Yulintan Maulidar-142210101109 PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 75

Digital

Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

POTENSI SEDUHAN KOPI ROBUSTA DENGAN ADITIF


TERHADAP VIABILITAS SEL MONOSIT
YANG DIPAPAR Bacillus cereus

SKRIPSI

Oleh :

Yulintan Maulidar

NIM 142210101109

HALAMAN SAMPUL

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2018

i
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

POTENSI SEDUHAN KOPI ROBUSTA DENGAN ADITIF

TERHADAP VIABILITAS SEL MONOSIT


YANG DIPAPAR Bacillus cereus

SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Farmasi (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Farmasi

Oleh :

Yulintan Maulidar
NIM 142210101109

HALAMAN JUDUL

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2018

ii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :


1. Allah SWT yang selalu memberikan petunjuk, rahmat, hidayah, tuntunan, dan
kemudahan;
2. Orang tua penulis yang terkasih, Mama Anita Trikenyo Wulan Juni dan Papa
Abu Bakar Sidik yang senantiasa memberikan doa, dukungan moril dan jerih
payah yang telah dilakukan demi kebahagiaan penulis;
3. Kakak penulis Kardita Puspa Monitasari dan Adik penulis Ismail Madhani,
yang selalu member dukungan dan doa kepada penulis
4. Ibu Indah Purnama Sary, S.Si., M.Farm., Apt dan Ibu drg. Tantin Ermawati,
M.Kes yang telah berkenan membimbing penulis dan memberi masukan
teramat penting hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
5. Bapak dan Ibu Guru sejak mengenyam di bangku TK Dhoho Kediri, SDN
Banjaran IV Kediri, SMPN 1 Kediri hingga di bangku SMAN 2 Kediri serta
seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Jember yang telah begitu berjasa
member ilmu
6. Teman-teman angkatan 2014 PHARMAGEN yang telah memberikan
semangat, pengalaman, dan bantuan selama masa perkuliahan
7. Almamater tercinta, Fakultas Farmasi Universitas Jember

iii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

MOTTO

―Karena sebaik-baiknya ilmu adalah yang diamalkan,


sebaik-baiknya harta adalah yang disedekahkan, dan sebaik-baiknya manusia
adalah yang menebar manfaat bagi sesama‖
(HR. Bukhori dan Muslim)

―…Sesungguhnya jika kamu bersyukur,


nicaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,
tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka azab-Ku sangat berat‖
(Q.S Ibrahim;7) 1

1
Departemen Agama Republik Indonesia. 2007. Syaamil Al-Quran Terjemahan Per-Kata.
Bandung. CV Haekal Media Centre.

iv
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Yulintan Maulidar
NIM : 142210101109

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul ―Potensi


Seduhan Kopi Robusta dengan Aditif Terhadap Viabilitas Sel Monosit yang
Dipapar Bacillus cereus‖ adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, kecuali
kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada
institusi manapun dan bukan karja jiplakan. Saya bertanggung jawab atas
keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus
dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi
akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 20 Juli 2018


Yang menyatakan,

Yulintan Maulidar
NIM. 142210101109

v
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

SKRIPSI

POTENSI SEDUHAN KOPI ROBUSTA DENGAN ADITIF

TERHADAP VIABILITAS SEL MONOSIT

YANG DIPAPAR Bacillus cereus

Oleh :

Yulintan Maulidar
NIM. 142210101109

Pembimbing:

Dosen Pembimbing Utama : Indah Purnama Sary, S.Si., M.Farm., Apt


Dosen Pembimbing Anggota : drg. Tantin Ermawati, M.Kes

vi
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

PENGESAHAN

Skripsi berjudul ―Potensi Seduhan Kopi Robusta dengan Aditif Terhadap Viabilitas
Sel Monosit yang Dipapar Bacillus cereus‖ karya Yulintan Maulidar telah diuji dan
disahkan pada :
hari, tanggal : Jumat, 20 Juli 2018
tempat : Fakultas Farmasi Universitas Jember

Tim Pembimbing
Dosen Pembimbing Utama, Dosen Pembimbing Anggota,

Indah Purnama Sary, S.Si., M.Farm., Apt. drg. Tantin Ermawati, M.Kes.
NIP. 198304282008122004 NIP. 198003222008122003

Tim Penguji
Dosen Penguji 1, Dosen Penguji 2,

Fransiska Maria C, S.Farm., M.Farm., Apt. Diana Holidah, S.F., M.Farm., Apt.
NIP. 198404062009122008 NIP. 197812212005012002

Mengesahkan
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Jember,

Lestyo Wulandari, S.Si., M.Farm., Apt.


NIP. 197604142002122001
vii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

RINGKASAN

Potensi Seduhan Kopi Robusta dengan Aditif Terhadap Viabilitas Sel Monosit
yang Dipapar Bacillus cereus; Yulintan Maulidar, 142210101109; 2018; 85
halaman; Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Viabilitas sel adalah kemampuan untuk mempertahankan hidup dari paparan
zat asing atau mikroorganisme patogen agar sel tersebut mampu menjalankan
fungsinya dengan baik. Semakin lama sel terpapar oleh zat asing atau
mikroorganisme patogen, maka akan menyebabkan penurunan integritas membran sel
dan mengakibatkan sel monosit kehilangan fungsinya bahkan hingga terjadi lisis.
Menurunnya viabilitas sel dapat dirusak akibat adanya paparan dari zat asing atau
mikroorganisme patogen seperti bakteri yang merusak lipid membran hingga
menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel. Bacillus cereus merupakan bakteri yang
dikenal dengan sebutan organisme penyebab kejadian kasus keracunan pada
makanan. Faktor dari Bacillus cereus yang diketahui mampu memicu lisis pada sel
adalah haemolysins II.
Minuman kopi memiliki sumber kandungan polifenol terbesar dibandingkan
dengan sumber dari minuman lain yang sering dikonsumsi sehari-hari seperti
minuman teh dan cokelat. Kandungan polifenol yang terdapat pada 200 ml cangkir
seduhan kopi robusta mengandung 70-350 mg asam klorogenat. Asam klorogenat
melindungi membran sel dengan berikatan pada gugus polar membran fosfolipid.
Sehingga membran sel memiliki struktur yang lebih rapat (rigid) dan mampu
mempertahankan integritas membran sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
potensi seduhan kopi robusta dengan aditif terhadap viabilitas sel monosit yang
dipapar B. cereus.
Isolasi sel monosit dilakukan dengan metode konvensional gradient density
centrifugation menggunakan media pemisah (Monocyte Separation Medium) seperti
Lympophrep™. Selanjutnya isolat sel monosit diinkubasi dengan bahan uji yaitu kopi
robusta, gula; kopi robusta, gula, krimer dan kopi robusta, gula, susu. Inkubasi B.
cereus dilakukan selama 2 jam dan dilakukan uji viabilitas. Uji viabilitas dilakukan
dengan pewarnaan menggunakan trypan blue kemudian perhitungan sel dilakukan
secara manual dibawah mikroskop inverted. Sel hidup tampak tak berwarna
sedangkan sel mati akan tampak berwarna biru akibat trypan blue yang mampu
melewati celah sel yang rusak. Perhitungan % viabilitas sel adalah dengan membagi
antara sel yang tidak terwarnai dengan total sel seluruhnya dan dikalikan 100. Data
yang didapatkan kemudian diolah menggunakan program SPSS dengan melakukan
uji normalitas (Saphiro Wilk) dan uji homogenitas (Levene). Data yang diperoleh
normal dan homogen, sehingga dilanjutkan uji statistik parametrik one way anova
dan uji LSD.

viii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

Nilai rata-rata % viabilitas sel monosit pada seduhan kopi robusta, gula;
seduhan kopi robusta,gula,krimer dan seduhan kopi robusta,gula,susu berturut-turut
adalah 66,65%; 37,74%; 25,92%. Analisis statistik parametrik one way anova dan uji
LSD menunjukkan nilai signifikansi < 0,05, sehingga data antar kelompok perlakuan
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Keseluruhan hasil menunjukkan bahwa
seduhan kopi robusta dengan aditif memiliki potensi dalam meningkatkan nilai
viabilitas sel monosit yang dipapar B. cereus.

ix
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Potensi Seduhan
Kopi Robusta dengan Aditif Terhadap Viabilitas Sel Monosit yang Dipapar Bacillus
cereus‖. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan strata satu (S1) pada Fakultas Farmasi Universitas Jember .
Penyusunan dan penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan ucapan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah selalu memberikan karunia dan keajaiban-Nya
sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tulisan ini.
2. Mama Anita Trikenyo Wulan Juni dan Papa Abu Bakar Sidik yang senantiasa
memberikan doa, dukungan moril dan jerih payah yang telah dilakukan demi
kebahagiaan penulis.
3. Kakak penulis Kardita Puspa Monitasari dan Adik penulis Ismail Madhani,
yang selalu member dukungan dan doa kepada penulis.
4. Ibu Lestyo Wulandari, S.Si., M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Jember.
5. Ibu Indah Purnama Sary, S.Si., M.Farm., Apt dan Ibu drg. Tantin Ermawati,
M.Kes yang telah berkenan membimbing penulis dan memberi masukan serta
waktu, pikiran dan perhatian kepada penulis selama proses penyususnan
skripsi ini hingga akhir.
6. Ibu Fransiska Maria C, S.Farm., M.Farm., Apt. selaku Dosen Penguji I dan
Diana Holidah, SF., M.Farm., Apt. selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan skripsi ini.
7. Bapak Dian Agung P, S.Farm., M.Farm., Apt dan Ibu Lidya Ameliana, S.Si.,
M.Farm., Apt. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan

x
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

arahan, bimbingan, dan dukungan kepada penulis selama menempuh


perkuliahan.
8. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Jember yang telah memberi dan
berbagai ilmu serta pengalaman selama perkuliahan, juga staf dan karyawan
atas segala bantuan yang telah diberikan selama saya menjadi mahasiswa
Fakultas Farmasi Universitas Jember.
9. Mas Erwan, Mbak Ning, Mbak Azizah, Mbak Dinik, Mbak Indri, Mbak Parka
dan Bu Widi yang telah membantu penulis saat melakukan penelitian di
laboratorium.
10. Rekan kerja seperjuangan Sel Monosit di berbagai laboratorium, Catur
Nindita yang telah bekerja keras bersama dalam penelitian ini dan menjadi tim
terbaik, terima kasih atas pengalaman, kebahagiaan, semangat, dan dukungan
yang selalu diberikan.
11. Rekan diskusi seperjuangan skripsi, Sarah Faradillah dan Ratih Dhiyah yang
selalu meluangkan waktunya untuk berdiskusi, berbagi cerita dan memberikan
dukungan.
12. Sahabat IAI Kota Kediri (Ratih, Ary, Rafli) yang selalu menjadi penyemangat
dan tempat berbagi cerita dan bantuan.
13. Sahabat GETEWE (Sarah, Poppy, Ratih, Yashinta, Hesti, Idofia) yang selalu
memberikan semangat dan dukungan.
14. Sahabat GENGOWES (Ninis, Dhifa, Ratri, Ayub, Haris) yang selalu member
semangat dan dukungan kepada penulis.
15. Sahabat perjuangan perantauan (Dea, Rara, Lusi, Dita) yang telah bersama-
sama merantau dari kota Kediri ke Jember dan memberi bantuan selama ini.
16. Sahabatku Ratih, Alfita, Laili, Lisa, Tata, Sheila, Mace, Sarah, Disti, Vivi,
Putu, Usi, Ket, Mia, atas semangat dan doa yang diberikan kepada penulis
serta seluruh kecerian selama perkuliahan
17. Keluarga PHARMAGEN, terimakasih atas semangat, kebersamaan, dan
pengalaman dalam bekerja sama yang dilakukan selama perkuliahan

xi
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

18. Keluarga YUDYA RESIDENCE, Farda, Rini, Fara, Cani, Okta,Azha, Amel,
Tiara, Finola, Leilani, Nia, Nanda, Mbak Siska, Ibu Kantin kos, Mbak Ima
yang telah memberikan keluarga baru selama penulis berada di Jember.
19. Keluarga besar UKM KARISMA, UKM Fassenden, dan FORISMA yang
telah memberikan pengalaman non akademis, bekerja sama sebagai tim dan
kebersamaan selama menjalankan program kerja di masa perkuliahan
20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu

Hanya ucapan terima kasih dan doa yang dapat penulis sampaikan atas segala
kebaikan tiada henti dan dukungan yang telah diberikan. Semoga segala kebaikan
yang diberikan kepada penulis mendapat balasan baik dari Allah dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan untuk menyempurnakan
karya-karya selanjutnya.

