PKL Selesai
PKL Selesai
PKL Selesai
OLEH
IKA SUSILAWATI
B1D018113
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2022
i
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
OLEH
IKA SUSILAWATI
B1D018113
MENYETUJUI :
ii
KATA PENGANTAR
iii Penulis
semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada
umumnya.
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................. i
PENGESAHAN............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan PKL............................................................. 3
1.2.1 Tujuan PKL............................................................................ 3
1.2.2 Kegunaan PKL....................................................................... 3
BAB II KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN............................ 4
2.1 Waktu dan Tempat PKL................................................................. 4
2.2 Gambaran Umum Lokasi PKL....................................................... 4
2.3 Macam Kegiatan PKL..................................................................... 5
2.4 Hasil Kegiatan PKL........................................................................ 6
A. Kegiatan Utama.......................................................................... 6
B. Kegiatan Tambahan.................................................................... 8
2.5 Manfaat PKL................................................................................... 20
BAB III PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA............................ 22
3.1 Permasalahan................................................................................... 22
3.2 pemecahan Masalah......................................................................... 22
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 23
4.1 Kesimpulan....................................................................................... 23
4.2 Saran................................................................................................. 23
iv
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 24
LAMPIRAN.................................................................................................... 25
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kondisi kesehatan ternak baik, memiliki organ reproduksi dan siklus birahi
yang normal dan sehat. Gangguan reproduksi pada ternak ditandai dengan
rendahnya fertilitas induk, Conception rate, dan calvn/kidding rate serta
dapat pula disebabkan oleh beberapa penyakit reproduksi yang
mengakibatkan penurunan populasi dan pasokan penyediaan daging secara
nasional.
Banyak faktor mempengaruhi performans reproduksi ternak antara
lain (1) Pola perkawinan yang kurang benar, (2) rendahnya pengetahuan
peternak tentang deteksi birahi, (3) rendahnya kualitas atau kurang tepatnya
pemanfaatan pejantan dalam kawin alam (4) kurang terampilnya inseminator
(5) kurang tepatnya pelaksanaan IB (6), rendahnya pengetahuan peternak
tentang manajemen reproduksi, (7) gangguan reproduksi seperti anestruk,
distokia, retensio plasenta, serta prolapsus uteri, dan (8) lingkungan
termasuk manajemen pakan.
Gangguan reproduksi merupakan faktor yang sering mengakibatkan
kegagalan dalam proses IB sehingga manajemen kesehatan reproduksi
ternak sangat dibutuhkan dalam pemeliharaan ternak. Dampak yang terjadi
jika ternak terkena penyakit atau gangguan reproduksi, dapat menimbulkan
kerugian ekonomi secara langsung yang dihadapi oleh peternak. Kerugian
secara langsung yang terlihat meliputi kematian ternak dan penurunan
produksi, sedangkan yang tidak terlihat adalah penurunan reproduksi, terjadi
perubahan struktur populasi dan penurunan efesiensi pakan.
Gangguan reproduksi pada ternak ditandai dengan rendahnya
fertilitas induk, Conception rate, dan calvn/kidding rate serta dapat pula
disebabkan oleh beberapa penyakit reproduksi yang mengakibatkan
penurunan populasi dan pasokan penyediaan daging secara nasional.
Berdasarkan uraian diatas, Penulis ingin mempelajari Penanganan
Penyakit Reproduksi pada sapi Akseptor Di UPTD Puskeswan Manggelewa,
Kecamatan Manggelewa Kabupaten Dompu.
2
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktek Kerja Lapang
1.2.1 Tujuan PKL
Menambah pengetahuan, wawasan dan keterampilan dalam
menanganani berbagai gangguan penyakit/reproduksi pada sapi
akseptor IB.
3
BAB II
KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
4
Gambar 2. Kantor UPTD Puskeswan Kecamatan Manggelewa
5
2.4 Hasil Kegiatan PKL
Kegiatan yang dilaksanakan selama kegiatan praktik kerja
lapangan meliputi kegiatan utama dan kegiatan tambahan, yaitu :
A. Kegiatan Utama
1. Distokia
Distokia merupakan kesukaran dalam proses kelahiran yang
diakibatkan oleh induk dan fetus, sehingga perlu adanya bantuan
manusia. Selama PKL berlangsung terdapat seekor sapi ternak
mengalami distokia yang disebabkan oleh ukuran fetus yang terlalu
besar. Pada kasus ini induk sapi bali di inseminasi dengan semen
limosin.
Penanganan yang dilakukan selama PKL yaitu metode tarik
paksa. Tarik paksa merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk membantu ternak yang sulit melahirkan. Penarikan di lakukan
pada tiga titik yaitu pada kedua kaki dan kepala.
