Konsep Dasar Mioma Uteri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Konsep Dasar Mioma Uteri

A.    Pengertian
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen.

B.     Etiologi
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti, namun ada 2
teori yang menjelaskan faktor penyebab mioma uteri, yaitu:
1.    Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi dengan alasan :
a.       Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b.      Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche
c.       Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d.      Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri

2.      Teori Cell nest atau Genitoblas


Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell
nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.
Selain teori tersebut, faktor risiko yang menyebabkan mioma uteri adalah:
a.       Usia penderita 
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi  dan sekitar
40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan
sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan pada wanita
menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%.
b.      Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma  uteri  sangat  sedikit  ditemukan  pada  spesimen  yang  diambil dari hasil
histerektomi wanita yang telah  menopause,  diterangkan bahwa hormon 
esterogen  endogen pada wanita-wanita menopause pada level yang rendah/sedikit
(Parker, 2007). Otubu et al menemukan bahwa konsentrasi estrogen pada jaringan
mioma uteri lebih  tinggi  dibandingkan  jaringan  miometrium  normal  terutama 
pada  fase proliferasi  dari  siklus menstruasi
c.       Riwayat Keluarga
Wanita  dengan  garis  keturunan  tingkat  pertama  dengan  penderita mioma 
uteri  mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan
dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma
yang mempunyai riwayat  keluarga penderita mioma mempunyai 2 (dua) kali lipat
kekuatan ekspresi dari VEGF-α (a myoma-related growth factor)  dibandingkan 
dengan  penderita  mioma  yang  tidak  mempunyai riwayat keluarga penderita
mioma uteri.
d.      Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas  juga  berperan  dalam  terjadinya  mioma  uteri.  Hal  ini mungkin 
berhubungan  dengan  konversi  hormon  androgen  menjadi  esterogen  oleh 
enzim  aromatease di jaringan lemak (Djuwantono, 2005). Hasilnya terjadi
peningkatan jumlah  esterogen  tubuh yang mampu meningkatkan prevalensi
mioma uteri
e.       Makanan
Beberapa penelitian menerangkan hubungan antara makanan  dengan  prevalensi 
atau  pertumbuhan  mioma  uteri.  Dilaporkan bahwa  daging  sapi, daging
setengah matang (red meat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, 
namun  sayuran  hijau  menurunkan  insiden  mioma  uteri.  Tidak  diketahui 
dengan pasti  apakah  vitamin,  serat  atau phytoestrogen  berhubungan  dengan 
mioma  uteri
f.       Kehamilan
Kehamilan  dapat  mempengaruhi  mioma  uteri  karena  tingginya  kadar 
esterogen  dalam  kehamilan  dan  bertambahnya  vaskularisasi  ke  uterus 
kemungkinan dapat mempercepat terjadinya pembesaran mioma uteri
g.      Paritas
Mioma  uteri  lebih  banyak  terjadi  pada wanita dengan  multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 (satu) atau 2
(dua) kali.

h.      Kebiasaan merokok


Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri. Diterangkan dengan penurunan
bioaviabilitas  esterogen  dan  penurunan  konversi  androgen  menjadi  estrogen
dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin.

C.     Klasifikasi
1.      Mioma Submukosum
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Paling
sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan histerektomi
walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai
suatu “Curet Bump” (benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi
sarkoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang panjang
sehingga menonjol melalui vagina, disebut sebagai mioma submukosa bertungkai
yang dapat menimbulkan “Myomgeburt” yang sering mengalami nekrose atau
ulserasi
2.      Mioma Intramural
Mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau besar atau
multiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
3.      Mioma Subserosum
Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada dipermukaan
pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat tumbuh diantara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi Mioma Intra Ligamenter. Dapat tumbuh
menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligametrium atau omentum dan
kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut Wedering/Parasitik
Fibroid. Mioma subserosa yang bertangkai dapat menimbulkan torsi

