Sap Kesehatan Mental

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KESEHATAN MENTAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II


DUSUN SEBARAN, SIDOARUM, GODEAN, SLEMAN, D I YOGYAKARTA

”Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa Komunitas”


Pembimbing : Dr. Abdul Ghofur, S.Kp., M.Kes

Oleh :
Emi Indrayati P07120521008
Dira Dwiyuwindriani P07120521023
Dyah Ayu Sekarsari P07120521062
Novelia Agatha Simbolon P07120521024
Aisyah Ayu Melati Sugiharto P07120521063
Niryolandani Hasan P07120521025
Annisa Nur Khasanah P07120521066
Meivi Prancisca Anggraini P07120521026
Titik Fajriyati Nur Khasanah P07120521065

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KESEHATAN MENTAL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II
KECAMATAN GODEAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2022

A. Pengkajian Kebutuhan Belajar


1. Predisposing
a. Karakteristik Klien
Klien yang kami kaji untuk mendapatkan informasi terkait
komunitas yang ada adalah kepala dusun, kader kesehatan jiwa,
pasien ODGJ, dan keluarga dengan pasien ODGJ di Dusun
Sebaran, Sidoarum, Godean, Sleman. Diperoleh karakteristik
kelompok komunitas lansia dengan kondisi sehat jiwa sebanyak 20
orang.
b. Riwayat Kesehatan
Kelompok bekerja sama dengan dua orang Kader Kesehatan Jiwa
sebagai koordinator bagi kader lain dan warga Dusun Sebaran.
Diperoleh data bahwa di dusun tersebut terdapat lima orang dengan
gangguan jiwa baik yang sudah stabil dan terkontrol maupun yang
masih belum stabil. Dua dari lima pasien dengan ODGJ tidak
melakukan kontrol rutin dan tidak mengonsumsi obat. Sedangkan
tiga diantaranya dalam kondisi stabil, rutin mengonsumsi obat dan
melakukan kontrol di rumah sakit. Ketiganya memiliki kegiatan
sehari-hari dengan beraktivitas di rumah. Kader mengatakan sudah
lama tidak ada penyuluhan terkait kesehatan jiwa, baik untuk kader
maupun masyarakat.
c. Pemeriksaan Fisik
-
d. Kesiapan Klien Untuk belajar
Kepala dusun mengatakan partisipasi warga dalam kegiatan
masyarakat seperti penyuluhan kesehtan jiwa tergolong rendah,
beliau dan kader kesehatan jiwa menyatakan pentingadanya peran
masyarakat yang lebih aktif terutama dalam upaya mewujudkan
masyarkat desa yang sehat jiwa. Beliau juga menyatakan ingin jauh
lebih tahu terkait bagaimana pelaksanaan desa sehat jiwa.
e. Motivasi
Kepala dusun dan kader kesehatan jiwa mengatakan ingin
menumbuhkan kesadaran dan minat masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dan peduli dengan kesehatan jiwa masyarakat di
dusun Sebaran.
f. Kemampuan Membaca
Kader kesehatan jiwa mengatakan hampir semua warga di Dusun
Sebaran yang ikut dalam komunitas lansia lancar menggunakan
bahasa Indonesia dan Jawa serta mampu membaca dan menulis.
2. Enabling
Rata – rata keadaan ekonomi masyarakat dari keluarga menengah ke
bawah dan dengan lulusan pendidikan setingkat SMA.
3. Reinforcing
Kepala dusun dan kader kesehatan jiwa mengatakan ingin merubah
stigma negatif masyarakat agar lebih peduli dengan ODGJ dan
keluarganya sehingga terwujud desa yang sehat jiwa.

B. Analisa Data
Data Masalah
DS: Kesiapan peningkatan
- Kepala dusun dan kader pengetahuan
kesehatan jiwa mengatakan ingin
merubah stigma negatif
masyarakat agar lebih peduli
dengan ODGJ dan keluarganya
sehingga terwujud desa yang
sehat jiwa.
- Kader mengatakan sudah pernah
mendapatkan penyuluhan terkait
kesehatan jiwa, baik untuk kader
maupun masyarakat kisaran
waktu satu tahun yang lalu
DO :
- karakteristik kelompok
komunitas lansia dengan kondisi
sehat jiwa sebanyak 20 orang.
- Diperoleh data bahwa di dusun
tersebut terdapat lima orang
dengan gangguan jiwa baik yang
sudah stabil dan terkontrol
maupun yang masih
- Sedangkan tiga diantaranya
dalam kondisi stabil, rutin
mengonsumsi obat dan
melakukan kontrol di rumah sakit
belum stabil
- partisipasi warga dalam kegiatan
masyarakat seperti penyuluhan
kesehtan jiwa tergolong rendah
- lancar menggunakan bahasa
Indonesia dan Jawa serta mampu
membaca dan menulis.

C. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan pengetahuan
D. Perencanaan Keperawatan
1. Topik
Penyuluhan tentang Kesehatan Mental
2. Sasaran
Sasaran dari kegiatan penyuluhan ini adalah kader kesehatan jiwa,
keluarga pasien ODGJ, komunitas lansia dan tokoh masyarkat di
Dusun Sebaran, Sidoarum, Godean, Sleman.
3. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan sasaran mampu
mengetahui dan memahami tentang Kesehatan Mental
4. Tujuan Khusus
a. Sasaran mampu mengetahui dan memahami pengertian Kesehatan
Mental
b. Sasaran mampu mengetahui Kesehatan Mental
c. Sasaran mampu mengetahui dan memahami ciri-ciri Kesehatan
Mental
d. Sasaran mampu mengetahui dan memahami mengenai stigma
orang dengan gangguan jiwa.
e. Sasaran mampu mengetahui dan memahami peran masyarakat desa
dalam merawat orang dengan gangguan jiwa
f. Sasaran mampu mengetahui dan memahami peran sebagai kader
kasehatan dan tokoh masyarakat dalam Kesehatan Mental terhadap
orang dengan gangguan jiwa.
5. Metode
Ceramah, tanya jawab, diskusi
6. Media
Projector, laptop, leaflet, power point
7. Waktu dan Tempat
Waktu : Sabtu, 29 Januari 2022
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Rumah Kepala Dusun Sebaran, Sidoarum, Godean
Sleman, D I Yogyakarta
8. Pengorganisasian
a. Penanggung Jawab : Dr. Abdul Ghofur, S.Kp., M.Kes
b. Ketua panitia : Emi Indrayati
c. Moderator : Novelia Agatha
d. Presentator : Aisyah Ayu Melati, Emi Indrayati
e. Fasilitator : Dyah Ayu Sekarsari, Meivi Prancisca
f. Observer : Dira Dwiyuwindriani, Niryolandani Hasan
9. Dokumentasi : Annisa Nur Khasanah, Titik Fajriati Nur Khasanah
10. Setting tempat

Layar

O P
Audience M

W W CI W W F

F W W W W W

Keterangan:
CI : Pembimbing
M : Moderator
P : Presentator
W : Warga
F : Fasilitator
O :Observer
11. Kegiatan penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience
1. 5 menit Pembukaan :
1. Mengucapkan salam. 1. Menjawab salam.
2. Perkenalkan diri. 2. Memperhatikan.
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan.
4. Menyebutkan materi yang akan
diberikan.
2. 10 menit Proses :
1. Pengertian 1. Memperhatikan penjelasan.
Kesehatan
Mental 2. Bertanya dan
2. Ciri-ciri Kesehatan mendengarkan jawaban.
Mental
3 5 menit Evaluasi (feed back):
1. Meminta audience menjelaskan3. Menjelaskan tugas kader
apa ciri kesehatan mental. kesehatan.
2. Membuka sesi tanya jawab untuk Menjelaskan peran tokoh
1 penanya masyarakat dalam merawat
orang dengan gangguan
jiwa
1. Menanyakan mengenai
materi yang tidak diketahui
4 5 menit Terminasi :
1. Memperhatikan.
1. Menanyakan perasaan audience
setelah penyuluhan. 2. Menjawab pertanyaan.
2. Memberikan 3. Membalas salam.
reinforcement
positif
3. Mengucapkan terima kasih atas
perhatian yang diberikan.
4. Mengucapkan salam penutup.
12. Job desk
a. Moderator
1) Menjelaskan tujuan penyuluhan.
2) Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok.
3) Mengevaluasi pengetahuan, perasaan dan reinforcement setelah
penyuluhan terhadap audience.
b. Presentator
Mempresentasikan materi penyuluhan.
c. Fasilitator
1) Menyiapkan alat-alat penyuluhan.
2) Memberi motivasi kepada audience untuk mendengarkan apa yang
sedang dijelaskan.
3) Memberi kesempatan pada audience untuk bertanya
d. Observer
1) Mencatat dan mengamati respon audience secara verbal dan non
verbal.
2) Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan perilaku.
3) Mencatat dan mengamati audience aktif dari penyuluhan.
e. Dokumenter
Mendokumentasikan kegiatan secara visual
13. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Kondisi lingkungan tenang, bersih dan dilakukan ditempat terbuka
dan memungkinkan audience untuk berkonsentrasi terhadap
kegiatan.
2) Audience sepakat untuk menigkuti kegiatan.
3) Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
4) Moderator, persentator, fasilitator, observer, dan documenter
berperan sebagaimana mestinya.
b. Evaluasi Proses
1) Moderator dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga
akhir.
2) Moderator mampu memimpin acara.
3) Fasilitator mampu memotivasi audience dalam kegiatan
penyuluhan.
4) Fasilitator membantu moderator melaksanakan kegiatan dan
bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.
5) Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
6) Audience mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga
akhir.
c. Evaluasi Hasil
1) Audience dapat meningkatkan pengetahuannya.
2) Audience akan kooperatif terhadap penyampaian materi yang
disampaikan
3) Audience mampu menyampaikan pertanyaan yang tidak diketahui
MATERI

