Annisa Anur Majid - Proposal Penelitian

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 66

PENGARUH MODEL CONCEPTUAL CHANGE BERBASIS

KONSTRUKTIVISME TERHADAP KOGNITIF SISWA SMA PADA


MATERI SISTEM GERAK MANUSIA

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun Oleh.
Annisa Anur Majid 1931021003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
SUKABUMI
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

PENGARUH MODEL CONCEPTUAL CHANGE BERBASIS


KONSTRUKTIVISME TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA
PADA MATERI SISTEM GERAK MANUSIA

Proposal ini telah disetujui oleh


Dosen Pembimbing Akademik dan Ketua Program Studi

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing Akademik

Billyardi Ramdhan, S.Pd., M.si Dr. Jujun Ratnasari, M.Si.

ii
ABSTRAK

Proposal penelitian ini membahas Pengaruh Model Conceptual Change Berbasis


Kontruktivisme Terhadap Kignitif Siswa SMA Materi Sistem Pernapasan .Peserta didik
belum efektif dalam menerapkan model conceptual change berbasis konstruktivisme
terhadap kognitif siswa SMA pada materi Sistem Pernapasan dan adapula meningkatnya
kemampuan kognitif siswa pada konsep sistem pernapasan dengan menerapkan model
conceptual change berbasis konstruktivisme pada pembelajaran biologi.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan kognitif peserta
didik di kelas eksperimen pada materi sistem pernapasan dengan menggunakan model
Conceptual Change berbasis kontruktivisme.Untuk mengetahui hasil belajar siswa
terhadap kemampuan kognitif peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan
model conceptual change dan pada kelas kontrol menggunakan model discovery
learning.Dan untuk mengetahui respon peserta didik terhadap model pembelajaran
conceptual change berbasis kontruktivisme dalam proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode eksperimen semu (Quasi


Eksperiment) karena peneliti tidak dapat mengontrol semua variabel.Tujuan penelitian
kuasi eksperimen (eksperimen research) adalah meneliti pengaruh perlakuan terhadap
perilaku yang timbul sebagai akibat perlakuan.Bahwa penelitian ini merupakan penelitian
populasi dan sampel, terkontrol serta melibatkan variabel independen. Jenis penelitian
kuantitatif ini sejenis penelitian yang mencari pengaruh perlakuan tertentu dengan
perlakuan terkendali.

Kata kunci : Conceptual Change, Kontruktivisme,Sistem Pernapasan.

iii
ABSTRACT

This research proposal discusses the Effect of Constructivism-Based Conceptual


Change Models on High School Students' Cognitive Respiratory System Material
Students. Students have not been effective in applying constructivism-based conceptual
change models to high school students' cognitive in Respiratory System material and
there is also an increase in students' cognitive abilities on the concept of the respiratory
system by applying the model constructivism-based conceptual change in biology
learning.

The purpose of this study is to determine the cognitive abilities of students in the
experimental class on the respiratory system material using the constructivism-based
Conceptual Change model. To determine student learning outcomes on the cognitive
abilities of students in the experimental class using the conceptual change model and in
the control class using the model discovery learning. And to find out students' responses
to constructivism-based conceptual change learning models in the learning process.

In this study, researchers used a quasi-experimental method (Quasi Experiment)


because researchers could not control all variables. The purpose of quasi-experimental
research (experimental research) was to examine the effect of treatment on behavior that
arises as a result of treatment. That this research is a population and sample study,
controlled and involves independent variables. This type of quantitative research is a type
of research that seeks the effect of certain treatments with controlled treatments.

Keywords: Conceptual Change, Constructivism, Respiratory System.

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………….………………………ii

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………iii

ABSTRAK………………………………………………………………………………………………...iv

ABSTRACT……………………………………………………………………………………………….v

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………...vi

DAFTAR TABEL………………………………………………………..………………………...........vii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………………………...viii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………...1

A.Latar Belakang………………..………………………………..……………………………….........1

B.Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………6

C.Batasan Masalah………………………………………………………………………6

D.Tujuan Penelitian................................................................................................................................7

E. Manfaat Penelitian………………………………………………………………………………….7

BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………………………………..8

A. Kajian Teori………………………………………………………………………………………..8

1.Model Conceptual Change………………………………………………………………………8

2.Konstruktivisme…………………………………………………………………………………10

3.Kemampuan Kognitif…………………………………..………………………………………………………………12

4.Kelebihan dan kekurangan conceptual change…........................................................................16

5.Materi sistem pernafasan………………………………………………………………………..17

B.Kerangka Berpikir………………………………………………………………............................34

C.Hipotesis………………………………………………………………………………………...…37

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………………………………38

A.Jenis Penelitian.................................................................................................................................38
B.Desain Penelitian…………………………………………………………………………………..38

C.Definisi Operasional……………………….………………………………………………………39

D.Waktu dan Tempat………………...................................................................................................41

E.Populasi dan Sampel Penelitian……………………………………………………………………41

F.Instrumen Penelitian……………………………………………………………………………….42

G.Teknik Pengumpulan Data………………………………………………………………………….46

H.Teknik Analisis Data………………………………………………………………………………..47

I.Teknik Analisis Data Hasil Penelitian……………………………………………………………….50

J.Prosedur Penelitian………………….……………………………………………………………….54

K.Alur Penelitian…………………………………………………………………………………...…56

L.Jadwal Penelitian……………………………………………………………………………………57

v
DAFTAR TABEL

TABEL 2.1:Indikator Kemampuan Kognitif.............................................................................................13

TABEL 2.2:Kompetensi Dasar dan Indikator……………………………….……...….………………..17

TABEL 3.1:Desain Penelitian……………………………………………………...…..………………..39

TABEL 3.2:Kisi-kisi Soal Kognitif………………………………………………………......................42

TABEL 3.3:Kisi-kisi Instrumen Angket Respon Peserta Didik Terhadap Model conceptual change…46

TABEL 3.4:Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………………….…..47

TABEL 3.5:Kategori Validitas…………………………………………………………………………48

TABEL 3.6:Kriteria Reliabilitas Butir Soal…………………………………………………………….48

TABEL 3.7:Kategori Tingkat Kesukaran……………………………………………………………….49

TABEL 3.8 :Kategori Daya Pembeda…………………………………………………………………..49

TABEL 3.9 :Kriteria Skor N-Gain……………………………………………………………………...50

TABEL 3.10:Skor Angket dengan Skala Likert………………………………………………………...53

TABEL 3.11:Kategori Rentang Nilai…………………………………………………………………...53

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir...............................................................................................36

Gambar 3.1 Alur Penelitian………………………………………………………………….56

Gambar 3.2 Jadwal Penelitian…………………………………………………...…………..57

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Penelitian
dengan judul “Pengaruh Model Conceptual Change Berbasis Kontruktivisme
Terhadap Kignitif Siswa SMA Materi Sistem Pernapasan”

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Penelirian ini tidak lepas
dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada Dosen Pembimbing Dr. Jujun Ratnasari, M.Si. dan
teman – teman yang sudah membantu dalam pembuatan penyusunan Proposal Penelitian
ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Proposal Penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga
proposal ini bisa bermanfaat bagi rekan – rekan semua.

Sukabumi, November 2022

Penulis

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam merancang pembelajaran yang efektif dan bermakna dalam


pemilihan model pembelajaran yang tepat, maka dibutuhkan kemampuan
guru dalam menguasai suatu model pembelajaran yang akan diterapkan
karena akan membantu proses pembelajaran yang efektif dan bermakna.
Keberhasilan suatu proses kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari hasil
belajar peserta didik. Nilai sebagai hasil belajar sebagai tolak ukur kinerja
guru dalam proses pembelajaran, serta nilai sebagai hasil belajar bagi siswa
dalam keberhasilan proses kegiatan pembelajaran. Dalam memilih model
pembelajaran guru harus memilih model pembelajaran yang kreatif dan
inovatif. Model pembelajaran yang menyenangkan serta menarik perhatian
siswa, sesuai dengan materi yang akan disampaikan sesuai dengan tujan
pembelajaran yang akan di capai. Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Pada abad ke-21 dikenal dengan masa pengetahuan, abad ini


memiliki ciri dengan adanya kebutuhan hidup dalam berbagai konteks yang
berbasis pengetahuan (Wijaya, 2016). Abad ini ditandai dengan 1)
Banyaknya informasi yang tersedia dimana saja dan dapat diakses kapan
saja; 2) Komputasi yang semakin cepat; 3) Otomasi yang mulai
menggantikan pekerjaan – pekerjaan rutin; 4) Komunikasi yang dapat
dilakukan dimana saja, kapan saja dan kemana saja. Pendidikan merupakan
fokus utama dalam upaya menjamin kualitas peserta didik. Keterampilan
belajar, berinovasi dan berfikir yang tepat dalam hal ini perlu dilakukan
dengan gaya pembelajaran yang sesuai.

1
Pengolahan suatu informasi dalam proses pembelajaran perlu
diperhatikan untuk dikembangkan dan dikontruksikan ke dalam
pengetahuan baru. Sebelum suatu konsep diajarkan secara formal,
sebenarnya siswa telah mengenal konsep tersebut berdasarkan fenomena
alam yang mereka alami dalam kehidupan sehari – hari. Dengan begitu,
seharusnya siswa memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap suatu
konsep. Menurut Rustaman tidak hanya lingkungan dan kondisi belajar
yang memengaruhi keberhasilan belajar, teteapi juga pengetahuan awal
yang dimiliki siswa (Yulianti, 2017).

Salah satu yang menentukan hasil belajar adalah proses


pembelajaran. Hasil belajar siswa belum optimal jika dalam proses
pembelajaran yang dianut para guru didasarkan pada asumsi tersembunyi
bahwa “pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke
pikiran siswa”. Asusmsi seperti ini menyebabkan selama proses
pembelajaran para guru memfokuskan diri pada upaya penuangan
pengetahuan ke kepala siswanya dengan tidak terlalu memperhatikan
pengetahuan awal siswa.

Dalam pembelajaran terdapat kemampuan – kemampuan yang harus


dikembangkan siswa. Kegiatan pembelajaran merupakan aktivitas paling
penting dalam keseluruhan upaya peningkatan mutu pendidikan. Tujuan
pembelajaran akan tercapau melalui kegiatan pembelajaran yaitu dalam
bentuk perubahan perilaku pada siswa. (Mudjiono, 1999). Pemilihan
metode mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran oleh guru merupakan
sesuatu hal yang perlu dilakukan guru memudahkan siswa dalam
memahami materi yang sedang dipelajari.

Selama ini proses pembelajaran di kelas masih berfokus pada guru


sebagai sumber utama pengetahuan dan metode ceramah menjadi pilihan
utama guru dalam menyampaikan materi. Penggunaan metode ceramah
dalm proses belajar dari awal hingga akhir pembelajaran cenderung
membosankan, karena guru memonopoli setiap detik dalam pembelajaran,

2
sedangkan siswa nya hanya menjadi pendengar setia dan tidak diransang
untuk turut berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. (Arikunto, 2001).
Metode ceramah hanya akan membuat siswa kesulitan menyampaikan
pendapat, tidak aktif di kelas, dan kesulitan dalam menjawab soal di setiap
ujian.

