Sitti Musrifah-161710101085
Sitti Musrifah-161710101085
Sitti Musrifah-161710101085
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember i
SKRIPSI
Oleh:
Sitti Musrifah
NIM. 161710101085
SKRIPSI
Diajukan guna untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Teknologi Hasil Pertanian (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian
Oleh:
Sitti Musrifah
NIM. 161710101085
ii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
PERSEMBAHAN
iii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
MOTTO
iv
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
PERNYATAAN
Yang menyatakan,
Sitti Musrifah
NIM. 161710101085
v
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
SKRIPSI
Oleh
Sitti Musrifah
161710101085
Pembimbing:
Dosen Pembimbing Utama : Ahmad Nafi’, S. TP., M. P
Dosen Pembimbing Anggota : Ir. Giyarto, M.Sc
vi
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
PENGESAHAN
(Dr. Triana Lindriati, S. TP., M.P.) (Dr. Maria Belgis, S.TP., M.P.)
NIP. 196808141998032001 NIP. 760016850
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas jember
vii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
RINGKASAN
viii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
antara 2,41 hingga 7,81%. Kadar protein labu kuning berkisar antara 0,03 hingga
0,05. Kadar lemak tepung labu kuning berkisar 0,00 hingga 0,01%. Kadar
karbohidrat tepung labu kuning berkisar 81,18 hinga 89,95%. penggunaan jenis
bahan pengisi mempengaruhi rendemen, kecerahan, kecepatan larut, higroskopis,
kadar air, kadar abu, kadar lemak, dan kadar karbohidrat, tetapi tidak begitu
mempengaruhi kadar protein tepung labu kuning yang dihasilkan. Formulasi
terbaik pada penelitian ini yaitu pada perbandingan 20 g maltodekstrin dengan 80
g daging labu kuning yang dilihat dari nilai hasil efektivitas sebesar 0,57.
ix
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
SUMMERY
x
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
89.95%. The use of filler type affects yield, brightness, solubility speed,
hygroscopic, water content, ash content, fat content, and carbohydrate content, but
does not significantly affect the protein content of pumpkin flour produced. The
best formulation in this study is the ratio of 20 g maltodextrin with 80 g of
pumpkin flesh as seen from the effectiveness value of 0,57.
xi
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
PRAKATA
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi berjudul “Karakteristik
Fisik dan Kimia Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata) dengan Penambahan
Dekstrin dan Maltodekstrin” dengan lancar dan baik. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, semangat, serta
bimbingan dari berbagai pihak, baik moral maupun material, oleh karena-Nya
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih antara lain kepada :
1. Bapak Dr. Siswoyo Soekarno, S.TP., M. Eng. selaku Dekan Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Jember;
2. Bapak Dr. Ir. Jayus selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas;
3. Bapak Ahmad Nafi’, S. TP., M. P dan Bapak Ir. Giyarto, M. Sc selaku Dosen
Pembimbing yang telah sabar dan meluangkan waktunya untuk melakukan
konsultasi selama penulis menyusun skripsi
4. Seluruh teknisi laboratorium Jurusan Teknologi Hasil Pertanian (Mbak Ketut,
Mbal Silvi, Mas Nugraha, dan ,Mbak Wim) yang telah memberi masukan dan
bantuan selama di laboratorium, sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan
baik;
5. Tante Tin, seluruh staff dan karyawan di lingkungan Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Jember yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
terimakasih atas waktu dalam memberi informasi yang dibutuhkan untuk
penelitian ini;
6. Ibu dan Ayah tercinta Alm Hj. Siti Halimah dan H. Abdurrahman yang belum
sempat melihatku wisuda, yang telah berjuang dan dengan sabar mendoakan
serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang, terimakasih atas tetesan
keringat dan dukungannya untuk anak tercintanya;
7. Kakakku Hj. Siti Kholifah dan H. Saiful Bahri yang sangat menyayangiku
xii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
Penulis
xiii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
DAFTAR ISI
Halaman
xiv
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
xv
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kandungan gizi labu kuning per 100 gram bahan .................................. 6
Tabel 2.2 Komposisi kimia tepung labu kuning ..................................................... 8
Tabel 2.3 Syarat mutu terigu sebagai bahan pangan ............................................. 16