Jember, Juli 2018

Penulis

xii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN..................................................................................... v
HALAMAN PEMBIMBING .................................................................................... vi
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... vii
RINGKASAN ........................................................................................................... viii
PRAKATA ................................................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xviii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Monosit dan Viabilitas .............................................................................. 6
1.1.1 Deskripsi Sel Monosit ........................................................................ 6

1.1.2 Struktur dan Fungsi Membran Sel ..................................................... 6

1.1.3 Fungsi Sel Monosit ............................................................................ 8

1.1.4 Viabilitas Sel Monosit ...................................................................... 10

xiii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

1.2 Tinjauan Umum Kopi Robusta dan Aditif ........................................... 10


1.2.1 Deskripsi Kopi Robusta ................................................................... 10

1.2.2 Klasifikasi Kopi Robusta ................................................................. 11

1.2.3 Morfologi Tanaman Kopi Robusta .................................................. 12

1.2.4 Fitokimia .......................................................................................... 12

1.2.5 Aditif pada Seduhan Kopi ................................................................ 14

1.3 Bacillus cereus ......................................................................................... 18


1.3.1 Deskripsi B.cereus............................................................................ 18

1.3.2 Taksonomi B.cereus ......................................................................... 19

1.3.3 Patogenesis B.cereus ........................................................................ 19

1.4 Uji Viabilitas Sel Monosit ....................................................................... 21


1.4.1 Isolasi Sel Monosit ........................................................................... 21

1.4.2 Perhitungan Viabilitas Sel Monosit ................................................. 24

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 26
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 26
3.3 Variabel Penelitian .................................................................................. 26
3.3.1 Variabel bebas .................................................................................. 26

3.3.2 Variabel terikat ................................................................................. 26

3.3.3 Variabel terkendali ........................................................................... 26

3.4 Definisi Operasional ................................................................................ 27


3.5 Sampel Penelitian .................................................................................... 27
3.5.1 Kriteria sampel ................................................................................. 27

3.5.2 Kelompok sampel............................................................................. 27

3.6 Skema Prosedur Penelitian .................................................................... 28

xiv
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

3.7 Alat dan Bahan ........................................................................................ 29


3.8 Prosedur Penelitian ................................................................................. 29
3.8.1 Sterilisasi alat ................................................................................... 29

3.8.2 Pembuatan seduhan kopi robusta dengan aditif ............................... 29

3.8.3 Pengambilan sampel darah ............................................................... 30

3.8.4 Pembuatan Bakteri B.cereus ............................................................ 30

3.8.5 Pembuatan RPMI dan Medium Complex ........................................ 31

3.8.6 Isolasi sel monosit (Single Filter/dengan Lymphoprep™) .............. 31

3.8.7 Inkubasi sel monosit dengan bahan uji ............................................ 32

3.8.8 Perlakuan Sampel dengan paparan B.cereus .................................... 32

3.8.9 Pengecatan Trypan Blue dan Perhitungan Viabilitas Sel Monosit .. 33

3.9 Analisis Data ............................................................................................ 33


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Preparasi Bahan Uji................................................................................ 36
4.2 Isolasi Sel Monosit ................................................................................... 36
4.3 Uji Viabilitas ............................................................................................ 37
4.4 Analisis Data ............................................................................................ 42
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 44
5.2 Saran ........................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 45
LAMPIRAN ............................................................................................................... 54

xv
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sentra Produksi Kopi Robusta di Jawa Timur ............................................ 11


Tabel 2.2 Komposisi kimia pada biji kopi arabika dan robusta sebelum dan sesudah di
sangrai (% bobot kering) ............................................................................................. 13
Tabel 2.3 Karakteristik dua tipe penyakit yang disebabkan oleh Bacillus cereus ...... 20
Tabel 2.4 Rentang berat jenis dan berat jenis media dari sel darah manusia dan
elemen darah lainnya................................................................................................... 23

xvi
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Sel Monosit ............................................................................................... 6


Gambar 1.2 Komponen Penyusun Fosfolipid ............................................................... 7
Gambar 1.3 Struktur Kimia Fosfolipid ......................................................................... 8
Gambar 1.4 Bubuk Kopi Robusta ............................................................................... 12
Gambar 1.5 Spora Bacillus spp (perbesaran x1000) ................................................... 19
Gambar 1.6 Prisip dari elutriasi sentrifugasi ............................................................... 22
Gambar 1.7 Skema pemisahan sel mononuklear dengan media density gradient ...... 22
Gambar 1.8 Sel yang dipapar toksin haemolysins II dari B.cereus;........................... 25
Gambar 2.1 Skema Prosedur Penelitian ...................................................................... 28
Gambar 4.1 Sel monosit sebelum diberi perlakuan dengan pewarnaan trypan blue .. 36
Gambar 4.2 Morfologi sel monosit dari hasil isolasi dengan pewarnaan Giemsa ...... 36
Gambar 4.3 Viabilitas sel monosit yang diinkubasi masing-masing kelompok
perlakuan dan dipapar B. cereus dengan pewarnaan trypan blue ............................... 38
Gambar 4.4 Histogram nilai persen viabilitas sel monosit pada tiap kelompok
perlakuan ..................................................................................................................... 39

xvii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Perhitungan Pengenceran Bahan Uji ..................................................... 54


Lampiran B. Hasil Uji viabilitas sel monosit .............................................................. 56
Lampiran C. Analisis data dengan program SPSS ...................................................... 58
Lampiran D. Dokumentasi Alat dan Bahan ................................................................ 61

xviii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

1. BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sel monosit di dalam darah terlibat proses pertahanan tubuh terhadap adanya
antigen asing, baik dengan melakukan fagositosis atau mempertahankan integritas sel.
Sel monosit merupakan jenis sel darah putih yang memiliki banyak sitoplasma,
bentuk intinya bulat sampai berlekuk atau berbentuk tapal kuda, dan sedikit basofilik
(Geo et al., 2007). Sel monosit biasa disebut dengan sel fagosit mononuklear yang
memiliki peran penting dalam menjaga sistem kekebalan tubuh, yaitu dengan
menelan dan menghancurkan mikroorganisme patogen (Dale et al, 2016). Sel
monosit dapat memberikan pertahanan fagositik lebih baik jika dibandingkan dengan
sel fagosit lain karena memiliki umur yang lebih panjang (Price, 2007). Selain
bertindak sebagai sel fagosit, sel monosit juga memiliki kemampuan viabilitas sel
(Geo et al., 2007).
Viabilitas sel adalah kemampuan untuk mempertahankan hidup dari paparan
zat asing atau mikroorganisme patogen agar sel tersebut mampu menjalankan
fungsinya dengan baik (Gylys, 2009). Viabilitas sel sangat erat hubungannya dengan
integritas membran sel. Semakin lama sel terpapar oleh zat asing atau
mikroorganisme patogen, maka akan menyebabkan penurunan integritas membran sel
tersebut dan mengakibatkan sel monosit kehilangan fungsinya bahkan hingga terjadi
lisis. Sel monosit yang lisis tidak dapat meningkatkan respon imun tubuh terhadap zat
asing, melainkan dapat menyebabkan kerusakan jaringan jika tidak segera ditangani
(Preedy, 2015). Menurunnya viabilitas sel dapat dipengaruhi oleh adanya jumlah
radikal bebas yang berlebih dan menyebabkan stress oksidatif serta memicu
terjadinya lipid peroksidase, sehingga sel akan kehilangan fungsinya. Selain itu
viabilitas sel juga dapat dirusak akibat adanya paparan dari zat asing atau
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 2

mikroorganisme patogen seperti bakteri yang merusak lipid membran hingga


menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel (Dhaouadi et al., 2011). Dampak negatif
tersebut mampu diminimalisir dengan pemberian senyawa yang dapat
mempertahankan integritas membran sel monosit. Senyawa dengan aktivitas seperti
antioksidan diketahui mampu untuk memberikan efek terhadap viabilitas sel
(Kucekova et al., 2013). Selain itu viabilitas sel juga dapat ditingkatkan dengan
pemberian senyawa yang dapat secara langsung membantu melindungi membran sel.
Senyawa tersebut bekerja dengan melintasi membran sel dan memberi perlindungan
langsung karena memiliki struktur yang sama. Dengan adanya hal tersebut, maka
membran sel akan memiliki perlindungan tambahan untuk dapat mencegah serangan
dari mikroorganisme asing yang akan merusak sel (Budirahardjo, 2009; Delita,
2012).
Pemberian agen yang mengandung beberapa senyawa untuk meningkatkan
viabilitas sel monosit mampu dijadikan upaya preventif dalam mencegah timbulnya
penyakit hingga kerusakan pada sel (Patay et al., 2016; Pereira et al., 2009). Upaya
preventif ini sesuai dengan visi, misi serta nawacita dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Indonesia dari
sudut pandang kesehatan (KEMENKES RI, 2014). Sehingga sebelum melakukan
pengobatan terhadap beberapa penyakit yang timbul, masyarakat mampu untuk
mencegah beberapa penyakit melalui pendekatan langsung pada kebiasaan
masyarakat di Indonesia. Kebiasaan dalam mengkonsumsi kopi sudah ada sejak
jaman nenek moyang dan meluas hingga seluruh dunia termasuk Indonesia
(Pertanian, 2016a). Saat ini, kebiasaan tersebut semakin meluas karena adanya
peningkatan perilaku konsumtif masyarakat Indonesia dengan menambahkan
beberapa aditif didalamnya. Hal itu dapat diketahui dengan sudah banyak beredarnya
produk-produk kopi instan berisi aditif seperti gula dan susu dalam komposisinya.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pada biji kopi memiliki kandungan
senyawa fenolik seperti polifenol dan asam klorogenat yang tinggi serta kandungan
alkaloid cukup banyak seperti kafein (Yashin et al., 2013; Patay & Bencsik, 2016).
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 3

Penelitian lain menyebutkan bahwa minuman kopi robusta murni maupun minuman
kopi robusta dengan penambahan aditif diketahui memiliki nilai kadar polifenol yang
bermakna (Putri, 2017). Senyawa polifenol dan turunannya pada seduhan kopi
robusta tersebut memiliki fungsi potensial yang bermanfaat bagi tubuh, seperti
aktivitas antioksidan (Nikolina M, 2005; Putri, 2017). Senyawa polifenol pada kopi
akan melindungi membran sel dengan menghambat terjadinya reaksi oksidasi pada
lipid membran yang dapat memicu terjadinya lipid peroksidase. Selanjutnya
membran sel akan dapat mempertahankan integritasnya serta mencegah percepatan
kerusakan pada sel (Oteiza et al., 2005). Selain itu, menurut Pruchnik et al, (2014),
asam klorogenat mampu melindungi membran sel dengan berikatan pada gugus polar
membran fosfolipid. Sehingga membran sel memiliki struktur yang lebih rapat (rigid)
dan mampu mempertahankan integritas membran sel. Hal tersebut yang
menyebabkan sel monosit akan dapat menjalankan fungsi imunitasnya dengan baik
karena memiliki integritas membran yang baik dan mampu untuk menjaga viabilitas
sel ketika ada serangan dari mikroorganisme asing.
Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk meneliti viabilitas sel
monosit setelah diberi seduhan kopi robusta dengan aditif dan dipapar Bacillus cereus
yang bertindak sebagai zat asing untuk memicu kerusakan sel. B.cereus dipilih
sebagai zat asing untuk memicu kerusakan sel karena kemampuanya dalam
mengeluarkan toksin pemicu kerusakan hingga kematian sel, yaitu haemolysins II.
Aditif yang ditambahkan pada kopi robusta dalam penelitian kali ini didasarkan pada
penelitian sebelumnya oleh Putri (2017), yaitu gula, krimer, dan susu.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 4

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah potensi pemberian seduhan kopi robusta dengan aditif dapat
meningkatkan viabilitas sel monosit yang dipapar B. cereus?
2. Bagaimana viabilitas sel monosit yang dipapar B. cereus dengan pemberian
seduhan kopi robusta dengan aditif?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui potensi seduhan kopi robusta dengan aditif terhadap viabilitas sel
monosit yang dipapar B. cereus
2. Mengetahui efektifitas perbandingan potensi seduhan kopi robusta dengan
aditif terhadap viabilitas sel monosit yang dipapar B. cereus

1.4 Manfaat Penelitian


1. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa seduhan kopi robusta
dengan aditif bermanfaat dalam proses pertahanan tubuh terhadap
mikroorganisme patogen.
2. Sebagai pertimbangan dalam bidang kefarmasian mengenai upaya pencegahan
terhadap penyakit menggunakan seduhan kopi robusta yang memiliki efek
viabilitas sel untuk pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme patogen.
3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan sistem pertahanan tubuh atau
potensi immunomodulator pada manusia, yaitu kemampuan sel untuk dapat
bertahan terhadap serangan dari mikroorganisme patogen.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

1. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Monosit dan Viabilitas


1.1.1 Deskripsi Sel Monosit
Sel monosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang
belakang dan beredar dalam darah keseluruh tubuh. Jumlah sel monosit berkisar
antara 2-8% dari total leukosit normal dalam darah. Sel monosit memiliki ukuran
yang bermacam-macam dengan diameter sel 9-10 µm dan pada sel monosit yang
telah dewasa mampu mencapai ukuran 12-18 µm. Sel monosit biasanya mudah
dikenali dalam darah karena ukurannya yang relatif besar. Sel monosit memiliki
bentuk yang berbeda dari granulosit karena susunan morfologi inti dan sifat
sitoplasmanya yang relatif agranular. Inti monosit terletak eksentris dalam sel dan
memiliki lekukan yang berbentuk seperti tapal kuda serta sedikit basofilik. Inti sel
berbentuk oval atau berlekuk dengan kromatin bergerombol di tengah. Sitoplasma sel
monosit berlimpah dengan warna biru pucat dan terdapat banyak vakuola halus.
Sitoplasma tampak seperti jala-jala yang mengandung sejumlah granula azurofil. Sel
monosit akan beredar dalam darah selama 10-20 jam dengan menembus dinding
kapiler sebelum akhirnya akan masuk ke jaringan (Turgeon, 2005; Dale, Boxer, &
Liles, 2016).