Salah satu upaya yang akan ditempuh untuk meningkatkan hasil


belajar siswa pada pembelajaran biologi yaitu mengembangkan perubahan
konsep siswa. Secara alamiah siswa mengamati berbagai fenomena atau
gejala alam di lingkungannya. Siswa mencoba menafsirkan dan
mengembangkan konsep – konsep yang sesuai dengan domain pengetahuan
mereka. Dengan demikian, siswa datang ke sekolah tidak dengan kepala
kosong, tetapi mereka membawa konsepsi yang mereka gunakan untuk
belajar di kelas. Siswa telah memiliki gagasan – gagasan tentang konsep
biologi sebelum mereka memasuki kelas.

Berdasarkan beberapa survei dan penelitian, guru sebagai pengajar


merupakan komponen utama dalam pembelajaran. Hal ini sependapat
dengan Hiller seperti dikutip Hewindawati mengatakan bahwa ada
hubungan erat antara kualitas pengetahuan pencapaian belajar siswa dengan
penjelasan guru. Penelitian yang dilakukan oleh Simamora dan Redhana
menjelaskan bahwa dalam pembelajaran yang berkaitan dengan
pengubahan konseptual seperti sains, beberapa guru mengalami
permasalahan ditinjau dari karakteristik konsep baru. Komponen lain yang
menjadi dasar dalam suatu pembelajaran yaitu karakteristik siswa.

Beberapa metode atau strategi dapat digunakan untuk mengetahui


dan menjadi solusi yang tepat dalam mereduksi miskonsepsi yang terjadi
pada siswa. Menurut Andrianie dalam penelitiannya mengatakan bahwa
untuk meningkatkan pemahaman konsep pada siswa, pembelajaran dapat
dilakukan dengan model inkuiri terbimbing sehingga dapat mereduksi
miskonsepsi siswa dan sesuai dengan penelitian Varantika et.al, hal ini
dapat meningkatkan hasil belajar siswa (P Pannin M Taufiq, 2020).

3
Model pembelajaran Conceptual Change dipandang cukup efektif
dalam mereduksi miskonsepsi siswa. Karena dalam model pembelajaran
ini memiliki fase dimana dapat menumbuhkan keterampilan berpikir secara
induktif dan deduktif. Menurut Jefriadi, pada dasarnya pembelajaran
Conceptual Change merupakan pembelajaran perubahan konsep secara
konstruktivisme berbasis keterampilan berpikir. (Nasrudin, 2014).
Keungulan model ini terdapat beberap afase yang dapat mengubah konsepsi
awal sehingga belajar bukan hanya mengumpulkan fakta baru tetapi juga
belajar keterampilan sehingga dapat mengubah konsepsi yang sudah ada.

Fase – fase dalam pembelajaran Conceptual Change, yaitu yang


pertama mengungkapkan konsepsi siswa, kedua membahas dan
mengevaluasi konsepsi, ketiga menciptakan konflik konseptual terhadap
konsepsi siswa, dan yang keempat mendorong dan membantu
restrukturisasi konseptual siswa (Sari, 2015). Selain itu model pembelajaran
Conceptual Change mensyaratkan guru untuk lebih terampil dalam
memfasilitasi pembelajaran dan lebih menguasai konsep materi yang
diberikan kepada siswa.

Proses belajar mengajar sekarang ini menuntut guru tidak lagi hanya
mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi siswa sendiri yang harus membangun
pengetahuannya. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan sendiri dan
memberi makna melalui pengelaman nyata. Sesuai dengan konstruktivisme,
siswa dibiasakan untuk memunculkan ide – ide baru, memecahkan maslah
dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, sehingga hasil belajar
yang diperoleh memuaskan. (Azhar, 2002).

Menurut pandangan kontruktivisme, pengetahuan dibangun sendiri


oleh siswa yang didasarkan pada struktur kognitif yang telah ada
sebelumnya pada diri siswa. Struktur kognitif itu ada dalam wujud
“priorknowledge”. Jadi, dalam proses pembelajaran siswa sendirilah yang
aktif membangun pengetahuannya sedangkan guru hanya berperan sebagai
mediator dan fasilitator yang kreatif. Agar dapat berperan sebagai mediator

4
dan fasilitator dalam proses pengonstruksian pengetahuan oleh siswa itulah
seorang guru harus mengetahui profil pengetahuan awal yang dimiliki
siswa.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan


kontruktivistik, seorang guru perlu menginventarisir dan mengidentifikasi
konsepsi – konsepsi siswa, kemudian merencanakan suatu strategi
“conceptual change” yang tepat dalam rangka mengonstruksi penegtahuan
siswa menjadi pengetahuan ilmiah. Strategi pembelajaran yang
direncanakan adalah yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
memeriksa tepat tidaknya konsepsi mereka melalui argumentasi dan refleksi
mengenai alasan – alasannya. Lebih lanjut, siswa juga diberi kesempatan
untuk memperoleh konsep yang lebih tepat melalui diskusi dan argumentasi
mengenai konsep yang berasal dari siswa lain.

Kemampuan kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang


mencakup kemampuan intelektual. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang menurut (Anderson, 2010) terdiri dari enam aspek,
yakni mengingat (C1, remember), mengerti (C2, understand), memakai
(C3,apply), menganalisis (C4, analyze), menilai (C5, evaluate) dan
mencipta (C6, create). Keenam aspek diatas disusun berdasarkan struktur
piramidal dari aspek yang paling sederhana hingga aspek yang paling
kompleks. Adapun kemampuan kognitif seseorang dibagi menjadi dua
bagian, yaitu kemampuan kognitif tingkat rendah dan kemampuan kognitif
tingkat tinggi. Kemampuan kognitif tingkat rendah merupakan tiga level
terendah dalam taksonomu Anderson, yaitu mengingat, memahami dan
memakai. Menurut (Anderson, 2010) indikator untuk mengukur
keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi mengalinisis, mengevaluasi,
dan menciptakan. Kemampuan kognitif siswa dalam penelitian ini diukur
dari hasil belajar kognitifnya.

Berdasarkan hasil yang di dapatkan dari penelitian pendahuluan


yang telah dilakukan oleh peneliti dengan metode wawancara terhadap guru

5
Biologi, didapatkan bahwa pada saat ini metode pembelajaran yang dipakai
yaitu inquiry dan problem based learning, sehingga dengan menggunakan
model Conceptual Change dapat memberikan pemahaman konsep bagi
peserta didik dan dengan basis kontruktivisme peserta didik dapat
menginterpretasikan informasi yang diterima pada konteks pengalaman
mereka sendiri.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian dengan


judul “Pengaruh Model Conceptual Change Berbasis Kontruktivisme Terhadap
Hasil Belajar Siswa SMA Pada Materi Sistem Pernapasan”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaruh model conceptual change berbasis
kontruktivisme dalm pembelajaran biologi untuk menghasilkan
hasil belajar siswa pada konsep sistem gerak ?
2. Apa dampak positif dan negatif dari pengaruh model conceptual
change berbasis kontruktivisme terhadap hasil belajar siswa SMA
pada materi sistem pernapasan manusia ?
C. Batasan Masalah
1. Variable bebas pada penelitian ini yaitu model pembelajaran
conceptual change yaitu suatu model pembelajaran yang
berlandaskan paham konstruktivisme, dimana peserta didik
membentuk pengetahuannya sendiri berdasarkan hasil interaksinya
dengan lingkungan dan pengalamannya masing – masing, sehingga
peserta didik sudah memiliki pengetahuan awal dan berubah setelah
menerima konsep baru dalam pembelajaran (Agiande, 2015)
2. Penelitian ini hanya dilakukan oleh pesert didik kelas IX di SMAN
1 Cisaat pada materi Sistem Pernapasan
3. Berbasis Kontruktivisme dalam pembelajaran biologi siswa
4. Indikator yang diukur sesuai dengan variable terikat yaitu
kemampuan kognitif

6
5. Konsep yang digunakan pada penelitian ini yaitu Sistem
Pernapasann dengan KD 3.10 Kurikulum 2013
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kemampuan kognitif peserta didik di kelas
eksperimen pada materi sistem pernapasan dengan menggunakan
model Conceptual Change berbasis kontruktivisme.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap kemampuan kognitif
peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan model
conceptual change dan pada kelas kontrol menggunakan model
discovery learning.
3. Untuk mengetahui respon peserta didik terhadap model
pembelajaran conceptual change berbasis kontruktivisme dalam
proses pembelajaran

E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan mengkaji masalah
yang berkaitan dengan pengaruh model conceptual change berbasis
kontruktivisme terhadap hasil belajar siswa.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan guru – guru dalam
menerapkan model conceptual change berbasis kontruktivisme
terhadap hasil belajar siswa SMA pada materi Sistem gerak manusia
khususnya, dan umumnya untuk semua mata pelajaran. Dan
membantu guru – guru mengembangkan model pembelajaran lain
untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran tertentu.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Model Conceptual Change
Menurut (Sari, 2015) model pembelajaran Conceptual
Change diartikan sebagai pembelajaran yang mengubah konsepsi
yang sudah ada (yaitu keyakinan, ide, atau cara berpikir) sehingga
belajar bukan hanya mengumpulkan fakta – fakta baru tetapi juga
mengubah konsepsi yang sudah ada. . Model pembelajaran
conceptual change termasuk salah satu model pembelajaran
kontruktivisme (PUTRA, 2014). Dimana siswa membentuk
pengetahuannya sendiri dengan lingkungan berdasarkan interaksi
dan pengalamannya, memungkinkan siswa memperoleh
pengetahuan awal dan berubah setelah memperoleh konsep belajar
yang baru.
Model pembelajaran conceptual change ini memiliki enam
langkah pembelajaran yaitu (1) Identifikasi konseps peserta didik
(2) Mengungkapkan keyakinan konsepsi peserta didik (3)
Konfrontasi keyakinan konsepsi peserta didik (4) Eksplanasi ilmiah
peserta didik (5) Perluasan dan pengayaan konsepsi peserta didik (6)
Aplikasi konsepsii yang baru diakomodasi untuk penguatan
konsepsi peserta didik.

Salah satu ilustrasi pembelajaran berbasis konstruktivisme


adalah model perubahan konseptual. Dengan mengembangkan dan
merekonstruksi konsepsi yang dikonstruksi oleh pembelajar
sebelum belajar, model perubahan konseptual adalah ilustrasi
pembelajaran yang membantu pembelajar membawa proses
perubahan konseptual (Santyasa, 2007). Menurut (Sari M. W.,
2015) Model pembelajaran Conceptual Change diartikan sebagai
pembelajaran yang mengubah konsepsi yang sudah ada (yaitu

8
keyakinan, ide, atau cara berpikir) sehingga belajar bukan hanya
mengumpulkan fakta – fakta baru tetapi juga mengubah konsepsi
yang sudah ada. Model pembelajaran conceptual change termasuk
salah satu model pembelajaran kontruktivisme. Dimana peserta
didik membentuk pengetahuannya sendiri berdasarkan hasil
interaksinya dengan lingkungan dan pengalamannya, sehingga
peserta didik memiliki pengetahuan awal dan berubah setelah
menerima konsep baru dalam pembelajaran.