D.    Patofisiologis
Tumor ini mungkin berasal dari sel otot yang normal, dan otot imatur yang ada di
dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding darah uteri. Apapun
asalnya, tumor dimulai dari benih-benih multiple yang sangat kecil dan tersebar
pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-
tahun, bkan dalam hitungan bulan), di bawah pengaruh estrogen sirkulasi, dan jika
tidak terdeteksi dan diobati dapat membentuk tumor dengan berat 10 kg atau
lebih. Namun sekarang, sudah jarang karena cepat terdeteksi. Mula-mula tumor
berada intramural, tetapi ketika tumbuh dapat berkembang ke berbagai arah.
Setelah menopause, ketika estrogen tidak lagi disekresi dalam jumlah yangn
banyak, maka myoma cenderung mengalami atrofi. Jika tumor dipotong, akan
menonjol diatas miometrium sekitarnya karena kapsulnya berkontraksi. Warnanya
abu-abu keputihan, tersusun atas berkas-berkas otot jalin menjalin dan melingkar-
lingkar di dalam matriks jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut otot tersusun
atas lapisan konsentrik, dan serabut otot normal yang mengelilingi tumor
berorientasi yang sama. Antara tumor dan miometrium normal, terdapat
pseudokapsul, tempat masuknya pembuluh darah ke dalam myoma.
Pada pemeriksaan dengan mikroskop, kelompok-kelompok sel otot berbentuk
kumparan dengan inti panjang dipisahkan menjadi berkas-bebrkas oleh jaringan
ikat. Karena seluruh suplai darah myoma berasal dari beberapa pembbuluh darah
yang masuk dari pseudokapsul, berarti pertumbuhan tumor tersebut selalu
melampaui suplai darahnya. Ini menyebabkan degenerasi, terutama pada bagian
tengah myoma. Mula-mula terjadi degenerasi hialin, atau klasifikasi dapat etrjadi
kapanpun oleh ahli ginekologi pada abad ke-19 disebuut sebagai “batu rahim”.
Pada kehamilan dapat terjadi komplikasi jarang (degenerasi merah). Ini diikuti
ekstravasasi darah diseluruh tumor, yang memberikan gambaran seperti daging
sapi mentah. Kurang dari 0,1% terjadi perubahan tumor menjadi sarcoma.
Jika myoma terletak subendometrium, mungkin disertai dengan menorhagia. Jika
perdarahan yang hebat menetap, mungki akan mengalami anemia.saat uterus
berkontraksi, dapat timbul nyeri. Myoma sub endometrium yang bertangkai dapat
menyebabkan persisten dari uterus.
Dimanapun posisinya di dalam uterus, myoma besar dapat menyebabkan gejala
penekanan pada panggul, disuria, sering kencing dan konstipasi atau nyeri
punggung jika uterus yang membesar menekan rectum.
E.     Manifestasi Klinis
Faktor-faktor yang menimbulkan gejala klinis ada 3, yaitu :
1.       Besarnya mioma uteri,
2.       Lokalisasi mioma uteri,
3.       Perubahan pada mioma uteri.
Gejala-gejala yang timbul tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal,
intramural, submucous), digolongkan sebagai berikut :
1.       Perdarahan abnormal
Perdarahan abnormal yaitu menoragia, menometroragia dan metroragia.
Perdarahan sering bersifat hipermenore dan mekanisme perdarahan tidak
diketahui benar. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu telah meluasnya
permukaan endometrium dan gangguan dalam kontraktibilitas miometrium.
2.       Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah, dapat terjadi jika :
a.       Mioma menyempitkan kanalis servikalis
b.      Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim
c.        Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis
d.      Terjadi degenerasi merah
3.       Tanda-tanda penekanan/pendesakan
Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri.
Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan pada pembuluh-
pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap kandung kencing ialah distorsi dengan
gangguan miksi dan terhadap ureter bisa menyebabkan hidro uretre.   
4.       Infertilitas
Infertilitas bisa terajadi jika mioma intramural menutup atau menekan pors
interstisialis tubae.
5.       Abortus
Abortus menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim
melalui plasenta.
6.       Gejala sekunder
Gejala sekunder yang muncul ialah anemia karena perdarahan, uremia, desakan
ureter sehingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal.

F.      Komplikasi
Mioma uteri berdampak pada kehamilan dan persalinan yaitu:
1.      Mengurangi kemungkinan wanita hamil terutama pada mioma uteri
submukosum
2.      Kemungkinan abortus bertambah
3.      Kelainan janin dalam rahim
4.      Menghalangi lahirnya bayi
5.      Inersia uteri dan atonia uteri
6.      Mempersulit lepasnya plasenta

Komplikasi lain:
1.      Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi Ieiomiosarkoma. Keganasan umumnya baru ditemukan
pada pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan
keganasan uterus Apabila mioma uteri cepat membesar dan Apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2.      Torsi (putaran tangkai)
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau
proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut
dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut.
3.      Nekrosis dan Infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat
melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam hal ini kemungkinan
gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.