Pertama mengikat kedua kaki depan pada fetus, selanjutnya
menarik tali tersebut secara pelan-pelan seirama dengan merenjannya
induk untuk mengeluarkan kepala dibantu dengan melebarkan vulva
untuk memudahkan pengeluaran. Setelah fetus keluar membersihkan
lendir yang melekat dibagian hidung, selanjutnya angkat fetus
dengan kepala menghadap ke bawah dan mendekatkan dengan induk
untuk menjilati anaknya. Selanjutnya induk diberikan injeksi
menggunakan vitamin B Kompleks sebanyak 10 ml berfungsi untuk
mengembalikan energi yang sudah hilang setelah melahirkan,
Vitamin B Komplesks merupakan vitamin larut air yang dibutuhkan
oleh ternak dengan fungsi utama yaitu sebagai kofaktor enzim yang
terlibat dalam metabolism asam amino, enegi, asam lemak, dan asam
nukleat. Fungsi-fungsi tersebut berpengaruh terhadap proses
pertumbuhan ternak. Untuk mencegah infeksi sekunder, diberikan
anti biotik (Medoxy-L) 10 ml dengan pemberian, secara intra
mekuler (IM)
6
Gambar 3. Penanganan Distokia
2. Retentio Placenta
Retesio Plasenta merupakan peristiwa tertahanya plasenta
(ari-ari) ternak di dalam rahim normalnya plasenta akan keluar 30
menit setelah pedet lahir, namun jika sudah terlalu lama plasenta
tersebut tidak dapat keluar lebih dari 8 jam dan maksimal 12 jam
secara alami makan disebut retesio plasenta
Pada peristiwa kelahiran yang normal, selaput fetus akan
keluar dari alat kelamin induknya dalam waktu 1-2 jam setelah
kelahiran anaknya. Pengeluaran fetus melebihi waktu tersebut
dianggap tidak normal atau dengan kata lain dianggap sebagai
retensio plasenta. Pada ternak sapi, retesio plasenta dapat berjalan 4 -
5 hari atau lebih jika tidak ada penanganan yang dilakukan.
Selanjutnya palsenta akan mengalami perubahan berupa
pembususkan di dalam saluran reproduksi betina khususnya di dalam
uterus, sehingga bersifat racun ( Hardjopranjoto. H.S. 1995).
Penyebab retesio plasenta yaitu adanya infeksi yang
menyebabkan rahim lemah untuk berkontraksi, sulit melahirkan,
kekurangan kalsium, usia yang sudah tua, kekurangan pakan dan
kurangnya gerak sehingga otot uterus tidak kuat untuk bekontraksi.
7
Gejala yang dapat terlihat dari retesio plasenta yaitu selaput
fetus menggantung keluar vulva, kadang vulva bengkak, merah dan
kecoklatan. Bila kasus retesio plasenta berlangsung lama maka akan
terjadi infeksi yang menimbulkan bau spesifik karena adanya
pembusukan sehingga keluar cairan yang berwarna kecoklatan dan
disertai dengan bagian plasenta yang hancur.
Selama PKL ternak yang mengalami retesio plasenta yaitu
seekor sapi. Penanganan yang dilakukan pada kasus retesio plasenta
di lapangan adalah pertama- tama memasukan ternak kedalam
kandang jepit kemudian mengikatnya agar ternak tidak dapat
bergerak secara leluasa. Selanjutnya tangan diolesi menggunakan
sabun, kemudian dimasukan ke dalam vagina sampai mencapai
uterus atau rahim. Plasenta dikeluarkan secara perlahan sampai benar
benar bersih dan masukan colibat dalam bentuk tablet kedalam ujung
vagina dengan tujuan untuk memebersihkan vagina di dalamnya.
Selanjutknya vagina bagian luar dibersihkan dengan mengunakan
sabun. Selanjutnya dilakukan injeksi B-Complek secara
intramuscular dan Medoxy-L secara intramusculer yang bertujuan
untuk memeprcepat pemulihan setelah melahirkan.
Pecegahan retesio plasenta dapat dilakukan dengan cara
menjaga kebersihan tempat melahirkan, menjaga kondisi induk agar
tidak terjadi eksitasi pada saat melahirkan.
B. Kegiatan Tambahan
1. Deteksi Birahi
Deteksi birahi merupakan pengamatan terhadap tanda-tanda
birahi pada sapi yang akan diinseminasi. Deteksi birahi merupakan
faktor penting dalam proses inseminasi buatan karena penentu waktu
untuk melakukan perkawinan secara tepat dan berhasil. Birahi
merupakan periode yang dialami oleh ternak betina secara alami
ataupun yang disinkronisasi birahi dengan gejala-gejala yang khas,
yaitu vulva terlihat membengkak, memerah dan penuh dengan
8
sekresi mucus (lendir) transparan yang menggantung dari vulva.
Selain itu, ternak betina menaiki dan diam saat dinaiki, tampak
gelisah dan nafsu makan berkurang (Hafizuddin et al, 2012).