Gambar 1.1 Sel Monosit (Rodak & Carr, 2013)


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 6

Dalam menjalankan fungsinya, sel monosit akan berpindah dari peredaran


darah menuju ke jaringan. Sel monosit yang telah berada didalam jaringan akan
membengkak dan ukurannya membesar untuk menjadi sel makrofag (Bain, 2017).

1.1.2 Struktur dan Fungsi Membran Sel


Membran sel atau membran plasma merupakan bagian terluar sel yang
bekerja untuk melindungi inti sel dari lingkungan luar yang bersifat mengganggu
fungsi sel hingga merusak sel. Sel dipisahkan dari lingkungan luar oleh struktur yang
tipis dan rapuh dengan lebar sekitar 5-10 nm, namun cukup mampu untuk menjaga
sel dari gangguan kecil yang berasal dari luar sel dengan gerakannya yang fleksibel.
Selain sebagai pelindung dan pembatas terluar dari sel, membran sel juga berfungsi
untuk mendukung aktivitas biokimia yang terjadi dengan sifat selektif permeabel
yang dimiliki membran sel. Selektif permeabel berarti sel mampu memilih zat atau
komponen kimia yang dapat memasuki atau keluar sel selama hal tersebut tidak
bersifat berbahaya dan merusak. Fungsi lain membran sel adalah memberi respon
terhadap rangsangan seperti transduksi sinyal, reseptor, ligan untuk dapat saling
berkomunikasi dan memperantai interaksi antar sel dalam organisme multiseluler.
Membran plasma berisi cairan yang berfungsi seperti mesin untuk mengangkut atau
memindahkan zat berupa fisik dari satu membran ke membran lainnya. Hal tersebut
dilakukan untuk memicu metabolisme dan membangun makromolekulnya. Membran
plasma juga mampu mengangkut ion tertentu, sehingga membentuk gradien ionik
diatasnya. Fungsi lain dari membran plasma adalah terlibat dalam proses perubahan
energi ke bentuk yang lain (transduksi energi). Transduksi energi ini merupakan
proses paling mendasar dalam transfer energi kimia dari karbohidrat dan lemak
menjadi ATP (Gerald, 2009)
Berdasarkan strukturnya, membran sel merupakan struktur yang kompleks
dan tersusun atas lipid, protein, dan karbohidrat. Dalam membran plasma terdapat
lebih dari 100 protein yang berbeda seperti enzim, protein transpor, protein struktural,
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 7

antigen, dan reseptor. Protein pada membran sel berfungsi membantu pengangkutan
molekul-molekul yang melewati membran sel. Pada bagian sisi eksternal protein
membran terdapat cincin oligosakarida (karbohidrat) yang menempel pada bagian
tersebut. Komponen terbesar dari lipid membran adalah fosfolipid, glikospingolipid,
dan kolesterol. Glikospingolipid terdapat didalam membran plasma yang termasuk
serebrosida dan gangliosida. Sedangkan kolesterol juga terdapat pada membran sel
dan berperan dalam penentuan tingkat fluiditas membran (Wolf & Murray, 1981;
Gerald, 2009)

Gambar 1.2 Komponen Penyusun Fosfolipid (Gerald, 2009)

Fosfolipid merupakan molekul amfifatik yang terdiri dari 2 rantai yang


berbeda, yaitu asam lemak hidrofobik (non polar) berada pada gugus bagian ekor dan
gugus bagian kepala hidrofilik (polar) mengandung fosfat. Lipid membran termasuk
bilayer kontinu, yang mana bagian hidrofobik dari fosfolipid terlindungi dari
lingkungan bersifat polar sedangkan bagian hidrofilik dari fosfolipid akan berhadapan
langsung dengan lingkungan bersifat polar. Fosfolipid ini jumlahnya yang paling
melimpah dalam struktur membran sel, karena fosfolipid merupakan batas terluar
membran sel yang berbatasan langsung dengan lingkungan luar sel (Gerald, 2009;
Watson & De Meester, 2016).
Sebagian besar fosfolipid terdiri dari asam lemak yang terikat pada bagian
polar membran sel. Berdasarkan ikatan antar atom karbon yang bersifat kovalen,
asam lemak terbagi atas rantai karbon tunggal (asam lemak jenuh) dan rantai karbon
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 8

ganda (asam lemak tak jenuh). Jumlah ikatan asam lemak tak jenuh dalam satu
molekul dapat berkisar antara satu hingga enam ikatan ganda. Sehingga dalam
pengelompokannya, asam lemak tak jenuh terbagi menjadi asam lemak tak jenuh
dengan hanya satu ikatan ganda (Monounsaturated Fatty Acid/MUFA) dan asam
lemak tak jenuh dengan ikatan ganda lebih dari satu (Polyunsaturated Fatty
Acid/PUFA) (Gerald, 2009; Watson & De Meester, 2016).

Gambar 1.3 Struktur Kimia Fosfolipid (Gerald, 2009)

Selain itu, pada membran sel terdapat pula protein membran yang menempel
pada lipid bilayer. Protein membran memiliki bentuk yang beragam dengan sifat yang
berbeda-beda, seperti contoh adalah struktur α-helix. Struktur tersebut memiliki
permukaan yang bersifat hidrofobik dan memiliki banyak asam amino. Protein
membran memiliki fungsi sebagai tranpor ion dan senyawa kimia yang melewati
membran, selain itu juga sebagai stabilitator membran sel (Gerald, 2009).

1.1.3 Fungsi Sel Monosit


Mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat yang selalu siap dan respon
yang cepat jika terdapat zat asing atau mikroorganisme patogen pada individu sehat.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 9

Sistem imun ini bertindak sebagai lini pertama ketika ada invasi dari mikroorganisme
patogen tanpa harus ada pemejanan sebelumnya. Sistem imun ini bersifat non spesifik
artinya tidak perlu pengenalan terhadap patogen atau mikroba tertentu karena telah
ada dan berfungsi sejak lahir. Salah satu contoh sistem imun non spesifik adalah sel
monosit (Broderick, 2015).
Monosit merupakan sel fagosit monouklear yang berperan penting dalam
sistem pertahanan tubuh. Fagosit mononuklear memiliki 3 fungsi penting, yaitu
sebagai antigen presenting cell, immunomodulasi dan proses fagositosis. Fagositosis
merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang melibatkan sel-sel fagosit dengan
mencerna hingga menghancurkan mikroorganisme patogen (Dale et al., 2016). Untuk
mencerna dan menghancurkan mikroorganisme patogen, sel fagosit memperluas
bagian membran plasma kemudian membungkus membran di sekeliling partikel
hingga terbungkus. Selanjutnya ketika berada dalam sel, patogen yang menginvasi
disimpan didalam endosom dan bersatu dengan lisosom. Lisosom tersebut kemudian
akan membunuh dan mencerna partikel dengan berbagai enzim dan asam yang
terlibat dalam proses fagositosis (Gordon, 2016). Sel fagosit terdiri dari 2 macam,
yaitu sel fagosit polimorfonuklear (neutrofil, eosinofil, dan sel mast) dan sel fagosit
mononuklear. Contoh sel fagosit mononuklear adalah sel monosit yang berada dalam
darah dan jika sel monosit bermigrasi ke jaringan akan menjadi makrofag. Proses
fagositosis oleh fagosit mononuklear yang mencerna beberapa material memiliki
tujuan untuk mengeliminasi kotoran dan membunuh mikroorganisme patogen yang
menyerang. Monosit mampu membuang sel darah merah yang tidak berfungsi atau
tua serta membuang inklusi sel darah merah di limpa. Selain itu, monosit dapat
membersihkan sisa-sisa komponen di tempat infeksi atau jaringan yang rusak.
(Flannagan et al., 2012).
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 10

1.1.4 Viabilitas Sel Monosit


Viabilitas sel berasal dari kata viable yang artinya hidup dan sel yang berarti
kumpulan materi sederhana penyusun semua makhluk hidup. Viabilitas menurut
Kamus Kedokteran berarti kemampuan untuk dapat bertahan hidup. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, viabilitas artinya kemungkinan untuk dapat
hidup. Dalam literatur lain disebutkan, viabilitas sel adalah kemampuan untuk
mempertahankan hidup dari paparan zat asing atau mikroorganisme patogen lalu
memulihkan kondisinya kembali untuk keberlangsungan hidup sel tersebut (Gylys,
2009).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Delita, 2012), viabilitas sel monosit
mampu diketahui dengan menggunakan pewarnaan spesifik. Pewarnaan dengan
trypan blue dapat memberikan warna tertentu oleh sel yang tidak utuh. Sehingga
dapat diketahui bahwa viabilitas sel bergantung pada keutuhan sel tersebut. Sel-sel
yang masih memiliki integritas atau keutuhan membran yang baik maka akan terlihat
jernih bagian sitoplasmanya, sedangkan sitoplasma pada sel yang tidak utuh akan
tampak berwarna karena menyerap pewarnaan dengan trypan blue. Pada penelitian
lain juga disebutkan jika viabilitas sel monosit berhubungan dengan integritas atau
keutuhan sel, hal tersebut dapat diketahui melalui pewarnaan spesifik menggunakan
trypan blue (Budirahardjo, 2009; Alburuda, 2013).

1.2 Tinjauan Umum Kopi Robusta dan Aditif


1.2.1 Deskripsi Kopi Robusta
Di Indonesia, kopi dibudidayakan sebagian besar oleh perkebunan rakyat
dimana jenis kopi yang banyak dibudidayakan adalah jenis kopi robusta. Indonesia
hingga pada tahun 2015 tercatat sebagai Negara eksportir kopi terbesar kedua di
kawasan ASEAN. Sentra produksi kopi robusta di Indonesia terdapat di Provinsi
Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Sumatera Barat, dan Jawa Timur. Menurut
data dari Dinas Pertanian (2014), diketahui sentra di Provinsi Jawa Timur berada di
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 11

kabupaten Banyuwangi dengan kontribusi sebesar 13,58% (3.724 ton), kabupaten


Bondowoso berkontribusi 10,88% (2.985 ton), dan Kabupaten Jember sebesar 9,23%
(2.532 ton). Hal tersebut semakin mendorong masyarakat untuk lebih proaktif dalam
mengkonsumsi kopi dengan berbagai kreativitas campuran pada kopi (Pertanian,
2016; Perdagangan, 2013). Tabel persebaran sentra produksi kopi Robusta di Jawa
Timur tersaji dalam Tabel 2.1.

Tabel 1.1 Sentra Produksi Kopi Robusta di Jawa Timur, Tahun 2014

Produksi Share Share Kumulatif


No Kab/Kota
(ton) (%) (%)
1 Kab. Malang 8.292 30,60 30,60
2 Kab. Banyuwangi 3.724 13,58 44,18
3 Kab. Bondowoso 2.985 10,88 55,06
4 Kab. Lumajang 2.605 9,50 64,56
5 Kab. Jember 2.532 9,23 73,79
Lainnya 7.188 26,21 100,00
Jawa Timur 27.427 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin (Pertanian, 2016)

1.2.2 Klasifikasi Kopi Robusta


Klasifikasi tanaman kopi robusta menurut Intregated Taxonomic Information
System (ITIS) (2011) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentinales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea L.
Spesies : Coffea canephora (Kopi Robusta)
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 12

1.2.3 Morfologi Tanaman Kopi Robusta


Tanaman kopi sangat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan tumbuh,
tinggi tempat tumbuh, dan tipe curah hujan. Tanaman kopi termasuk kedalam jenis
tanaman perdu atau semak belukar dengan ketinggian 2-4 meter. Tanaman kopi
memiliki jenis akar tunggang dengan beberapa akar-akar kecil yang tumbuh
kesamping dan akar primer yang mampu tumbuh hingga kedalaman mencapai sekitar
50 cm. Pada akar primer tumbuh akar lateral yang mampu tumbuh ke permukaan
hingga mencapai sekitar 3 m. Ukuran daun pada tanaman kopi termasuk ukuran besar
dengan lebar daun sempit ujung meruncing, ukuran buah besar bentuk oval, diskus
besar menonjol, ruas cabang sedang, dan buah lebat. Pada umumnya, satu buah kopi
terdiri dari dua biji kopi yang berbentuk elips atau bulat telur. Biji kopi yang telah
dipanen dapat disangrai atau digiling hingga menyerupai serbuk halus yang biasa
disebut bubuk kopi (Pertanian, 2016; Panggabean, 2011).