Ide ilmiah adalah ide individu yang menggunakan ide


seorang ahli. Ide orang adalah teknik visualisasi alternatif yang
berbeda dari memanfaatkan gagasan ahli. Stimulasi pikiran melalui
pengalaman sehari-hari, pendidikan, buku teks, fragmentasi,
penggunaan kerangka teoritis tertentu, dan apresiasi konseptual
adalah faktor lain yang menyebabkan kehamilan. Model
transformasi konseptual membuat asumsi bahwa setiap siswa di
kelas memiliki persepsi yang salahtentang realitas sehari-hari. Hal
ini diperlukan untuk menjernihkan atau menghilangkan
kesalahpahaman ini dengan menggunakan pelajaran dari contoh,
analogi, argumen, dan model tandingan (Cakir, 2008).

Conceptual Change saat ini sambil belajar dengan


mengubah pikiran,belajar melibatkan transformasi, tidak hanya
menerima informasi baru. ide-ide sebelumnya yang dimiliki anak-
anak, pembelajaran seperti itu. Conceptual Change adalah nama
yang diberikan untuk pembelajaran semacam ini. Conceptual
Change atau 'perubahan' Belajar tentang konsep berhubungan
dengan teori. Komunitas ilmiah beragam, mendukung pengetahuan
ilmiah dan teoretis. Siswa pasti merasa tidak senang dengan
pembelajaran ini.menyediakan siswa dengan ide-ide ilmiah saat ini
akan memungkinkan mereka untuk menemukan ide-ide baru dalam
sains yang masuk akal. Keuntungan bagi siswa ini dalam

9
mengembangkan transformasi konseptual.

Berikut adalah teori dan sudut pandang para profesional


yang telah mengklarifikasinya.Bagaimana pembelajaran
Conceptual Change dalam langkah-langkah pembelajaran Ada
empat fase Conceptual Change menurut Davis J. sebagai berikut :
(1) Bukti konsep.berguna untuk mendidik anak-anak dan guru, untuk
siswa, ide-ide dasar.
(2) Penilaian dan Percakapan Gagasan siswa, yang berusaha
membantu siswa memahami dan menyempurnakan gagasan
yang telah mereka ketahui,
(3) Menimbulkan masalah konseptual dengan gagasan properti.
untuk mendorong keterbukaan diantara murid Revisi konseptual
selanjutnya,
(4) Dukungan dan dorongan Mengatur ulang konsep yang dipelajari
oleh murid untuk mencerminkan pengetahuan dan menyoroti
perbedaan antar konsep. Pembelajaran siswa tentang ide-ide
baru didukung oleh fakta-fakta ilmiah. Ini menjadi ide ilmiah
untuk mengubah perspektif segar peserta. Pendidik hanyalah
fasilitaor.

Belajar tentang Conceptual Change berusaha untuk


mempersiapkan siswa. Yang akan mendapatkan pengetahuan
yang bijaksana tentang ide tersebut.Jika membaca konten,
pelajaran iniakan lebih berlaku untuk siswa,karena bagaimana
makhluk hidup dan lingkungan berinteraksi untuk lebih
memahami ide dan memberikan kemungkinan.untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempertimbangkan dan menilai gagasan mereka sendiri dengan
cermat.
2. Kontruktivisme
Kontruktivisme bagi peserta didik menawarkan segala

10
konsepsi pengetahuan baik secara aktif dan kreatif. Konsepsi
tersebut membangun pengetahuan sebagai sesuatu hal yang aktif
menerima apapun melalui pikiran sehat atau komunikasi dan
interaksinya. Teori pembelajaran ini menekankan beberapa aspek
diantaranya : menekankan pembelajaran aktif dalam
mengkontruksikan pengetahuan dan interaksi sosial penting bagi
pengkontruan pengetahuan itu sendiri. (Nasrudin, 2019)
Teori belajar kontruktivisme merupakan bagian dari konsep
belajar mandiri, dengan menciptakan suatu tindakan yang memilih
sebuah makna dari suatu hal yang telah dipelajari, pembelajaran
model seperti ini bisa dikatakan bersifat generatif. Pembelajaran
kontruktivisme merupakan kegiatan membangun dan menciptakan
sebuah pengetahuan dengan memberikan makna pengetahuan atau
gagasan baru.
Kontruktivisme dalam definisi lain diartikan sebagai suatu
filsafat yang menganggap pengetahuan adalah hasil dari konstruksi
(bentukan) manusia sendiri. Manusia mengkontrukkan
pengetahuan dengan sebuah objek, fenomena, pengalaman dan
lingkupannya. Pengetahuan tersebut layak digunakan jika dapat
memecahkan segala permasalahan dan persoalan yang dihadapi.
Paham kontruktivisme dikatakan sebagai pembelajaran yang tidak
dapat mentransfer pengetahuan secara sempurna, ia hanya
menyajikan sebuah mentahan, dan setiap individu diharuskan
mengembangkannya sendiri – sendiri secara terus menerus dengan
keberlanjutan.

Konstruktivisme merupakan salah satu paham/teori dalam


bidang pendidikan yang dikemukakan oleh Piaget dan Vygosky.
Paham ini mengatakan bahwa manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Menurut teori belajar konstruktivis Piaget, kecerdasan

11
berkembang melalui proses kontrol dan adaptasi . Kecenderungan
setiap anak untuk menggabungkan proses ke dalam sistem yang
terhubung adalah apa yang dimaksud dengan organisasi (Simatwa,
2010). Sebaliknya, Bodner (1986) mendefinisikan adaptasi
sebagai kecenderungan intrinsik anak untuk terlibat dengan
lingkungan mereka. Organisasi mental yang kompleks secara
bertahap akan muncul sebagai akibatdari interaksi ini.

Asimilasi dan adaptasi merupakan dua proses yang


membentuk proses adaptasi, menurut Bahr al-Din (2008).
Seseorang dapat mengasimilasi sensasi, pikiran, atau pengalaman
baru ke dalam pola atau pola mental yang sudah ada sebelumnya
melalui proses asimilasi kognitif. Adalah mungkin untuk
menganggap asimilasi sebagai proses kognitif yang
mengelompokkan dan mengklasifikasikan peristiwa atau masukan
baru ke dalam pola yang sudah ada sebelumnya. Karena asimilasi
merupakan proses yang berkesinambungan, maka setiap orang
senantiasa mengembangkannya (Suparno, 2012).

3. Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif adalah proses yang terjadi secara
internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang
berpikir. Menurut Abdurrahman kemampuan kognitif berkembang
secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf –
syaraf yang berada di pusat susunan syaraf . Salah satu teori yang
berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan kognitif ini adalah
teori Piaget. (Abdurrahman, 2012). Kognitif adalah proses yang
terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu
manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang
secara bertahap, sejalan dengan perkembanga fisik dan syaraf –
syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Kemampuan kognitif
merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kecerdasan

12
seseorang. (Utari, 2012) menyebutkan bahwa ranah kognitif berisi
perilaku yang menekankan aspek intelektual seperti pengetahuan
dan keterampilan berpikir.
Perkembangan kognitif berfokus pada keterampilan berpikir,
termasuk belajar, pemecahan masalah, rasional, dan mengingat.
Perkembangan kertampilan kognitif berhubungan secara langsung
dengan perkembangan keterampilan lainnya, termasuk komunikasi,
motorik, sosial, emosi, dan keterampilan adaptif. Dengan kata lain
kemampuan kognitif individu akan meningkat secara bertahap sejak
lahir melalui interaksi anak dengan lingkungannya. (Darouich,
2017)
Siswa merupakan objek yang berkaitan langsung dengan
proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat
menentukan keberhasilan siswa di sekolah. Sebagaimana menurut
(Zainiyati, 2017) bahwa sejak awal taksonomi kognitif pada tujuan
pendidikan dirancang untuk memudahkan proses perancangan
evaluasi pembelajaran.
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Kognitif
Kemampuan Indikator Kode
Kognitif
Mengigat Kemampuan mengingat C1
(Remember) kembali materi yang
telah dipelajari. Kata
operasionalnya
mengingat yaitu
mengutip, menyebutkan,
menjelaskan,
menggambarkan,
membilang,
mengidentifikasi,
mendaftar

13
Memahami Kemampuan untuk C2
(Understand) memahami materi yang
telah dipelajari.
Menerapkan Pemahaman menuntut C3
(Apply) siswa untuk
menunjukkan bahwa
mereka telah mempunyai
pengertian yang
memadai untuk
mengorganisasikan dan
menyusun materi –
materi yang telah
diketahui. Kata
operasionalnya
mengklasifikasikan dan
menjelaskan.
Menganalisis Mencakup penggunaan C4
(Analyze) suatu prosedur guna
menyelesaikan masalah
atau mengerjakan tugas.
Prosesnya adalah
menjalankan dan
mengimplementasikan
Mengevaluasi Menguraikan suatu C5
(Evaluate) permasalahan keunsur –
unsurnya dan
menentukan dan
menentukan bagaimana
saling keterkaitan unsur
tersebut. Kata

14
operasionalnya
menyusun ulang.
Mencipta Menguraikan suatu C6
(Create) permasalahan keunsur –
unsurnya dan
menentukan bagaimana
saling keterkaitan unsur
tersebut. Kata
operasionalnya
menyusun ulang.
(Ausanti, 2018)

Kemampuan kognitif merupakan salah satu kriteria


penilaian dalam sistem pendidikan di Indonesia. Namun, salah satu
masalah dalam pendidikan di Indonesia adalah masih rendahnya
kemampuan kognitif siswa, terutama di bidang matematika dan
ilmu pengetahuan alam (MIPA). Hal ini tampak pada hasil UN
siswa SMA yang rata-rata nilai pada bidang MIPA lebih rendah
dari bidang lainnya. Terutama pada mata pelajaran Kimia, hasil UN
tahun 2019 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yakni
dari 51,13 menjadi 50,91. Padahal, ratarata nilai UN pada mata
pelajaran lainnya cenderung mengalami peningkatan. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan karena sebagian besar konsep pada
ilmu Kimia bersifat abstrak, mikroskopik, berjenjang, dan
terstruktur. Hal ini menyebabkan siswa dituntut untuk memahami
keseluruhan konsep secara utuh, karena setiap konsep pada jenjang
tertentu akan mempengaruhi konsep pada jenjang lainnya
(Mentari, L., 2018; Prabowowati, K., 2014).

Kemampuan kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu


kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif

15
berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang
menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali
ditujukan kepada ide-ide dan belajar. Menurut Gok T dan Silay
menyatakan bahwa “suatu masalah dapat didefinisikan sebagai
kesulitan yang terjadi pada diri seseorang ketika menghadapi suatu
kasus yang solusinya tidak didapatkan langsung” atau dengan kata
lain masalah merupakan kemampuan seseorang untuk menemukan
solusi melalui suatu proses yang melibakan beberapa informasi
yang dimilikinya. Multirepresentasi merupakan suatu cara yang
digunakan untuk memperlihatkan suatu materi ataupun konsep
dengan cara yang berbeda-beda, baik itu melalui kata-kata, gambar,
diagram, persamaan matematis dan lain sebagainya.

