Alifia Kel. 2
Alifia Kel. 2
Alifia Kel. 2
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
ALIFIA PUTRI ANANDA (900.19.020)
DESI SAFITRI (900.19.083)
DEWI JUWITA (900.19.089)
ELENA NURSALINDA PALERI (900.19.121)
ELIANI (900.19.122)
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................2
C. Tujuan Masalah...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
1. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (Lifelong Education)...............................................3
2. Konsep Belajar Sepanjang Hayat (Lifelong Learning)........................................................5
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1).
Pendidikan adalah modal utama yang harus dimiliki oleh setiap manusia.
Dengan pendidikan akan meninggikan derajat seorang manusia yang dimana hal
tersebut manusia akan dianggap berharga bila memiliki pendidikan yang berguna
bagi sesamanya. Masa dari pendidikan sangatlah panjang, banyak orang yang
beranggapan bahwa pendidikan itu berlangsung hanya disekolah saja, tetapi
dalam kenyataanya pendidikan berlangsung seumur hidup melalui pengalaman-
pengalaman yang dijalani dalam kehidupanya. Hal ini menunjukan bahwa
pendidikan berlangsung tanpa batas yaitu mulai sejak lahir sampai kita
meninggal dunia. Maka jelaslah sudah bahwa pendidikan seumur hidup itu sangat
benar adanya didalam kehidupan kita.
Dalam perspektif islam, belajar seumur hidup ini sebenarnya telah
dicanangkan oleh Nabi Muhammad SAW ratusan tahun yang silam. Selain itu
dipahami bahwa belajar itu seumur hidup, dijelaskan pula bahwa belajar adalah
suatu kewajiban,sebagaimana sabdanya pula: “Mencari ilmu pengetahuan
1
B. Rumusan Masalah
Dari Latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apakah konsep dari Pendidikan Sepanjang Hayat (Lifelong Education)?
2. Apakah konsep dari Belajar Sepanjang Hayat (Lifelong Learning)?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apakah konsep dari Pendidikan Sepanjang Hayat (Lifelong
Education)
2. Mengetahui apakah konsep dari Belajar Sepanjang Hayat (Lifelong
Learning)
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 1990
2
Jannah, Fathul. (2013). Pendidikan Seumur Hidup Dan Implikasinya. Dinamika Ilmu, Vol. 13.
No. 1.
3
Aspin, D. N., & Chapman, J. D. (2007). Lifelong learning: Concepts and conceptions. In
Philosophical perspectives on lifelong learning (pp. 19-38). Springer, Dordrecht.
3
cakupan yang luas, sehingga sering tidak jelas. Mungkin karena alasan itu
operasionalisasi dan implementasi belum banyak dilakukan.
Konsep belajar sepanjang hayat, pembelajaran sepanjang hayat, dan
kemudian menjadi pendidikan sepanjang hayat merupakan konsep yang sama.
Perbedaannya hanya pada konteks dimana kegiatan tersebut berlansung dan
sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana orang- orang belajar. Ridhwan Nasir4,
(2005) menjelaskan bahwa pendidikan sepanjang hayat (Life Long Education)
merupakan azas yang dirumuskan bahwa proses pendidikan merupakan suatu
proses kontinyu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal
dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal,
formal, dan non formal baik yang berlangsug dalam keluarga, sekolah, maupun
dalam kehidupan masyarakat.
Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, sebagaimana dinyatakan oleh
Hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
ْ ُا
طلُبُ ْال ِع ْل َم ِم َن ْال َم ْه ِد اِلَى اللَّ ْه ِد
“Tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia.”
4
Nasir, R., 2005, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
4
Selanjutnya, pendidikan sepanjang hayat kerap digunakan secara
bergantian dengan istilah belajar sepanjang hayat (life long learning). Mengenai
hal ini dijelaskan agar diperoleh sebuah pemahaman yang lebih komprehensif
tentang konsep dasar pendidikan sepanjang hayat. Dalam pembicaran keseharian,
keduanya dianggap sama sehingga bisa dipergunakan secara bergantian tanpa
mengubah makna dan maksud dari pembicaraan.
Namun sesungguhnya, secara konseptual antara pendidikan sepanjang
hayat dan belajar sepanjang hayat itu berbeda. Meskipun demikian, banyaknya
pembicaraan tentang pendidikan atau belajar sepanjang hayat tersebut
menunjukkan keduanya merupakan istilah yang popular walaupun makna
sebenarnya dari kedua istilah itu tak dipahami dengan baik. Populernya kedua
istilah tersebut tidak mengherankan bila diingat ajaran agama dan pepatah yang
banyak mengungkapkan tentang pentingnya pendidikan dan belajar sepanjang
hayat itu. Bahkan secara empiris, pada beberapa kelompok masyarakat juga sudah
dipraktikkan mengenai kegiatan pendidikan dan belajar sepanjang hayat tersebut.