Keberhasilan IB akan optimal apabila deteksi dan pelaporan
birahi dilakukan dengan tepat, sehingga inseminasi dapat dilakukan
tepat waktu. Langkah untuk mengamati tanda-tanda birahi perlu
diajarkan kepada peternak agar pemilik atau penggembala dapat
melaporkan kepada petugas (inseminator), sehingga pelaksanaan
inseminasi buatan tepat waktu (Herdis et al., 2001).
Selama PKL jumlah ternak yang di deteksi birahi adalah 53
ekor dan semuannya menunjukan tanda-tanda birahi
9
Keberhasilan IB pada ternak ditentukan oleh beberapa faktor,
yaitu kualitas semen beku (straw), keadaan sapi betina sebagai
akseptor IB, ketepatan IB dan keterampilan tenaga pelaksana
(inseminator). Faktor ini berhubungan satu dengan yang lain dan bila
salah satu nilainya rendah akan menyebabkan hasil IB juga rendah,
dalam pengertian efisiensi produksi dan reproduksi tidak optimal
Pelaksaan IB dimulai dari pelaporan oleh peternak kepada
inseminator, bahwa ternaknya sudah menunjukan tanda birahi
selanjutnya langkah yang dilakukan sebagai berikut:
a. Persiapan
Persiapan pelaksanaan IB dimulai dari pengambilan straw
dengan bibit yang diminta oleh peternak dan sudah disetujui oleh
inseminator berdasarkan keadaan induk sapinya. Cara
pengambilan straw dari kontainer yaitu membuka tutup
kontainer, memilih nomor canister berdasarkan straw yang
diinginkan, mengangkat canister yang sudah dipilih kira-kira 5-6
cm di atas leher kontainer dengan keadaan straw tetap pada batas
leher kontainer. Kemudian straw ditahan beberapa saat dan
diambil. Selanjutnya mengembalikan canister ke dalam N2 cair
dan memasukkan straw kedalam termos berisi air bersih.
b. Pembuatan Kandang Jepit
Peternak menyiapkan kandang jepit sesuai yang diarahkan
oleh inseminator untuk menempatkan ternak yang akan di
inseminasi. Pembuatan kandang jepit membutuhkan waktu yang
cukup lama apabila peternak tidak menyiapkannya terlebih
dahulu. Kandang jepit dibutuhkan untuk memudahkan
pelaksanaan IB. Umumnya kandang jepit yang dibuat peternak
adalah yang sederhana.
c. Thawing semen
Thawing semen dilakukan di lokasi IB apabila inseminator
membawa kontainer dengan cara memasukkan straw ke dalam
10
bak yang berisi air selama kurang lebih 30 detik. Cara lain yang
sering dilakukan adalah memasukkan straw ke dalam termos
yang berisi air.
d. Sebelum pelaksanaan inseminasi buatan
Hal yang dipersiapkan untuk melakukan IB adalah sebagai
berikut:
a) Menekan pisolet dan menahan dengan jari manis tangan kiri.
b) Memegang ujung straw dibagian sumbat pabrik dengan ibu
jari dan jari telunjuk.
c) Memasukkan straw kedalam pisolet.
d) Menggunting ujung straw dibagian ringga udara dibawah
sumbat.
e) Menutup insemination gun dengan plastik sheat
menyelubungi straw, jika tidak semen akan tertumpah di
dalam plastic sheat pada waktu penyemprotan semen
dilakukan.
f) Mengenakan/memakai sarung tangan berupa plastik glove
pada tangan kiri.
g) Menggoleskan pelican/sabun pada tangan yang sudah
disarung.
e. Pelaksanaan inseminasi buatan
Inseminasi dilakukan dengan cara rektovaginal yaitu
memasukkan tangan kiri kedalam rektum untuk membersihkan
feses dan melokalisir servix, memasukkan gun kedalam servix
melalui vagina dengan hati-hati, menyemprotkan semen pada
servix bagian 3 atau 4, menarik gun dari servix dan vagina secara
perlahan dan mengeluarkan tangan dari rektum. Selanjutnya
membersihkan peralatan yang digunakan dengan bersih dan IB
pada ternak tersebut sudah selesai dilakukan.
11
Gambar 5. Pelaksanaan IB
12
di UPTD Puskeswan Manggelewa yaitu dengan cara palpasi rectal.
Caranya dengan menggunakan plastik glove atau sarung tangan
kemudian dibasahi menggunakan air lalu tangan akan dimasukan lewat
rectum. Tujuan dari palpasi rectal yaitu untuk mendeteksi bunting atau
tidak nya ternak.
Tanda–tanda kebuntingan yang dapat kita amati dari luar
yaitu birahi berikutnya tidak muncul, nafsu makan meningkat,
kecenderungan mengalami kenaikan berat badan, dan pertengahan
kebuntingan perut sebelah kanan maupun kiri tampak membesar,
tanduk dan bulu mengkilap.
Hewan yang telah diinseminasi diperiksa secara cermat paling
tidak dua kali sehari. Ternak yang memperlihatkan tanda birahi kembali
biasanya dilakukan inseminasi kembali dan akan dideteksi 21 hari
kemudian.