4. Kelebihan dan Kekurangan Model pembelajaran Conceptual


Change

Kelebihan dari model pembelajaran conceptual change


yaitu (1) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengemukakan pendapat, pemahaman dan pemikirannya tentag
suatu konsep sebelum proses pembelajaran berlangsung, (2)
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengetahui
dan menyadari pengetahuan awal yang dimilikinya berbeda dengan
pengetahuan awalnya agar sesuai dengan pengetahuan ilmiah, (3)
Dapat menciptakan suasana kelas yang aktif dan menyenangkan
karena dituntut untuk aktif berdiskusi dengan teman dan gurunya
(Rahmawati, 2020).

Sedangkan kekurangan dari model conceptual change ini


yaitu, karena untuk menerapkan model pembelajaran conceptual
change menggali konsepsi awal peserta didik sebelum peserta didik
belajar secara formal, maka bagi peserta didik yang belum terbiasa
pada situasi ini merasa takut dengan beberapa pertanyaan
berkenaan dengan materi yang belum dipelajari. Namun ini bisa

16
diatasi dengan memberikan informasi bahwa tes awal tidak
mempengaruhi nilai peserta didik. Membutuhkan waktu yang
banyak, namun ini bisa diatasi dengan membatasi waktu ketika
membagikan kelompok. Dan bagi guru yang kurang
berpengalaman akan merasa kesulitan karena pengajaran disusun
berdasarkan pada konsepsi awal peserta didik yang beragam,
namun ini bisa diatasi dengan seringnya merapkan model
conceptual change pada materi yang ada miskonsepsi (M. A. I. Sari
et al., n.d).

5. Materi Sistem Pernapasan

Materi yang dipakai untuk penelitian ini yaitu Sistem


Pernapasan. Materi ini tercantum di dalam kurikulum Nasional dan
di pelajari oleh peserta didik SMA Kelas XI di semester genap
yaitu K.D 3.8.

Tabel 2.2 Kompetensi Dasar dan Indikator


Kompetensi Dasar Indikator
(KD)
3.8 Menganalisis 3.8.1 Dengan merangkum dari berbagai
hubungan antara sumber, siswa dapat menjelaskan
struktur jaringan fungsi sistem pernapasan pada
penyusun organ pada manusia.
sistem respirasi 3.8.2 Dengan merangkum dari berbagai
dalam kaitannya sumber, siswa dapat merinci organ-
dengan bioproses organ penyusun sistem pernapasan.
dan gangguan fungsi 3.8.3 Dengan pengamatan, siswa dapat
yang dapat terjadi menunjukkan bagian-bagian
pada sistem respirasi sistem pernapasan pada gambar.
manusia 3.8.4 Dengan diskusi, siswa dapat
menganalisa faktor-faktor yang

17
mempengaruhi frekuensi
pernapasan.
3.8.5 Dengan pengamatan, siswa dapat
menjelaskan diagram pertukaran
oksigen dan karbon dioksida pada
alveolus dan sel-sel jaringan tubuh.
3.8.6 Dengan merangkum dari berbagai
sumber, siswa dapat menjelaskan
reaksi pengikatan oksigen dan
karbon dioksida dalam darah.
3.8.7 Dengan merangkum dari berbagai
sumber, siswa dapat menjelaskan
bahaya rokok bagi kesehatan.
3.8.8 Dengan berdiskusi, siswa dapat
menganalisa dampak pencemaran
udara terhadap kesehatan sistem
pernapasan.
3.8.9 Dengan merangkum dari berbagai
sumber, siswa dapat
mendeskripsikan teknologi sistem
pernapasan.
3.8.10 Dengan merangkum dari berbagai
sumber, siswa dapat
mendemonstrasikan fase inspirasi
dan ekspirasi pada mekanisme
pernapasan.
3.8.11 Dengan merangkum dari berbagai
sumber, siswa dapat membedakan
sistem pernapasan pada serangga,
burung, dan manusia.

18
3.8.12 Dengan merangkum dari berbagai
sumber, siswa dapat membedakan
sistem pernapasan pada serangga,
burung, dan manusia

4.8 Menyajikan hasil 4.8.1 Dengan berkelompok, siswa dapat


analisis pengaruh melakukan percobaan untuk
pencemaran udara mengukur udara pernapasan
terhadap kelainan dengan menggunakan
pada struktur dan respirometer.
fungsi organ 4.8.2 Dengan berkelompok, siswa dapat
pernapasan manusia menyajikan hasil analisis kelainan
berdasarkan studi dan gangguan sistem pernapasan
literatur melalui media presentasi.
4.8.3 Dengan pengamatan, siswa dapat
mendemontrasikan peralatan
simulasi bahaya rokok terhadap
sistem pernapasan.
4.8.4 Dengan berkelompok, siswa dapat
melakukan pengamatan/kajian
peristiwa di masyarakat tentang
dampak pencemaran udara dan
kebiasaan merokok terhadap
kesehatan tubuh terutama sistem
pernapasan.

a. Konsep Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan pada manusia adalah sistem


organ yang digunakan untuk menghirup oksigen dari udara
serta mengeluarkan karbondioksida dan uap air. Dalam

19
proses pernapasan, oksigen merupakan zat kebutuhan
utama. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara di
lingkungan sekitar, alat – alat pernapsan berfungsi
memasukkan udara yang mengandung oksigen dan
mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida dan
uap air. Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh
energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energi,
sistem pernapasan pada manusia mencaku saluran
pernapasan, mekanisme pernapasan dan gangguan
pernapasan.

Saluran pernapasan atau tractus respiratorius


(respiratory tract) adalah bagian tubuh manusia yang
berfungsi sebagai tempat lintasan dan tempat pertukaran
gas yang diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran ini
berpangkal pada hidung atau mulut dan berakhir pada paru
– paru. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut
ini : Rongga hidung – Pharing – Laryng – Trachea –
Bronkus – Bronchiolus – Alveolus – Paru – paru (pulmo).

Pertukaran udara yang sebenarnya hanya terjadi di


alveoli. Dalam paru – paru orang dewasa terdapat sekitar 300
juta alveoli, dengan luas permukaan sekitar 160 𝑚2 atau
sekitar 1 kali luas lapangan tenis, atau luas 100 kali dari kulit
kita.

1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Rongga hidung berlapis selaput lendir berfungsi


menangkap benda asing yang masuk lewat saluran
pernapasan, di dalamnya terdapat beberapa struktur
penyusun :

a. Kelenjar minyak (kelenjar sebasea)

20
b. Kelenjar keringat (kelenjar sudorifera)

c. Rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring


partikel kotoran yang masuk bersama udara.

d. Konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang


berfungsi menghangatkan udara yang masuk (sebagai
heatter).

2. Tekak/Faring (Pangkal Tenggorokan)

Tekak/faring terletak di belakang rongga hidung dan


mulut. Tekak tersusun dari otot lurik dengan panjang
kurang lebih 4 cm. Tekak ini merupakan persimpangan
antara saluran pencernaan dengan saluran pernapasan.

3. Pangkal Tenggorokan/Laring

Pada pangkal tenggorokan (Laring) terdapat sebuah katup


yang disebut epiglotis. Epiglotis ini berfungsi mengatur
jalannya makanan dan udara pernapasan sesuai dengan
salurannya masing – masing. Disamping itu, pada pangkal
tenggorokan terdapat pita suara yang merupakan organ
penghasil suara pada manusia. Walaupun demikian, saraf
kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernafas, dan
berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan
gangguan kesehatan.

4. Batang tenggorokan (Trakea)

Tenggorokan berupa pipa yang panjang ± 10 cm, terletak


sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak).
Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin
tulang rawan. Pada bagian dalam rongga terdapat epithel
bersilia. Silia – silia ini berfungsi menyaring benda – benda
asing yang masuk ke saluran pernapasan.

21
5. Cabang Tenggorokan (Bronki/Bronchus)

Batang tenggorokan merupakan saluran penghubung


antara rongga hidung, rongga mulut dan paru – paru.
Dinding batag tenggorokan (trakea) tersusun dari cincin –
cincin tulang rawan yang di dalamnya terdapat rambut –
rambut getar (silia) yang berfungsi menyaring udara
pernafasan. Cabang tenggorokan (trakea) bercabang
menjadi dua bagian, yaitu bronchus kanan dan bronchus
kiri. Struktur lapisan mukosa bronchus sama dengan
trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak
teratur dan pada bagian bronchus yang lebih besar cincin
tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna.
Bronchus bercabang – cabang lagi menjadi bronkiolus.

6. Alveolus

Alveolus merupakan struktur berbrntuk bola – bola mungil


atau gelembung paru – paru yang diliputi oleh pembuluh –
pembuluh darah. Epitel pipih yang melapisi alveoli
memudahkan darah di dalam kapiler – kepiler darah
mengikat oksigen dari udara dalam rongga alveolus.

7. Paru – paru (Pulmo)

Paru – paru terletak di rongga dada tepat di atas sekat


diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan yang
membatasi rongga dada dan rongga perut. Paru – paru
kanan memiliki tiga lobus, sehingga lebih besar dari paru –
paru kiri yang terdiri dari dua lobus. Paru – paru dibungkus
oleh dua lapis selaput paru – paru atau pleura. Di bagian
dalam paru – paru terdapat gelembung halus yang
merupakan perluasan permukaan paru – paru yang disebut
alveolus, dan jumlahnya lebih kurang 300 juta buah. Luas

22
permukaan alveolus diperkirakan mencapai 160 𝑚2 atau
100 kali lebiih luas dari pada luas permukaan tubuh.

8. Pleura

Pleura merupakan selaput pembungkus paru, terdiri atas :

1. Pleura Viscerale : melekat pada paru – paru, selaput


bagian dalam yang langsung menyelaputi paru – paru
disebut pleura dalam

2. Pleura Parietale : melapisi dinding dada

3. Pleura Costalis : melapisi iga – iga. Berupa selaput yang


menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan
tulang rusuk disebut pleura luar

4. Pleura Diafragmatika : melapisi diafragma

5. Pleura Servicalis : terletak di leher.

1. Mekanisme Pernapasan

Pernapasan adalah suatu proses pertukaran gas oksigen dan


karbondioksida. Proses pernapasan dipengaruhi oleh susunan
saraf otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas, maka
pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis.

1. Pernapasan luar (eksternal) terjadinya pertukaran udara


antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler.

2. Pernapasan dalam (Internal) adalah pertukaran udara antara


darah dalam kepiler dengan sel – sel tubuh.