5
sebagai instrument untuk memahami belajar sepanjang hayat dan masyarakat
belajar.5
Masyarakat informasi merujuk pada suatu masyarakat yang memanfaatkan
pengetahuan sebagai sumber utama dalam meningkatkan produksi komoditas
informasi sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan tenaga-tenaga produktif yang
mampu kompetitif di berbagai belahan dunia. Belajar sepanjang hayat dapat
didefinisikan sebagai, “...the habit of continuously learning throughout life, a
made of behavior.” Yang berarti kebiasaan belajar yang dilakukan dan berlanjut
sepanjang hidup, akan membentuk sebuah perilaku.
Dengan demikian, bila pendidikan sepanjang hayat lebih terfokus pada
faktor ekstrinsik, maka belajar sepanjang hayat lebih bertumpu pada faktor-faktor
intrinsik, yakni faktor yang ada pada diri pembelajar sehingga mampu
menjadikan belajar sebagai cara berperilaku (Taqiyuddin, 2008: 37)6. Belajar
sepanjang hayat yang lebih melihat kegiatan pembelajaran dari sisi permintaan
pembelajar, motivasi belajar dan kemampuan belajar yang semuanya bersifat
intrinsik. Oleh sebab itu, belajar sepanjang hayat lebih bersifat individual
dibandingkan bersifat sosial. Namun, kumpulan individu-individu pembelajar
sepanjang hayat itu, pada gilirannya akan membentuk masyarakat belajar yang
merupakan tujuan pendidikan sepanjang hayat untuk mencapai sosok manusia
yang berkualitas.
Menurut Yukiko Sawono, Belajar sepanjang hayat telah mengalami
perkembangan yang sangat signifikan. Jika pada masa sebelumnya, belajar
dimaknai secara sempit pada pendidikan waktu luang, dan hobi, sekarang
dipandang sebagai satu proses pendidikan untuk semua aspek pendidikan.
Perhatian terhadap penerapan prinsip ini pun semakin nyata. Hal ini dapat dilihat
dari berbagai kebijakan dan implementasi pembaharuan pendidikan. Dilihat
secara antropologis, yang mendorong pendidikan sepanjang hayat adalah atas
dasar bahwa anak dan orang dewasa memiliki perbedaan yang nyata. Suatu hal
yang mungkin ironis atau kurang pada tempatnya, bila hanya pada masa anaklah
5
Peter Jarvis, Globalication, Live Long Learning and the Learning Society: Sociological
Perspektif (London and New York: Routledge, 2007), 77.
6
Hadisusanto, Dirto, Suryanti Sidharto, Dwi Siswaya. (1995) Pengantar Ilmu Pendidikan.
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Yogyakarta.
6
dipandang dapat terjadi pembelajaran, sedangkan pada masa dewasa cukup
dengan kegiatan berproduksi saja, padahal menuju kesempurnaan. Oleh karena
itu, baik pada masa anak maupun masa dewasa diperlukan upaya penyesuaian
diri untuk merespon lingkungan, sehingga manusia membutuhkan pendidikan
sepanjang hayat7.
7
Sudarsana, 1 Ketut. Pemikiran Tokoh Pendidikan Dalam Buku Lifelong Learning: Policies,
Practices, And Programs (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia). Jurnal
Penjaminan Mutu.
7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendidikan sepanjang hayat (life long education) adalah sebuah sistem
pendidikan yang dilakukan oleh manusia ketika lahir sampai meninggal dunia.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi.
Melalui pendidikan sepanjang hayat, manusia selalu belajar melalui peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau pengalaman yang telah
dialami.
Dalam perspektif islam, belajar seumur hidup ini sebenarnya telah
dicanangkan oleh Nabi Muhammad SAW ratusan tahun yang silam. Selain itu
dipahami bahwa belajar itu seumur hidup , dijelaskan pula bahwa belajar adalah
suatu kewajiban, sebagaimana sabdanya pula: “Mencari ilmu pengetahuan adalah
wajib atas setiap orang muslim (H.R.Abdi’I Barr)”
Adapun tujuan pendidikan seumur hidup adalah : Pertama
Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan
hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin. Sehingga
secara potensial keseluruhan potensi manusia diisi kebutuhannya agar
berkembang secara wajar. Yang kedua adalah dengan mengingat proses
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis,
maka pendidikan wajib belajar berlangsung selama manusia hidup. Pendidikan
seumur hidup atau life long education adalah pendidikan sepanjang hayat. Yang
tentunya pendidikan ini dimulai sejak awal adanya ruh didalam tubuh bayi hingga
maut menjemput.
8
DAFTAR PUSTAKA