Adapun data pelayanan kegiatan PKB pada ternak sapi yang
dilakukan selama PKL yaitu:
13
Dari data diatas dengan jumlah ternak sapi 8 ekor bisa di lihat
bahwa ternak yang dinyatakan positif bunting hanya seekor induk
Simbal saja yang menggunakan straw simental. Fungsinya sapi betina
yang tidak berhasil bunting disebabkan karena setelah IB, ternak
dilepaskan (ekstensif) hal ini menyebabkan peternak sulit mendeteksi
apakah sapinya birahi kembali atau tidak.
4. Penanganan Penyakit
Apabila ternak sudah menunjukkan keadaan seperti itu maka
peternak akan segera melaporkan ke dokter hewan dengan cara
menelpon supaya segera ditangani ternaknya tersebut. Ada beberapa
penyakit yang ditangani selama Praktek Kerja Lapang (PKL) yaitu:
a. Helminthiasis
Penyakit cacingan merupakan penyakit yang paling sering
menyerang sapi. Cacingan merupakan kondisi dimana ternak di
dalam tubuhnya terdapat cacing atau infeksi cacing yang
biasanya disebabkan oleh berbagai jenis cacing yang terdapat
didalam tubuh ternak, maupun saluran pencernaan seperti
lambung dan usus terdapat juga hati dan bisa juga terdapat di
mata ternak.
14
Gejala klinis yang biasanya timbul dari penyakit cacingan
ini adalah tenak mengalami anoreksi (kurang nafsu makan), bulu
nampak kusam dan berdiri, sapi mengalami kurus dan
menyebabkan penurunan berat badan dan sapi yang menderita
cacingan nampak loyo dan lesu. Jumlah ternak yang mengalami
cacingan sebanyak 3 ekor yang di sebabkan karena kandang pada
ternak kotor jarang untuk di bersihkan.
Penanganan yang dilakukan di lapangan yaitu dengan
diberikan obat cacing atau wormzol sebanyak 1 bolus secara
oral. Selain itu, ada juga dilakukan dengan menghalusakan
wormazol lalu masukan ke dalam botol dan dicampurkan dengan
air hangat untuk mempermudah dalam pelarutan kemudian
menambahkan air biasa dan berikan pada ternak yang mengalami
cacingan. Selanjutnya dilakukan injeksi dengan vitamin B -
kompleks dan Medoxy-L. Berikut ini adalah pemberian obat
cacing pada ternak. Proses pemberian wormzol pada anak sapi.
b. Diare
Seekor sapi dikatakan diare apabila mengeluarkan
feces/akotoran (defekasi) dengan frekuensi yang lebih sering dari
15
pada saat kondisi normal dan berbentuk lebih encer atau bahkan
cair dibandingkan dengan feces seekor sapi sehat. Penyakit diare
pada sapi adalah tanda bahwa telah terjadi perubahan fisologis
normal pada tubuh sapi atau tanda bahwa sapi telah terinfeksi
suatu penyakit.
Ciri-ciri ternak yang terkena diare yaitu feses yang
dikeluarkan lebih encer, bulu kusam, telinga tergulai, dan mata
sayu. Dan jika tidak ditanganin secara cepat maka akan
menimbulkan kematian pada ternak tersebut.
Cara penularan diantaranya melalui pakan yang
terkontaminasi oleh parasit, bakteri, dan virus.
Selama PKL berlangsung terdapat 2 ekor sapi yang
mengalami Diare yang disebabkan oleh pemilik peternak yang
kurang memperhatikan ternaknya, sehingga sapi tersebut
mengalami feses yang dikeluarkan lebih encer, bulu kusam,
telinga tergulai dan mata sayu.
Penanganan yang dilakukan selama PKL dengan melakukan
penyuntikan menggunakan, medoxy-l dengan dosis 10 ml dan
vitamin B12 dosis 10 ml. Proses penyembuhan sekitar 2-7 hari.
16
c. BEF
Bovine Ephemeral Fever (BEF) adalah suatu penyakit
viral pada sapi yang ditularkan oleh serangga (arthropod borne
viral disease), bersifat benign non contagius, yang ditandai
dengan demam mendadak dan kaku pada persendian. Ternak
yang sakit akan segera sembuh apabila tidak disertai dengan
infeksi sekunder atau komplikasi dengan penyakit lain.Penyakit
BEF sering juga disebut Demam Tiga Hari (Three Days
Sikness) yaitu penyakit sapi yang bersifat akut disertai demam
dengan angka kesakitan tinggi akan tetapi angka kematiannya
rendah. Penyakit ini ditandai dengan demam selama tiga hari,
kekakuan dan kelumpuhan, namun demikian dapat sembuh
spontan dalam waktu tiga hari. Oleh Karena itu, nama BEF atau
demam tiga hari lebih sering digunakan (Yeruham et al. 200)
Selamat PKL berlangsung terdapat seekor sapi yang
makan. pada saat itu induk sapi baru selesai melahirkan, sehingga
d. Mastitis
17
Mastitis merupakan peradangan jaringan internal pada
kelenjar ambing akibat infiltrasi mikroba dalam puting atau
adanya luka yang dapat menimbulkan infeksi akut, sub- akut
maupun kronis. Oleh karenanya mastitis menjadi masalah utama
peternak sapi perah.
