Kelompok 7 Pengantar Pendidikan
Kelompok 7 Pengantar Pendidikan
Kelompok 7 Pengantar Pendidikan
Dosen Pengampu :
Dr. Hj Darmiyati, M.Pd
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
NURUL HIDAYAH (2210122220009)
KHULAFATURRASYIDIN TANUM (2210122310009)
MUHAMMAD ILYAS (2210122210008)
MUHAMMAD MAULADI (2210122210072)
Assamualaikum wr.wb
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat mengyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang "Implementasi Pendidikan Menurut para Ahli".
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam pengusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan dan Kerjasama teman kelompok, sehingga kendala-kendala yang ada bisa
teratasi dengan baik.
Oleh karena ini, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
penyusun maupun materinya. Kritik pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah
ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat kmi harapkan untuk
kesempunaan makalah selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha sadar yang sistematis sistematik selalu bertolak dari sejumlah landasan
serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu titik landasan dan asas tersebut sangat
penting karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia
dan masyarakat bangsa tertentu.
Dengan wawasan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asas hidup
yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan
menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan itu akan memberikan
perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan baik dalam konseptual maupun
operasional.
Terkait dengan hal ini ada bab selanjutnya akan dia bahas tentang memenuhi
implementasi pendidikan menurut beberapa ahli.
B. Rumusan Masalah
Supaya persoalan yang dikaji dalam makalah ini dapat terarah maka perlu
dirumuskan masalah sebagai berikut :
C. Tujuan
Bagi driyarkara, sangat mungkin bahwa bila orang yang berpikir tentang
pendidikan dan mencari sesuatu yang lebih dalam hanya sampai ke satu hal yang
biasa disebut pergaulan titik namun driyarkara menegaskan bahwa tidak setiap
pergaulan antara setiap orang dewasa dan anak bersifat mendidik. Tetapi justru
pergaulan antara pendidik dan anak didik yang sekalipun tanpa pikiran mendidik,
pada dasarnya bersifat mendidik. Di sini driyarkara Ingin mempertanyakan apakah
arti perbuatan mendidik.
Ki Hadjar Dewantara tidak hanya diam saja melihat segala sesuatu hal yang
akan mengacam pada Perguruan Taman Siswa tersebut, lalu beliau melakukan
perlawanan dengan kekuatan tenaga secara aktif dan pasif. Ki Hadjar Dewanatara
mendapat dukungan dari beberapa tokoh yaitu dr. Soekiman, Drs. Moh. Hatta (yang
pada waktu itu menjabat sebagai Pemimpin Pendidikan Nasional Indonesia), dan para
pengurus besar organisasi pada masa itu (Budi Utomo, Muhamadyah, Istri Sedar,
Partai Indonesia, PSII, PPKIT dan seluruh rakyat Indonesia. Berkat kegigihan sosok
Ki Hadjar Dewanatara dan dukungan oleh banyak pihak, beliau berhasil membuat
ordonasi itu dicabut. Setelah Ki Hadjar Dewantara wafat, pihak penerus Perguruan
Taman Siswa mendirikan Museum Dewantara Kirti Griya di Yogyakarta. Hal ini
bertujuan untuk melestarikan nilai semangat berjuang Ki Hajar Dewantara. Di dalam
museum ini terdapat benda dan karya peninggalah Ki Hadjar Dewantara sebagai
pendiri Perguruan Taman Siswa. Konsep Pendidikan Taman Siswa Dalam pandangan
Ki Hadja Dewanatara, tujuan pendidikan adalah memajukan bangsa secara
keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan,
status ekonomi, status sosial yang didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang
asasi. Ki Hadjar dewantara berpendapat bahwa dasar pendidikan barat sangat tidak
cocok apabila diterapkan di Indonesia ini, hal ini dikarenakan pendidikan barat
bersifat regering, tucht, orde (perintah, hukuman dan ketertiban). Apabila hal ini
dilaksanakan di Indonesia, yang menjadi akibatnya adalah rusaknya budi pekerti anak
karena selalu berada dibawah paksaan atau tekanan. Cara mendidik seperti ini sangat
ditentang oleh Ki Hadjar Dewantara karena beliau menyebutkan cara mendidik seperti
itu tidak akan bisa membentuk sebuah “Kepribadian”. Menurut Ki Hadjar Dewantara
pendidikan merupakan upaya dalam memajukan bertumbuhnya budi pekerti
(kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak, dalam rangka
kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya. Didalam pengetian
pendidikan diatas telah dirangkum beberapa hal yaitu : Pertama, manusia yang
berbudi pekerti adalah manusia yang mempunyai kekuatan batin dan karakter.
