MAKALAH Kel.7 Pengembangan Profesionalisasi Guru

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ PENGEMBANGAN PROFESIONALISASI GURU ”

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Program Pelatihan Profesi Guru SD

Dosen Pengampu : Arum Sulastri , M.Pd.

DISUSUN OLEH :

ASIH SETYANGRUM : 201350049


HETI SULASTRI : 201350047
NETY TOYIBA : 201350015

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP PGRI ) METRO
TA. 2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya makalah ini telah dapat diselesaikan penyusun.Makalah
ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Program Pelatihan Profesi Guru
SD, dengan harapan agar penyusun mengerti dan memahami tentang kajian
Pengembangan Profesionalisasi Guru. Makalah ini diharapkan dapat dipelajari
secara mandiri oleh mahasiswa di dalam maupun diluar kegiatan perkuliahan
karena makalah ini memuat macam-macam kajian sejarah didalamnya.Tujuannya
agar mahasiswa dapat mengadakan refleksi sejauh dimana mereka merasa tuntas
pada mata kuliah yang telah diikutinya.

Kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan


makalah ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terimakasih. Kepada para
pembaca,kami berharap makalah ini dapat dimanfaatkan dengan baik dan demi
perbaikan,kami mengharapkan adanya masukan untuk penyempurnaan makalah
ini dimasa mendatang.

Metro, 20 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Pengembangan Profesionalisasi Guru............................................................2
2.2 Model Pengembangan Guru...........................................................................3
2.3 Strategi Pengembangan Profesionalitas Guru................................................5
BAB III PENUTUP.................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................8
3.2 Saran...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan profesionalisasi guru dilakukan berdasarkan kebutuhan institusi,
kelompok guru, maupun individu guru sendiri. Menurut Danim dari perspektif institusi,
pengembangan guru dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan
kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian. Selanjutnya dikatakan
juga bahwa pengembangan guru berdasarkan kebutuhan institusi adalah penting, namun hal
yang lebih penting adalah berdasarkan kebutuhan individu guru untuk menjalani proses
profesionalisasi. Karena substansi kajian dan konteks pembelajaran selalu berkembang dan
berubah menurut dimensi ruang dan waktu, guru dituntut untuk selalu meningkatkan
kompetensinya.
Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia
pedidikan. Sejalan dengan itu, jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam bidang keguruan
mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal
layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat
ini, maka profesionalisasi guru (pendidik) merupakan suatu keharusan, terlebih lagi apabila
kita melihat kondisi objektif saat ini berkaitan dengan berbagai hal yang ditemui dalam
melaksanakan pendidikan, yaitu :
1. perkembangan Iptek,
2. persaingan global bagi lulusan pendidikan,
3. otonomi daerah
implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian profesionalitas guru?


2. Bagaimana model pengembangan guru?
3. Bagaimana strategi dalam pengembangan profesionalitas guru?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui pengertian profesionalitas guru.


2. Untuk Mengetahui model pengembangan guru.
3. Untuk Mengetahui strategi dalam pengembangan profesionalitas guru

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengembangan Profesionalisasi Guru

1. Makna Profesional, Profesionalisme, dan profesionalisasi


Berbicara mengenai profesional pemikiran kita akan tertuju pada pekerjaan.
Menurut Danim Sudarman, makna profesional merujuk pada dua hal. Pertama orang
yang menyandang suatu profesi. Orang yang profesional biasanya melakukan pekerjaan
sesuai dengan keahliannya dan mengabdikan diri pada pengguna jasa dengan disertai rasa
tanggung jawab atas kemampuan profesionalnya itu. Kedua, kinerja atau performance
seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
Profesionalisme berasal dari bahasa inggris Profesionalism yang secara leksikal
berarti sifat profesional. Menurut Jasin, Anwar profesionalisme dapat diartikan sebagai
kometmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya
dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam
melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.
Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para
anggota penyandang suatu profesi untuk standar ideal dari penampilan atau perbuatan
yang diinginkan oleh profesinya itu. Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi
utama , yaitu peningkatan status dan peningkatan kemampuan-praktis.1
2. Profesionalime Tenaga pendidik
Jabatan tenaga pendidik merupakan suatu jabatan profesional, hal ini dapat
diuraikan sebagai berikut;
a. Jabatan tenaga pendidik bukan hanya menuntut kemampuan spisialisasi tenaga
pendidik dalam arti menguasai pengetahuan akademik dan kemahiran profesional
yang relevan dengan bidang tugasnya sebagai Pendidik, tetapi juga tingkat
kedewasaan dan tanggung jawab serta kemandirian yang tinggi dalam mengambil
keputusan. Kemampuan-kemampuan itu membuat tenaga pendidik memiliki nilai
lebih dan kewibawaan yang tinggi terhadap peserta didik yang diajarnya.
b. Sesuai dengan nilai sosial budaya kita, secara historis kedudukan tenaga pendidik itu
lebih tinggi dalam masyarakat kita. Tenaga pendidik adalah seorang yang patut
dipatuhi, ditiru/ (diteladani ) kata dan perbuatannya. Motif utama menjadi tenaga
pendidik bukan imbalan gaji atau kebendaan, tetapi adalah panggilan (calling) untuk
mengabdi kepada tuhan, masyarakat dan kemanusian.
c. Kesetiakawanan tenaga pendidik dapat berwujud organisasi tenaga pendidik, baik itu
dalam bentuk asosiasi (persatuan) maupun serikat sekerja, sebagai wahana kerja sama