Definisi

1. Sehat Jiwa

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial


yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Manusia selalu dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh
(holistik) dari unsur “badan” (organobiologik), “jiwa” (psiko-edukatif) dan
“sosial” (sosio-kultural), yang tidak dititik beratkan pada “penyakit” tetapi
pada kualitas hidup yang terdiri dan “kesejahteraan” dan “produktivitas
sosial ekonomi”.
Menurut Undang-undang No 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan
“Kesehatan Jiwa” adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu
kedokteran sebagai unsur kesehatan. Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan
keadaan orang lain”. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang
harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan
manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain.
Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan
merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan
sosial individu secara optimal, dan yang selaras dengan perkembangan
orang lain.
Sehat Jiwa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merasa senang terhadap dirinya serta
- Mampu menghadapi situasi
- Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
- Puas dengan kehidupannya sehari-hari
- Mempunyai harga diri yang wajar
- Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula
merendahkan
2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta
- Mampu mencintai orang lain
- Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
- Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
- Merasa bagian dari suatu kelompok
- Tidak “mengakali” orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain
“mengakah” dirinya
3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
- Menetapkan tujuan hidup yang realistis
- Mampu mengambil keputusan
- Mampu menerima tanggung jawab
- Mampu merancang masa depan
- Dapat menerima ide dan pengalaman baru
- Puas dengan pekerjaannya

2. Kesehatan Mental
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam
keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati
kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Seseorang yang
bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara
maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif
dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan
mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi
yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk.
Penyakit mental dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari, tidak hanya dapat merusak interaksi atau hubungan dengan orang lain,
namun juga dapat menurunkan prestasi di sekolah dan produktivitas kerja. oleh
sebab itu, sudah saatnya kita menjalankan pola hidup sehat. Terdapat beberapa
jenis masalah kesehatan mental dan berikut ini adalah tiga jenis kondisi yang
paling umum terjadi.