Tabel 3.1 Kombinasi perlakuan ............................................................................ 19
Tabel 4.1 Tabel uji efektivitas tepung labu kuning ............................................... 46
xvi
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Labu kuning (Dokumen Pribadi, 2019)............................................... 5
Gambar 2.2 Struktur kimia dekstrin ........................................................................ 9
Gambar 2.3 Struktur kimia maltodekstrin ............................................................. 11
Gambar 3.2 Diagram alir pembuatan tepung labu kuning .................................... 21
Gambar 4.1 Diagram batang rendemen labu kuning dengan perbedaan bahan
pengisi dekstrin dan maltodekstrin dengan berbagai formulasi ............................ 30
Gambar 4.2 Diagram batang kecerahan tepung labu kuning dengan perbedaan
bahan pengisi dekstrin dan maltodekstrin dengan berbagai formulasi ................. 32
Gambar 4.3 Diagram batang kecepatan larut tepung labu kuning dengan
perbedaan bahan pengisi dekstrin dan maltodekstrin dengan berbagai formulasi 34
Gambar 4.4 Diagram batang higroskopitas labu kuning dengan perbedaan bahan
pengisi dekstrin dan maltodekstrin dengan berbagai formulasi ............................ 36
Gambar 4.5 Diagram batang kadar air tepung labu dengan perbedaan bahan
pengisi dekstrin dan maltodekstrin dengan berbagai formulasi ............................ 38
Gambar 4.6 Diagram batang kadar abu tepung labu kuning dengan perbedaan
bahan pengisi dekstrin dan maltodekstrin dengan berbagai formulasi ................. 40
Gambar 4.7 Diagram batang nilai kadar protein tepung labu kuning pada berbagai
jenis bahan pengisi ................................................................................................ 41
Gambar 4.8 Diagram batang nilai kadar protein tepung labu kuning dengan
perbedaan bahan pengisi dekstrin dan maltodekstrin dengan berbagai formulasi 42
Gambar 4.9 Diagram batang nilai kadar lemak tepung labu kuning dengan
perbedaan bahan pengisi dekstrin dan maltodekstrin dengan berbagai formulasi 43
Gambar 4.10 Nilai kadar karbohidrat tepung labu kuning dengan perbedaan bahan
pengisi dekstrin dan maltodekstrin dengan berbagai formulasi ............................ 45
xvii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.1 Data Hasil Uji Rendemen .......................................................... 51
Lampiran 1.2 Data Hasil Uji DMRT Rendemen ............................................. 51
Lampiran 2.1 Data Hasil Uji Lightness ............................................................ 52
Lampiran 2.2 Data Hasil Uji DMRT Lightness ............................................... 52
Lampiran 3.1 Data Hasil Analisis Uji Daya Larut ........................................... 53
Lampiran 3.2 Data Hasil Uji DMRT Daya Larut ............................................ 53
Lampiran 4 Data Hasil Uji Higroskopis .......................................................... 54
Lampiran 5.1 Data Hasil Uji Kadar Air ........................................................... 55
Lampiran 5.2 Data Hasil Uji DMRT Kadar Air .............................................. 56
Lampiran 6.1 Data Hasil Analisis Kadar Abu ................................................. 57
Lampiran 6.2 Data Hasil Uji DMRT Kadar Abu ............................................. 58
Lampiran 7.1 Data Hasil Analisis Uji Kadar Protein....................................... 59
Lampiran 7.2 Data Hasil Uji DMRT Kadar Protein ........................................ 59
Lampiran 8 Data Hasil Analisis Uji Kadar Lemak .......................................... 60
Lampiran 9.1 Data Hasil Analisis Uji Kadar Karbohidrat ............................... 61
Lampiran 9.2 Data Hasil Uji DMRT Uji Kadar Karbohidrat .......................... 62
Lampiran 10 Data Perhitungan Anova SPSS ................................................... 63
Lampiran 11.1 Efektivitas Penambahan Dekstrin ............................................ 66
Lampiran 11.2 Efektivitas Penambahan Maltodekstrin ................................... 67
Lampiran 12 Dokumentasi ............................................................................... 68
xviii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 1
BAB 1. PENDAHULUAN
kadar abu, dan kadar karbohidrat. Namun masih belum diketahui jenis bahan
pengisi dan formulasi yang tepat dalam pembuatan tepung labu kuning. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis bahan pengisi
dekstrin atau maltodekstrin dan formulasi yang tepat untuk membuat tepung labu
kuning dan menghasilkan produk tepung labu kuning dengan kualitas yang baik.