Penyebab mastitis antara lain manajemen pemeliharaan
kurang baik, kandang yang selalu kotor, sapi jarang dimandikan,
kekurangan air minum, perubahan jenis pakan, kandang dekat
dengan pengolahan limbah, serta stress pada ternak akibat selalu
dikandang dan diikat.
Pengobatan yang dilakukan di kecematan manggelewa pada
sapi yang mengalami pembengkakan pada ambing (mastitis)
dengan melakukan pengusapan air hangat pada ambing sapi
tersebut. Kemudian diberikan anti biotik dan vitamin B12
masing-masing 10 ml. proses penyembuhan berlangsung 2-3 hari
sampai pedet dapat menyusu kembali.
Selamat PKL berlangsung terdapat seekor sapi yang
mengalami Mastitis
e. Malnutrisi
18
Malnutrisi merupakan kondisi dimana hewan mengalami
kekurangan nutrisi yang parah. Kondisi malnutrisi akan
ditunjukan oleh adanya kekurusan, alopecia, rambut yang rontok
dan kulit yang kering. Malnutrisi dapat disebabkan oleh
kurangnya asupan pakan, buruknya absorpsi (malabsorbsi), atau
ketidak mampuan untuk mencerna makanan (maldigesti). Akibat
kurangnya nutrisi, hewan mengalami penurunan berat badan
(kekurusan) yang parah, serta kekurangan berbagai macam
nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh.
Pada hewan yang mengalami mal nutrisi biasa juga
ditunjukkan adanya diare kronis. Bila terjadi kasus
hypoproteneimie biasanya ditunjukkan adanya gejala dehidrasi,
anemia, dan ascites atau edema. Selain itu, kondisi malnutrisi
juga akan ditandai oleh adanya kondisi feses yang berlemak
(Khan, 2011).
Selama PKL berlangsung terdapat seekor sapi yang
mengalami Malnutrisi dengan pengobatan pemberian vitamin
B12 sebanyak 10 ml dan mengarahkan peternak untuk
memberikan pakan yang memiliki nutrisi tinggi.
19
1. Mahasiswa dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu yang didapat
pada saat dibangku perkuliahan serta mendapatkan pengalaman
tentang bekerja dilapangan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang cara memilih kriteria induk
sapi dengan baik dan efisien, dan diharapkan ilmu yang sudah
didapatkan pada saat berada dilokasi PKL bisa bermanfaat dan
berguna untuk diri sendiri maupun orang lain.
3. Manfaat yang dapat diperoleh selama kegiatan PKL mahasiswa dapat
mengetahui berbagai macam kegiatan yang ada di puskeswan
Manggelewa seperti penyuntikan, penanganan ternak dan menjalin
hubungan sosial pagawai, peternak dan mahasiswa.
B. Bagi Tempat PKL
1. Mahasiswa dapat memberikan motivasi.
2. Berbagai ilmu dengan peternak di tempat PKL.
C. Bagi Lembaga (Fakultas)
1. Adanya kerjasama yang baik antara tempat PKL dan Fakultas
Peternakan serta dosen Pembimbing PKL.
2. Mahasiswa dapat berbagi ilmu pengetahuan dengan mahasiswa
lainnya dalam bidang Penanganan Penyakit Reproduksi pada sapi
Akseptor.
20
21
BAB III
PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA
3.1. Permasalahan
Permasalahan yang dialami selama melaksanakan kegiatan PKL di UPTD
Puskeswan Manggelewa :
1. Kurangnya pengetahuan perternak dalam memilih bibit pejantan yang
akan di inseminasi dengan induk sapi yang sesuai sehingga dapat
menimbulkan distokia
2. Kurangnya pengetahuan peternak tentang penyakit dan gangguan
reproduksi
3. Deteki birahi oleh peternak sering terlambat.
22
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Setelah melakukan PKL ini mahasiswa mendapat tambahan wawasan,
pengetahuan, dan keterampiran yang berkaitan dengan Penanganan
Penyakit Reproduksi pada sapi Akseptor.
3.2. Saran
Berdasarkan uraian laporan hasil Praktek Kerja Lapang (PKL), maka
dapat ditemukan beberapa saran yang sekiranya dapat dijadikan bagi
perusahaan atau bagi pihak yang membutuhkan, diantaranya yaitu untuk
Akademik atau kampus, dalam Praktek Kerja Lapang (PKL) sebaiknya
dibimbing secara kontinyu dan terarah agar kami sebagai peserta Praktek
Kerja Lapang dapat memahami apa yang harus dikerjakan di tempat
Praktek Kerja Lapang (PKL), yang artinya kami di berikan pembekalan serta
arahan sebelum melakaukan penempatan atau sebelum Praktek Kerja
Lapang (PKL) berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
23
Campbell J, Kenealy M, Campbell K. 2011. Animal sciences: the biology, care,
and production og domestic animals. Neww York: McGraw-Hill.