Keluar masuk udara dalam paru – paru dipengaruhi oleh


perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan
udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar
maka udara akan masuk. Sebailknya, apabila tekanan dalam

23
rongga dada lebih besar maka udara akan keluar. Proses
pernapasan selalu terjadi dua siklus, yaitu inspirasi (menghirup
udara) dan ekspirasi (mengeluarkan udara). Berdasarkan cara
melakukan inspirasi dan ekspirasi serta tempat terjadinya
pernapasan manusia dapat melakukan 2 mekanisme pernapasan,
yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada
dan perut terjadinya secara bersamaan.

a) Pernapasan Dada

Pernapasan dada merupakan pernapasan yang mekanismenya


melibatkan aktivitas otot – otot antartulang rusuk (intercosta).
Pernapasan dada terjadi melalui fase inspirasi dan ekspirasi
yang mekanismenya sebagai berikut :

Mekanisme pernapasan dada

1. Fase Inspirasi pernapasan dada

Mekanisme inspirasi pernapasan dada sebagai berikut :


otot antar tulang rusuk (muskulus intercortalis eksternal)
berkontraksi  tulang rusuk terangkat (posisi datar) 
Paru – paru mengembang  tekanan udara dalam paru –
paru menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar
 udara luar masuk ke paru – paru.

2. Fase ekspirasi ke paru – paru

Mekanisme ekspirasi pernapasan perut adalah sebagai


berikut : Otot antar tulang rusuk relaksasi  tulang rusuk
menurun  paru – paru menyusut  tekanan udara
dalam paru – paru lebih besar dibandingkan dengan
tekanan udara luar  udara keluar dari paru –paru.

b) Pernapasan Perut

24
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya
melibatkan aktifitas otot – otot diafragma yang membatasi
rongga perut dan rongga dada. Mekanisme pernapasan perut
dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni sebagai berikut :

1. Fase inspirasi pernapasan perut

Mekanisme inspirasi pernapasan perut sebagai berikut :


sekat rongga dada (diafragma) berkontraksi  posisi dari
melengkung menjadi mendatar  paru – paru mengembang
 tekanan udara dalam paru – paru lebih kecil
dibandingkan tekanan udara luar  udara masuk.

2. Fase ekspirasi pernapasan perut

Mekanisme ekspirasi pernapasan perut sebagai berikut :


otot diafragma relaksasi  posisi dari mendatar kembali
melengkung  paru – paru mengempis  tekanan udara di
paru – paru lebih besar dibandingkan tekanan udara luar 
udara keluar dari paru – paru.

2. Volume dan Kapitas Paru – paru

Volume udara yang dipernafaskan sangat bervariasi, sebab


dipengaruhi oleh cara dan kekuatan seseorang melakukan
respirasi. Pada orang dewasa, volume paru – paru berkisar antara
5 – 6 liter. Udara yang dipernafaskan oleh tubuh dapat
digolongkan menjadi :

a. Udara pernapasan biasa/volume tidal (VT)

Merupakan udara yang masuk dan keluar paru – paru pada


saat pernapasan biasa. Volume udara yang masuk dan keluar
sebanyak 500 ml.

b. Udara cadangan inspirasi/udara komplomenter (UK)

25
Merupakan udara yang masih dapat dimasukkan ke dalam
paru – paru secara maksimal, setelah melakukan inspirasi
normal. Besarnya udara komplementer adalah 2500 – 3000
ml.

c. Udara cadangan ekspirasi/udara suplementer (US)

Merupakan udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru –


paru secara maksimal setelah melakukan ekspirasi biasa.
Besarnya udara suplementer adalah 1250 – 1300 ml.

d. Udara residu (UR)

Merupakan udara yang tersisa di dalam paru – paru, yang


berfungsi untuk menjaga agar paru – paru tetap dalam
keadaan mengembang besarnya udara residu adalah 1200 ml.

3. Frekuensi Pernapasan

Frekuensi pernapasan adalah intensitas memasukkan atau


mengeluarkan udara per menit, dari dalam ke luar tubuh atau
dari luar ke dalam tubuh. Pada umumnya intensitas pernapasan
pada manusia berkisar antara 16 – 18 kali. Beberapa faktor –
faktor yang mempengaruhi kecepatan frekuensi pernapasan
adalah :

1. Usia

Balita memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat


dibandingkan manula. Semakin bertambah usia, intensitas
pernpasan akan semakin menurun.

2. Jenis Kelamin

Laki – laki memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat


dibandingkan perempuan.

3. Suhu tubuh

26
Senakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi
pernapasan akan semakin cepat.

4. Posisi tubuh

Frekuensi pernapasan meningkat saat berjalan atau berlari


dibandingkan posisi diam. Frekuensi pernapasan posisi
berdiri lebih cepat dibandingkan posisi duduk. Frekuensi
pernapasan posisi tidur terlentar lebih cepat dibandingkan
posisi tengkurap.

5. Aktivitas

Semakin tinggi aktivitas, maka frekuensi pernapasan akan


semakin cepat.

4. Mekanisme Pertukaran Oksigen dan Karbondioksida

a. Pertukaran Oksigen

Kebutuhan oksigen setiap individu berbeda – beda tergantung


pada umur, aktivitas, berat badan, jenis kelamin dan jumlah
makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan biasa jumlah
oksigen yang dibutuhkan sebanyak 300 ml perhari per
individu.

a) Sekitar 97% oksigen yang masuk ke dalam darah akan


diangkut oleh hemoglobin/eritrosit. Oksigen yang terikat
dalam Hb dikenal dengan oksihemoglobin (Hb 𝑂2 ),
dengan reaksi sebagai berikut :

Hb4 + 4 𝑂2  Hb𝑂2

b) 2 – 3 % lagi akan larut dan diangkut oleh plasma darah

Proses pengikatan dan pelepasan oksigen dipengaruhi


oleh tekanan oksigen, kadar oksigen, dan kadar
carbondioksida di jaringan tubuh, dan terjadi secara

27
difusi.

Proses difusi berlangsung sederhana, yaitu hanya dengan


gerakan molekul secara bebas, melalui membran sel dari
konsentrasi tinggi atau tekanan tinggi ke konsentrasi rendah
atau tekanan rendah.

Proses difusi dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Tekanan oksigen di udara (P02 = 160 mmHg), dalam


alveolus (P𝑂2 = 105 mmHg). Di arteri 100 mmHg, di
jaringan 40 mmHg, di vena lebih kecil 40 mmHg.

b) Jadi karena tekanan parsial oksigen berbeda, maka


hemoglobin akan mengangkut oksigen sampai ke
jaringan tubuh.

c) Didalam sel – sel tubuh, oksigen digunakan untuk proses


respirasi di dalam mitokondria sel.

d) Semakin banyak oksigen yang digunakan oleh sel –sel


tubuh, semakin banyak karbondioksida yang terbentuk
dari proses respirasi.

e) Setiap 100 cc darah di arteri mampu mengangkut 19


cc𝑂2 .

f) Setelah sampai di vena setiap 100 cc darah masih


mengandung 𝑂2 sebanyak 12 cc, Volume 𝑂2 yang
tertinggal di jaringan adalah 7 cc.

g) Jika volume darahh ada 5 liter, atau 5000 cc, maka


volume 𝑂2 yang sampai ke jaringan sekali beredar
adalah 5000 / 100 x 7 cc = 50 x 7 = 350 cc.

b. Pertukaran Karbondioksida

Proses respirasi sel di jaringan tubuh akan menghasilkan

28
karbondioksida, hal ini menyebabkan tekanan parsial
karbondioksida (PC 𝑂2 ) dalam sel tubuh lebih tinggi
dibanding di kapiler vena, sehingga C𝑂2 berdifusi ke vena
dan di bawa ke paru – paru.

Prosesnya sebagai berikut :

a) P. C𝑂2 di jaringan tubuh = 60 mmHg, P. C𝑂2 di vena =


47 mmHg, P. C𝑂2 di alveolus = 35 mmHg atau luat
tubuh = 0,3 mmHg.

b) Karena perbedaan tekanan parsial tersebut, akhirnya


C𝑂2 akan dikeluarkan dari tubuh melalui ekspirasi.

Pengakutan C𝑂2 oleh darah dilakukan 3 cara yaitu :

a) Oleh plasma darah C𝑂2 + 𝐻2  𝐻2 C𝑂2 . Pengangkutan


ini dibantu enzim karbonat anhydrase, jummlah C 𝑂2
yang dapat diangkut sebanyak 5%.

b) Oleh Hemoglobin C𝑂2 + Hb  HbC𝑂2

c) Pertukaran klorida : C𝑂2 + 𝐻2 O  HC𝑂2

- 𝐻2 C𝑂3  𝐻 + dan HC𝑂3

- 𝐻 + diikat Hb, karena bersifat racun dalam sel.

- HC𝑂3  ke plasma darah

- HC𝑂3  diganti oleh C𝑙 −

1. Gangguan Sistem Pernapasan

Beberapa gangguan (kelainan dan penyakit) pada sistem


pernapasan manusia antara lain sebagai berikut :

a. Asma adalah gangguan pada rongga saluran pernapasan

29
yang diakibatkan oleh kontraksi otot polos pada trakea dan
mengakibatkan penderita sulit bernapas. Ditandai dengan
kontraksi yang kaku dari bronkiolus. Asma biasanya
disebabkan oleh hipersensitivas bronkiolus (disebut asma
bronkiale terhadap benda – benda asing di udara, penyebab
penyakit ini juga dapat dikarenakan faktor psikis dan
penyakit menurun.

b. Tuberkolusis (TBC) merupakan penyakit spesifik yang


disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosae.
Bakteri ini dapat menyerang semua organ tubuh tetapi yang
paling sering adalah paru – paru dan tulang. Penyakit ini
menyebabkan proses difusi oksigen yang terganggu karena
adanya bintik – bintik kecil pada dinding alveolus, keadaan
ini menyebabkan : Peningkatan kerja sebagian otot
pernapasan yang berfungsi untuk pertukaran udara paru –
paru, Mengurangi kapasitas vital dan kapasitas pernapasan,
Mengurangi luas permukaan membran pernapsan yang
akan meningkat ketebalan membran pernapsan sehingga
menimbulkan penurunan kapasitas difusi paru – paru.

c. Faringitis merupakan peradangan pada faring sehingga


timbul rasa nyeri pada waktu menelan makanan ataupun
kerongkongan terasa kering. Gangguan ini disebabkan oleh
infeksi bakteri atau virus dan dapat juga disebabkan terlalu
banyak merokok. Bakteri yang biasa menyerang penyakit
ini adalah Streptococcus Pharyngitis.

d. Bronkitis adalah penyakit karena peradangan pada bronkus


(saluran yang membawa udara menuju paru – paru).
Penyebabnya biasa karena infeksi kuman, bakteri atau
virus. Penyebab lainnya adalah aasp rokok, debu, atau
polutan udara.