Gambar 1.4 Bubuk Kopi Robusta (Putri, 2017)

1.2.4 Fitokimia
Pada biji kopi robusta terdapat banyak kandungan kimia, diantaranya adalah
karbohidrat, senyawa nitrogen (asam amino bebas, kafein, trigonelin), asam lemak
bebas, lemak (minyak kopi dan diterpen), mineral, senyawa fenolik dan turunannya
(fenol, polifenol, asam klorogenat, asam p-kumarat) (Farah & Donangelo, 2006;
Sherma & Waksmundzka-Hajnos, 2011). Masing-masing dari komponen senyawa
kimia dalam biji kopi memiliki manfaat dan aktivitas biologi tertentu dalam tubuh.
Senyawa kafein pada kopi memiliki rasa pahit yang khas dan merupakan komponen
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 13

penghasil aroma khas pada kopi. Kafein pada kopi robusta banyak ditemui pada
bagian biji, yaitu sekitar >4%. Senyawa asam klorogenat, trigonelin dan diterpen juga
merupakan penghasil aroma yang khas pada kopi. Karbohidrat pada kopi merupakan
produk hasil fotosintesis. Ketika muncul buah pada tanaman kopi, karbohidrat
diproduksi dalam daun, pericarp, serta akan terakumulasi dalam bentuk sukrosa
dalam biji kopi. Lipid pada kopi berfungsi sebagai pembawa rasa kopi. Bagian lipid
dalam kopi adalah berupa ester dari asam lemak. Asam lemak pada kopi meliputi
asam palmitat, asam linoleat, asam oleat, dan asam stearat dengan jumlah masing-
masing senyawa tersebut yang berkisar antara 10-50% (Farah & Donangelo, 2006;
Nikolina M, 2005). Senyawa biji kopi robusta dan arabika sesudah disangrai
memiliki nilai yang berbeda seperti pada Tabel 2.2.
Tabel 1.2 Komposisi kimia biji kopi arabika dan kopi robusta yang sudah
disangrai (% bobot kering)
Komponen Arabika Robusta
Kafein 1,3 2,4
Trigonelin 0,3 0,3
Karbohidrat 38 42
Asam klorogenat 2,5 3,8
Lemak 17,0 11,0
Asam amino 7,5 7,5
Asam organik 2,4 2,6
Melanoidin 25,4 25,9
Aroma volatil 0,1 0,1
Ash (mineral) 4,5 4,7
Sumber : (Oestreich-Janzen, 2013)

Polifenol merupakan metabolit sekunder tanaman yang umumnya terlibat


dalam proses pertahanan tubuh terhadap radiasi ultraviolet dan agregasi oleh patogen
seperti bakteri. Polifenol tersebut memiliki berbagai macam aktivitas biologis yang
bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan proteksi tubuh terhadap zat asing,
seperti aktivitas antioksidan dan antibakteri (Kucekova et al., 2013; Dhaouadi et al.,
2011). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Fukushima et al, (2014), diketahui jika
minuman kopi memiliki sumber kandungan polifenol terbesar dibandingkan dengan
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 14

sumber dari minuman lain yang sering dikonsumsi sehari-hari seperti minuman teh
dan cokelat. Kandungan polifenol yang terdapat pada 200 ml cangkir seduhan kopi
robusta mengandung 70-350 mg asam klorogenat (Clifford, 1999). Senyawa polifenol
pada kopi akan melindungi membran sel dengan menghambat terjadinya reaksi
oksidasi pada lipid membran yang dapat memicu terjadinya lipid peroksidase.
Selanjutnya membran sel akan dapat mempertahankan integritasnya serta mencegah
percepatan kerusakan pada sel (Oteiza et al., 2005). Selain itu, menurut Pruchnik et
al, (2014), asam klorogenat mampu melindungi membran sel dengan berikatan pada
gugus polar membran fosfolipid. Sehingga membran sel memiliki struktur yang lebih
rapat (rigid) dan mampu mempertahankan integritas membran sel. Selain itu
kandungan asam p-kumarat diketahui memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri
gram positif maupun gram negatif.
Pada kopi robusta terdapat kandungan senyawa asam lemak seperti asam
linoleat, asam palmitat, asam stearat dan asam oleat. Berdasarkan jurnal oleh Pablos
& Gonza, (2001) diketahui pada kopi robusta jumlah asam oleat lebih banyak sekitar
12,3% dibandingkan kopi arabika. Sedangkan asam linoleat pada kopi robusta lebih
sedikit sekitar 0,9% dibandingkan pada kopi arabika. Asam lemak diketahui memiliki
efek imunologik dan berperan penting dalam transport dan metabolisme lemak
(Ramirez et al, 2006).

1.2.5 Aditif pada Seduhan Kopi


Aditif menurut KBBI adalah zat yang ditambahkan pada suatu produk,
misalnya sebagai penambah warna, penyedap rasa, pengawet pada makanan. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES RI) Nomor 033
Tahun 2012, aditif atau Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.
Penggolongan BTP atau aditif dalam PERMENKES RI terbagi atas beberapa
golongan seperti pemanis (sweetener), perasa (flavouring), pengemulsi (Emulsifier),
dll. Pengkonsumsian seduhan kopi dengan tambahan gula, susu, dan krimer sudah
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 15

sangat sering ditemui di masa sekarang. Hal tersebut dapat diketahui dari banyak
beredarnya produk kopi instan yang telah terdapat aditif seperti gula, susu, maupun
krimer dalam komposisinya. Contoh produk kopi instan yang telah berisi aditif
didalamnya adalah Nescafé Original 3in1® (berisi kopi, gula, dan krimer), Nescafé
Original® (berisi kopi, gula, susu), Indocafé Coffeemix 3in1® (berisi kopi, gula, dan
krimer), Torabika susu® (berisi kopi, gula, susu), dll. Semakin banyaknya produk-
produk inovatif oleh produsen kopi tersebut, maka dapat memicu perilaku konsumtif
masyarakat pada umumnya untuk dapat sering menikmati seduhan kopi dengan cita
rasa yang berbeda. Hasil penelitian oleh Lestari et al (2009), disebutkan jika
masyarakat di Kabupaten Jember khususnya di wilayah Patrang, Sumbersari, dan
Kaliwates dengan kelompok umur < 25 tahun banyak mengkonsumsi kopi jenis kopi
campuran (berisi tambahan gula, susu, atau krimer), sedangkan pada kelompok umur
> 25 tahun banyak mengkonsumsi jenis kopi bubuk.
a. Tinjauan Umum Gula
Gula merupakan komoditas strategis masyarakat Indonesia sebagai penggerak
perekonomian di sektor pertanian khususnya di sub sektor perkebunan. Penggerak
perekonomian masyarakat di Indonesia tersebut meliputi keikutsertaan peran gula
dalam industri makanan, industri minuman, industri gula rafinasi, industri farmasi,
kertas, dan bio-energy. Hal tersebut tentunya tidak lepas dari manfaat dari gula bagi
masyarakat sebagai sumber kalori. Fakta ini membawa konsekuensi bagi pemerintah
untuk menjamin ketersediaan gula dalam kebutuhan bermasyarakat. Selain itu, gula
memiliki manfaat sebagai pemanis yang aman dan tidak membahayakan kesehatan.
Munculnya pemanis buatan belum mampu memberikan persaingan yang berarti
dengan keberadaan gula alami. Hal tersebut terjadi karena menimbang kekurangan
dari pemanis buatan yang meninggalkan aftertaste seperti rasa pahit (Togi et al.,
2011; Sugiyanto, 2007). Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia (2015), jenis-jenis gula terbagi atas beberapa macam
yaitu gula pasir, gula putih lunak, gula merah lunak, dan gula aren.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 16

Gula kristal putih atau gula pasir adalah gula sukrosa kristal yang diproduksi
dari bahan baku tebu atau bit melalui tahapan proses yang meliputi penggilingan,
penguapan, kristalisasi, fugalisasi, pengeringan, dan pengemasan. Gula pasir
merupakan jenis gula yang paling umum digunakan masyarakat sebagai pemanis
minuman, makanan, dan bahan pembuatan kue. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS),
tercatat per tanggal 4 April 2018 diketahui gula pasir memiliki nilai rata-rata
konsumsi bahan makanan per kapita tertinggi ketiga setelah telur ayam dan beras. Hal
tersebut terbilang tinggi jika dibandingkan dengan nilai gula merah yang hanya
menempati posisi kesebelas. Perbandingan nilai rata-rata konsumsi antar gula tersebut
menandakan bahwa gula pasir saat ini masih menjadi pilihan utama masyarakat
dalam kegunaannya sebagai bahan pemanis. Selain itu menurut Satriana (2014),
terdapat pengaruh positif antara meningkatnya produksi gula pasir dengan naiknya
harga kopi di Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi karena semakin berkembangnya
industri kopi di Indonesia yang ditandai dengan banyak beredarnya berbagai jenis dan
merk kopi sehingga berdampak pada produksi gula pasir. Data-data tersebut
menunjukkan jika peminatan terhadap gula pasir saat ini masih digemari baik oleh
masyarakat umum maupun pelaku industri.
b. Tinjauan Umum Susu
Susu merupakan komoditas penting dari sektor pertanian khususnya di sub sektor
peternakan. Susu tergolong emulsi lemak dalam air yang mengandung beberapa
senyawa terlarut penting bagi tubuh. Kandungan terbesar susu adalah air dan lemak.
Porsi lemak susu mengandung vitamin yang hanya larut dalam lemak, seperti vitamin
A, D, E, dan K (Pertanian, 2016). Air susu mengandung beberapa tipe protein, yaitu
kasein dan laktoglobulin. Laktosa pada susu terdiri dari 2 macam gula sederhana,
yaitu glukosa dan galaktosa. Kebiasaan dalam mengkonsumsi susu berdampak baik
bagi tubuh khususnya pada tulang karena mengandung kalsium (Triratnawati, 2017).
Kandungan zat gizi makro dan mikro pada susu bermanfaat dalam peningkatan
komposisi mineral tulang, mengecilkan resiko karies gigi, meningkatkan kekebalan
tubuh, kekurangan energi protein, serta rakhitis (Anggraini, 2012). Menurut Peraturan
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 17

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2015), jenis-jenis
susu terbagi atas beberapa macam yaitu susu skim bubuk, susu bubuk berlemak (full
cream), susu kental, susu bubuk rendah lemak dan susu bubuk kurang lemak.
Susu skim bubuk merupakan produk susu berbentuk bubuk yang diperoleh
melalui proses pengeringan susu skim pasteurisasi (BPOM, 2015). Susu skim bubuk
adalah susu yang bagian lemak (krim) diambil sebagian atau seluruhnya pada waktu
didiamkan atau dipisahkan dengan alat centrifugal separator. Proses pengeringan
bagian lemak dari susu ini akan menghasilkan produk olahan susu yang kandungan
kalorinya lebih rendah dari jenis susu lain sehingga cocok dikonsumsi bagi orang
yang sedang diet rendah kalori (Aritonang, 2010). Pemilihan susu dalam bentuk
bubuk karena keunggulannya dalam hal sulit terkontaminasi oleh mikroorganisme
dibandingkan dengan susu kental dan susu cair, selain itu susu bubuk memiliki masa
simpan yang lebih lama dan lebih praktis dibandingkan dengan susu dalam bentuk
lain (Dewi et al, 2007).
c. Tinjauan Umum Krimer
Krimer atau krimer nabati (non dairy creamer) merupakan produk berupa
emulsi lemak dalam air dan biasa digunakan sebagai pengganti susu atau krim pada
penambahan minuman kopi, teh, dan minuman lainnya. Krimer tidak mengandung
laktosa melainkan turunan dari protein susu yaitu kasein. Sehingga produk krimer ini
sangat cocok dan aman bagi konsumen dengan gangguan lactose intolerance. Selain
itu, bahan baku pembuatan krimer ini lebih murah, umur simpan produk lebih
panjang, kemudahan dalam penyimpanan, distribusi dan penanganan (Listianing,
Putri, & Hidayati, 2016). Krimer pada umumnya mengandung lemak 20-40%, protein
10 % (kasein natrium/sodium caseinate), dan karbohidrat. Namun rentang nilai
kandungan tersebut dapat berubah sesuai dengan total berat krimer nabati tersebut.
Krimer mengandung bahan yang biasanya diformulasikan sebagai emulsi
yang kemudian dikeringkan, disemprot kering dan dijual dalam bentuk bubuk.
Umumnya krimer digunakan untuk menambah cita rasa makanan atau minuman dan
kesesuaian masing-masing selera penikmat krimer. Pengguna krimer pada produk
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 18

kopi instan dengan penambahan gula (3 in 1 coffee) menimbulkan lapisan pada proses
penyeduhan setelah didiamkan lebih dari 10 menit, yang mana merupakan kategori
creaming (Safitri & Purwantiningrum, 2013). Menurut Yulisa et al, (2013)
menyebutkan jika keberadaan krimer masuk kedalam faktor yang dapat
mempengaruhi konsumen dalam membeli kopi bubuk instan siap saji. Krimer dalam
penelitian tersebut termasuk kedalam komponen utama I (faktor internal) yang
mampu menjadi pertimbangan pada konsumen di provinsi Lampung dalam membeli
kopi bubuk instan, selain itu faktor lain yang berada dalam komponen tersebut adalah
aroma, pilihan rasa dan kekentalan pada kopi instan tersebut. Hal tersebut
mengindikasikan jika saat ini keberadaan krimer dalam kopi telah dapat diterima oleh
sebagian masyarakat.