Hafizuddin, T.N. Siregar, M. Akmal, J. Melia, Husnurrizal dan T. Armansyah.
2012. Perbandingan Intensitas Berahi Sapi Sceh yang disinkronisasi
dengan prostaglandin F2 alfa dan Berahi Alami. J. Ked. Hewan. 6(2) : 81-
83.
Hardjopranjoto, H.S.,1995. Ilmu Kemanjiran pada Ternak. Airlangga University
Press: Surabaya.
Herdis K., Ida dan M. Surachman, 2001. Inseminasi buatan teknologi tepat guna
solusi dalam meningkatkan populasi ternak akibat krisis ekonomi.
Direktorat Teknologi Budidaya Pertanian Depiti Bidang TAP-BPPT.
Jakarta.
Hernanto, F. 1996. Ilmu Usaha. Penerbit. Sani, Swadaya. Jakarta.
Leethongdee, S. and S. Ponglowhapan. 2014. Artificial Insemination in Goats: An
Update. Thai J Vet Med. Stippl. 1. (44):71-11.
Siahaan, E. A. 2012. Efektivitas penambahan berbagai konsentrasi β-Karoten
terhadap motilitas dan daya hidup spermatozoa sapi bali post thawing
Indonesia Medicus Veterinus . 1 (2): 239-251.
Smith J.F. 2000. Principle of reproduction. In: Sheep Production, Vo. 1 (eds. G.A.
Wickkham dan McDonald). New Zealand Institute og Agriculture
Science abd Richards Publisher, Wellington, pp. 211-237.
24
LAMPIRAN 1
25
LAMPIRAN 2
Data Ternak Yang Di Inseminasi Buatan
No Jenis Induk Waktu Waktu di Keterangan Jenis
Birahi IB Hari Hari yg Straw
Berikutnya sama
1. Brahbal 17.00 11.03 Simental
2. Simbal 17.45 11.15 Limosin
3. Brahbal 18.40 12.10 Simental
4. Brahbal 07.10 15.42 Simental
5. Brahbal 06.40 14.07 Simental
6. Bali 7.00 14.30 Simental
7. Simbal 18.40 15.00 Limosin
8. Simbal 19.45 15.53 Limosin
9. Angbal 17.10 11.42 Limosin
10 Bali 07.40 16.00 Bali
.
11 Bali 08.00 16.33 Simental
.
12 Simbal 17.10 11.04 Limosin
.
13 Brahbal 17.20 11.25 Simental
.
14 Angbal 07.10 17.20 Simental
.
15 Simbal 07.25 17.42 Simental
.
16 Limbal 08.00 18.17 Simental
.
17 Limbal 07.10 17.14 Simental
.
18 Limbal 17.45 10.03 Simental
.
19 Bali 18.30 10.30 Simental
.
20 Brahbal 07.30 17.15 Simental
.
21 Simbal 08.45 19.00 Limosin
.
22 Bali 06.00 12.00 Simental
.
23 Bali 10.45 19.05 Simental
.
24 Angbal 07.50 20.13 Simental
.
25 Bali 07.10 17.25 Simental
.
26 Limbal 16.10 08.31 Simental
.
26
27 Brahbal 16.40 10.00 Limosin
.
28 Brahbal 06.30 17.05 Simental
.
29 Limbal 08.30 18.10 Simental
.
30 Anglim 08.00 19.06 Simental
.
31 Bali 07.30 19.16 Limosin
.
32 Limbrah 16.00 09.10 Simental
.
33 Limbrah 17.10 12.04 Simental
.
34 Bali 18.40 12.13 Simental
.
35 Limbal 17.00 12.49 Limosin
.
36 Simbal 17.40 13.10 Limosin
.
37 Limbal 17.30 13.15 Brangus
.
38 Brahbal 16.00 09.40 Simental
.
39 Simbal 17.20 10.40 Simental
.
40 Bali 17.00 12.40 Simental
.
41 Limbal 16.30 13.00 Limosin
.
42 Hisar 17.50 13.10 Limosin
.
43 Limbal 16.30 13.22 Brahman
.
44 Limbal 06.40 16.58 Limosin
.
45 Hisar 07.00 17.07 Bali
.
46 Brahbal 07.50 16.30 Limosin
.
47 Angbal 07.00 17.39 Limosin
.
48 Limbal 16.30 09.28 Limosin
.
49 Bali 17.00 09.45 Bali
.
50 Bali 17.40 09.53 Simental
.
51 Bali 16.30 09.59 Bali
27
.
52 Bali 16.00 12.40 Limosin
.
53 Bali 18.20 11.38 Simental
.
28
Lampiran Obat-obatan yang digunakan selama PKL.