1
Saudagar dan Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2009)
hal 96-97
2
untuk dapat saling membantu dan berusaha meningkatkan kemampuan
profesionalismenya serta memperjuangkan kesejahteraan anggotanya.2
3. Pengembangan Profesionalisme Tenaga Pendidik
Menurut Sudarwan pengembangan profesional tenaga pendidik dimaksudkan untuk
memenuhi tiga kebutuhan, pertama, kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan
sistem pendidikan yang efisien dan manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk
menyusun kebutuhan-kebutuhan sosial. Kedua kebutuhan untuk menemukan cara-cara
untuk membant staf pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas.
Dengan demikian tenaga pendidik dapat mengembangkan potensi sosial dan potensi
akademik generasi muda dalam interaksinya dengan alam lingkungannya. Ketiga,
kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong keinginan tenaga pendidik untuk
menikmati dan mendorong keinginan pribadinya, seperti halnya dia membantu peserta
didiknya.3
4. Pembinaan tenaga pendidik oleh Perguruan Tinggi mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Memperdalam dan memperluas kemampuan dalam ilmu (kognitif). Secara
konvensional, upaya tersebut (sasaran vartikel) berupa;
1) Pendidikan Pascasarjana
2) Pendidikan jangka pendek
b. Meningkatkan kemampuan psikomotorik dan Afektif
1) Kemampuan menuangkan produk berfikir atau karya kedalam tulisan ilmiah
2) Kemampuan menjelaskan tulisan ilmiah secara lisan dalam perkuliahan, dan
forum ilmiah/ profesional
3) Kemampuan dalam menyampaikan pendapat dalam forum ilmiah
4) Kemampuan mengerjakan pekerjaan dalam ruang lingkup bidang ilmu yang
ditekuninya.
5) Pemahaman dan kebiasaan menerapkan etika akademik

2.2 Model Pengembangan Guru


Fungsi Banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk menyesuaikan dengan perubahan,
baik itu secara perorangan , kelompok atau dalam satu sistem yang diatur oleh lembaga.
Mulyasa menyebutkan bahwa pengembangan guru dapat dilakukan dengan cara on the job
training dan in service training. Sementara Castetter menyampaikan lima model
pengembangan untuk guru seperti pada tabel berikut.
Model Pengembangan Guru
Model Pengembangan guru Keterangan
Individual Guided Staff Development Para guru dapat menilai kebutuhan belajar
(Pengembangan Guru yang Dipadu mereka dan mampu belajar aktif serta
secara Individual) mengarahkan diri sendiri. Para guru harus
dimotivasi saat menyeleksi tujuan belajar
berdasar penilaian personil dari kebutuhan
mereka