1.3 Bacillus cereus


1.3.1 Deskripsi B.cereus
Bacillus cereus merupakan bakteri gram positif yang berbentuk basil (batang).
Nama genus dari Bacillus termasuk turunan dari kata Latin yaitu Bacillum, yang
mana berarti batang yang berjalan. Nama spesies yaitu cereus memiliki arti lilin
dalam bahasa Latin. Sel vegetatif bakteri tersebut berbentuk batang lurus dengan
ujung batangnya berbentuk bundar atau persegi. Ukuran bakteri ini berkisar antara
lebar 0,5-1,2 µm dengan panjang 2,5-10,0 µm. Sebagian besar spesies ini bergerak
dengan menggunakan flagella (peritrichous flagella). Endospora berbentuk oval atau
terkadang bulat dan tahan dalam kondisi buruk. Spora elipsodial, sentral atau
prasental dan spora jarang keluar dari sporangia. Spora bakteri Bacillus resisten
terhadap panas dan harus memperhatikan suhu pemanasan agar spora dapat hilang.
Bakteri tipe ini biasanya muncul berbentuk rantai panjang yang berkisar ke beberapa
sel. Bentuk koloni bakteri ini menunjukkan koloni yang besar dan datar pada media
non-selektif. Aktivitas hemolitik Bacillus adalah hemolitik beta. Habitat bakteri ini
sebagai saprotrof di tanah dan air, juga ditemukan pada bahan hewani dan sayuran
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 19

yang membusuk (Murray et al., 2015; Mahon et al., 2014). Menurut FDA (2012),
B.cereus dapat hidup pada beberapa media pertumbuhan seperti nitrate broth, tyrosin
agar, nutrient agar, dll.

Gambar 1.5 Spora Bacillus spp (perbesaran x1000) (Mahon et al., 2014)

1.3.2 Taksonomi B.cereus


Klasifikasi taksonomi Bacillus cereus menurut Intregated Taxonomic
Information System (ITIS) (2012) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Subkingdom : Tracheophyta
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillates
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Spesies : Bacillus cereus

1.3.3 Patogenesis B.cereus


Bacillus cereus dikenal dengan sebutan organisme penyebab kejadian kasus
keracunan pada makanan. B. cereus dapat menyebabkan 2 tipe kejadian kasus
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 20

keracunan makanan, yaitu sindrom emetik yang ditandai dengan mual serta muntah
akibat adanya toksin cereulide pada bakteri tersebut dan diare akibat adanya
enterotoksin yang melekat pada epitel intestine host (Tham & Danielsson-Tham,
2013; Doyle & Beuchat, 2007). Tipe enterotoksin beserta karakteristiknya tersedia
pada Tabel 2.4.
Tabel 1.3 Karakteristik dua tipe penyakit yang disebabkan oleh Bacillus cereus

Karakteristik Tipe Enterotoksin


Diare Emetik
Periode Inkubasi 8-16 jam 1-5 jam
Diare Sangat umum Cukup umum
Muntah Kadang-kadang Sangat umum
Durasi Penyakit 12-24 jam 6-24 jam
Implikasi Makanan Produk daging, sayur- Nasi yang direbus maupun
sayuran, sup, pudding, saus digoreng
Sumber : Doyle & Beuchat, 2007 dalam Tham & Danielsson-Tham, 2013

Patogen asing termasuk bakteri dapat menyerang sel dengan memicu


terjadinya proses apoptosis. Apoptosis adalah tahapan yang telah terprogram untuk
jalur kematian pada sel. Apoptosis dapat terjadi sebagai pertahanan akhir ketika sel
dirusak oleh agen eksternal. Secara patogenesisnya, Bacillus cereus melepaskan
beberapa jenis toksin diantaranya adalah 4 jenis haemolysins (Haemolysins I-IV), 3
fosfolipid yang berbeda, emesis incuced-toxin, dan 3 enteroksin pore-forming
(Haemolysins BL- HBL, nonhaemolysins enterotoxin- NHE, cytotoxin K). Faktor dari
Bacillus cereus yang diketahui mampu memicu apoptosis adalah haemolysins II.
Secara in vivo, terjadinya apoptosis oleh Bacillus cereus akan dapat menyebabkan
timbulnya kerusakan jaringan hingga menurunnya respon imun, sehingga
peningkatan penyebaran bakteri dalam tubuh akan memicu terjadinya tanda dan
gejala suatu penyakit (Tran & Ramarao, 2013).
Toksin diare dilepaskan dari sel bakteri vegetatif yang hidup dalam keadaan
menginfeksi dengan toksin sebagai perantaranya. Toksin yang dilepaskan oleh bakteri
akan dicerna dalam usus halus, termasuk dalam memicu timbulnya diare. Diare
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 21

ditandai dengan adanya rasa nyeri dan tinja akan berubah menjadi cair hingga
menyebabkan individu terinfeksi menjadi lemas dan dehidrasi akibat kehilangan
banyak cairan. Disamping itu, toksin emetik diproduksi oleh bakteri ketika tumbuh
dan berada dalam makanan. Toksin ini mampu menyebabkan keracunan yang parah
ketika jumlah toksin yang terdapat pada makanan tersebut dalam dosis yang sangat
tinggi. Gejala yang ditimbulkan meliputi mual, muntah, malaise dan juga termasuk
diare. Tingkat keparahan B.cereus untuk menginfeksi dapat dalam kategori infeksi
klinis berat dan fatal lainnya bahkan dapat menyebabkan kematian (Murray et al.,
2015; Wolf-Hall & Nganje, 2017).

1.4 Uji Viabilitas Sel Monosit


1.4.1 Isolasi Sel Monosit
Teknik isolasi sel adalah suatu teknik yang dilakukan untuk mengambil suatu
partikel sel yang bercampur dengan sel lain dari tempat sel tersebut berasal.
Sedangkan isolasi sel mononuklear merupakan teknik untuk mengambil sel-sel
mononuklear yang berada pada darah manusia melalui beberapa proses (Berthold,
1981). Isolasi sel dapat dilakukan dengan menggunakan teknik elutriasi sentrifugasi
(centrifugation elutriation) yang dilengkapi rotor berputar dan memanfaatkan aliran
cairan dengan kecepatan tertentu. Prinsip pemisahan sel dari alat tersebut adalah
dengan memanfaatkan laju sedimentasi yang berbeda dari masing-masing sel,
kemudian cairan yang mengandung sel tersebut akan dibuat bergerak melawan medan
gravitasi dan akan mengalir menuju pusat rotasi yang terdapat ruang berbentuk
kerucut didalamnya. Sel akan terpisah berdasarkan tingkat sedimentasi dan ukuran
partikelnya, sehingga sel dengan ukuran yang lebih kecil akan menumpuk pada pusat
rotasi, sedangkan sel yang lebih besar akan berada lebih jauh dari pusat rotasi seperti
pada Gambar 2.6. Keuntungan dari teknik tersebut adalah waktu pengerjaan lebih
cepat dan konsentrasi sel yang didapat lebih banyak dibandingkan dengan teknik
yang lebih sederhana, sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan keahlian
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 22

khusus untuk dapat mengoperasikan alat tersebut, harga tidak ekonomis, dan tidak
dapat memisahkan sel dengan tingkat sedimentasi yang sama (Burdon et al, 1988).

Gambar 1.6 Prisip dari elutriasi sentrifugasi (Burdon et al, 1988)

Teknik lebih sederhana yang dapat digunakan untuk mengisolasi sel monosit
adalah dengan pemisahan sel menggunakan media density gradient, kemudian sel
dilekatkan pada media berbahan plastik atau gelas. Prinsip pemisahan teknik ini
adalah menggunakan media pemisah (Monocyte Separation Medium) seperti
Lympophrep™, Ficoll-paque™, dll. Media pemisah tersebut berisi iodinated density
gradient medium (seperti sodium diatrizoate) yang telah secara luas dipakai untuk
memisahkan monosit dari darah manusia (Axis-Shield, 2016). Media pemisah
tersebut kemudian ditempatkan ke dalam suatu tabung dan melapiskan diluents darah
diatas media pemisah, selanjutnya tabung tersebut disentrifugasi dengan kecepatan
dan tekanan tertentu sehingga akan terbentuk beberapa lapisan seperti pada Gambar
2.7.

Gambar 1.7 Skema pemisahan sel mononuklear dengan media density gradient
(Axis-Shield, 2016)
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 23

Lapisan yang terbentuk setelah disentrifugasi terjadi akibat adanya perbedaan


berat jenis dari masing-masing sel dalam darah. Lymphoprep™ sebagai media
pemisah memiliki berat jenis yang spesifik untuk dapat memisahkan sel mononuklear
dari darah manusia yaitu sebesar 1,077+0,001 g/ml. Sel yang memiliki berat jenis
lebih besar dari media pemisah akan berada dibawah lapisan media pemisah, namun
sel yang memiliki berat jenis lebih kecil dari media pemisah akan berada diatas
lapisan media pemisah (Seeligmüller N, 2016). Tahapan lain yang menunjang
terbentuknya lapisan adalah proses sentrifugasi. Sentrifus (Centrifuge) merupakan
alat yang digunakan untuk memisahkan partikel dari larutan berdasarkan ukuran,
bentuk, viskositas dan berat jenisnya. Prinsip sentrifugasi adalah partikel yang
memiliki berat jenis lebih besar daripada pelarut, maka akan mengendap dan partikel
yang lebih ringan akan berada mengapung diatas. Semakin besar perbedaan berat
jenisnya, maka akan semakin cepat partikel terpisah dari pelarut, namun jika tidak
ada perbedaan nilai berat jenis antar partikel, maka partikel akan berada tetap pada
posisi semula (Rickwood, 2001).

Tabel 1.4 Rentang berat jenis media dan berat jenis sel darah manusia serta elemen
darah lainnya
Sel dan elemen Rentang berat jenis [g/cm3] Berat jenis media [g/cm3]
darah lain (Density range) (Medium density)
Plasma/serum - 1,026
Trombosit 1,040-1,060 1,058
Monosit 1,059-1,068 1,065
Limfosit 1,066-1,077 1,070
Basofil 1,075-1,081 1,079
Neutrofil 1,080-1,099 1,082
Eosinofil 1,088-1,096 1,092
Eritrosit 1,090-1,110 1,100
Sumber : (Luttmann et al, 2006)
Media pemisah yang sering digunakan dalam teknik sederhana density
gradient centrifugation adalah Ficoll-paque™ dan Lymphoprep™. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Locca et al., (2009) kedua media memiliki efektifitas
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 24

yang sama ketika dilakukan pada prosedur yang sama. Dalam penelitian tersebut
disebutkan pula jika kedua media yang digunakan untuk isolasi sel mononuklear
tidak mempengaruhi komposisi dan hasil kuantitas dari tipe sel yang akan diisolasi
(Locca et al., 2009).

1.4.2 Perhitungan Viabilitas Sel Monosit


Metode pewarnaan sel merupakan cara umum yang digunakan untuk menilai
viabilitas sel. Trypan blue merupakan pewarna diazo yang secara luas telah
digunakan untuk pewarnaan spesifik terhadap sel atau jaringan yang telah mati.
Trypan blue adalah salah satu pewarnaan berupa noda vital yang akan diserap oleh sel
yang tidak utuh sehingga akan tampak berwarna biru menyala ketika diamati dibawah
mikroskop, sedangkan sel yang utuh akan tampak tidak bernoda. Sel yang tidak
berwarna memiliki membran sel yang utuh sehingga noda tidak akan terserap
kedalam sel. Hal tersebut akan memudahkan dalam membedakan sel-sel yang utuh
dan tidak utuh (Louis & Siegel, 2011). Mekanisme trypan blue dalam memberi noda
vital adalah berdasarkan muatan negatif pada pewarna tersebut yang mampu
melewati celah sel yang rusak, sehingga pewarna tersebut tidak akan memberi warna
pada sel yang belum rusak. Menurut Tran et al (2011), kerusakan sel oleh B. cereus
dengan terbentuknya pori (pore-forming) akibat toksin haemolysins II akan
menyebabkan permeabilitas membran sel meningkat sehingga trypan blue dapat
dengan mudah masuk ke dalam sel seperti pada Gambar 2.8. Pada jurnal penelitian
tersebut dilakukan pengujian pewarnaan sel yang dipapar toksin haemolysins II dari
B. cereus dengan rentang konsentrasi berbeda, kemudian diberi pewarnaan trypan
blue. Gambar (a) menunjukkan jika dengan konsentrasi toksin sebesar 0.2 μg/ml
mampu merusak sebagian sel yang ada, hal tersebut dapat terlihat dari hanya ada
sebagian sel yang terwarnai, sedangkan pada gambar (b) menunjukkan hal yang
sebaliknya, sehingga adanya kerusakan sel atau tidak oleh B. cereus dapat diketahui
melalui pewarnaan dengan trypan blue.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 25

(a) (b)
Gambar 1.8 (a). Sel dipapar 0.2 μg/ml toksin haemolysins II dari B.cereus;
(b) Sel dipapar 0.5 μg/ml toksin haemolysins II dari B.cereus
(Tran et al, 2011)

Sel yang rusak tampak berwarna biru oleh trypan blue dapat divisualisasikan
dan dihitung dibawah mikroskop cahaya. Menurut Ardiny (2014), lapang pandang
sebanyak 3 mampu untuk mewakili tiap kelompok sampel. Selanjutnya, perhitungan
dan pewarnaan trypan blue harus memperhatikan waktu dalam pengamatannya
karena sel yang berwarna biru akan hilang setelah waktu baca sekitar 5 menit, bahkan
ketika mencapai 30 menit sel akan mati akibat adanya paparan trypan blue yang
terlalu lama (Cooksey, 2014; Shen & Vandenabeele, 2014). Perhitungan sel
menggunakan mikroskop cahaya untuk mendapatkan nilai % viabilitas sel dengan
membagi antara sel yang tidak terwarnai dengan total sel seluruhnya dan dikalikan
100 (Crowley et al, 2016).
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

2. BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah experimental laboratories in-vitro dengan
rancangan penelitian the post test control group design karena sampel maupun
perlakuan lebih terkendali dan terukur.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biologi Fakultas Farmasi
Universitas Jember dan Laboratorium Bioscience, Rumah Sakit Gigi dan Mulut
(RSGM) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Pelaksanaan penelitian
dilakukan pada bulan Februari 2018.

