Peran Mahasiswa Dalam Upaya Bantuan Hukum Terhadap Masyarakat Miskin
Peran Mahasiswa Dalam Upaya Bantuan Hukum Terhadap Masyarakat Miskin
Peran Mahasiswa Dalam Upaya Bantuan Hukum Terhadap Masyarakat Miskin
MASYARAKAT MISKIN
Bantuan hukum merupakan salah satu hak dari manusia hal tersebut tertuang dalam Pasal 7 Deklarasi
Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang menjamin persamaan kedudukan di muka hukum disebut juga dengan
istilah equality before the law. Sebagai negara hukum terkait jaminan dan kepastian hukum serta keadilan tertuang
dalam pasal 28 D ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan,
dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. memilki problematika terkait bantuan
hukum dimana hal tersebut merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan bernegara hukum dengan hal tersebut
bantuan hukum merupakan jawaban serta solusi atas permasalahan hukum yang dihadapi oleh masyarakat, terlebih
masyarakat miskin.
Bantuan hukum dihadirkan dalam uapaya memberikan acses to justice demi terciptanya rasa keadilan yang
dapat dirasakan oleh masyarakat terkhusus masyarakat miskin. Selaras dengan hal tersebut diatas dalam relitasnya
yang terjadi masyarakat miskin masih belum mendapatkan bantuan hukum yang memuaskan sehingga tidak
memberikan secara maksimal terhadap rasa keadilan yang diinginkan, karena sedikit banyaknya pemberian
bantuan hukum terhadap masyarakat miskin, buta hukum dan termarjinalkan masih memandang bulu dan
menginginkan sesuatu yang dapat menjadi keuntungan bagi para penegak hukum atau pemberi bantuan hukum,
atau bisa saja enggan memberikan bantuan hukum atau kepastian hukum karena kondisi yang dipandang tidak
begitu menguntungkan.
Dengan demikin tersebut jelasa mencederai hak atas kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan jaminan,
kepastian hukum dan rasa keadilan Akses terhadap keadilan pada intinya berfokus pada dua tujuan dasar dari
keberadaan suatu sistem hukum yaitu sistem hukum seharusnya dapat diakses oleh semua orang dari berbagai
kalangan; dan seharusnya dapat menghasilkan ketentuan maupun keputusan yang adil bagi semua kalangan, baik
secara individual maupun kelompok tanpa adanya pelanggaran atau pembatasan terhadap HAM.
Mahasiswa hukum sebagai kaum intelektual yang memahami hukum, menjadi opsi dalam upaya
pemberian bantuana hukum hal tersebut sejalan dengana istilah Tri Dharma Perguruan tinggi yang memilki tujuan
untuk pengabdian kepada masyarakat. Dalam hal ini adalah pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat
miskin,buta hukum atau termarjinalkan. Mereka dapat difokuskan secara maksimal untuk memberikan layanan
bantuan hukum nonlitigasi, seperti penyuluhan hukum ataupun konsultasi hukum. Meskipun belum resmi
menyandang gelar sarjana hukum, para mahasiswa hukum tentunya adalah orang-orang yang masih mengingat
prinsip-prinsip hukum secara utuh karena baru mempelajarinya dan responsif terhadap perkembangan hukum.
Dalam uapaya bantuan hukum yang bersifat litigasi mahasiswa hukum dapat berperan sebagai paralegal,
yaitu menjadi asisten dari advokat dan Akademisi yang melakukan kegiatan pendampingan litigasi di pengadilan.
Dan dalam bantuan hukum non litigasi, mahasiswa mempunyai kegiatan-kegiatan yang cukup beragam, antara
lain: penyuluh dalam kegiatan penyuluhan hukum, anggota tim dalam suatu penelitian hukum, konsultan dalam
memberikan konsultasi hukum dan banyak kegiatan lainnya.
Akan tetapi mirisnya mahasiswa hukum di Indonesia tidak mendapat kesempatan yang cukup untuk
memberikan layanan bantuan hukum. Kurikulum pendidikan hukum di Indonesia tidak memasukkan bantuan
hukum sebagai salah satu materi ajarnya, paling jauh hanya melakukan magang di lembaga pemerintahan maupun
perusahaan swasta untuk mempraktekkan ilmu yang dimilikinya.padahal secara potensi dibutuhkan lebih terlebih
memberikan bantuan hokum terhadap masyarakat tentan, hal tersebut sejalan dengan Melalui bantuan hukum,
mahasiswa dapat melaksanakan keilmuan dan praktek beracara melalui lembaga-lembaga bantuan hukum guna
melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 diatur dalam Pasal 28D ayat (1), berdasarkan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Akhirnya, ia menjadi aktor penting di dalam upaya menghadirkan
keadilan untuk semua.