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh penambahan jenis dan formulasi bahan pengisi
terhadap sifat fisik dan kimia tepung labu kuning.
2. Mengetahui jenis dan formulasi bahan pengisi terbaik dalam pembuatan
tepung labu kuning.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 4
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Meningkatkan nilai guna labu kuning sebagai komoditi lokal Desa
Tegalrejo.
2. Memberikan teknologi alternatif pengolahan labu kuning untuk
meningkatkan penghasilan para petani di Desa Tegalrejo.
3. Menambah nilai ekonomi petani labu kuning, khususnya petani Tegalrejo
dari produk hasil olahan labu kuning yaitu tepung labu kuning.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 5
Daging buah labu kuning mempunyai potensi yang lebih besar untuk
dimanfaatkan. Daging buahnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar
pembuatan suatu produk seperti biskuit, roti, bubur, karena merupakan sumber
pro-Vitamin A atau ß-karoten (Radyaswati, 2005). Labu kuning merupakan salah
satu jenis tanaman pangan yang mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi
dan lengkap. Secara lengkap labu kuning mempunyai kandungan gizi seperti yang
disajikan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kandungan gizi labu kuning per 100 gram bahan
Kandungan Gizi Satuan Kadar
Energi Kal 2,9
Protein g 1,1
Lemak g 0,3
Karbohidrat/pati g 6,6
Kalsium mg 4,5
Fosfor mg 64,0
Zat Besi mg 1,4
Vitamin A SI 180,0
Vitamin B mg 0,9
Vitamin C mg 52,0
Air % 91,20
BDD % 77,0
Sumber : (Sudarto, 2000).
Labu kuning banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan sayuran.
Bagian yang paling banyak digunakan adalah daging buah, antara lain
dimanfaatkan sebagai campuran saus tomat, diawetkan (produk awetan kering),
dimasak sebagai sayur atau kolak, diolah menjadi dodol, selai/jam, cake, manisan
(basah dan kering), sirup, dan jelly (Suprapti, 2005). Sedangkan daun dan pucuk
sulur yang masih muda dapat digunakan sebagai bahan sayuran. Biji labu kuning
sering digoreng menjadi kuaci atau direbus langsung sebagai makanan ringan.
Selain itu, biji labu kuning juga sering digunakan sebagai bahan obat tradisional
untuk meluruhkan (antelmintik) cacing perut dan pencahar (obat urus-urus).
Getahnya dapat digunakan sebagai bahan penawar gigitan serangga yang berbisa.
Kulit buah labu kuning dapat digunakan untuk tempat air atau untuk bahan
kerajinan lainnya (Widayati dan Damayanti, 2007).
Pemanfaatan labu kuning yang diolah menjadi produk tepung yang
mempunyai daya simpan lama dan sekaligus berupa produk olahan yang disukai
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 7
oleh konsumen yaitu seperti pembuatan kue-kue kering (cookies), cake, kue-kue
basah serta mie memerlukan proses pengolahan yang tepat sehingga dihasilkan
produk yang bermutu tinggi baik tekstur, sifat-sifat fungsional maupun kandungan
gizinya. Labu kuning merupakan sumber karbohidrat yang mengandung
karotenoid yang memiliki sifat fungsional sebagai antioksidan, sehingga dapat
mencegah penuaan, kanker, diabetes dan katarak (Brotodjojo, 2010).
yang memerlukan sifat mudah larut ketika ditambahkan air. Dekstrin juga
berfungsi sebagai bahan pengisi (filler) karena dapat meningkatkan berat produk
dalam bentuk serbuk (Pudiastuti dan Pratiwi, 2013).
Dekstrin merupakan hasil dari proses hidrolisis pati yang tidak sempurna.
Proses ini juga melibatkan alkali dan oksidator. Pengurangan panjang rantai
tersebut akan menyebabkan perubahan sifat dimana pati yang tidak mudah larut
dalam air diubah menjadi dekstrin yang mudah larut. Dekstrin bersifat sangat larut
dalam air panas atau dingin, dengan viskositas yang relatif rendah. Sifat tersebut
mempermudah penggunaan dekstrin apabila digunakan dalam formulasi yang
cukup tinggi (Lineback dan Inlett,1982).