3.3 Variabel Penelitian


3.3.1 Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah seduhan kopi robusta, gula; seduhan
kopi robusta,gula,susu dan kopi robusta, gula, krimer.

3.3.2 Variabel terikat


Variabel terikat pada penelitian ini adalah viabilitas sel monosit

3.3.3 Variabel terkendali


Variabel terkendali pada penelitian ini adalah isolat sel monosit, konsentrasi
suspensi bakteri Bacillus cereus, dan prosedur penelitian
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 27

3.4 Definisi Operasional


1. Seduhan kopi robusta merupakan hasil penyaringan dari bubuk kopi robusta
Lanang Malangsari yang berasal dari Café Rollas PT. Perkebunan Nusantara
XII Jember dan diseduh dengan air panas dengan suhu 85oC.
2. Aditif yang ditambahkan kedalam pembuatan seduhan kopi robusta adalah
gula pasir, krimer nabati (non diary), dan susu skim bubuk
3. Isolat sel monosit didapat dari darah vena perifer manusia (vena cubiti) wanita
normal tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan teknik gradient
density centrifugation serta media Lymphoprep™.
4. Bakteri yang digunakan adalah Bacillus cereus ATCC (The American Type
Culture Collection) 11778 diperoleh dari laboratorim Biologi Fakultas
Farmasi Universitas Jember.

3.5 Sampel Penelitian


3.5.1 Kriteria sampel
Penelitian ini menggunakan isolat sel monosit yang didapat dari darah vena
perifer manusia (vena cubiti). Sampel darah ini diperoleh dari wanita sehat (tidak
mempunyai penyakit sistemik) dan tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi.

3.5.2 Kelompok sampel


Sampel penelitian terbagi atas 5 kelompok perlakuan, yakni sebagai berikut :
1. Kelompok I : Sel monosit + Media 199
2. Kelompok II : Sel monosit + Media 199 + B. cereus
3. Kelompok III : Sel monosit + Media 199 + kopi robusta, gula + B. cereus
4. Kelompok IV : Sel monosit + Media 199 + kopi robusta, gula, krimer
+ B. cereus
5. Kelompok V : Sel monosit + Media 199 + kopi robusta, gula, susu
+ B. cereus
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 28

3.6 Skema Prosedur Penelitian

Gambar 2.1 Skema Prosedur Penelitian


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 29

3.7 Alat dan Bahan


3.7.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian kali ini adalah Syringe (One Med),
Torniquet, Coverslip, Vortex (Labinco), Incubator Shaker, Humaroller (Human),
Mikroskop inverted (Olympus), Mikropipet (Human), Laminar flow, Tabung falcon
(Nunc), Tabung heparin, Blue tip dan yellow tip, Filter (Corning), Rotating Shaker,
Autoclave, Well (Costar), Sentrifugasi 5810 R (Hermile), Seperangkat alat gelas
(Pyrex), Microplate, Stopwatch, Timbangan Analitik (Ohaus), DensiCHEK Plus®.

3.7.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian kali ini adalah darah vena perifer (vena
cubiti), Lymphoprep™ Media Gradient Centrifugation (MP Biomedical), HBSS-
Hank’s Balance Salt Solution (Sigma), Trypan Blue, RPMI Medium (Roswell Park
Memorial Institute), Aquadest Steril, Methanol, Penicillin-Streptomycin solution
stabilized (Sigma), Alkohol 70%, Fungizon Amphotericin, Media 199 (Gibro), NA
(Nutrient Agar), bubuk kopi robusta yang berasal dari Café Rollas Jember, gula pasir
Gulaku®, susu bubuk skim Petit Eric®, krimer Max Creamer®.

3.8 Prosedur Penelitian


3.8.1 Sterilisasi alat
Semua alat penelitian yang terbuat dari logam dicuci bersih kemudian
disterilkan dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121ºC. Sedangkan alat yang
terbuat dari plastik disterilkan dengan menggunakan alkohol 70%.

3.8.2 Pembuatan seduhan kopi robusta dengan aditif


Sebanyak 15 g bubuk kopi diseduh dengan air panas 200 ml dan suhu 85ºC
sehingga didapatkan sampel seduhan kopi robusta murni. Selanjutnya aditif yang
digunakan secara empiris adalah dengan penambahan 10 g gula, 5 g krimer dan 5 g
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 30

susu. Pada penelitian kali ini preparasi seduhan kopi robusta dengan aditif
menimbang sebanyak 0,75 g kopi robusta, 0,5 g gula; 0,75 g kopi robusta, 0,5 g gula,
0,25 krimer dan 0,75 g kopi robusta, 0,5 g gula, 0,25 g susu kemudian masing-masing
dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml. Akuades dipanaskan sampai dengan suhu
85ºC lalu ditambahkan pada masing-masing labu ukur 10 ml dan dikocok serta
didiamkan 10 menit. Lalu dilakukan penyaringan dengan kertas saring kemudian
dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan syringe filter 0,22 μm untuk
mencegah adanya bakteri bahan uji. Kemudian dilakukan pengenceran pada masing-
masing kelompok perlakuan dengan memipet 0,1 ml dan menambahkan aquadest
steril hingga 1 ml.

3.8.3 Pengambilan sampel darah


Pengambilan sampel darah sebanyak 6 cc dari darah vena perifer manusia
(vena cubiti) wanita sehat dengan menggunakan syringe. Kemudian memasukkan
dalam tabung heparin secara perlahan-lahan dengan melewatkan pada dinding tabung
agar tidak berbuih kemudian tabung digoyangkan agar tidak menggumpal.
Didapatkan sampel darah yang digunakan untuk tahapan isolasi sel monosit.

3.8.4 Pembuatan Bakteri B. cereus


a. Pembuatan Media NA (Nutrient Agar)
Peremajaan biakan murni B.cereus dilakukan dengan mendekatkan mulut
tabung reaksi berisi media NA pada nyala api saat akan menggoreskan jarum ose
yang terdapat B. cereus, agar tidak terjadi kontaminasi bakteri lain. Selanjutnya
media NA yang telah digoreskan B.cereus ditutup dengan kapas dan plastik wrap.
Kemudian diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator, suhu 37oC.
b. Pembuatan Bakteri B. cereus
B.cereus dari kultur peremajaan biakan murni diambil menggunakan jarum
ose steril kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi 10 ml Media 199
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 31

steril secara aseptis dan di vortex. Lalu kekeruhan suspensi bakteri dibandingkan
dengan standar Mc Farland 0,5 (setara 1x108 CFU) dengan cara diperiksa
menggunakan DensiCHEK Plus. Kemudian didapat suspensi bakteri sebagai
biakan aktif dan siap dipaparkan pada isolat sel monosit.

3.8.5 Pembuatan RPMI dan Medium Complex


a. Pembuatan RPMI dari sediaan bubuk ke cair (dalam 150 ml aquadest steril)

Sehingga, dalam 150 ml aquadest steril ditambahkan 1,56 gram serbuk RPMI
b. Pembuatan Medium Complex Media 199 (dalam 200 ml aquadest steril)

Sehingga, dalam 200 ml aquadest steril ditambahkan 1,9 gram serbuk Media
199

3.8.6 Isolasi sel monosit (Single Filter/dengan Lymphoprep™)


Memasukkan 3 ml darah kedalam tabung heparin dicampur hingga homogen.
Kemudian darah diencerkan dengan menggunakan garam fisiologi (HBSS pH 7,4)
dengan perbandingan 1:1, dicampur hingga homogen. Diluent darah dimasukkan ke
dalam tabung yang telah diisi 3 ml larutan Lymphoprep™ dengan perbandingan
Lymphoprep™ dengan diluent darah 1:2. Kemudian dimasukkan melalui dinding
tabung secara perlahan, larutan Lymphoprep™ jangan sampai pecah. Selanjutnya di
sentrifugasi dengan kecepatan 800 g selama 20 menit pada suhu 20 ˚C sehingga akan
terbentuk 4 lapisan yaitu lapisan plasma, mononuklear, Lymphoprep™, dan
polimorfonuklear eritrosit. Selanjutnya, lapisan kedua mononuklear (cincin kabut)
dipipet secara hati-hati dan dimasukkan pada tabung steril. Sampel mononuklear
diencerkan menggunakan HBSS (1:1), campur hingga homogen. Disentrifugasi
dengan kecepatan 900 g selama 3 menit pada suhu 20˚C, dilakukan sebanyak 3 kali
pengulangan. Kemudian ditambahkan 1 ml HBSS pH 7,4 pada supernatan yang
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 32

didapat, dan dicampur hingga homogen, lalu menambahkan 5 μl fungizone dan 20 μl


Penicillin-Streptomycin.
Menyiapkan Well Culture kemudian memasukkan coverslip steril pada
masing-masing well (disesuaikan dengan kebutuhan). Kemudian diteteskan 100 μl
supernatan hasil isolasi sel pada coverslip yang sudah disiapkan. Selanjutnya
diinkubasi selama 20-30 menit pada suhu 37˚C. Setelah selesai, ambil dan tambahkan
1 ml media kultur RPMI dan diinkubasi lagi selama 20-30 menit pada suhu 37˚C.
Kemudian diamati dibawah mikroskop inverted dengan menggoyangkan secara
perlahan untuk melihat penempelan selnya. Setelah itu dicuci menggunakan media
RPMI sebanyak 3 kali secara hati-hati untuk melepaskan kontaminasi selnya. Setelah
dicuci kemudian diamati dibawah mikroskop inverted untuk melihat kontaminasi
selnya. Setelah sel steril dan bebas dari kontaminasi, media kultur diganti
menggunakan media kultur Media 199, dan sel siap untuk dilakukan perlakuan.

3.8.7 Inkubasi sel monosit dengan bahan uji


Menambahkan masing-masing 100 μl bahan uji (kopi robusta, gula;
kopi,gula,krimer; kopi,gula,susu) pada well culture sesuai perlakuan dan
homogenkan. Lalu dilakukan pipetting pada monosit dan bahan uji kemudian
diinkubasi selama 2 jam pada suhu 37ºC dan 5% CO2. Mengamati di bawah
mikroskop inverted, dengan melihat pengaruh bahan uji terhadap sel monosit.

3.8.8 Perlakuan Sampel dengan paparan B.cereus


Menambahkan 100 μl B.cereus pada sampel dan dihomogenkan. Setelah
homogen, diinkubasi selama 2 jam pada suhu 37 ˚C dan CO2 5% dan dilakukan uji
viabilitas sel pada kontrol negatif.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 33

3.8.9 Pengecatan Trypan Blue dan Perhitungan Viabilitas Sel Monosit


Pengecatan sel dimulai dengan membuang media kultur Media 199 lalu
ditambahkan 150 μl HBSS pH 7,4 dan menambahkan 50 μl cat trypan blue lalu
dihomogenkan. Kemudian diamati dibawah mikroskop inverted dengan waktu baca
kurang dari 3 menit. Perhitungan jumlah monosit dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

Viabilitas sel monosit (%) ..................(3.2)

(Crowley et al, 2016)

3.9 Analisis Data


Data hasil penelitian dianalisis dengan uji normalitas Saphiro-wilk dan uji
homogenitas Levene. Data antar kelompok dapat dikatakan normal jika terdapat
perbedaan bermakna (p>0,05), sedangkan jika nilai uji Levene > 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa variasi data adalah homogen. Selanjutnya, jika data yang dihasilkan
homogen dan normal, maka dapat dilakukan uji statistik parametrik, yaitu uji one way
annova dan apabila terdapat perbedaan nyata (p<0,05) dilanjutkan dengan uji LSD.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

5. BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Seduhan kopi robusta dengan aditif memiliki potensi meningkatkan viabilitas sel
monosit yang dipapar B. cereus. Nilai viabilitas sel monosit pada seduhan kopi
robusta, gula sebesar 66,65% + 1,52%, seduhan kopi robusta, gula, krimer
37,74% + 2,56%, dan seduhan kopi robusta, gula, susu 25,92% + 3,06%.
2. Potensi seduhan kopi robusta dengan penambahan krimer terhadap viabilitas sel
monosit yang dipapar B. cereus lebih tinggi dibandingkan dengan seduhan kopi
robusta dengan penambahan susu. Hasil analisis Anova dan uji LSD
menunjukkan perbedaan yang signifikan antar kelompok.