Artinya, adanya pendidikan adalah untuk mengarahkan citra manusia di Indonesia
agar menjadi manusia yang berpendirian teguh untuk berpihak pada nilai-nilai
kebenaran. Jadi, budi pekerti adalah perkataan, sikap dan tindakan yang berkaitan
dengan kebenaran ajaran agama, adat-istiadat, hukum positif, yang tidak bertentangan
dengan nilainilai kemanusiaan secara menyeluruh. Kedua, Istilah maju dalam pikiran
ini dapat menunjukkan meningkatnya kecerdasan dan kepintaran bahwa manusia yang
maju pikirannya adalah manusia yang berani berpikir tentang realitas yang
membelenggu kebebasannya, dan berani beroposisi berhadapan dengan segala bentuk
pembodohan. Ketiga, kemajuan tataran fisik atau tubuh bukan semata-mata hanya
tentang sehat secara jamani, namun lebih kepada pengetahuan yang benar tentang
fungsi-fungsi tubuhnya dan dapat memahami nya untuk memerdekakan dirinya dari
segarala dorongan ke arah tindakan kejahatan. Manusia yang maju dalam aspek tubuh
adalah manusia yang mampu mengendalikan dorongan-doroangan tuntutan tubuh
yang ada. Dari pernyataan diatas, pendidikan merupakan proses memanusiakan
manusia secara manusiawi secara utuh ke arah kemerdekaan lahiriah dan batiniah.
Maka dari itu pendidikan harus bersentuhan langsung dengan upaya-upaya konkret
berupa pengajaran. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
pengajaran adalah upaya memerdekakan aspek badaniah manusia. Tiga Fatwa
Pendidikan Pendidikan nasional merupakan pendidikan yang bertujuan
mengembalikan dan mengangkat eksistensi bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
bermartabat. Pendidikan nasional tidak hanya diperlukan untuk perkembangan
manusia perseorangan, tetapi bersamaan dengan itu diperlukan dalam rangka
memerdekakan bangsa, termasuk di dalamnya memerdekakan dan memajukan
kebudayaan bansa dalam konteks kehidupan bersama dan bangsa-bangsa lain di dunia
(Dewantara, 1977). Dalam pengertian globalnya adalah agar rakyat Indonesia dapat
bekerja sama dengan bangsa lain untuk kemulianaan seluruh manusia di dunia. Maka
dari itu, Ki Hadjar Dewantara selalu mengedepankan tiga ajaran tentang pendidikan
atau yang diberi nama Tiga Fatwa yang meliputi : Tetep, antep dan mantep; Ngandel,
kandel, kendel dan bandel; Neng, ning, nung dan nang; Pertama,Tetep-Antep-Mantep:
Tetep artinya ketetapan pikiran agar selalu berkomitmen yang selaras dengan nilai-
nilai sosial. Pendidikan membuat seseorang mampu untuk berpikir kritis dan memiliki
ketetapan pikiran sehingga pikiran tidak mudah terombang ambing oleh tawaran-
tawaran hidup yang tidak selaras dengan nilai-nilai. Lalu ada istilah antep yaitu
pendidikan dapat mengantarkan seseorang untuk dapat percaya diri agar dapat
mengatasi segala tantangan secara bijaksana. Dalam kehidupan, seseorang yang
mempunyai sikap ini adalah orang yang memiliki keteguhan hati sebagai manusia
secara personal maupun berkelompok. Terakhir ada istilah mantep yang berati setia
dan taat pada asas perjuangan. Istilah ini pun menunjukkan bahwa pendidikan dapat
menghantar seseorang ke arah kemajuan diri dan memiliki tujuan yang jelas yaitu
memerdekakan diri sendiri, masyarakat dan warga dunia. Kedua, Ngandel-Kandel-
Kendel-Bandel: Ngandel merupakan istilah dalam bahasa Jawa yang artinya
berpendirian tegak. Ketika seseorang sudah dapat berprinsip dalam hidup maka orang
tersebut dapat dikatakan orang yang mempunyai pendirian tegak. Lalu ada Kendel
yang memiliki arti keberanian, pendidikan dapat membentuk kepribadian yang berani
menghadapi segala sesuatu hal. Yang terkahir ada istilah Bandel yang artinya orang
yang berpendidikan adalah orang yang tahan uji terhadap segala cobaan hidup yang
pasti akan selalu dihadapi dengan bijaksana dan kepala dingin. Ketiga, Neng-Ning-
Nung-Nang; Fatwa ini memiliki makna yaitu kata Neng (meneng) artinya tentram