Dekstrin putih dihasilkan dengan pemanasan suhu sedang (79-121°C),
menggunakan katalis asam seperti HCl atau asam asetat dengan karakteristik
produk berwama putih hingga krem. Dekstrin kuning dihasilkan dengan
pemanasan suhu tinggi (149-190oC) menggunakan katalis asam dengan
karakteristik produk berwarna krem hingga kuning kecoklatan. Dekstrin kuning
hasil pemanasan kering (tanpa air) seperti penyangraian dan pemanggangan akan
menyebabkan dekstrin terpolimerasi membentuk senyawa coklat yang disebut
pirodekstrin (Gaman dan Sherington, 1981).
2.3.2 Maltodekstrin
Maltodekstrin adalah salah satu jenis pati temodifikasi yang digunakan
dalam berbagai industri, antara lain industri kimia, makanan, minuman,dan
farmasi (SNI 7599:2010). Dekstrin putih dihasilkan dengan pemanasan suhu
sedang (79-121°C), menggunakan katalis asam seperti HCl atau asam asetat
dengan karakteristik produk berwama putih hingga krMaltodekstrin didefinisikan
sebagai produk hidrolisis pati yang mengandung unit α-D-glukosa yang sebagian
besar terikat melalui ikatan 1,4 glikosidik dengan DE kurang dari 20. Rumus
umum maltodekstrin adalah [(C6H10O5)nH2O)]. Maltodekstrin merupakan
campuran dari glukosa, maltosa, oligosakarida, dan dekstrin (Pentury, dkk., 2013).
em. Maltodekstrik dengan DE rendah bersifat non-higroskopis, sedangkan
maltodekstrin dengan DE tingga cenderung menyerap air (higroskopis).
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 11
produk setengah jadi yang dianjurkan karena lebih tahan disimpan, mudah
dicampur (dibuat komposit), dibentuk, diperkaya zat gizi, dan lebih cepat dimasak
sesuai tuntutan kehidupan modern yang serba praktis. Adapun proses pembuatan
tepung labu kuning secara garis besar adalah sebagai berikut :
2.4.1 Pembuatan Puree Labu Kuning
Puree labu kuning diperoleh dari proses penghancuran atau pureeing yang
dikukus terlebih dahulu. Langkah awal dalam pembuatan puree labu kuning
adalah pengupasan labu kuning, pencucian labu kuning, pengecilan ukuran labu
kuning, pengukusan labu kuning. Tahap kedua, menghaluskan labu kuning.
Browning dapat menyebabkan produk tepung menjadi warna coklat hingga
gelap, sehingga warnanya kurang menarik. Satu cara mencegah terjadinya proses
Browning yaitu dengan cara blanching. Labu kuning dimasak ke dalam air hangat
atau dikukus pada air hangat yang berlebih selama periode waktu tertentu diikuti
dengan memasukan kedalam air dingin untuk menghentikan pemasakan.
Blanching dapat dilakukan pada suhu 35°C - 60°C selama 1-5 menit tergantung
dari jenis bahan yang digunakan, dengan cara merebus pada air hangat atau uap
(Asgar dan Musaddad, 2006).
2.4.2 Pengeringan
Pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan
kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Dalam hal ini
kandungan uap air udara lebih sedikit atau udara mempunyai kelembaban nisbi
yang rendah sehingga terjadi penguapan (Adawyah, 2014). Pengeringan
merupakan salah satu tahap pengolahan untuk menghasilkan tepung. Tujuan
pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas perkembangan
mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan
terhambat atau bahkan terhenti sama sekali. Dengan demikian, bahan yang
dikeringkan mempunyai waktu simpan lebih lama (Adawyah, 2014). Suhu yang
digunakan dalam proses pengeringan labu kuning sampai dengan 85oC.
Kebanyakan jenis pengeringan, kalor atau panas dilakukan pada bahan pangan,
dan air dalam bentuk uap air di buang. Metode pemberian kalor serta pemindahan
uap air dari produk adalah dasar dari berbagai teknik pengeringan. Jika kalor
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 13
diberikan pada bahan pangan maka suhu bahan akan naik dan air menguap (Harris
dan Karmas,1980).
Proses pengeringan mempunyai dua periode utama yaitu periode
pengeringan dengan laju pengeringan tetap dan periode pengeringan dengan laju
pengeringan menurun. Kedua periode utama ini dibatasi oleh kadar air kritis.