5.2 Saran
Penelitian mengenai potensi seduhan kopi robusta dengan aditif terhadap
viabilitas sel monosit yang dipapar B. cereus perlu dikembangkan dengan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai kandungan zat aktif spesifik dari seduhan
kopi robusta yang mampu meningkatkan viabilitas sel monosit
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dengan
membuat tingkatan konsentrasi yang bervariasi dari seduhan kopi robusta dengan
aditif.
3. Untuk meningkatkan sistem pertahanan tubuh, sebaiknya seduhan kopi robusta
diminum hanya dengan penambahan gula tanpa adanya krimer dan susu
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

DAFTAR PUSTAKA

Agata N, Ohta M, Mori M, Shibayama K. (1999). Growth Conditions of and Emetic


Toxin Production by Bacillus cereus Defined Medium with Amino Acids.
Microbiology and Imunology; 43(1): 15-8

Alburuda, F. (2013). Viabilitas Monosit yang Dipapar Streptococcus mutans dan


Diinkubasi Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum). Skripsi. Jember : Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember

Anggraini, Y. D. (2012). Konsumsi Susu dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya


pada Balita di Wilayah Kelurahan Pekayongan Kecamatan Pasar Rebo Jakarta
Timur Tahun 2012. Skripsi. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Program
Studi Gizi Universitas Indonesia

Ardiny, K. (2014). Jumlah Sel Monosit Setelah Paparan Tunggal Radiasi Sinar X dari
Radiografi Periapikal. Skripsi. Jember : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember

Asti, S. I. P. (2015). Pengaruh Ekstrak Biji Kopi Robusta (Coffea robusta) terhadap
Aktivitas Fagositosis Sel Monosit. Skripsi. Jember : Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember

Bain, B. J. (2017). Structure and function of red and white blood cells. Elsevier Ltd,
1–7. https://doi.org/10.1016/j.mpmed.2017.01.011

Berthold, F. B. (1981). Analysis of Hematology (p. 367). Gießen, Germany: Springer-


Verlag.

Broderick, N. A. (2015). A common origin for immunity and digestion. Department


of Molecular, Cellular, and Development Biology, Yale University, New Haven,
CT, USA, 6:1–4. https://doi.org/10.3389/fimmu.2015.00072
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 46

Budirahardjo, R. (2009). Peningkatan Viabilitas Monosit oleh Biji Kopi Robusta


terhadap Streptococcus mutans. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Cisewski, S. E., L. Zhang, J. Kuo, G. J. Wright, Y. Wu, M. J. Kern, dan H. Yao.


2016. The effects of oxygen level and glucose concentration on the metabolism
of porcine tmj disc cells. HHS Public Access. 70(12):773–779.

Cooksey, C. J. (2014). Quirks of dye nomenclature. 59 Swiss Avenue, Watford WD18


7LL England, UK, 564–568. https://doi.org/10.3109/10520295.2014.916415

Clifford, M. N. 1999. Chlorogenic acids and other cinnamates–nature, occurrence


and dietary burden. Journal of the Science of Food and Agriculture, 79, 362-372

Cressey, P., King, N., Soboleva. (2016). Risk profile: Bacillus cereus in Dairy
Products. Ministry of Primary Industry. New Zealand Goverment

Dale, D. C., Boxer, L., & Liles, W. C. (2016). The phagocytes : neutrophils and
monocytes. University of Washington, University of Michigan, University of
Toronto, 112(4), 935–946. https://doi.org/10.1182/blood-2007-12-077917.

Delita, Y. N. (2012). Viabilitas Monosit yang Dipapar Streptococcus viridans dan


Diinkubasi dengan Minyak Zaitun (Oleum oliviae). Skripsi. Jember: Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember.

Dhaouadi, K., Raboudi, F., Estevan, C., Barrajon, E., Vilanova, E., Hamdaoui, M., &
Fattouch, S. (2011). Cell Viability Effects and Antioxidant and Antimicrobial
Activities of Tunisian Date Syrup ( Rub El Tamer ) Polyphenolic Extracts. Food
Biochemistry, Tunisia, 402–406. https://doi.org/10.1021/jf103388m

Doyle, M. P., & Beuchat, L. R. (2007). Food Microbiology : Fundamental and


Frontiers (3th Edition). Washington, DC: ASM Press.

Farah, A., & Donangelo, C. M. (2006). Phenolic compounds in coffee. Laboratório


de Bioquímica, Rio de Janeiro, 18(1), 23–36.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 47

Flannagan, S. R., Jaumouillé, V., & Grinstein, S. (2012). The Cell Biology of
Phagocytosis, 7. https://doi.org/10.1146/annurev-pathol-011811-132445

Fukushima, Y., Tashiro, T., Kumagai, A., Ohyanagi, H., Horiuchi, T., Takizawa, K.,
Sugihara, N., Chie, T., Mariko, T., Kondo, K. (2014). Coffee and beverages are
the major contributors to polyphenol consumption from food and beverages in
Japanese middle-aged women. Journal of Nutritional Science, Japan, 3 : e48. doi
: 10.1017/jns.2014.19

Gardiner, D., Jones, R., Yoncoskie, R. 1977. Non-Dairy Creamer Composition,


United States Patent. England : United States Patent

Geo, F. B., Karen C Carroll, Janet S Butel, Stephen A Morse. (2007). Medical
Microbiology. (E. N. dan R. F. Maulany, Ed.) (24th ed.). Jakarta: EGC.

Gerald, K. (2009). Cell and Molecular Biology : Concepts and Experiments (7th ed.).
United State of America: John Wiley & Sons, Inc.

Goleniowski, M., Bonfill, M., Cusido, R., Palazon, J. 2013. Phenolic Acids.
Argentina, Cordoba : Springer-Verlag Berlin Heidelberg

Gordon, S. (2016). Phagocytosis : An Immunobiologic Process. Elsevier Inc, 44(3),


463–475. https://doi.org/10.1016/j.immuni.2016.02.026

Gylys, B. A., Ellen, M. (2009). Medical Terminology System (6th ed.). Philadelphia,
United States of America: F.A. Davis Company.

Kucekova, Z., Mlcek, J., Humpolicek, P., & Rop, O. (2013). Edible flowers -
antioxidant activity and impact on cell viability. Central European Journal of
Biology, 8(10), 1023–1031. https://doi.org/10.2478/s11535-013-0212-y

Lestari, Endang. Haryanto, Idha. Mawardi, Surip. 2009. Konsumsi Kopi Masyarakat
Perkotaan dan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh: Kasus di Kabupaten Jember.
Pelita Perkebunan. 25(3):216—235.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 48

Laluce, C., J. O. Tognolli, K. F. De Oliveira, C. S. Souza, dan M. R. Morais. 2009.


Optimization of temperature, sugar concentration, and inoculum size to
maximize ethanol production without significant decrease in yeast cell viability.
Applied Microbiology and Biotechnology. 83(4):627–637

Listianing, H., Putri, R., & Hidayati, A. (2016). Pengendalian Kualitas Non Dairy
Creamer Pada Kondisi Proses Pengeringan Semprot di PT. Kievit Indonesia,
Salatiga. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP, Universitas Brawijaya
Malang, 4(1), 443–448.

Locca, D., Brookman, P., Mathur, A., Yeo, C., Flett, A., Preston, M., & Aqrawal, S.
(2009). Ficoll-Paque TM versus Lymphoprep TM : a comparative study of two
density gradient media for therapeutic bone marrow mononuclear cell
preparations. Future Medicine Ltd, London, UK, 4(5) : 689–696.
https://doi.org/10.2217/rme.09.44

Louis, K. S., & Siegel, A. C. (2011). Cell Viability Analysis Using Trypan Blue :
Manual and Automated Methods. Mammalian Cell Viability: Method and
Protocols, Methods in Molecular Biology, 740(1), 7–12.
https://doi.org/10.1007/978-1-61779-108-6

Mahon, R. C., C. Lehman, Do., & Manuselis, G. (2014). Diagnostic Microbiology


(5th Edition, p. 1096). Ohio, China: Elsevier Inc.

Murray, R. P., Rosenthal, K. S., & Pfaller, M. A. (2015). Medical Microbiology (8th
Edition). Canada: Elsevier Inc.

Nikolina M, G. K. and T. B. (2005). Polyphenols : Food Sources and Health Benefits.


Functional Food, InTech, 2: 24-41, http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.68862

Oestreich-Janzen, S. 2013. Chemistry of Coffee. Elsevier Inc. Reference Module in


Chemistry, Molecular Sciences and Chemical Engineering

Oteiza, P. I., Erlejman, A. G., Verstraeten, S. V, & Keen, C. L. (2005). Flavonoid-


membrane interactions : A protective role of flavonoids at the membrane
surface?. Clinical & Development Immunology, Taylor & Francis Group 19–25.
https://doi.org/10.1080/10446670410001722168
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 49

Pablos, F., & Gonza, A. G. (2001). Fatty acid profiles as discriminant parameters for
coffee varieties differentiation. Elsevier Inc, 54, 291–297.PII:S0039-
9140(00)00647-0

Panggabean, I. E. (2011). Buku Pintar Kopi. Jakarta: Agro Media.

Patay, B., & Bencsik, T. (2016). Phytochemical overview and medicinal importance
of Coffea species from the past until now. Elsevier Inc, 9(12), 1127–1135.
https://doi.org/10.1016/j.apjtm.2016.11.008

Patay, B., Sali, N., Csepregi, R., Bal, L., N, T. S., & Tibor, N. (2016). Antioxidant
potential , tannin and polyphenol contents of seed and pericarp of three Coffea
species. Elsevier Inc, 9(4), 366–371. https://doi.org/10.1016/j.apjtm.2016.03.014

Perdagangan, Kementerian. (2013). Market Brief Kopi (Specialty Growing Region :


Indonesia). Jakarta : Kementerian Perdagangan

Pereira, D. M., Valentão, P., Pereira, J. A., & Andrade, P. B. (2009). Phenolics: From
Chemistry to Biology, 2202–2211. https://doi.org/10.3390/molecules14062202

Pertanian, Kementerian. (2016a). Outlook Kopi : Komoditas Pertanian Subsektor


Perkebunan. Jakarta: Pusat Data dan SIstem Informasi Pertanian Sekretariat
Jendral-Kementerian Pertanian.

Pertanian, Kementerian. (2016b). Outlook Susu (Komoditas Pertanian Subsektor


Peternakan). Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat
Jendral-Kementerian Pertanian.

Preedy, V. R. (2015). Coffee in Health and Disease Prevention. London, UK:


Academic Press.

Price, L. (2007). Pathophysiology Vol 3. Jakarta: EGC.

Pruchnik H., Kujawa D. B., Kleszczynska H. 2013. Effect of Chlorogenic Acid on


Phase Transition in Phospholipid and Phospholipid/Cholesterol Membranes.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 50

Poland : Springer

Putri, R. R. (2017). Penetapan Kadar Polifenol dan Uji Aktivitas Antioksidan Pada
Aneka Sajian Minuman Kopi Robusta (Coffea canephora) Menggunakan
Metode DPPH. Skripsi. Jember : Fakultas Farmasi Universitas Jember.

Ramirez, M., Quiles, J., Yaqoob, P. (2006). Olive Oil and Health. CABInternational

Rickwood, D. 2001. Centrifugation Techniques. Article. United Kingdom,


Colchester: University of Essex

Ridwansyah. (2003). Pengolahan Kopi. Fakultas Pertanian Jurusan Teknologi


Pertanian : Universitas Sumatra Utara.

Rodak, B. F, & Carr J H. (2013). Clinical Hematology Atlas. Fifth Edition. China

Satriana, D. E., Tety, Ermi., Rifai, Ahmad. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Konsumsi Gula Pasir di Indonesia. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Riau.

Safitri, F., & Purwantiningrum, I. (2013). Pengaruh Penambahan Pati Termodifikasi


Pada Non Dairy Creamer terhadap Stabilitas Emulsifikasi dan Efisiensi Sodium
Caseinate. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya
Malang, 1(1), 1–14.

Seeligmüller, N. 2016. Faster Isolation of PBMC Using Ficoll-Paque® Plus in the


Eppendorf® Centrifuge 5920 R. Germany, Hamburg : Eppendorf AG

Shen, H. M., & Vandenabeele, P. (2014). Necrotic Cell Death. New York, London:
Humana Press. https://doi.org/10.1007/978-1-4614-8229-8

Sherma, J., & Waksmundzka-Hajnos, M. (2011). High Performance Liquid


Chromatography in Phytochemical Analysis. United State of America: CRC
Press Taylor & Francis Group.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 51

Sigma Aldrich. 2006. Giemsa stain (procedure no. gs-10). Cold Spring Harbor
Protocols. (7)

Sugiyanto, C. (2007). Permintaan gula di indonesia. Fakultas Ekonomi, Universitas


Gadjah Mada Yogyakarta, 8(2) : 113-127.

Supranto, J. (2007). Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: Rineka
Cipta.

Tham, W., & Danielsson-Tham, M.-L. (2013). Food Associated Pathogens (p. 354).
London, UK: CRC Press Taylor & Francis Group.

Togi, Y., Marpaung, F., Hutagaol, P., Limbong, W. H., Kusnadi, N., & Belakang, L.
(2011). Perkembangan Industri Gula Indonesia dan Urgensi Swasembada Gula
Nasional. Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE), 2, 1–14.

Tran S., & Ramarao N. 2013. Bacillus cereus immune Escape : a Journey Within
Macrophage. FEMS Microbiology Letters. France : AgroParisTech

Triratnawati, A. (2017). Makna susu bagi konsumen mahasiswa di kafe susu di


Yogyakarta : antara gizi dan gengsi. Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Gadjah Mada, 14(1), 27–35.