a) Stres
Stres adalah keadaan ketika seseorang mengalami tekanan yang sangat
berat, baik secara emosi maupun mental. Seseorang yang stres biasanya akan
tampak gelisah, cemas, dan mudah tersinggung. Stres juga dapat mengganggu
konsentrasi, mengurangi motivasi, dan pada kasus tertentu, memicu depresi.
Stres bukan saja dapat memengaruhi psikologi penderitanya, tetapi juga dapat
berdampak kepada cara bersikap dan kesehatan fisik mereka.
Berikut ini adalah contoh dampak stres terhadap perilaku seseorang:
- Menjadi penyendiri dan enggan berinteraksi dengan orang lain.
- Enggan makan atau makan secara berlebihan.
- Marah-marah, dan terkadang kemaharan itu sulit dikendalikan.
- Menjadi perokok atau merokok secara berlebihan.
- Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
- Penyalahgunaan obat-obatan narkotika.
Berikut ini adalah masalah kesehatan yang dapat timbul akibat stres:
- Gangguan tidur
- Lelah
- Sakit kepala
- Sakit perut
- Nyeri dada
- Nyeri atau tegang pada otot
- Penurunan gairah seksual
- Obesitas
- Hipertensi
- Diabetes
- Gangguan jantung
Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stres,
sebagian di antaranya adalah masalah keuangan, hubungan sosial, atau
tuntutan di dalam pekerjaan. Untuk mengatasi stres, kunci utamanya adalah
mengidentifikasi akar permasalahan dan mencari solusinya.
Penanggulangan stres juga bisa dilakukan dengan mengaplikasikan nasihat-
nasihat yang disarankan dalam manajemen stres yang baik, seperti:
- Belajar menerima suatu masalah yang sulit diatasi atau hal-hal yang tidak
dapat diubah.
- Selalu berpikir positif dan memandang bahwa segala sesuatu yang terjadi
di dalam hidup ada hikmahnya.
- Meminta saran dari orang terpercaya untuk mengatasi masalah yang
sedang dialami.
- Belajar mengendalikan diri dan selalu aktif dalam mencari solusi.
- Melakukan aktivitas fisik, meditasi, atau teknik relaksasi guna meredakan
ketegangan emosi dan menjernihkan pikiran.
- Melakukan hal-hal baru yang menantang dan lain dari biasanya guna
meningkatkan rasa percaya diri.
- Menyisihkan waktu untuk melakukan hal-hal yang disukai.
- Melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk membantu orang
lain. Cara ini dapat membuat seseorang lebih tabah dalam menghadapi
masalah, terutama jika bisa membantu seseorang yang memiliki
masalah lebih berat dari yang dialaminya.
- Menghindari cara-cara negatif untuk meredakan stres, misalnya merokok,
mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, atau
menggunakan narkoba.
- Bekerja dengan mengedepankan kualitas bukan kuantitas, agar manajemen
waktu lebih baik dan hidup juga lebih seimbang.