Kadar air kritis adalah kadar air terendah pada saat laju air bebas dari dalam bahan
ke permukaan sama dengan laju pengambilan uap air maksimum dari bahan. Pada
periode pengeringan dengan laju tetap, bahan mengandung air yang cukup
banyak, sehingga pada permukaan bahan berlangsung penguapan yang lajunya
dapat disamakan dengan laju penguapan pada permukaan air bebas. Periode ini
berakhir pada saat laju difusi air dari dalam bahan telah turun, sehingga lebih
lambat dari laju penguapan. Laju pengeringan akan menurun seiring dengan
penurunan kadar air selama pengeringan. Jumlah air terikat makin lama makin
berkurang. Pada laju pengeringan menurun ini kadar air bahan lebih kecil dari
pada kadar air kritis.
Winarno (1993) menyatakan pengaruh paling nyata pada bahan yang
dikeringkan adalah menurunnya kandungan air pada bahan, karena air pada bahan
telah mengalami penguapan, yang kemudian menyebabkan penurunan berat
bahan. Dengan mengurangi kadar airnya, bahan pangan mengandung senyawa -
senyawa seperti protein, karbohidrat, lemak dan mineral dalam konsentrasi lebih
tinggi, tetapi warna dan vitamin pada umumnya akan rusak dan berkurang. Lebih
lanjut dinyatakan proses pengeringan yang dilakukan pada suhu terlalu tinggi
maka dapat terjadi case hardening, yaitu suatu keadaan bagian luar bahan sudah
kering sedangkan bagian dalam masih basah. Terjadinya case hardening dapat
mengakibatkan proses pengeringan selanjutnya menjadi lambat. Mikroorganisme
yang terdapat di bagian dalam bahan yang masih basah dapat berkembang biak
sehingga menyebabkan kebusukan. Akibat lain dari pengeringan adalah awetnya
bahan pangan dari proses kerusakan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas air yang
terdapat pada bahan pangan mengalami penurunan sehingga mikroorganisme
penyebab kerusakan bahan tidak dapat hidup (Buckle et al, 1987).
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 14
sehingga roti yang dihasilkan akan berkualitas baik pula. Karbohidrat tepung labu
kuning juga cukup tinggi. Karbohidrat ini sangat berperan dalam pembuatan
adonan pati. Granula pati akan melekat pada protein selama pembentukan adonan.
Kelekatan antara granula pati dan protein akan menimbulkan kontinuitas struktur
adonan (Hendrasty, 2003).
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 18
sampai menjadi bubur agar mudah diproses saat pencampuran dengan bahan
pengisi. Kemudian bahan pengisi ditambahkan pada bubur labu kuning,
pencampuran ini menggunakan blander kurang lebih 10 menit agar homogen.
Tahap selanjutnya adalah pengeringan. Bubur labu kuning dimasukkan pada
loyang yang telah dilapisi kertas kue untuk mencegah lengketnya bubur labu pada
loyang. Proses pengeringan ini menggunakan dua tahap yaitu pertama dengan
menggunakan oven tanpa blower suhu 50oC selama 6 jam. Pengeringan kedua
dengan oven tanpa blower dengan suhu 70oC selama 6 jam. Setelah proses
pengeringan, maka akan dilakukan proses penggilingan dengan menggunakan
blander untuk memperkecil ukuran dan membuat produk labu kuning menjadi
halus. Selanjutnya diayak dengan menggunakan ayakan mesh 70 untuk
menseragamkan ukuran. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 21
Labu
Kuning
Pengupasan Kulit dan Jonjot
Pencucian
Pengayakan 70 mesh
Tepung Labu
Kuning
Gambar 3.1 Diagram alir pembuatan tepung labu kuning
Nilai efektivitas =
Nilai efektivitas yang diperoleh dikalikan dengan nilai normalisasi dari bobot
yang diberikan untuk masing-masing parameter. Langkah terakhir hasil kali dari
nilai efektivitas dengan nilai normalisasi dijumlahkan pada masing-masing
alternatif. Nilai jumlah yang terbesar merupakan nilai perlakuan terbaik.