G.    Penatalaksanaan
Pilihan pengobatan mioma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan,
keinginan untuk mendapatkan keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta
ukuran lokasi serta jenis myoma uteri itu sendiri. 55 % dari semua mioma uteri
tesebut tidak membutuhkan pengobatan dalam bentuk apapun terutama jika :
1.         Tanpa keluhan
2.         Menjelang menopause
3.         Besarnya mioma kurang dari 12 minggu umur kehamilan

Penanganan mioma ada 2 yaitu :


1.       Penanganan konservatif
Penanganan ini dilakukakan bila :
a.       Mioma yang kecil pra dan postmenopause tanpa gejala. Cara penanganan
konservatif sebagai berikut :
b.      Observasi, dengan pemeriksaan pelvir secara periodik setiap 3-6 bulan
c.       Bila anemi, Hb 8 gr%, transfusi PRC (packed red cell)
d.      Pemberian zat besi
e.       Penggunaan agonis hormone pelepas gonadotropiri. (GnRHa) Leuprolid asetat
3,75 mg intramuskuler pada hart 1 - 3 menstriasi setiap minggu sebanyak 3x.

2.      Penanganan operatif


Penanganan ini dilakukakan bila :
a.       Ukuran tumor lebih besar dan ukuran uterus 12 – 14 minggu
b.      Pertumbuhan tumor cepat
c.       Mioma subserosa bertançkai dan torsi
d.      Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
e.       Hipermenorea pada mioma submukosa
f.       Penekanan pada organ sekitarnya.

Jenis operasi yang dilakukari berupa:


a.       Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan seorang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada myom
geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Dilakukan pada penderita infertile
atau yang masih menginginkan anak
b.      Histerektomi
dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, tindakan ada 2 macam yaitu :
1)      Histerektomi abdominal dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intragamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi,
2)      Histerektomi vaginal dilakukan bila tumor kecil (ukuran tumor <gravid 12
minggu ) atau disertai dengan kelainan divagina misalnya rektokel, sistokel,
enterokel

3.  Keadaan khusus tidak operasi / menjelang menopause yaitu dengan cara
a.       Radiasi
b.      Hormonal dan estrogen
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kandungan . Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuwaba, Ida Bagus Gde. 2010 . Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Anonim, 2012. Mioma Uteri. Tersedia di :
http://www.dewinurindahsari.blogspot.com/2012/10/mioma-uteri.html/m=1
diakses tanggal 27 September 2013 pukul 11.00 wita
Anonim, 2009. Mioma Uteri . Tersedia di :
http://www.ayurai.wordpress.com/2009/03/30/askeb-mioma-uteri/ diakses tanggal
27 September 2013 pukul 12.00 wita

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi MIoma Uteri dan Histerektomi


Mioma uteri adalah neoplasma jinak yanag berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga lelomioma, fibromioma atau fibroid
(Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : 386).
MIoma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya sehingga
dapat dalam bentuk padat. Karena jaringan ikatnya dominant dan lunak karena
otot rahimnya dominant. Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak
semua mioma uteri memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operasi.
Sebagian besar mioma uteri tidak memberikan keluhan apapun dan ditemukan
secara kebetulan saat pemeriksan (Manuaba, 1998 : 410).
Histeroktomi dalam kebidanan biasanya dilakukan dengan meninggalkan adneksa
kanan dan kiri. Ligament rotunda kanan dan kiri dipotong kira-kira 1,5 cm dari
uterus dan diikat pada potongan medial dan lateral (sarwono, 2007 : 871).
2.2 Etiologi
Belum diketahui karena tidak semua mioma uteri memberikan keluhan dan
memerlukan tindakan operasi. Sebagian penderita mioma uteri tidak memberikan
keluhan apapun dan ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan.
Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi, karena adanya
rangsangan estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum
dating haid (menarche) dan akan mengalami pengecilan setelah mati haid
(menopause). Bila pada masa menopause tumor yang berasal dari mioma uteri
masih tetap besar atau bertambah besar, kemungkinan degenerasi ganas menjadi
sarcoma uteri. Bila dijumpai pembesaran abdomen sebelum menarche, hal itu
pasti bukan mioma uteri tetapi kista ovarium dan kemungkinan besar menjadi
ganas (Manuaba, 1998 : 410).