Sulpidon Medoxy-L
29
Lampiran Dokumentasi Kegiatan PKL
Suntik Pemer
sehat iksaan
Kebun
30
tingan
31
1.Penyuntikan - 14.00 – 14.10
pada sapi Injeksi oksitetrin yang mengalami mall
bali nutrisi(kekurangan nutrisi) dan juga
mengalami cacingan (hemintiasis) di desa
nusa jaya.
-14.13 – 14.30
Penyuntikan vitamin B12 pada sapi bali
yang mengalami kekurangan nutrisi di
desa nusa jaya.
2. Inseminasi
-15.42 – 16.10
Buatan
Melakukan IB pada induk brahbal
menggunakan straw simental di desa
kampasi meci.
Sabtu, 10 1.Inseminasi -14.07 – 14.25
Juli 2021 Buatan Melakukan IB pada induk brahbal
menggunakan straw simental di desa lanci
jaya.
-14.30 – 15.00
Melakukan IB pada induk bali
menggunkan straw simental di desa lanci
jaya.
Minggu, 1.PKB dan -15.00 -15.40 Pak
11 Juli Inseminasi Melakukan pkb dan ternyata kosong, lalu Jakariah
2021 Buatan ternak di IB dengan induk simbal
menggunakan straw limosin di desa lanci
jaya.
2. Penyuntikan -15.45 – 15.50
pada sapi Diberikan medoxy-l dikarenakan ternak
bali mengalami diare dan ingusan di desa
lanci jaya.
3. Inseminasi -15.53 – 16.00
Buatan Melakukan IB pada induk simbal
menggunakan straw limosin di desa lanci
jaya.
4. Penyuntikan
-16.03 – 16.10
pada sapi
Injeksi antibiotic dikarenakan ternak
bali
mengalami penyakit BEF di desa lanci
jaya.
32
Senin, 12 1.Inseminasi -11.42 – 12.20 Pak
Juli 2021 Buatan Melakukan IB pada induk angbal Jakariah
menggunakan straw limosin di desa lanci
jaya.
-16.00 – 16.30
Melakukan IB pada induk bali
menggunakan bibi bali juga di desa
banggo.
-16.33 – 16.50
Melakukan IB pada induk Bali
menggunakan straw simental di desa
2. Penanganan dorokobo.
sapi beranak -17.11 – 18.00
Membantu kelahiran sapi bali dengan
anakan sapi bali juga, kemudian diberikan
vitamin B12 dan Bkompleks di desa
anamina.
Selasa, 13 1.Inseminasi - 11.04 -11.23 Pak
Juli 2021 Buatan Melakukan IB pada induk simbal Jakariah
menggunakan straw limosin di desa
banggo.
-11.25 – 11.50
Melakukan IB pada induk brangbal
menggunakan straw simental didesa
banggo.
Rabu, 14 1.Inseminasi -17.20 – 17.30 Pak
Juli 2021 Buatan Melakukan IB pada induk angbal Jakariah
menggunakan straw simental didesa
anamina.
-17.42 – 17.05
Melakukan IB pada induk Simbal
menggunakan straw simental didesa lanci
jaya.
-18.17 – 18.30
Melakukan IB pada induk limbal
menggunakan straw simental didesa
sukadamai.
33
Kamis, 15 1.PKB -10.36 – 10.55 Pak
Juli 2021 Periksa kebuntingan dan hasilnya Jakariah
negative tidak mengalami bunting didesa
lanci jaya.
2. Inseminasi -17.41 – 18.00
Buatan Melakukan IB pada induk Limbal
menggunakan straw simental
Sabtu, 17 1.Inseminasi -10.03 – 10.30 Pak
Juli 2021 Buatan Melakukan IB pada induk Limbal Jakariah
menggunakan straw simental didesa
anamina.
Senin, 19 1.Penyuntikan -09.00 – 09.20 Pak
Juli 2021 pada sapi Diberikan vitamin B12 ternak mengalami Jakariah
simbal kekurangan nafsu makan didesa
sukadamai.
-12.00
Injeksi vitamin B12 dan pantodan obat
cacing wormzol-b.
2. PKB
34
-11.10 – 11.50
Melakukan pemeriksaan kebuntingan
pada induk Bali yang hasilnya negatif
didesa sukadamai.
Jumat, 30 1.Penanganan -10.00 – 11.20 Pak
Juli 2021 induk sapi Membantu kelahiran induk sapi bali yang Jakariah
melahirkan melahirkan pedet bali juga didesa
anamina.
35
kampasimeci.
-19.05 – 19.33
Melakukan IB pada induk bali
menggunakan straw simental didesa
anamina.
-20.13 – 20.35
Melakukan IB pada induk angbal
menggunakan straw simental didesa
sukadamai.
Minggu, 1.Penyuntikan -07.30 – 01.45 Pak
01 Agustus pada 40 ekor Dilakukan pemberian obat cacing dan Jakariah
2021 ternak sapi penyuntikan vitamin, antibiotic, serta
kegiatan recording(pemberian nomor
pada ternak sapi) dedesa soriutu.