2
Ahmad Sanusi dkk, Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga
Kependidikan, (Bandung: PPS IKIP,1990) hal 54
3
Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang:UIN-Malang Press,2009) hal 27
3
Observation/Assessment Observasi dan penilaian dari intruksi
(Observasi atau Penilaian) menyediakan guru dengan data yang dapat
direfleksikan dan dianalisis untuk tujuan
peningkatan belajar siswa. Refleksi oleh guru
pada praktiknya dapat ditingkatkan oleh
observasi lainnya.
Involvement in a Pembelajaran orang dewasa lebih efektif
development/Improvement Process ketika mereka perlu untuk mengetahui atau
(keterlibatan dalam suatu proses memecahkan suatu masalah. Guru perlu
Pengembangan/Peningkatan) untuk memperoleh pengatahuan atau
keterampilan melalui keterlibatan pada proses
peningkatan sekolah atau pengembangan
kurikulum.
Training (Pelatihan) Ada teknik-teknik dan perilaku-perilaku yang
pantas untuk ditiru guru dalam kelas. Guru-
guru dapat merubah perilaku mereka dan
belajar meniru perilaku dalam kelas mereka.
Inquiry (Pemeriksaan) Pengembangan profesional adalah studi
kerjasama oleh para guru sendiri untuk
permasalahan dan isu yang timbul dari usaha
untuk membuat praktik mereka konsisten
dengan nilai-nilai bidang pendidikan.
Dari kelima model pengembangan guru di atas, model “training” merupakan model
pengembangan yang banyak dilakukan oleh lembaga pendidikan swasta. Pada lembaga
pendidikan, cara yang populer untuk pengembangan kemampuan profesional guru adalah
dengan melakukan penataran (in service training) baik dalam rangka penyegaran
(Refreshing) maupun peningkatan kemampuan(up –grading). Cara lain baik dilakukan
sendiri-sendiri (informal) atau bersama-sama, seperti : on the job training, workshop,
seminar, diskusi penel, rapat-rapat, simposium, konferensi, dan sebagainya.4
Inovasi dalam pendidikan juga berdampak pada pengembangan guru. Beberapa model
pengembangan guru sengaja dirancang untuk menghadapi pembaharuan pendidikan. Candall
mengemukakan model-model efektif pengembangan kemampuan profesional guru, yaitu :
model mentoring, model ilmu terapan atau model “dari teori ke praktik”, dan model inquiry
atau model reflektif. Model mentoring adalah model dimana berpengalaman merilis
pengetahuannya atau melakukan aktifitas mentor pada guru yanng kurang berpengalaman.
Model ilmu terapan berupa perpaduan antara hasil-hasil reset yang relevan dengan kebutuhan
–kebutuhan praktis. Model inquiry yaitu pendekatan yang berbasis pada guru-guru, para guru
harus aktif menjadi peneliti, seperti membaca, bertukar pendapat, melakukan observasi,
melakukan analisis kritis, dan merefleksikan pengalaman praktis mereka sekaligus
meningkatnya, sedangkan menurut Soetjipto dan kosasi, pengembangan sikap profesional ini
dapat dilakukan selama dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam
jabatan).
1. Pengembangan profesional selama pendidikan prajabatan

4
Makmun, Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan, (Bandung: PPS
IKIP,1996) hal. 102-103
4
Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Karena tugasnya
yang bersifat unik, guru selalu jadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat
sekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan
jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat. Pembentukan sikap yang baik
tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai
pendidikannya di lembaga pendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan , contoh-contoh
dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan, bahkan sikap profesional dirancang dan
dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan prajabatan. Sering juga
pembentukan sikap tertentu terjadi sebagai hasil sampingan (by product) dari
pengatahuan yang diperoleh calon guru.
2. Pengembangan profesional selama dalam jabatan
Pengembangan sikap profesional tidak terhenti apabila calon guru selesai
mendapatkan pendidikan para jabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangka
peningkatan sikap profesional keguruan dalam masa pengabdiannya sebagai guru. Seperti
telah disebut, peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan
mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya, ataupun secara
informal melalui media massa televisi, radio, koran, dan majalah maupun publikasi
lainnya. Kegiatan ini selain meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sekaligus dapat
juga meningkatkan sikap profesional keguruan

2.3 Strategi Pengembangan Profesionalitas Guru


Berdasarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Dapertemen
Pendidikan Nasional (2005) menyebutkan beberapa alternatif Program Pengembangan
profesionalisme guru, sebagai berikut :
1. Program Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru
Sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa kualifikasi pendidikan guru adalah
minimal S1 dari program keguruan, maka masih ada guru-guru yang belum memenuhi
ketentuan tersebut. Oleh karenanya program ini diperuntukkan bagi guru yang belum
memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1 untuk mengikuti pendidikan S1 atau S2
pendidikan keguruan.
2. Program Penyetaraan dan Sertifikasi
Program ini diperuntukkan bagi guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikannya atau bukan berasal dari program pendidikan keguruan. Hal ini
terjadi karena sekolah mengalami keterbatasan atau kelebihan guru mata pelaajaran
tertentu. Sering terjadi kualifikasi pendidikan mereka lebih tinggi dari kualifikasi yang
dituntut namun tidak sesuai, misalnya berijazah S1 tetapi bukan kependidikan. Mereka
dapat mengikuti program penyetaraan atau sertifikasi.
3. Program Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi
Guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan saja belum cukup, diperlukan
pelatihan guna meningkatkan profesionalismenya. Program pelatihan yang diusulkan
adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru, yaitu mengacu kepada tuntutan