% Rendemen = x 100%
Kecepatan Larut =
Keterangan :
A = berat awal
B = berat setelah dibiarkan dalam ruang terbuka
3.7.2 Analisis Sifat Kimia
a. Kadar Air (AOAC, 2005)
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 25
Keterangan :
A = botol timbang kosong (g)
B = botol timbang + sampel awal (g)
C = botol timbang + sampel kering (g)
b. Kadar Abu (AOAC, 2005)
Kadar abu suatu bahan erat kaitannya dengan kandungan mineral
bahan tersebut. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan
dua macam garam, yaitu garam organik dan garam anorganik. Prinsip
penentuan kadar abu adalah dengan mengkondisikan semua zat organik
pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500-600oC, kemudian zat hasil
pembakaran yang tertinggal ditimbang. Jumlah sampel yang akan
diabukan ditimbang sejumlah tertentu tergantung pada macam bahannya.
Tepung labu kuning yang akan diabukan ditempatkan pada wadah
khusus yaitu krus yang terbuat dari porselen, silica, quartz, nikel atau
platina dengan berbagai kapasitas (25-100 ml). Pemilihan krus ini
disesuaikan dengan bahan yang akan diabukan. Suhu pengabuan untuk
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 26
Keterangan :
A = kurs kosong (g)
B = berat kurs + sampel awal (g)
C = berat kurs + sampel kering (g)
c. Kadar Protein Metode Kjeldahl (AOAC, 2005)
Analisis kadar protein dilakukan dengan metode kjeldahl (AOAC,
2005). Prinsipnya adalah oksidasi bahan-bahan berkarbon dan konversi
nitrogen menjadi amonia oleh asam sulfat, selanjutnya amonia bereaksi
dengan kelebihan asam membentuk amonium sulfat. Amonium sulfat yang
terbentuk diuraikan dan larutan dijadikan basa dengan NaOH. Amonia
yang diuapkan akan diikat dengan asam borat. Nitrogen yang terkandung
dalam larutan ditentukan jumlahnya dengan titrasi menggunakan larutan
baku asam.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga
tahap, yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Sampel ditimbang sebanyak 0,5
gram kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 50 mL lalu
ditambahkan selenium 0,9 gram, 5 mL H2SO4 pekat ditambahkan secara
perlahan ke dalam labu dan didiamkan selama 10 menit di ruang asam.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 27
Sampel didestruksi pada suhu 410⁰C selama kurang lebih 2 jam atau
sampai cairan berwarna hijau bening. Labu kjeldahl dicuci dengan akuades
50 hingga 75 mL kemudian air tersebut dimasukkan ke dalam alat
destilasi. Hasil destilasi ditampung dalam erlenmeyer 250 mL yang berisi
15 mL asam borat (H3BO3) 4% yang mengandung indikator bromcherosol
green 0,1% dan methyl red 0,1% dengan perbandingan 2:1. Destilasi
dilakukan dengan menambahkan 50 mL larutan NaOH - Na2S2O3 ke
dalam alat destilasi hingga tertampung 100-150 mL destilat di dalam
erlenmeyer dengan hasil destilat berwarna hijau. Destilat dititrasi dengan
HCl 0,02 N sampai terjadi perubahan warna yang pertama kalinya.
Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti sampel.
Penentuan kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut :
% Protein =
Keterangan :
VA = mL HCl untuk titrasi sampel
VB = mL HCl untuk titrasi blangko
N = normalitas HCl standar yang digunakan 14,007 (berat atom
nitrogen); 6,25 (faktor konversi protein untuk tepung)
W = berat sampel (g)
Kadar protein dinyatakan dalam satuan g/100 g sampel
d. Kadar Lemak (AOAC, 2005)
Analisis kadar lemak dilakukan dengan metode sokhlet (AOAC,
2005). Prinsipnya adalah lemak yang terdapat dalam sampel diekstrak
dengan menggunakan pelarut non polar. Gelas lemak yang akan
digunakan dioven selama 30 menit pada suhu 100-105ºC. Gelas lemak
didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan
ditimbang (A). Sampel ditimbang sebanyak 2 g (B) kemudian