2.3 Patologi
Berdasarkan teori genitoblast (sel ness) Mayer dan De Snoo, dan rangsangan terus
menerus setiap bulan dari estrogen, maka pertumbuhan mioma uteri terjadi :
1) Berlapis seperti berlambang
2) Lokalisasi bervariasi
a) Subserosa
• Dibawah lapisan peritoneum
• Dapat bertangkai dan melayang dalam kavum (ruangan) abdomen (Manuaba,
1998 : 154)
• MEluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
• Gangguan kontraksi rahim
• Pendarahan berkepanjangan
Akibat pendarahan, penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah,
pusing, cepat lelah, mudah terjadi infeksi
3) Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi :
• Terasa berat di abdomen bagian bawah
• Sukar miksi atau defeksi
• Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf
4) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi :
• Kehamilan dapat mengalami keguguran
• Persalinan prematuritas
• Gangguan saat proses persalinan
• Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas
• Kala ketiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan (Manuaba, 1998
: 411)

Gambaran mikroskopis mioma uteri


Terdiri dari sel otot spinale dan tersusun sebagai whoart (konde) sel-selnya
berukuran sama besar (Ginekologi, 1998 : 154)
Perubahan sekunder pada mioma uteri
1) Degenerasi hyalin
Yang paling sering terjadi, dapat mengenal seluruhnya atau sebagian.
2) Degenerasi kistik
Degenerasi hyalin dapat mengalami pencairan sehingga seluruh tumor terjadi jadi
lembek, seolah-olah menyerupai uterus yang gravid atau kista ovarium.
3) Klasifikasi
Terjadi bila ada gangguan sirkulasi, terutama pada myoma uteri tua. Dalam
bentuk yang ekstrim dapat jadi keras seperti bahu dikenal dengan sebutan
“Wobstone” dengan rotgen dapat dilihat adanya kalisifikasi.
4) Infeksi dan suppurasi
Banyak terjadi pada jenis submukosa oleh karena adanya uccerasi.
5) Necrose
Disebabkan gangguan sirkulasi darah atau infeksi yang hebat atau torn dari
tungkai tumor. Jenis necrose yang menarik ialah yang disebut “carnes atau red
degeneration terutama ditemukan pada wanita hamil tapi tidak selalu. Sebabnya
belum diketahui dengan tepat (Ginekologi UNPAD, 1981 : 154)
b) Intramural
Didalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan
otot rahim dominan)
c) Submukosa
• Dibawah lapisan dalam rahim
• Dibawah permukaan ruangan ovarium
• Bertangkai dan dapat dikeluarkan melalui kanalis servikalis
d) Servikal mioma
Tumbuh di daerah serviks uteri

2.4 Jensi-Jenis Mioma Uteri


Berdasarkan posisi mioma terhadap lapisan-lapisan uterus dapat dibagi dalam 3
jenis
1) Mioma submukosa
Tumbuhnya tepat dibawah endometrium paling sering menyebabkan perdarahan
yang banyak, sehingga memerlukan hysterektomi, walaupun ukurannya kecil.
Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai suatu (“ curet bump” benjolan
waktu kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi sarcoma juga lebih besar pada
jenis itu sering mempunyai tungkai yang panjang sehingga menonjol melalui
serviks atau vagina disebut mioma submukosa bertangkai yang dapat
menimbulkan “myoma girburt” sering mengalami nekrose atau ucrerasi.
2) Ontensinal/intramural
Terletak pada mimetrium kalau besar atau multipel dapat menyebabkan
pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
3) Subserosa /subperitoneal
Letaknua dibawah tunika serosa. Kadang-kadang vena yang ada dipermukaan
pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Kadang-kadang mioma
subserose timbul diantara 2 ligamentum latum merupakan myoma intra
ligametum yang dapat menekan ureter dan arteri liaka. Ada kalanya tumor ini
mendapat vascularisasi yang lebih banyak dari omentum sehingga lambat laun
terlepas dari uterus disebut sebagai parasitic myoma. Myoma subserosa yang
bertangkai dapat mengalami torsi (Ginekologi UNPAD, 1981 : 154)
2.5 Gejala Klinik Mioma Uteri
Gejala klinik mioma uteri adalah :
1) Perdarahan tidak normal
Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi
Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi (Ginekologi
UNPAD, 1981 : 156)
2) Degenerasi lemak
Jarang tetapi dapat terjadi pada degenerasi hyalin yang lanjut. Pada kasus kasus
lain mungkin disebabkan tumornya merupakan variasi campuran.
3) Degenerasi sarceomaitus
Jarang terjadi
(Ginekologi UNPAD, 1981 : 156)
2.6 Diagnosa Mioma Uteri
Secara sederhana bidan dapat memperkirakan kemungkinan mioma uteri dengan
memperhatikan gejala klinik, yaitu terdapat perdarahan menstruasi yang tidak
normal, terdapat gangguan miksi atau buang air besar dan terasa nyeri terutama
saat menstruasi.
Pada pemeriksaan dalam bidan dapat menjumpai teraba tumor padat pada
abdomen bagian bawah dan pergerakan tumor terbatas atau bebas. Penanganan
mioma uteri memerlukan tindakan spesialistis sehingga bidan perlu menetapkan
kemungkinan mioma uteri dan melakukan rujukan ke puskesmas, dokter ahli atau
ke rumah sakit (Manuaba, 1998 : 411)
2.7 Penatalaksanaan