30
e. Pneumonia adalah peradangan paru – paru dimana alveolus
biasanya terinfeksi oleh cairan dan eritrosit berlebihan.
Infeksi disebabkan oleh bakteri dari satu alveolus ke
alveolus lain hingga dapat meluas ke seleuruh lobus bahkan
seluruh paru – paru. Umunya disebabkan oleh bakteri
streptococcus, Diplococcus pneumoniae, dan bakteri
Mycoplasma pneumoniae.

f. Emfisema adala kelainan paru – paru disebabkan karena


hilangnya elastisitas alveolus. Alveolus sendiri adalah
gelembung – gelembung yang terdapat dalam paru – paru.
Pada penderita emfisema, volume paru – paru lebih besar
dibandingkan dengan orang yang sehat karena
karbondioksida yang seharusnya dikeluarkan dari paru –
paru terperangkap didalamnya. Asap rokok dan kekurangan
enzim alfa-1 antiripsin adalah penyebab kehilangan
elastisitas pada paru – paru.

g. Dipteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


bakteri Corynebacterium diphterial yang dapat
menimbulkan penyumbatan pada rongga faring (faringitis)
maupun laring (laringitis) oleh lendir yang dihasilkan oleh
bakteri tersebut.

h. Asfiksi adalah gangguan dalam pengangkutan oksigen ke


jaringan yang disebabkan terganggunya fungsi paru – paaru,
pembuluh darah, ataupun jaringan tubuh. Misalnya alveolus
yang terisi air karena seseorang tenggelam. Gangguan yang
lain adalah keracunan karbon monoksida yang disebabkan
karena hemoglobin lebih mengikat karbon monoksida
sehingga pengangkutan oksigen dalam darah berkurang.

i. Kanker Paru – paru adalah kelainan karena pertumbuhan sel

31
kanker yang tidak terkendali di dalam jaringan paru – paru.
Kanker ini mempengaruhi pertukaran gas di paru – paru dan
menjalar ke seluruh bagian tubuh. Merokok merupakan
penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru – paru
pada pria dan sekitar 70% kaus pada wanita. Semakin
banyak rokok yang dihisap, semakin besar resiko untuk
menderita kanker paru – paru. Tetapi tidak menutup
kemungkinan perokok pasif pun mengalami penyakit ini.
Penyebab lain yang memicu penyakit ini adalah penderita
menghirup debu asbes, kromium, produk petroleum, dan
radiasi ionisasi.

j. Laringitis atau radang pada laring. Penderita serak atau


kehilangan suara. Penyebabnya antara lain karena infeksi,
terlalu banyak merokok, minum alkohol, dan terlalu banyak
serak.

k. Sinusitis adalah kelainan karena radang pada sinus. Snus


letaknya di daerah pipi kanan dan kiri batang hidung.
Biasanya di dalam sinus terkumpul nanah yang haru
dibuang melalui operasi.

2. Teknologi Pernapasan Pada Manusia

a. Teknologi Pulmotor/Alat Pernapasan Buatan

Pulmotor merupakan alat yang digunakan untuk melakukan


proses pernapasan buatan. Alat ini biasanya digunakan pada
pasien atau orang yang mengalami gangguan pernapasan,
seperti gangguan pernapasan karena tenggelam dan kaget
saat tersengat listrik.

Bentuk Pulmotor yang digunakan dalam keadaan darurat


dan yang berada di rumah sakit berbeda. Pulmotor yang ada
di rumah sakit dilengkapi dengan tabung oksigen berukuran

32
besar, dan biasanya dilengkapi dengan instalasi khusus yang
memudahkan untuk proses penggunaannya.

Pulmotor yang dilengkapi tabung oksigen lebih cepat


membantu proses pemulihan pernapasan, karena setelah
penyumbatan ditarik keluar, maka oksigen langsung
dimasukkan ke tubuh pasien, sehingga diharapkan kondisi
pasien bisa segara pulih seperti sediakala.

b. Teknologi Oxygen Catheter/Selang Pernapasan

Oxygen Catheter biasanya dipasang ke pasien pada kondisi


– kondisi darurat saja, misalnya saja jika ada pasien yang
mengalami koma, penyakit berat, setelah mengalami
operasi dan tindakan – tindakan lainnya. Untuk
kenyamanan pasien, sebaiknya pihak medis perlu memilih
Oxygen Catheter dengan kualitas yang baik, pertama
pilihlah yang paling efektif dan efisien dalam menyalurkan
oksigen, kedua pilihlah bahan oxygen catheter yang lembut
dan non kinking, dan memiliki ujung konektor yang lunak.
Ujung konektor yang lunak akan memudahkan tenaga
medis untuk memasukkan ke oksigen outlet.

c. Teknologi Spirometer/Alat Diagnosa Kondisi Paru – paru

Spirometer merupakan alat yang digunakan untuk diagnosa


kondisi paru – paru. Kapasitas paru – apru sering dijadikan
parameter kerusakan yang terjadi pada paru – paru
seseorang. Proses pengukuran inilah yang dilakukan oleh
alat bernama Spirometer dan proses pengukurannya diberi
nama spirometri. Untuk mengetshui kondisi paru – paru,
maka spirometer akan mengukurnya dan kemudian
menampilkannya dalam bentuk grafik – grafik. Untuk
menentukan baik atau tidaknya, maka grafik dari hasil

33
pengukuran akan dibandingkan dengan grafik pada kondisi
paru – paru yang normal.

Spirometer sangat penting perannya dalam dunia kesehatan


paru – paru. Spirometer berperan penting pada penyakit
obstruktif kronis (PPOK). Teknolog sistem pernapasan
yang satu ini mampu mendiagnosa penyakit, mulai dari
pertama kali penyakit itu terdiagnosa higga selama proses
pengobatannya.

d. Teknologi Nebulizer : Alat yang digunakan oleh penderita


asma

Nebulise merupakan alat yang sering digunakan bagi


mereka yang mengidap asma kronis. Asma kronis ini
merupakan asma yang tidak bisa disembuhkan lagi, tapi
masih bisa diatasi dengan sejumlah obat – obatan tertentu.
Nebuliser sendiri merupakan alat yang memiliki
kemampuan mengubah obat dalam bentuk cair menjadi uap.

Nebulizer ini merupakan alat yang dayanya dibantu dengan


baterai. Penderita asma yang menggunakan nebulizer akan
merasa lebih lega saat bernapas. Nebulizer mampu
mengubah partikel obat menjadi uap dengan partikel yang
sangat kecil.

Nebulizer terdiri dari beberapa jenis antara lain adalah


nebulizer compressor, nebulizer ultrasonic, dan nebulizer
mesh, nebulizer compressor akan menghasilkan gas dengan
tekanan yang tinggi. Nebulizer dengan tipe seperti ini di
pasaran harganya relatif lebih murah, ini dikarenakan lwbih
boros listrik dan lebih berisik saat proses penggunaannya.

B. Kerangka Berpikir
Dengan model pembelajaran ini, pendidik dapat

34
meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada konsep sistem
pernapasan (cara berfikir kritis dan kreatif) serta dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik,
karena pada sintaks model ini terdapat indikator yang menekankan
peserta didik untuk berfikir lebih baik dan mampu menyelesaikan
pemecahan masalah dengan baik. Ada tiga indikator penelitian
yang digunakan oleh peneliti yaitu: Model conceptual
change,Konstuktivisme dan Kognitif.

35
Pengaruh model Conceptual change
berbasis kontruktivisme terhadap kognitif
siswa SMA materi Sistem Pernapasan
Manusia

Pendidik Peserta didik

Model
Pembelajaran

Koginitif Implikasi
Konstruktivisme

1. Identifikasi tujuan
pemberlajaran
2. Menetapkan konsep
konsep yang harus di
kuawsai
3. Identifikasi dan
kelarivikasi pemahaman
awal
4. Implementasi model
pembelajaran
5. Evaluasi

Materi Sistem
Pernapasan
Manusia

1. Mengamati
2. Memperkirakan
3. Menduga
4. Dan menilai

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

36
C. Hipotesis
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap
pertanyaan-pertanyaan dari rumusan masalah penelitian, atau suatu
kesimpulan yang belum final, serta harus diuji kebenarannya. Berdasarkan
rumusan masalah untuk penelitian “Pengaruh Model Conceptual Change
Berbasis Konstruktivisme Terhadap KognitiF Siswa SMA pada Materi
Sistem Pernapasan” yaitu

H0 = Peserta didik belum efektif dalam menerapkan model conceptual


change berbasis konstruktivisme terhadap kognitif siswa SMA pada materi
Sistem Pernapasan

H1 = Meningkatnya kemampuan kognitif siswa pada konsep sistem


pernapasan dengan menerapkan model conceptual change berbasis
konstruktivisme pada pembelajaran biologi.

37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quasi
Eksperiment) karena peneliti tidak dapat mengontrol semua variabel.
Menurut (Sugiyono, 2018) metode eksperimen merupakan bagian dari
penelitian kuantitatif yang memiliki ciri khas tersendiri dengan adanya
kelompok kontrol. Tujuan penelitian kuasi eksperimen (eksperimen
research) adalah meneliti pengaruh perlakuan terhadap perilaku yang timbul
sebagai akibat perlakuan. Mengemukakan bahwa penelitian ini merupakan
penelitian populasi dan sampel, terkontrol serta melibatkan variabel
independen. Jenis penelitian kuantitatif ini sejenis penelitian yang mencari
pengaruh perlakuan tertentu dengan perlakuan terkendali. Metode Quasi
Eksperiment melibatkan penempatan (tetapi bukan penempatan random)
partisipan ke kelompok. Penelitian kuasi eksperiment terdapat kelas kontrol.
Menurut (Andaru, 2019) penelitian eksperimen adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu
pelaksanaan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, penggunaan metode Quasi Eksperiment
diharapkan dapat menunjukkan pengaruh model Conceptual Change
berbasis kontruktivisme terhadap kognitif siswa SMA pada materi sistem
pernapasan di SMA Negeri 1 Cisaat.
B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah


Nonequivalent control group design. Dimana penelitian ini menggunakan
dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, sesuai dengan tujuan
awal penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model conceptual
change berbasis kontruktivisme terhadap kognitif siswa SMA materi Sistem
Pernapasan. Pada kelas eksperimen akan diberikan perlakuan berupa model
conceptual change. Sedangkan pada kelas kontrol beripa pembelajaran

38
konvensional (ceramah). Pada awal penelitian kedua kelas diberi tes awal
Pretest setelah diebrikan perlakuan kedua kelas masing – masing kelas akan
diberikan tes akhir postest kemudian hasil pada kelas masing – masing
dibandingkan.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

E 𝑂1 𝑋1 𝑂2
K 𝑂3 𝑋2 𝑂4
(Sugiyono, 2017)

Keterangan :

K : Kelas Kontrol

E : Kelas Eksperimen

𝑂1 : Pretest yang akan diberikan pada kelas Eksperimen

02 : Postest yang akan diberikan pada kelas Eksperimen

𝑋1 : Penerapan model Conceptual Change Berbasis Kontruktivisme


teterhadap kelas eksperimen

𝑋2 : Penerapan model Discovery Learning terhadap kelas kontrol

𝑂3 : Pretest yang diberikan pada kelas kontrol

𝑂4 : Postest yang akan diberikan pada kelas kontrol.