lahir batin, tidak ragu dan tidak malu-malu. Lalu ada Ning (wening) yang artinya
keheningan atau ketentraman lahir batin. Selanjutnya ada Nung (hanung) memiliki
makna renungan. Yang terakhir ada Nang (menang) yaitu dapat wewenang dan kuasa
diatas usaha kita. Dari ketiga fatwa pendidikan Ki Hadjar Dewantara di atas memiliki
arti bahwa untuk menjadi pemimpin harus memiliki ketetapan hati, senantiasa percaya
diri dan memiliki pendirian yang teguh, memiliki pemikiran yang suci dan batin yang
tenang dalam menghadapi segala hal. Hal tersebut menjadi jaminan kepemimpinan
yang dapat memerdekakan manusia di Indonesia secara utuh Asas-Asas Menurut Ki
Hajar Dewantara Dalam pemikirannya, Ki Hajar Dewantara juga merumuskan Panca
Dharma atau Asas-Asas 1922 yang terdiri dari asas kodrat alam, asas kemerdekaan,
asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan, berikut penalaran asas-asas
diatas. Pertama, Asas kodrat alam, yaitu manusia adalah makhluk yang hakikatnya
adalah satu dengan alam semesta. Artinya manusia melakukan penyerahan hidupnya
kepada hukum Tuhan yang disampaikan lewat ajaran moral agama dalam berbagai
macam kepercayaan yang ada. Oleh karena itu, kebahagiaan akan diperoleh jika
manusia menyelaraskan diri sesuai kondrat alam. Kedua, Asas kemerdekaan, yang
artinya hak untuk mendapat kemerdekaan atau kebebasan. Misalnya para guru tidak
boleh melakukan hal-hal yang melanggar kebebasan anak meskipun mempunyai dalih
yaitu sebagai pengayom, sebaliknya seorang siswa pun tidak bisa melakukan tindakan
yang melanggar suatu hukum atas dasar kebebasan itu sendiri. Oleh karena itu,
pendidikan harus bersifat luas dan luwes. Luas berati memberikan kesempatan bagi
peserta didiknya untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya,
sedangkan luwes berati tidak kaku dalam proses pembelajaran dan metode
pembelajaran.
Ketiga, Asas kebudayaan, yang memiliki arti bahwa pendidikan harus menjadi
sarana dalam memelihara nilai dan bentuk kebudayaan nasional yang ada. Sesuai
dengan perkembangan zaman, kebudayaan ini penting bagi kemajuan rakyat lahir dan
batin. Melalui kebudayaan generasi bangsa dapat mengetahui nilai-nilai luhur budaya
nenek moyang yang membentuk lingkungan dan identitas dirinya. Asas kebudayaan
memiliki nilai-nilai luhur yang bersifat esensial dan harus selalu dipertahankan
sebagai upaya membangun identitas diri bagi bangsa generasi-generasi Indonesia.
Keempat, Asas kebangsaan, asas ini menegaskan bahwa seseorang harus menjadi satu
dengan bangsanya dan didalam rasa persatuan itu tidak boleh ada pertentangan
dengan rasa kemanusiaan yang ada. Terwujudnya rasa kebangsaan itu adalah
mempersatukan kepentingan bangsa dengan kepentingan diri sendiri, kehormatan
bangsa adalah kehormatan diri, dan lain-lain. Kelima, Asas kemanusiaan, asas
kemanusiaan mempunyai arti sebagai wujud kemanusiaan yang timbul dari akalnya.
asas ini sangat menegarskan untuk selalu bersahabat dengan bangsa-bangsa lain.
Sebagai manusia di Indonesia hendaknya agar selalu menampilkan diri sebagai
makhluk dengan rasa cinta kasih yang mendalam terhadap bangsabangsa lain. Arti
dari kemanusiaan itu sendiri adalah titik temu yang mendamaikan hidup tanpa
permasalahan. Dalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara ini merupakan hal yang amat
mendasar, karena hal apapun yang dikembangkan oleh manusia harus selalu sesuai
dengan kodrat kemanusiaannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
https://www.scribd.com/document/396388854/Makalah-Tentang-Implementasi-
Pendidikan-1
https://heuristik.ejournal.unri.ac.id/index.php/HJPS/article/download/33/14/
#:~:text=Pendidikan%20menurut%20Driyarkara%20ialah%20suatu,sebuah
%20konsep%20yang%20saling%20berkaitan.
https://www.neliti.com/id/publications/291179/konsep-pendidikan-pembebasan-dalam-
perspektif-islam-studi-pemikiran-paulo-freire