b)Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah kondisi psikologis ketika seseorang
mengalami rasa cemas berlebihan secara konstan dan sulit dikendalikan,
sehingga berdampak buruk terhadap kehidupan sehari-harinya.
Bagi sebagian orang normal, rasa cemas biasanya timbul pada suatu
kejadian tertentu saja, misalnya saat akan menghadapi ujian di sekolah atau
wawancara kerja. Namun pada penderita gangguan kecemasan, rasa cemas ini
kerap timbul pada tiap situasi. Itu sebabnya orang yang mengalami kondisi ini
akan sulit merasa rileks dari waktu ke waktu. Selain gelisah atau rasa takut yang
berlebihan, gejala psikologis lain yang bisa muncul pada penderita gangguan
kecemasan adalah berkurangnya rasa percaya diri, menjadi mudah marah, stres,
sulit berkonsentrasi, dan menjadi penyendiri. Sementara itu, gejala fisik yang
mungkin menyertai masalah gangguan kecemasan antara lain:
- Sulit tidur
- Badan gemetar
- Mengeluarkan keringat secara berlebihan
- Otot menjadi tegang
- Jantung berdebar
- Sesak napas
- Lelah
- Sakit perut atau kepala
- Pusing
- Mulut terasa kering
- Kesemutan
Meski penyebab gangguan kecemasan belum diketahui secara pasti,
beberapa faktor diduga dapat memicu munculnya kondisi tersebut. Di antaranya
adalah trauma akibat intimidasi, pelecehan, dan kekerasan di lingkungan luar
ataupun keluarga. Faktor risiko lainnya adalah stres berkepanjangan, gen yang
diwariskan dari orang tua, dan ketidakseimbangan hormon serotonin dan
noradrenalin di dalam otak yang berfungsi mengendalikan suasana hati.
Gangguan kecemasan juga dapat dipicu oleh penyalahgunaan minuman keras
dan obat-obatan terlarang.
Sebenarnya, gangguan kecemasan dapat diatasi tanpa bantuan dokter
melalui beberapa cara, seperti mengonsumsi makanan bergizi tinggi, cukup
tidur, mengurangi asupan kafein, minuman beralkohol, atau zat penenang
lainnya, tidak merokok, berola raga secara rutin, dan melakukan metode
relaksasi sederhana, seperti yoga atau meditasi. Jika pengobatan mandiri tidak
memberikan perubahan, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.
Penanganan dari dokter biasanya meliputi pemberian obat-obatan antiansietas
serta terapi kognitif.
c) Depresi
Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan
penderitanya terus-menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang
umumnya berlangsung selama beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa
berlangsung hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Selain
memengaruhi perasaan atau emosi, depresi juga dapat menyebabkan masalah
fisik, mengubah cara berpikir, serta mengubah cara berperilaku penderitanya.
Tidak jarang penderita depresi sulit menjalani aktivitas sehari-hari secara
normal. Bahkan pada kasus tertentu, mereka bisa menyakiti diri sendiri dan
mencoba bunuh diri. Berikut ini adalah beberapa gejala psikologi seseorang
yang mengalami depresi:
- Kehilangan ketertarikan atau motivasi untuk melakukan sesuatu.
- Terus-menerus merasa sedih, bahkan terus-menerus menangis.
- Merasa sangat bersalah dan khawatir berlebihan.
- Tidak dapat menikmati hidup karena kehilangan rasa percaya diri.
- Sulit membuat keputusan dan mudah tersinggung.
- Tidak acuh terhadap orang lain.
- Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
Berikut ini adalah dampak depresi terhadap kesehatan fisik yang mungkin
dapat terjadi:
- Gangguan tidur dan badan terasa lemah.
- Berbicara atau bergerak menjadi lebih lambat.
- Perubahan siklus menstruasi pada wanita.
- Libido turun dan muncul sembelit.
- Nafsu makan turun atau meningkat secara drastis.
- Merasakan sakit atau nyeri tanpa sebab.
Ada beragam hal yang dapat memicu terjadinya depresi, mulai dari
peristiwa dalam hidup yang menimbulkan stres, kehilangan orang yang
dicintai, merasa kesepian, hingga memiliki kepribadian yang rapuh terhadap
depresi. Selain itu, depresi yang dialami seseorang juga bisa disebabkan oleh
penderitaan akibat penyakit parah dan berkepanjangan, seperti kanker dan
gangguan jantung, cedera parah di kepala, efek dari konsumsi minuman
beralkohol berlebihan dan obat-obatan terlarang, hingga akibat faktor genetik
dalam keluarga. Dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter jika merasakan
gejala-gejala depresi selama lebih dari dua minggu dan tidak kunjung mereda.
Apalagi jika gejala depresi tersebut sampai mengganggu proses pendidikan,
pekerjaan, dan hubungan sosial, Penanganan depresi oleh dokter akan
disesuaikan dengan tingkat keparahan depresi yang diderita masing-masing
pasien. Bentuk penanganan bisa berupa terapi konsultasi, pemberian obat-
obatan antidepresi, atau kombinasi keduanya.
Daftar Pustaka

Apsari, Afirtha Diah dan Heri Purnomo. (2010). Pencanangan Kesehatan


Mental. Diakses tanggal 11 April 2013 di
http://www.jogjatv.tv/berita/24/11/2010/pencanangan-desa-siaga-sehat-
jiwa.
Efendi, Ferry. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Meru, Ijam. 2011. Community Mental Health Nursing. Diakses pada tanggal 14
April 2013 di http://ijammeru.blogspot.com/2011/04/tutor-community-
mental-health-nursing.html.
Pahlevi, Muhamad Reza. (2012). Konsep Dasar Desa Siaga. Diakses pada
tanggal 12 April 2013 di
http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/07/konsep-dasar-desa-
siaga.html
Yogyatv. (2010). Pencanangan Kesehatan Mental. Diakses pada tanggal 12
April 2013 di http://www.jogjatv.tv/berita/24/11/2010/pencanangan-desa-
siaga-sehat-jiwa.
Yuni, Azmi. (2010). Efektifitas Pengembangan Kesehatan Mental (Dssj)
Terhadap Sikap Masyarakat Tentang Masalah Kesehatan Jiwa Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan Ii Bantul Yogyakarta. Diakses pada
tanggal 12 April 2013 di
http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/view/2537.
https://promkes.kemkes.go.id/content/?p=7385

Anda mungkin juga menyukai