5
kompetensi. Selama ini pelaksanaan pelatihan bersifat persial dan pengembangan materi
seringkali tumpang tindih, menghabiskan banyak waktu tenaga dan biaya serta kurang
efisien. Tidak jarang dalam satu tahun seorang guru mengikuti tiga jenis pelatihan
sehingga mengganggu kegiatan PBM, sebaliknya tidak sedikit guru yang belum pernah
mengikuti pelatihan sekalipun dalam satu tahun. Oleh karenanya pelatihan yang di
usulkan adalah pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi (PTBK) yaitu pelatihan yang
mengacu pada kompetensi yang akan dicapai dan diperlukan oleh peserta didik, sehingga
isi atau materi pelatihan yang akan dilatihkan merupakan gabungan atau integrasi bidang-
bidang ilmu sumber bahan pelatihan yang secara utuh diperlukan untuk mencapai
kompetensi.
4. Program Supervisi pendidikan
Dalam praktik pembelajaran di kelas masih sering ditemui guru-guru yang
ditingkatkan profesionalismenya dalam proses belajar mengajarnya. Sering ada persepsi
yang salah atau kurang tepat dimana tugas supervisor dimaknai sebagai tugas untuk
mencari kesalahan atau untuk mengadili guru, padahal tujuannya untuk meningkatkan
efektivitas dan efesiensi proses belajar mengajar. Ciri utama supervisi adalah perubahan
kearah yang lebih baik, positif proses belajar mengajar lebih efektif dan efesien.5
5. Program Pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran
sejenis disanggar maupun di masing-masing sekolah yang terdiri dari dua unsur yaitu
musyawarah dan guru mata pelajaran. Guru mata pelajaran adalah guru SMP dan SMA
Negeri atau Swasta yang mengasuh dan bertanggung jawab dalam mengelola mata
pelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum. Guru bertugas mengimplementasikan
kurikulum di kelas. Dalam hal ini dituntut kerjasama yang optimal diantara para guru.
Dengan MGMP diharapkan akan meningkatkan profesionalisme guru dalam
melaksanakan pembelajaran yang bermutu sesuai kebutuhan peserta didik. Wadah profesi
ini sangat diperlukan dalam memberikan kontribusi pada peningkatan keprofesionalan
para anggotanya.
6. Simposium Guru
Selain MGMP ada forum lain yang dapat digunakan sebagai wadah untuk saling
berbagi pengalaman dan pemecahan masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran
yaitu simposium. Melalui forum simposium guru ini diharapkan para guru
menyebarluaskan upaya-upaya kreatif dalam pemecahan masalah. Forum ini selain
sebagai media untuk sharing pengalaman, juga berfungsi untuk kompetisi antar guru,
dengan menampilkan guru-guru yang berprestasi dalam berbagai bidang, misalnya dalam
pengunaan metode pembelajaran, hasil penelitian tindakan kelas atau penulisan karya
ilmiah.
7. Program pelatihan tradisional lainnya
Berbagai pelatihan sampai saat ini banyak dilakukan. Bentuk-bentuk pelatihan ini
sudah lama ada dan diakui cukup bernilai. Walaupun disadari bahwa seringkali berbagai
bentuk kursus/pelatihan tradisional ini sering kali tidak dapat memenuhi kebutuhan
praktis dan pekerjaan guru. Oleh karena itu, suatu kombinasi antara materi akademis
dengan pengalaman lapangan akan sangat efektif untuk pengembangan kursus/pelatihan
tradisional ini. Pelatihan ini pada umumnya mengacu pada suatu aspek khusus yang