C. Definisi Operasional

Agar tidak adanya kesalahpahaman mengenai judul dalam


penelitian ini, maka diperlukan adanya penjelasan adapun definisi
operasional dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Model Conceptual Change

Model pembelajaran conceptual change menggunakan strategi


konflik yang diharapkan mampu membantu perubahan konseptual.

39
Adapun langkah – langakh model pembelajaran conceptual change
sebagai berikut : Model pembelajaran conceptual change ini memiliki
enam langkah pembelajaran yaitu (1) Identifikasi konsepsi peserta didik
(2) Mengungkapkan keyakinan konsepsi peserta didik (3) Konfrontasi
keyakinan konsepsi peserta didik (4) Eksplanasi ilmiah peserta didik (5)
Perluasan dan pengayaan konsepsi peserta didik (6) Aplikasi konsepsi
yang baru diakomodasi untuk penguatan konsepsi peserta didik.

2. Kontruktivisme

Pada pembelajaran yang menggunakan pendekatan


kontruktivisme siswa dituntut untuk dapat menyusun sendiri
pngetahuannya. Adapun langkah – langkah dalam implementasi
pendekatan kontruktivisme adalah sebagai berikut menurut (Suprijono,
2009) yaitu :

a. Orientasi, merupakan fase untuk memberikan kesempatan kepada


siswa memerhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topik
materi pembelajaran.
b. Elicitasi, erupakan tahap untuk membantu siswa menggali ide – ide
yang dimilikinya dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide
mereka melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh
siswa
c. Rekontruksi ide, dalam tahap – tahap ini siswa melakukan klasifikasi
ide dengan cara mengkontraskan ide – idenya dengan ide orang lain
atau teman melalui diskusi.
d. Aplikasi ide, dalam langkah ini ide atau pengetahuan yang telah
dibentuk siswa perlu diaplikasikan pada macam – macam situasi
yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa lebih
lengkap bahkan lebih rinci.
e. Review, dalam fase ini memungkinkan siswa mengaplikasikan
pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari – hari, merevisi

40
gagasannya dengan menambahkan suatu keterangan atau dengan
cara mengubahnya menjadi lebih lengkap. Jika hasil review
kemudian dibandingkan dengan pengetahuan awal yang telah
dimiliki, maka akan memunculkan kembali ide – ide (elicitasi) pada
diri siswa
3. Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif yang diukur adalah N-Gain peserta didik
dalam pengetahuan dan penalaran peserta didik pada materi sistem
pernapasan. Kemampuan kognitif peserta didik diukur dengan
pemberian pretesr dan posttest dalam soal pilihan ganda dengan jenjang
C1 – C6 yang meliputi dimensi faktual, konseptual, prosedural dan
metakognitif.
D. Waktu dan Tempat
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2022/2023.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada kelas XI IPA SMA Negeri 1
Cisaat.
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti. Populasi yang dijadikan objek penelitian ini
yaitu peserta ddik kelas XI SMA Negeri 1 Cisaat pada tahun ajaran
2022/2023.
2. Sampel Penelitian
Sugiyono (2018:131) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive sampling. Dengan
Non-equivalent Control Group Design berarti sampel yang digunakan

41
pada desain ini yaitu tidak dipilih secara acak melainkan memakai
sampel yang sudah tersedia. Sampel kelas yang digunakan sebanyak dua
kelas dari keseluruhan kelas XI yaitu kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA
2 dimana terdapat kelas eksperimen yang mengunakan model
pembelajaran Conceptual Change berbasis kontruktivisme dan kelas
kontrol menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.
Karakteristik sampel tersebut sangat mendukung terhadap penelitian
yang dilakukan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa angket, dan tes
soal pilihan ganda (PG) kemampuan kognitif. Tes yang dibuat akan
diberikan sesudah diberikan perlakuan.
1. Kisi – kisi soal kemampuan kognitif
Tes ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
kognitif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun tes dalam
penelitian ini akan diberikan dalam bentuk tes pilihan ganda (PG) untuk
mengukur kemampuan kognitif, tes pilihan ganda (PG) ini akan
diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran. Sebelum tes ini
digunakan dalam proses penelitian akan dilakukan validitas soal. Soal
tes yang digunakan sebanyak 45 soal pilihan ganda (PG) yang
disesuaikan dengan kemampuan kognitif berdasarkan taksonomi bloom.
Tabel 3.2 Kisi – kisi Soal Kognitif
Kompetensi Dasar Indikator Jenjang Nomor Jumlah
Kognitif Soal Item Soal
Menganalisis hubungan Menganalisis faktor yang C4 40 1
antara struktur jaringan mempengaruhi frekuensi
penyusun organ pada pernapasan
sistem pernapasan Menguraikan perbedaan C4 14 1
dalam kaitannya dengan frekuensi pernapasan

42
bioproses dan gangguan Menganalisis hubungan C4 32 1
fungsi yang dapat terjadi antara sistem pernapasan dan
pada sistem pernapasan sistem pencernaan
manusia Memberikan contoh faktor – C2 18,36 2
faktor yang mempengaruhi
frekuensi pernapasan
Mencontohkan kelainan – C2 8,17,22 6
kelainan dalam sistem ,26,31,
pernapasan 38
Menentukan jenis penyakit C3 24 1
pada sistem pernapasan
Mencontohkan upaya dalam C2 2 1
mengenai gangguan pada
sistem pernapasan
Membedakan mekanisme C2 15,27 2
pernapasan secara inspirasi
dan ekspirasi
Menerapkan mekanisme C3 4 1
inspirasi
Mengidentifikasi fungsi C4 7,9,29 3
organ yang berperan dalam
sistem pernapasan
Menguraikan fungsi organ C2 1 1
yang berperan dalam sistem
pernapasan
Mencirikan zat yang bersifat C2 21 1
adiktif rokok
Meringkas mekanisme C2 10,20,2 3
pernapasan inspirasi dan 3
ekspirasi

43
Menyimpulkan tentang C2 16,39 2
volume dan kapasitas paru –
paru
Menganalisis mengenai C4 34 1
kapasistas paru – paru
Menyimpulkan tentang C2 11,25 2
pertukaran gas dalam sistem
pernapasan
Menganalisis volume C4 37 1
pernapasan
Membandingkan frekuensi C4 6 1
pernapasan
Menafsirkan tentang data C5 35 1
tekanan gas di dalam tubuh
Mengidentifikasi pertukaran C1 28 1
gas dalam sistem pernapasan
Menentukan volume dan C3 33 1
kapasitas paru – paru
Menguraikan struktur dan C2 3,9,19 3
fungsi organ sistem
pernapasan
Menyesuaikan mekanisme C3 13 1
pernapasan
Menentukan proses C3 5 1
pertukaran Gas
Mengidentifikasi gangguan C4 20 1
sistem pernapasan
Menjelaskan proses C2 11 1
pengangkutan C𝑂2

44
Menyelidiki akibat C3 12 1
pencemaran udara terhadap
sistem pernapasan
Menafsirkan frekuensi C5 41 1
pernapasan pada kondisi
sakit dan sehat
Menjelaskan fungsi C2 42 1
teknologi sistem pernapasan
Membedakan pernapasan C4 43 1
eksternal dan internal pada
manusia
Mengkorelasikan antara C4 44 1
perubahan pH dengan kerja
medulla oblongata
Menyimpulkan zat yang C4 45 1
dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan
𝑂2 berikatan dengan Hb
Membuat hipotesis C6 46 1
permasalahan putung rokok

2. Angket Respon Peserta Didik


Angket respon peserta didik ini digunakan dengan tujua untuk
mengetahui respon atau tanggapan peserta didik mengenai penerapan
model pembelajaran Conceptual Change berbasis Kontruktivisme
terhadap kgnitif siswa SMA. Angket ini berisi berupa pernyataan yang
berfokus pada respon peserta didik dalam menyikapi penerapan model
Conceptual Change berbasis Kontruktivisme selama proses
pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik setelah
pembelajaran selesai. Angket respon ini menggunakan kuesioner skala
likert dalam skala likert terdiri dari 4 pilihan skala yang memiliki gradasi

45
dari Setuju (S), Sangat Setuju (SS), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak
Setuju (STS).
Tabel 3.3 Kisi – Kisi Instrumen Angket Respon Peserta Didik
Terhadap Model Conceptual Change
No. Indikator No Item Jumlah
Positif Negatif
1. Pengalaman peserta didik 9,12 11,7,8,2 6
terhadappembelajaran dengan
model Conceptual Change
berbasis Kontruktivisme
2. Tanggapan terhadap model 1,6 10,5 4
pembelajaran Conceptual Change
3. Kemudahan untuk melihat 3 4 2
pengaruh model pembelajaran
conceptual change berbasis
kontruktivisme terhadap
kemampuan kognitif
Jumah 6 7 12
(Irmayanti, 2018)
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu cara untuk mendapatkan data – data
yang dibutuhkan dalam penelitian, teknik yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu dengan tes dan non tes. Tes yang digunakan yaitu soal kemampuan
kognitif dan non tes berupa angket.

46
Tabel 3.4 Teknik Pengumpulan Data
No Instrument Jenis Teknik Subjek Waktu
Pengumpulan Penelitian Pelaksanaan
Data
1. Soal Pilihan Hasil Pretest dan Peserta Sebelum dan
Ganda (PG) pemahaman Posttest Didik sesudah
tentang materi pembelajaran
sistem
pernapasan
2. Angket Hasil yang Setelah selesai Peserta Setelah
merespon pembelajaran Didik proses
model pembelajaran
conceptual
change
berbasis
kontruktivisme

H. Teknik Analisis Data

Instrumen yang telah di susun sebelum digunakan akan dilakukan


pengujian terlebih dahulu. Teknis analisis data yang digunakan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Teknik Analisis Data Instrumen


a. Uji Validitas Tes
Uji ini digunakan untuk menguji tingkat ketepatan soal tes di
dalam instrumen. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mengukur data itu valid. Hal ini berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur (Arikunto P. D., 2011). (Sugiyono, 2017) mengemukakan
instrumen harus bernilai valid, validitas atau skornya harus lebih

47
dari 0,3. Jadi, jika hasil indeksnya dibawah 0,3 berarti data tersebut
tidak bisa dianggap valid.

Tabel 3.5 Kategori Validitas

Koefisien Korelasi (Validitas Kriteria


Soal)
0,8 – 1,00 Sangat tinggi
0,6 – 0,79 Tinggi
0,4 – 0,59 Cukup
0,2 - 0,39 Rendah
0,0 – 0,19 Sangat rendah
(Arikunto P. D., 2011)

b. Uji Reliabilitas Tes


(Sugiyono, 2017) berpendapat bahwa reliabilitas merupakan
pengukuran untuk mendapatkan hasil data yang sama. Realibilitas
menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2013). Apabila diperoleh
hasil yang relatif sama pada suatu tes yang sudah dilakukan
beberapa kali pengukuran pada suatu kelompok subjek, maka tes
tersebut dapat dikatakan reriabel.
Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas Butir Soal
Nilai Reliabilitas Interpretasi
0,8 - 1,00 Sangat tinggi
0,6 – 0,79 Tinggi
0,4 – 0,59 Cukup
0,2 – 0,39 Rendah
0,0 – 0,19 Sangat rendah
(Arikunto, 2013)

48
c. Uji Kesukaran

(Arikunto, 2013) menyebutkan bahwa Uji Tingkat


Kesukaran merupakan suatu uji yang digunakan untuk
mengidentifikasi apakah soal yang dibuat pada instrumen penelitian
termasuk kedalam kategori mudah atau sukar.