dibungkus dengan kertas saring, dan dimasukkan ke dalam sokhlet
yang telah dihubungkan dengan labu lemak. Sampel sebelumnya telah
dioven dan diketahui bobotnya.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 28
% Lemak total =
Keterangan :
A : berat labu alas bulat kosong (g)
B : berat sampel (g)
C : berat labu alas bulat dan lemak hasil ekstraksi (g)
e. Kadar Karbohidrat
Analisis kadar karbohidrat dalam bahan pangan dapat diperkirakan
melalui beberapa cara analisis. Salah satu cara yang paling mudah
adalah dengan cara perhitungan kasar (proximate analysis) atau disebut
juga carbohydrate by difference. Kadar karbohidrat dihitung dengan
metode by difference yaitu dengan mengurangi 100% dengan
persentase kadar air, abu, protein, dan lemak sehingga didapatkan nilai
kadar karbohidrat. Pengukuran kadar karbohidrat total dalam sampel
dihitung berdasarkan perhitungan (dalam %) :
% karbohidrat = 100% - % (protein + lemak + abu + air)
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 47
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan jenis bahan pengisi dan perbedaan formulasi bahan pengisi
mempengaruhi rendemen, kecerahan, kecepatan larut, kadar air, kadar abu, kadar
protein dan kadar karbohidrat, tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap
higroskopis dan kadar lemak tepung labu kuning yang dihasilkan. Formulasi
terbaik pada penelitian ini yaitu pada perbandingan 20 g maltodektrin dengan 80 g
daging labu kuning memiliki nilai hasil efektivitas sebesar 0,57
5.2 Saran
Penelitian pembuatan tepung labu kuning dengan penambahan pengisi ini
dilakukan hanya untuk mengetahui sifat fisik dan kimianya. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai umur simpan tepung labu kuning
dengan penambahan dekstrin dan perubahan mutu selama penyimpanan. Selain
itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aplikasi tepung labu kuning
dalam pembuatan olahan produk pangan.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Hasil Uji Rendemen
1.1 Data Hasil Uji Rendemen
Berat Berat Rata-
Perlakuan Ulangan Rendemen SD RSD
Awal Akhir Rata
U1 500 14,06 2,81
Kontrol U2 500 14,65 2,93 2,93 0,12 4,00
U3 500 15,23 3,05
U1 500 23,55 4,71
A1B1 U2 500 23,68 4,74 4,72 0,01 0,27
U3 500 23,60 4,72
U1 500 51,40 10,28
A1B2 U2 500 52,13 10,43 10,30 0,11 1,09
U3 500 51,03 10,21
U1 500 72,74 14,55
A1B3 U2 500 72,71 14,54 14,48 0,11 0,76
U3 500 71,77 14,35
U1 500 30,08 6,02
A2B1 U2 500 30,08 6,02 6,02 0,00 0,01
U3 500 30,09 6,02
U1 500 37,15 7,43
A2B2 U2 500 37,26 7,45 7,39 0,08 1,09
U3 500 36,51 7,30
U1 500 42,12 8,42
A2B3 U2 500 42,61 8,52 8,45 0,06 0,70
U3 500 42,09 8,42
Berat di
Berat Berat
Suhu Rata-
Perlakuan Ulangan Cawan Awal Higroskopis SD RSD
Terbuka Rata
(g) (g)
(g)
U1 0,5180 2,0870 3,9169 0,3804
Kontrol U2 0,5123 2,0635 3,9673 0,4261 0,39 003 7,89
U3 0,5142 2,0764 3,8674 0,3673
U1 0,5160 2,0038 4,3680 0,6648
A1B1 U2 0,5156 2,0357 3,7083 0,3151 0,46 0,18 39,12
U3 0,5130 2,0012 3,8451 0,4087
U1 0,5019 2,1490 3,8071 0,3045
A1B2 U2 0,5145 2,0040 3,7711 0,3683 0,35 0,04 11,04
U3 0,5089 2,0231 3,7969 0,3737
U1 0,5190 2,0594 3,7793 0,3322
A1B3 U2 0,4910 2,0950 3,7695 0,3305 0,29 0,07 22,52
U3 0,5013 2,2800 3,7765 0,2166
U1 0,4958 2,0514 3,7341 0,3369
A2B1 U2 0,4872 2,0415 3,6370 0,3042 0,32 0,02 5,10
U3 0,5268 2,0045 3,6987 0,3196
U1 0,4968 2,1311 3,8360 0,3338
A2B2 U2 0,4971 2,0560 3,7558 0,3432 0,37 0,06 15,19
U3 0,5143 2,0076 3,9110 0,4357
U1 0,4971 2,1486 3,6786 0,2494
A2B3 U2 0,5009 2,0223 3,6636 0,3162 0,27 0,04 14,94
U3 0,5047 2,0643 3,5769 0,2438
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 56
Subset
B N
1 2
B2 6 0,04
B1 6 0,04
B3 6 0,05
Sig. 1,000 ,506
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 61
3. Uji warna