5
Ibid, Hal 105-106
6
sifatnya penting untuk diketahui oleh para guru,misalnya: CTL, KTSP, Penelitian
Tindakan Kelas , Penulisan Karya Ilmiah, dan sebagainya.
8. Membaca dan Menulis jurnal atau Karya Ilmiah
Sebagaimana diketahui bahwa jurnal atau bentuk makalah ilmiah lainnya secara
berkesinambungan diproduksi oleh individual pengarang, lembaga pendidikan maupun
lembaga-lembaga lain. Jurnal atau bentuk karya ilmiah lainnya tersebut tersebar dan
dapat ditemui diberbagai pusat sumber belajar (perpustakaan, internet, dan sebagainya).
Walaupun artikel dalam jurnal cendrung singkat, tetapi dapat mengarahkan pembacanya
kepada konsep-konsep baru dan pandangan untuk menuju kepada perencanaan dan
penelitian baru. Ia juga memiliki kolom berita yang berkaitan dengan pertemuan,
pameran, seminar, program pendidikan, dan sebagainya yang mungkin menarik bagi
guru.
9. Berpartisipasi dalam Pertemuan Ilmiah
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh masing-masing guru secara mandiri. Yang
diperlukan adalah bagaimana memotivasi dirinya sendiri untuk berpartisipasi dalam
berbagai pertemuan ilmiah. Konferensi atau pertemuan ilmiah memberikan makna
penting untuk menjaga kemutakhiran hal-hal yang berkaitan dengan profesi guru. Tujuan
utama kebanyakan konferensi atau pertemuan ilmiah adalah menyajiakan berbagai
informasi dan inovasi terbaru di dalam suatu bidang tertentu.6
10. Melakukan Penelitian (khususnya penelitian tindakan kelas)
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan studi sistematik yang dilakukan guru
melalui kerjasama atau tidak dengan ahli pendidikan dalam rangka merefleksikan dan
sekaligus meningkatkan praktik pembelajaran secara terus-menurus juga strategi yang
tepat untuk meningkatkan profesionalisme guru.
11. Magang
Magang ini dilakukan bagi para guru pemula. Bentuk pelatihan pre-service atau in-
service bagi guru junior untuk secara gradual menjadi guru profesional melalui proses
magang di kelas tertentu dengan bimbingan guru bidang studi tertentu. Berbeda dengan
pendekatan pelatihan yang konvensional, fokos pelatihan magang ini adalah kombinasi
antara materi akademis dengan suatu pengalaman lapangan dibawah supervisi guru yang
senior dan berpengalaman.
12. Mengikuti Berita Aktual dan Media Pemberitaan
Pemilihan yang hati-hati program radio dan televisi, dan sering membaca surat
kabar juga akan meningkatkan pengatahuan guru mengenai pengembangan mutakhir dari
proses pendidikan. Berbagai bentuk media tersebut sering kali memuat artikel-artikel
maupun program-program.
13. Berpartisifasi dan Aktif dalam Organisasi Profesi
Ikut serta menjadi anggota organisasi/komunitas profesional juga akan
meningkatkan profesionalisme seorang guru. Dalam hal ini yang terpenting adalah guru
harus pandai memilih suatu bentuk organisasi profesional yang dapat memberi manfaat
utuh bagi dirinya melalui bentuk investasi waktu dan tenaga.
14. Menggalang Kerjasama dengan Teman Sejawat

6
Udin Syaefudin Sa’ud, Pengembangan Profesi guru, (Bandung:Alfabeta,2009) hal 107-108
7
Kerjasama dengan teman seprofesi sangat menguntungkan bagi pengembangan
profesionalisme guru. Banyak hal dapat dipecahkan dan dilakukan berkat kerjasama,
seperti: Penelitian Tindakan Kelas, berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah dll. 7

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam peningkatan SDM yang
bermutu, karena pendidikan memiliki tanggung jawab besar dalam kerangka membangun,
membina dan mengembangkan kualitas manusia indonesia yang dijalanka secara terstruktur,
sistematis dan terprogram serta berkelanjutan. Untuk menghasilkan SDM yang bermutu dan
berwawasan teknologi pendidikan diperlukan profesionalisme Tenaga pendidik dalam
mengembangkan dan memanfaatkan teknologi pendidikan dalam dunia pendidikan.
Tenaga pendidik yang profesional dapat diartikan sebagai kometmen para tenaga
pendidik untuk meningkatkan profesionalismenya dan terus-menerus mengembangkan
strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya
itu. Profesionalisme pendidik dapat dicapai dengan memperdalam bidang keilmuan (kognitif)
melalui pendidikan pasca sarjana, pendidikan dan latihan jangka pendek;meningkatka
kemampuan psikomotorik dan afektif melalui pelatihan, lokakarya, seminar, diskusi,
pelaksanaan akademik dan mimbar akademik.
3.2 Saran
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran sebagai
berikut : Mudah-mudahan kita dapat mengambil pelajaran dari pembahasan di atas agar
profesionaliatas guru-guru yang ada di Indonesia semakin berkembang lagi

7
Ibid, hal 109-110
8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sanusi dkk, 2017, Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga
Kependidikan, Bandung: PPS IKIP.
Makmun 2016, Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan, Bandung: PPS IKIP.
Mujtahid , 2019, Pengembangan Profesi Guru, Malang:UIN-Malang Press.
Saudagar dan Idrus, 2010, Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta: Gaung Persada Press.
Udin Syaefudin Sa’ud, 2009, Pengembangan Profesi guru, Bandung:Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai