasan peran profesi petugas farmasi yang tidak
hanya berorientasi kepada obat namun juga kepada pasien dan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas terapi obat. Aktifitas farmasi klinik terpusat kepada pasien,
bekerjasama dan berkolaborasi antar profesi dengan dokter dan perawat dalam tim
pelayanan kesehatan
Berdasarkan Permenkes No.72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi
Rumah Sakit, pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan
risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient
safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin. Pelayanan farmasi
klinik yang dilakukan meliputi :
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
3. Rekonsiliasi Obat
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
5. Konseling
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
8. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD)
3
2.2 Tujuan Farmasi
4
2.5 Ruang Lingkup Farmasi Klinik
5
b. Kota dan tanggal penulisan resep (inscriptio)
c. Tanda tangan R/ (invocatio)
d. Nama obat dan jumlah obat (praescriptio)
e. Cara pembuatan obat/bentuk obat yang akan dibuat (ordinatio)
f. Aturan pakai obat (signatura)
g. Nama pasien (umur dan alamatnya)
h. Paraf dan tanda tangan dokter (subscriptio)
Jika dokter ingin agar pasien segera mendapatkan obat karena tingkat
keparahan pasien maka resep harus ditulis cito (segera), urgent (penting),
Periculum in Mora /PIM (berbahaya bila ditunda), statim/penting. jika tanda diatas
ada pada resep maka resep tersebut harus didahulukan untuk dilayani. Bila dokter
ingin agar resep dapat diulang maka pada resep harus ditulis iter/iteratie, dan
sebaliknya kalau tidak mau diulang maka pada resep ditulis ne iteratur Pada kasus
cemical obat tidak seluruhnya ada di apotek tersebut, maka kepada pasien
diserahkan salinan resep yang berisikan obat yang sudah diberikan dan obat yang
belum diberikan agar pasien bisa membeli obat ke apotek lain dengan
menyerahkan salinan resep tersebut, adapun kelengkapan salinan resep seperti
kelengkapan resep diatas ditambahkan dengan :
a. Nama dan alamat apotek
b. Nama dan SIK apoteker pengelola apotek
c. Tanda det/detur (obat yang sudah diserahkan) dan nedet (untuk obat yang
belum diserahkan)
d. No.resep dan tanggal pembuatan
e. Tanda tangan/paraf apoteker pengelola apotek
Dispensing apoteker dapat melayani obat non resep atau pelayanan
swamedikasi untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas atau obat bebas
terbatas yang sesuai dengan kebutuhan pasien di apotek. Dispensing terdiri dari
penyiapan, penyerahan, dan pemberian informasi obat. Sebelum obat diberikan ke
pasien hendaknya dilakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama
pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara
penulisan etiket dengan resep). Obat sebelum diserahkan kepada pasien hendaknya
disertai dengan pemberian informasi yang sesuai, seperti tentang manfaat dari obat,
makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan terjadinya efek
6
samping dan kontraindikasi yang ditimbulkan serta cara penyimpanan obat dengan
benar.
7
Informasi yang harus didapatkan pada penelusuran riwayat penggunaan obat
adalah :
a. Nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi
penggunaan, indikasi dan lama penggunaan obat
b. Reaksi obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi
c. Kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang tersisa)
1. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan
pasien, meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai diberikan, diganti,
dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping obat yang
pernah terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek samping obat, dicatat tangga
kejadian, obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping,
efek yang terjadi, dan tingkat keparahan. Data riwayat penggunaan obat
didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar obat pasien, obat yang ada pada
pasien, dan rekam medik/medication chart. Data obat yang dapat digunakan
tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya. semua obat yang digunakan oleh
8
pasien baik resep maupun obat bebas termasuk herbal harus dilakukan proses
rekonsiliasi.
2. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang dan
akan digunakan. Discrepancy atau ketidak cocokan adalah bilamana ditemukan
ketidak cocokan/perbedaan diantara data-data tersebut. Ketidak cocokan dapat
pula terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa
ada penjelasan yang didokumentasikan pada rekam medik pasien. Ketidak
cocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat penulisan
Resep maupun tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya
perbedaan pada saat menuliskan Resep.
2.7 Komunikasi
9
komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi
kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit.
a) Menjawab pertanyaan
b) Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter
c) Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan
penyusunan Formularium Rumah Sakit
d) Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) melakukan
kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap
e) Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
lainnya
f) Melakukan penelitian
2.9 Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling
untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat
dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya.
Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga
terhadap apoteker. Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil
terapi, meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
meningkatkan costeffectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
penggunaan obat bagi pasien (patient safety).
10
1) Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien
2) Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
3) Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat
4) Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat dengan
penyakitnya
5) Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
6) Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat
7) Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi
8) Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
9) Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat mencapai
tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien.
Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan
pemantauan terapi obat adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan
risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD).
1) Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, reSOPns terapi, reaksi obat
yang tidak dikehendaki (ROTD)
2) Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
3) Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat.
11
Tahapan dalam pemantauan terapi obat adalah:
1) Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal,
frekuensinya jarang
2) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah dikena dan yang
baru saja ditemukan
3) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi angka
kejadian dan hebatnya efek samping obat.
4) Meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang idak dikehendaki
5) Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
12
2.12 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
13
Faktor risiko yang berkaitan dengan farmakoterapi pasien meliputi:
toksisitas, profil reaksi obat tidak dikehendaki, rute dan teknik pemberian,
persepsi pasien terhadap toksisitas, rute dan teknik pemberian, dan
ketepatan terapi Setelah melakukan identifikasi terhadap risiko yang potensial terjadi
dalam
melaksanakan pelayanan farmasi klinik, apoteker kemudian harus mampu
melakukan:
a) Analisa risiko baik secara kualitatif, semi kualitatif, kuantitatif dan semi
kuantitatif.
b) Melakukan evaluasi risiko; dan
c) Mengatasi risiko melalui:
Melakukan sosialisasi terhadap kebijakan pimpinan Rumah
Sakit;
Mengidentifikasi pilihan tindakan untuk mengatasi risiko;
Menetapkan kemungkinan pilihan (cost benefit analysis);
Menganalisa risiko yang mungkin masih ada
Mengimplementasikan rencana tindakan, meliputi menghindari
risiko, mengurangi risiko, memindahkan risiko, menahan risiko,
dan mengendalikan risiko
Pembinaan dan edukasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam
setiap tahap manajemen risiko perlu menjadi salah satu prioritas perhatian. Semakin
besar risiko dalam suatu pemberian layanan dibutuhkan SDM yang semakin
kompeten dan kerjasama tim (baik antar tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
lain/multidisiplin) yang solid. Beberapa unit/area di Rumah Sakit yang memiliki
risiko tinggi, antara lain Intensive Care Unit (ICU), Unit Gawat Darurat (UGD),
dan kamar operasi (OK).
14
2.14 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
15
rumah sakit di berbagai negara. Tuntutan ini menjadi dasar pengembangan organisasi
kesehatan dan sistem pelayanan kesehatan di berbaga Negara melalui pelaksanaan
desentralisasi. Kompleksitas masalah kualitas pelayanan rumah sakit tidak saja terkait
dengan keterbatasan sumber daya dan lingkungan, tetapi juga bersumber dari
perbedaan persepsi diantara pemakai jasa pelayanan, petugas kesehatan, dan
pemerintah atau penyandang dana terhadap ukuran kualitas pelayanan kesehatan di
rumah sakit.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Ikawati, Zullies. 2010. Pelayanan Farmasi Klinik pada Era Genomik: Sebuah Tantangan
dan
Peluang. Yogyakarta: Farmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM.
18