Tabel 3.7 Kategori Tingkat Kesukaran

Rentang Nilai Kesukaran Kriteria


0,0 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,0 Mudah
(Arikunto, 2013)

d. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal pada penelitian ini merupakan


kemampuan suatu soal untuk membedakan kemampuan siswa. Hal
ini dilakukan dalam membedakan siswa yang mempunyai
kemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang mempunyai
kemampuan rendah (kurang pandai) (Arikunto, 2013).

Tabel 3.8 Kategori Daya Pembeda

Indeks Diskriminasi (D) Kriteria


0, 00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali

Teknik analisis data merupakan suatu metode atau cara


mengolah sebuah data menjadi informasi sehingga karakteristik data
tersebut menjadi mudah untuk dipahami dan juga bermanfaat untuk
menemukan solusi permasalahan, yang terutama adalah masalah

49
yang tentang sebuah penelitian. Atau analisis data juga bisa diartikan
sebagai kegiatan yang dilakukan untuk merubah data hasil dari
sebuah penelitian menjadi informasi yang nantinya bisa
dipergunakan untuk mengambil sebuah kesimpulan.

I. Teknik Analisis Data Hasil Penelitian


1. Teknik Analisis Data Pretest dan Posttest
Analisis data pretest bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
peserta didik pada materi sistem pernapasan. Jika data pretest tidak
berbeda signifikan, maka data posttest dapat digunakan untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran Conceptual Change berbasis
Kontruktivisme terhadap kemampuan kognitif peserta didik. Data
pretest dan posttest ini di analisis menggunakan software SPSS 25.0,
dengan Langkah – langkah analisis data sebagai berikut :
a. Uji N-Gain
N-Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest yang
menunjukkan implikasi pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas
kontrol setelah pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Uji N-Gain
dilakukan ketika nilai pretest kedua kelas penelitian sudah
menunjukkan hasil yang berbeda. Uji N-Gain pada penelitian ini
dihitung dengan menggunakan persamaan Uji Normal-Gain
menurut (Meltzer, 2002) :
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
N-Gain =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

Setelah dilakukan perhitungan, kemudian dikategorikan


sesuai kriteria pada tabel Skor N-Gainn berikut :
Tabel 3.9 Kriteria Skor N-Gain
Rentang N-Gain Kriteria
(<g>) > 7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah

50
b. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui data yang
didistribusikan normal atau tidak. Uji normalitas dianalisis sebagai
prasyarat uji perbedaan statistik. Uji normalitas dianalisis
menggunakan software SPSS Versi 25.0 dengan menggunakan
statistika uji Shapiro-Wilk. Pengambilan keputusan dalam uji
normalitas yaitu jika nilai signifikan > 0,05 atau > 5% maka data
berdistribusi normal dan sebaliknya, jika nilai signifikan < 0,05 atau
< 5% maka data tidak berdistribusi normal. Uji normalitas ini
merupakan uji prasyarat parametrik, sehingga jika data tidak
berdistribusi normal maka data diolah menggunakan statistik non-
parametrik.
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah
beberapa varian populasi data adalah sama atau tidak. Jika nilai
signifikan lebih besar dari 0,005 maka dapat dikatakan bahwa varian
dari dua atau lebih kelompok adalah sama. Uji homogenitas
dianalisis menggunakan software SPSS Versi 25.0. Pengambilan
keputusan dalam uji homogenitas ini berdasarkan nilai rata – rata
(Based on Mean) dengan kriteria pengujian jika nilai rata – rata
(Based on Mean) memiliki nilai signifikan (sig) > 0,05 atau > 5%
maka data smapel yangdiambil berasal dari populasi yang bervarian
homogen, dan sebaliknya jika nilai signifikan (sig) < 0,05 atau < 5%
maka data sampel yang diambil tidak bervarian homogen.
d. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan setelah uji prasyarat parametrik
selesai dilakukan. Hal tersebut dikarenakan, uji hipotesis dapat
dilakukan setelah persyaratan sampel berdistribusi normal dan
bervarian homogen telah terpenuhi maka dilanjutkan dengan
pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan Uji T atau
Independent Sampel T Test. Koefisien T hitung pada Independent

51
Sampel T Test pada SPSS Versi 25.0. Uji hipotesis ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan aktualisasi nilai pengaruh model
pembelajaran conceptual chhange berbasis konruktivisme terhadap
kemampuan kognitis siswa SMA kelas XI pada materi Sistem
Pernapasan melalui pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas
kontrol, dengan pasangan hipotesis statistik yang akan diuji sebagai
berikut :
𝐻0 : Tidak terdapat pengaruh model Conceptual Change
berbasis kontruktivisme terhadap kemampuan kognitif siswa SMA
kelas XI pada materi Sistem Pernapasan.
𝐻1 : Terdapat pengaruh model conceptual change berbasis
kontruktivisme terhadap kognitif siswa SMA kelas XI pada materi
Sistem Pernapasan.
Pengujian hipotesis dilakukan uji t dengan mengambil taraf
signifikan a = 0,05 Jika nilai signifikan lebih besar dari a = 0,05
maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak, begitupun sebaliknya. Jika 𝐻0
diterima, maka berarti tidak terdapat perbedaan rata – rata yang
signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Sedangkan jika 𝐻0 ditolak, maka terdapat perbedaan rata – rata yang
signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Selanjutnya skor presentase yang diperoleh dari hasil
analisis uji hipotesis yang dihitung dengan Independent Sample T
Test pada software SPSS Versi 25.0 disesuaikan dengan kriteria
kemampuan kognitif.
2. Teknik Analisis Data Angket Respon Peserta Didik
Teknik analisis data angket respon peserta didik menggunakan skala
likert dengan lima alternatif jawaban yang ditunjukkan pada tabel
berikut :

52
Tabel 3.10 Skor Angket dengan Skala Likert
No. Alternatif Jawaban Bobot Nilai
Positif Negatif
1. SS (Sangat Setuju) 4 1
2. S (Setuju) 3 2
3. TS (Tidak Setuju) 2 3
4. STS ( Sangat Tidak Setuju) 1 4
(Sugiyono, 2017)
Seluruh pernyataan yang berkaitan dengan variabel bebas dan variabel
terikat dalam operasionalisasi variabel ini diukur oleh instrumen dalam
bentuk non tes atau angket yang memenuhi pertanyaan – pertanyaan tipe
skala likert. Analisis petanyaan atau indikator dilakukan dengan
menghitung jawaban setiap kategori atau pilihan jawaban yang
kemudian dijumlahkan dan dibuat kedalam garis kontinum.
Cara menghitung skor hasil angket dengan cara :
- Pernyataan positif
Jumlah skor = (Jumlah peserta didik menjawab SS X 4) +
(Jumlah peserta didik S x 3) + (Jumlah peserta didik menjawab
TS x 2) + (Jumlah peserta didik menjawab STS x 1).
- Pernyataan negatif
Jumlah skor = (Jumlah peserta didik menjawab SS x 1) +
(Jumlah peserta didik menjawab S x 2) + (Jumlah peserta didik
menjawab TS x 3) + (Jumlah peserta didik menjawab STS x 4).
Kemudian persentase yang dapat diklasifikasikan kedalam kategori
pada tabel berikut :
Tabel 3.11 Kategoori Rentang Nilai
Rentang Nilai Kategori
0% - 24,99% Tidak Baik
25% - 49,00% Kurang Baik
50% - 74,99% Baik

53
75% - 100% Sangat Baik
(Arikunto, 2013)
3. Teknik Analisis Data Wawancara Respon Guru
Data wawancara respon guru dikumpulkan untuk memberikan
gambaran secara jelas dan detail bagaimana pandangan guru terhadap
penggunaan model Conceptual Change berbasis kontruktivisme
terhadap materi sistem pernapasan dan dampaknya terhadap
kemampuan kognitif siswa kelas XI. Data wawancara digunakan untuk
mengkonfirmasi hasil dengan membandingkan data yang diperoleh.
J. Prosedur Penelitian
Agar pada penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan lancar, maka
perlunya rencana atau prosedur penelitian agar penelitian dapat terarah
dengan baik, prosedur pada penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu
Tahap persiapan, Tahap pelaksanaan dan Tahap penyelesaiaan yang
diuraikan secara rinci dibawah ini.
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Melakukan studi observasi awal dengan format wawancara terhadap
guru mata pelajaran Biologi.
b. Melakukan studi pustaka tentang pemahaman konsep
c. Membuat rumusan masalah mengenai pengaruh model conceptual
change berbasis kontruktivisme
d. Menganalisis kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator
pembelajaran yang mendukung materi pada penelitian.
e. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri atas silabus,
rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan model
conceptual change berbasis kontruktivisme untuk materi sistem
pernapasan
f. Mulai melakukan penyusunan instrumen untuk melakukan
penelitian melalui soal tes penilaian kemampuan kognitif dan angket
(non-test) untuk peserta didik.
g. Melakukan judgment instrumen penelitian.

54
h. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
i. Merevisi instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Mengambil sampel untuk penelitian dari populasi kelas untuk
dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
b. Memberikan soal pretest kepada kedua kelompok.
c. Memberikan perlakuan kepada kedua kelompok untuk dijadikann
sampel penelitian. Pada kelompok eksperimen menggunakan model
conceptual change berbasis kontruktivisme dan kelompok kontrol
dengan pembelajaran konvensional (Discovery Learning).
d. Memberikan soal posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
3. Tahap Pasca Pelaksanaan
a. Menganalisis dan mengolah data yang dihasilkan dari proses
penelitian.
b. Menganalisis seluruh data yang diperoleh dari hasil penelitian.
c. Menyusun laporan hasil penelitian
d. Menyusun jurnal penelitaian
e. Memperbaiki review jurnal yang telah disusun
f. Menerbitkan jurnal
g. Sidang hasil penelitian.

55
K. Alur Penelitian

Observasi Study Literatur Menganalisis KI, KD &


Indikator

Menyusun Instrument

Judgement Instrument

Revisi Instrument

Pemberian Soal Pretest

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Penerapan model Discovery Penerapan model Conceptual


Learning Change berbasis
Kontruktivisme

Posttest Posttest

Pengolahan Data

Hasil dan Pembahasan

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Kesimpulan

56
L. Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan
Proposal
2. Seminar
Proposal
3. Revisi
Proposal
4. Penyusunan
Instrumen
5. Uji Coba
Instrumen
6. Pelaksanaan
Penelitian
(Pengumpulan
data)
7. Analisis Data
8. Hasil
pembahasan
dan
kesimpulan
9. Penyusun
Skripsi

Gambar 3.2 Jadwal Penelitian

57

Anda mungkin juga menyukai