36
Melakukan pkb tetapi negatif, lalu
melakukan IB pada induk limbal
menggunakan straw simental didesa
sukadamai.
-19.06 – 19.50
Melakukan IB pada induk anglim
menggunakan straw simental.
- Melakukan IB pada induk bali
menggunakan straw limosin didesa
2.Penyuntikan kampasimeci.
pada bali -17.30 – 17.45
Diberikan vitamin B12 penambah nafsu
makan.
Rabu, 04 1.Inseminasi -09.10 – 09.25 Pak
Agustus Buatan Melakukan IB pada induk limbrah Jakariah
2021 menggunakan straw simental didesa
sukadamai.
2.penyuntikan -11.18 -11.25
kesehatan Diberikan medoxy-l dan vitamin B12
yang megalami diare didesa lanci jaya.
-11.26 – 11.45
Penanganan mastitis (pembengkakan
ambing) dan mengalami pembusukan ari-
ari(placenta) pada sapi bali disuntikan
3.Iseminasi vitamin B12 dan antibiotic didesa
Buatan -12.04 – 13.50
Melakukan IB pada induk limbrah
menggunakan straw simental.
- Melakukan IB pada induk bali
menggunakan straw simental
- Melakukan IB pada induk simbal
menggunakan straw limosin.
- Melakukan IB pada induk simbal
menggunakan straw limosin.
- Melakukan IB pada induk limbal
4.PKB
menggunakan straw brangus.
- 12.24
Pemeriksaan kebuntingan pada induk
brahbal dan hasil negative.
37
Kamis, 05 08.30 -09.30 Pak
Agustus Fasilitator melakukan evaluasi kegiatan lama kegiatan Jakariah
2021 praktik kerja lapangan.
38
menggunakan straw limosin didesa
banggo.
3. Penyuntikan -10.00 – 10.30
kesehatan Pemeriksaan kebuntingan pada induk
brahbal yang hasilnya negatif.
-10.48
Diberikan vitamin B12 dan medoxy-l
dengang dosis 5 ml didesa sukadamai.
-11.45
Diberikan medoxy-l dan vitamin B12
didesa nusa jaya.
Jumat, 06 1.Penanganan -07.38 – 08.55 Pak
Agustus kelahiran Membantu kelahiran induk sapi bali umur Jakariah
2021 3 thn kaawin alam, yang menghasilkan
anak lembu. Dan pada induk disuntikan
vitamin B12, hormone estrogen,oxytetrin,
pada pedet disuntikan antibiotic dan
vitamin B12 didesa nusajaya.
2.Inseminasi
-09.28
Buatan
Melakukan pkb pada induk limbal
hasilnya negatif, lalu melakukan IB pada
induk limbal menggunakan straw
simental didesa lanci jaya.
-09.45
Melakukan IB pada induk bali
menggunakan straw bali.
-09.53
Melakukan IB pada induk bali
menggunakan straw simental didesa lanci
jaya.
-09.58
Melakukan IB pada induk bali
menggunakan straw bali didesa lanci jaya.
Sabtu, 07 1.Penyuntikan -10.55 Pak
Agustus kesehatan Diberikan vitamin B12 dan medoxy-l Jakariah
2021 pada induk ternak yang baru melahirkan
didesa nusa jaya.
-11.10 – 11.30
Diberikan vitamin Bcompleks dan
antibiotic pada ternak yang mengalami
39
infeksi pada mata didesa lanci jaya.
-12.25
Diberikan vitamin B12 dan medoxy-l
ternak kurang nafsu makan.
2. Inseminasi -12.40 – 13.20
Buatan Melakukan IB pada induk bali
menggunakan straw limosin didesa
sukadamai.
Minggu, 1.Penyuntikan -10.15 – 10.30 Pak
08Agustus kesehatan Diberikan vitamin B12 dan oxytetracilin Jakariah
2021 pada ternak yang mengalami gejala BEF
dan mencret nanah didesa lanci jaya.
-10.47
Diberikan medoxy-l dan vitamin B12
pada ternak yang mengalami diare didesa
kampasi meci.
-10.52
Diberikan vitamin B12 pada ternak sapi
bali.
-11.07
Injeksi vitamin B12 dua kali penyuntikan
pada ternak sapi bali yang bunting
mengalami kejang otot disebabkan
kondisi betina yang kecil di bandingkan
2. Inseminasi pejantan didesa sukadamai.
Buatan -11.38 – 11.55
Melakukan IB pada induk simbal
menggunakan straw simental didesa
sukadamai.
Minggu, Fasilitator melakukan praktek pengenalan alat reproduksi Pak
08 Agustus sapi betina, di UPTD Puskeswan manggelewa. Jakariah
2021
JAKARIAH HASAN,S.Pt.
NIP.196812311998031070 NIP.196805021994031019
40