Histerektomi subtotal Supra vaginal)

1) Memisahkan adneksa dari uterus


• Angkat uterus keluar addomen dan secara perlahan tarik untuk menjaga traksi
• Klem dua kali dan ptong ligementum rotondum dengan gunting, klem dan
potong pedekel, tetepi ikat setelah arteri uterina diamanakan untuk menghemat
waktu
• Dari ujung potongan ligamentum rotundum buka sisi depan. Lakukan insisi
sampai
o Satu titik tempat peritaneum kandung kemih bersatu dengan permukaan uterus
bawah di garis tengah
o Peritoneum yang insisi pada seksio sesarea
• Gunakan dua jari untuk mendorong bagian belakang ligamentum rotindum ke
depan dibawah tuba dan ovarium di dekat pinggir uterus. Buatlag lubang

2.8 Penanganan Umum


Terapi
1) Konservatif dengan pemeriksaan periodik
Bila seseorang cuanira dengan mioma mencapai menepause masanya tidak
mengalami keluhan bahkan dapat mengecil oleh karena itu sebaiknya mengalami
keluhan premenopause tanpa gejala diabsevasi saja. Bila mioma besarnya sebesar
kehamilan 12-14 minggu apalagi disertai pertumbuhan yang cepat sebaiknya
dioperasi. Walaupun tidak ada gejala/keluhan sebabnya mioma yang besar.
Kadang-kadang memberikan kesukaran pada operasi. Pada masa post menopause,
myoma biasanya tidak menimbulkan/memberikan keluhan. Tetapi bila ada
pembesaran myoma pada masa post menopause harus dicurigai kemungkinan
keganasan (Sarcoma)
2) Radioologi
• Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)
• Ueterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
• Bukan jenis submucosa
• Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum
Jenis radiologi
• Tidak dilakukan pada wanita muda sebab dapat menyebabkan menupause
• Radium dalam cavum uteri
• X-ray pada ovariua (sasirasi)
Maksud dari radio terapi ialah untuk menghentikan pendarahan
3) Operasi
Myomektomi dilakukan bila masih diinginkan keturunan, sifatnya dilakukan
kuretase dulu. Untuk menghilangkan kemungkinan keganasan kerugian :
• Melemahkan dinding uterusruptura uteri pada waktu hamil
• Menyebabkan perlekatan
• Desidif
• Hysteroktomi
Dilakukan pada : mioma yang besar
Multipel
Pada wanita sebaiknya ditinggalkan atau kedua ovarium maksudnya untuk
• Menjaga jangan terjadi menopause sebelum waktunya
• Menjaga gangguan coronoir atau aeterioselerosis umum sebaiknya dilakukan
hysteroktomi totalis, kecuali bila keadaan tidak mengizinkan dapat dilakukan
hysteroktomi, supravaginalis untuk menjaga kemungkinan keganasan pada tumpul
serviks, sebaiknya dilakukan PAP SMEAR pada waktu tertentu (Ginekologi
UNPAD, 1981 : 161

Anda mungkin juga menyukai