Turgeon, M. L. (2005). Clinical Hematology (Theory and Procedures) (4th Edition).


United State of America: Lippincott Williams & Wilkins.

Upadhyay R., & Rao J. M. 2013. An Outlook on Chlorogenic Acids-Occurrence,


Chemistry, Technology, and Biological Activities. India : Taylor & Francis
Group

Wang, Yu & Ho, Chi-Tang. 2009. Polyphenolic Chemistry of Tea and Coffee:A
Century of Progress. Agricultural and Food Chemistry. New Jersey, New
Brunswick: American Chemical Society

Watson, R. R., & De Meester, F. (2016). Handbook of Lipid in Human Function :


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 52

Fatty Acid. United State of America: AOCS Press.

Wolf, S., & Murray, A. K. (1981). Advance in Medicine and Biology. New York,
London: Plenum Press. https://doi.org/10.1007/978-1-4684-4112-3

Wolf-Hall, C., & Nganje, W. (2017). Microbial Food Safety: A Food Systems
Approach. Boston, USA: CABI.

Yashin, A., Yashin, Y., Wang, J. Y., & Nemzer, B. (2013). Antioxidant and
Antiradical Activity of Coffee, 230–245. https://doi.org/10.3390/antiox2040230

Yulisa, Lutfi., Indriani, Yaktiworo., Situmorang, Suriaty. 2013. Perilaku Konsumsi


Mahasiswa Universitas Lampung Terhadap Kopi Bubuk Instan Siap Saji.
Journal. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

http://www.depkes.go.id/article/view/13010100001/profil-visi-dan-misi.html.
Diakses pada 21 Januari 2018 pukul 00.17 WIB. Dipublikasi pada : Kamis, 12
Juni 2014, 00:00:00 oleh KEMENKES RI

https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=
506060#null. Taksonomi Coffea canephora , Taxonomic Serial No.: 506060.
Diakses pada 3 Februari 2018 pukul 19.23 WIB.

https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=
959821#null. Taksonomi Bacillus cereus, Taxonomic Serial No.: 959821.
Diakses pada 3 Februari 2018 pukul 19.50 WIB.

https://www.sigmaaldrich.com/catalog/product/sigma/32884. Deskripsi Giemsa.


Diakses pada 2 Juli 2018 pukul 22.05 WIB

http://www.dairyglobalnutrition.org/nutrition/milk-powder. USDEC. Nutrisi Susu


Bubuk Skim. Diakses pada 2 Juli 2018 pukul 21.18 WIB

www.ndb.nal.usda.gov. USDA National Nutrient Data Base 2016


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 54

LAMPIRAN

Lampiran A. Perhitungan Pengenceran Bahan Uji

Berat masing-masing bahan uji :


1. Kopi robusta : 0,75 gram
2. Gula : 0,5 gram
3. Krimer : 0,25 gram
4. Susu : 0,25 gram
Pembuatan larutan induk dengan menambahkan bahan uji ke dalam vial hinggal 10
ml sesuai dengan kelompok perlakuan, dengan rincian sebagai berikut :
Kelompok III : Kopi 0,75 gram, gula 0,5 gram ad 10 ml
Kelompok IV : Kopi 0,75 gram, gula 0,5 gram, krimer 0,25 gram ad 10 ml
Kelompok V : Kopi 0,75 gram, gula 0,5 gram, susu 0,25 gram ad 10 ml
a. Seduhan kopi robusta, gula (Kelompok III)
Berat bahan uji total pada kelompok ini adalah 1,25 gram
Konsentrasi larutan induk 100%:

Konsentrasi yang dibuat yaitu sebesar 10%:

Besar volume yang harus dipipet jika dibuat volume 1 ml :

b. Seduhan kopi robusta, gula, krimer (Kelompok IV)


Berat bahan uji total pada kelompok ini adalah 1,50 gram
Konsentrasi larutan induk 100%:
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 55

Konsentrasi yang dibuat yaitu sebesar 10%:

Besar volume yang harus dipipet jika dibuat volume 1 ml :

c. Seduhan kopi robusta, gula, susu (Kelompok V)


Berat bahan uji total pada kelompok ini adalah 1,50 gram
Konsentrasi larutan induk 100%:

Konsentrasi yang dibuat yaitu sebesar 10%:

Besar volume yang harus dipipet jika dibuat volume 1 ml :


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 56

Lampiran B. Hasil Uji viabilitas sel monosit


B.1. Kelompok I (Monosit+M.199)
Lapang Sel Jumlah Viabilitas Rata-rata
Replikasi Sel Mati
Pandang Hidup Total Sel Sel (%) (%)
1 113 46 159 71.07
2 76 65 141 53.90
1 92,04
3 54 81 135 40.00
4 47 74 121 38.84
1 112 56 168 66.67
2 105 51 156 67.31
2 93,99
3 115 52 167 68.86
4 88 95 183 48.09
1 63 40 103 61.17
2 31 30 61 50.82
3 91,66
3 51 43 94 54.26
4 70 55 125 56.00
Rata-rata (%) 92,56
Standar Deviasi 1,25

B.2. Kelompok II (Monosit+M.199+ B. cereus)


Lapang Sel Jumlah Viabilitas Rata-rata
Replikasi Sel Mati
Pandang Hidup Total Sel Sel (%) (%)
1 5 90 95 5.26
2 2 127 129 1.55
1 8,86
3 12 65 77 15.58
4 6 40 46 13.04
1 4 40 44 9.09
2 7 37 44 15.91
2 8,55
3 7 69 76 9.21
4 0 89 89 0.00
1 14 118 132 10.61
2 6 89 95 6.32
3 8,40
3 0 109 109 0.00
4 13 65 78 16.67
Rata-rata (%) 8,60
Standar Deviasi 0,24
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 57

B.3. Kelompok III (Monosit+M.199+Kopi, gula+B. cereus)


Lapang Sel Jumlah Viabilitas Rata-rata
Replikasi Sel Mati
Pandang Hidup Total Sel Sel (%) (%)
1 22 49 71 30,99
2 66 15 81 81,48
1 65,30
3 44 14 58 75,86
4 43 16 59 72,88
1 58 12 70 82,86
2 61 11 72 84,72
2 68,31
3 51 37 88 57,95
4 31 34 65 47,69
1 103 56 159 64,78
2 31 4 35 88,57
3 66,35
3 100 50 150 66,67
4 61 74 135 45,19
Rata-rata (%) 66,65
Standar Deviasi 1,52

B.4. Kelompok IV (Monosit+Media M.199+Kopi,gula,krimer+B. cereus)


Lapang Sel Jumlah Viabilitas Rata-rata
Replikasi Sel Mati
Pandang Hidup Total Sel Sel (%) (%)
1 72 96 168 42.86
2 28 34 62 45.16
1 34,81
3 14 33 47 29.79
4 15 55 70 21.43
1 47 58 105 44.76
2 20 59 79 25.32
2 38,89
3 23 35 58 39.66
4 44 52 96 45.83
1 63 99 162 38.89
2 29 31 60 48.33
3 39,51
3 16 32 48 33.33
4 48 80 128 37.50
Rata-rata (%) 37,74
Standar Deviasi 2,56
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 58

B.5. Kelompok V (Monosit+Media M.199+Kopi,gula,susu+B. cereus)


Lapang Sel Jumlah Viabilitas Rata-rata
Replikasi Sel Mati
Pandang Hidup Total Sel Sel (%) (%)
1 14 79 93 15.05
2 28 53 81 34.57
1 23,14
3 16 97 113 14.16
4 21 52 73 28.77
1 19 41 60 31.67
2 20 53 73 27.40
2 25,43
3 14 52 66 21.21
4 9 33 42 21.43
1 15 32 47 31.91
2 33 84 117 28.21
3 29,19
3 20 58 78 25.64
4 31 69 100 31.00
Rata-rata (%) 25,92
Standar Deviasi 3,06

Lampiran C. Analisis data dengan program SPSS


C.1. Normalitas dengan Saphiro-Wilk

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


kelompok_p
erlakuan N Percent N Percent N Percent
prosentase_ Kelompok I 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
viabilitas
Kelompok II 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Kelompok III 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Kelompok IV 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Kelompok V 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 59

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.


viabilitas Monosit+Media199 .329 3 . .868 3 .290
Monosit+Media199+B. Cereus .253 3 . .964 3 .635
Monosit+Media199+Kopi,gula+B. Cereus .245 3 . .970 3 .670
Monosit+Media199+Kopi,gula,krimer+B. Cereus .341 3 . .847 3 .232
Monosit+Media199+Kopi,gula,susu+B. Cereus .230 3 . .981 3 .734
a. Lilliefors Significance Correction

C.2. Uji Homogenitas dengan Levene


Descriptives
viabilitas
95% Confidence Interval for Mean
Std. Std.
N Mean Deviation Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Kelompok I 3 92.5607 1.25047 .72196 89.4543 95.6670 91.66 93.99
Kelompok II 3 8.6043 .23426 .13525 8.0224 9.1863 8.40 8.86
Kelompok III 3 66.6533 1.52775 .88205 62.8582 70.4485 65.30 68.31
Kelompok IV 3 37.7367 2.55346 1.47424 31.3935 44.0798 34.81 39.51
Kelompok V 3 25.9200 3.05462 1.76359 18.3319 33.5081 23.14 29.19
Total 15 46.2950 30.97400 7.99745 29.1422 63.4478 8.40 93.99

Test of Homogeneity of Variances


Viabilitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.642 4 10 .097

C.3. Uji Anova


ANOVA
Viabilitas

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Between Groups 13391.837 4 3347.959 845.298 .000

Within Groups 39.607 10 3.961

Total 13431.444 14
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 60

C.4. Uji LSD


Multiple Comparisons
viabilitas
LSD
Mean
Difference Std.
(I) perlakuan (J) perlakuan (I-J) Error Sig.
*
Monosit+Media Monosit+ Media 199+ B. Cereus 83.95633 1.62495 .000
199
*
Monosit+ Media 199+Kopi,gula+ B. Cereus 25.90733 1.62495 .000

*
Monosit+ Media 199+Kopi,gula,krimer+ B. Cereus 54.82400 1.62495 .000
*
Monosit+ Media 199+Kopi,gula,susu+ B. Cereus 66.64067 1.62495 .000

*
Monosit+ Media Monosit+ Media 199 -83.95633 1.62495 .000
199+B. Cereus
*
Monosit+ Media 199+Kopi,gula + B. Cereus -58.04900 1.62495 .000
*
Monosit+ Media 199+Kopi,gula,krimer+ B. Cereus -29.13233 1.62495 .000
*
Monosit+ Media 199+Kopi,gula,susu+ B. Cereus -17.31567 1.62495 .000

*
Monosit+ Media Monosit+ Media 199 -25.90733 1.62495 .000
199+Kopi,gula+
B. Cereus Monosit+ Media 199+ B. Cereus *
58.04900 1.62495 .000
*
Monosit+ Media 199+Kopi,gula,krimer+ B. Cereus 28.91667 1.62495 .000
*
Monosit+ Media 199+Kopi,gula,susu+ B. Cereus 40.73333 1.62495 .000

*
Monosit+ Media Monosit+ Media 199 -54.82400 1.62495 .000
199+Kopi,gula,kr
imer+ B. Cereus Monosit+ Media 199+ B. Cereus *
29.13233 1.62495 .000

*
Monosit+ Media 199+Kopi,gula + B. Cereus -28.91667 1.62495 .000

*
Monosit+ Media 199+Kopi,gula,susu+ B. Cereus 11.81667 1.62495 .000

*
Monosit+ Media Monosit+ Media 199 -66.64067 1.62495 .000
199+Kopi,gula,s
usu+ B. Cereus Monosit+ Media 199+ B. Cereus *
17.31567 1.62495 .000

*
Monosit+ Media 199+Kopi,gula + B. Cereus -40.73333 1.62495 .000

*
Monosit+ Media 199+Kopi,gula,krimer+ B. Cereus -11.81667 1.62495 .000

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 61

Lampiran D. Dokumentasi Alat dan Bahan


D.1 Hasil penimbangan bahan uji

D.2 Seduhan kopi robusta dengan aditif

D.3 Pengambilan sampel darah


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 62

D.4 Pembuatan bakteri B.cereus

D.5 Pembuatan RPMI dan Media 199

D.6 Tabung falcon berisi darah dan Lymphoprep™


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 63

D.7 Tahapan sentrifugasi

D.8 Hasil sentrifugasi

D.9 Pemipetan sel mononuklear


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 64

D.10 Menempatkan hasil supernatant pada coverslip dalam well culture

D.11 Menambahkan RPMI ke dalam well culture

D.12 Well culture diinkubasi dalam incubator shaker


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 65

D.13 Penggantian media dengan Media 199

D.14 Penambahan seduhan bahan uji ke dalam well culture

D.15 Penambahan B.cereus ke dalam well culture


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 66

D.16 Mikroskop inverted

D.17 Autoklaf
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 67

D.18 Laminar Air Flow

D.19 Media 199


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 68

D.20 RPMI Medium (Roswell Park Memorial Institute)

D.21 HBSS-Hank’s Balance Salt Solution

Anda mungkin juga menyukai