PERSIAPAN
PERSIAPAN
PERSIAPAN
Disusun Oleh :
Alisa Zam Zam Firdaus (G42190454)
Alfia Dwi Saputri (G42191349)
Vevita Anggelyna (G42192352)
Kualitas Sayuran
Manajeman
Persiapan Sayuran Stase
Persiapan
Penyimpanan Sayuran
Proses
Pembelian
Penerimaan
Kualitas
Penyelenggara
Penyimpanan Sayuran
Makanan
Persiapan
Persiapan Pencucian
Sayuran
Pengolahan
Penyimpanan
Kontaminasi
Sayuran
Sayuran
Distribusi
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif yang memaparkan data
yang telah terkumpul melalui observasi dan wawancara serta dokumentasi yang
dilakukan secara langsung di stase sayuran RSD K.R.M.T Wongsonegoro
Semarang terkait data yang akan diperlukan pada penelitian ini.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 November 2022 – 15 November 2022
di stase persiapan ruang pengolahan makanan Instalasi Gizi RSD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang.
3.3 Sasaran Penelitian
Sasaran pada penelitian ini yaitu pramumasak dan staff gudang penyimpanan
bahan makanan yang berada di Instalasi Gizi RSD K.R.M.T Wongsonegoro
Semarang.
3.4 Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dan dalam proses penelitian
dengan menggunakan lembar observasi dan wawancara. Adapun data
primer yang diambil peneliti antara lain data mengenai sistem HACCP,
observasi langsung kondisi penyimpanan bahan baku di Chiller.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari data yang telah dipublikasi
seperti data arsip spesifikasi bahan makanan, literatur, artikel, jurnal serta
situs di internet yang memperkuat literatur review pada bab 2 serta
argumen untuk dibagian pembahasan pada bab 4.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan informasi berupa data-data yang dibutuhkan untuk
menganalisis objek penelitian ini adalah :
1. Observai
Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada objek
penelitian. Penulis mengamati secara langsung segala kegiatan yang berkaitan
dengan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) di Kartika
Plaza Hotel, terutama pada penyimpanan bahan makanan di main kitchen
yang sesuai dengan rinsip HACCP.
2. Wawancara (Interview)
Mahadewi dan Utama (2012) wawancara adalah “proses tanya-jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan”. Penulis melakukan wawancara
tanya jawab langsung kepada pramumasak dan staff gudang penyimpanan
bahan makanan yang berada di Instalasi Gizi RSD K.R.M.T Wongsonegoro
Semarang.
3. Dokumentasi (Documentation)
Mahadewi dan Utama (2012) dokumentasi adalah “pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen”. Penulis mendokumentasikan hal-hal
yang dianggap perlu dan dapat menjadi bukti penelitian. Seperti foto keadaan
chiller,table preaparation, tabel pengecekekan suhu pada chiller.
3.6 Pengolahan Data, Analasis Data, dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
Data kesesuaian kualitas sayuran yang baru datang disesuaikan
dengan spesifikasi bahan makanan.
2. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat
dengan cara mendeskripsikan variabel-variabel penelitian meliputi
data kualitas sayuran, pencucian sayur serta prosedur penyimpanan
sayuran.
3. Penyajian Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi kemudian bisa
ditarik kesimpulan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut :
Bahan Spesifikasi Kualitas Bahan Makanan
Makanan
Wortel Segar, bersih, dalam keadaan Terdapat wortel tua sehingga
terkupas tidak keras dan sulit di potong.
berlubang/berulat, muda, Panjang wortel tidak sesuai
kulit mulus, warna merah dengan spesifikasi dimana ada
orange merata, tidak berdaun, yang pendek kurang dari 10
panjang 10-15 cm/bh, di cm dan ada yang panjang
tempatkan dalam kontainer hingga 18 cm. Tidak
tertutup, tidak plastik ditempatkan pada wadah
tertutup. Wortel dibungkus
pada plastik dengan berat 5 kg
per plastik
Labu siam Segar, muda, bersih, sudah Labu siam sudah dibelah
(Jipang) dalam keadaan dikupas bersih menjadi 2 tetapi beberapa
dan dibelah 2 bagian serta masih terdapat biji sehingga
diambil bijinya, di tempatkan olahan tertentu seperti di
dalam kontainer tertutup. rajang harus di bersihkan
Tidak plastik bijinya. Tidak ditempatkan
pada kontainer dan hanya
dibungkus dengan plastik 5 kg
per plastik
Labu Siam Segar, muda, bersih, Sebagain terlihat tidak segar
Rajang potongan merata, di dan beberapa berwarna
(Jipang tempatkan dalam kontainer kuning. . Tidak ditempatkan
Rajang) tertutup, tidak plastik pada kontainer dan hanya
dibungkus dengan plastik
Buncis Segar, muda, berwarna hijau Buncis tua dan keriting. Ujung
muda, bersih, tidak berulat, dan pangkal tidak di potong.
tekstur tidak lunak, jenis Tidak ditempatkan pada
bandungan, bentuk seragam, kontainer dan hanya
di tempatkan dalam kontainer dibungkus dengan plastik 5 kg
tertutup, tidak plastik per plastik
Kembang kol Segar, muda, bersih, warna Masih terdapat ulat dan
putih, tidak berulat, tidak beberapa busuk tetapi tidak
busuk, tanpa bonggol, banyak bagian yang busuk.
ditempatkan pada kontainer Tidak ditempatkan pada
tertutup, tidak plastik kontainer dan hanya
dibungkus dengan plastik 5 kg
per plastik
Terong Ungu Segar, bersih, muda, tak Tua. Tidak ditempatkan pada
berdaun di tempatkan dalam kontainer dan hanya
kontainer tertutup dibungkus dengan plastik.
Bayam Segar, warna hijau, tidak Cukup segar tetapi ada
berulat, tidak busuk, muda, beberapa yang masih
tanpa bonggol di tempatkan berlubang karena ulat. Tidak
dalam kontainer tertutup, ditempatkan pada kontainer
tidak di plastik. dan dibiarkan di ruangan tanpa
dibungkus dengan plastik
Gambas Segar, bersih, muda, tak Isi 5 bj/kg, 2 gambas
berulat/tidak berlubang, isi berlubang dan berulat
lebih dari 7 bj/kg, di
tempatkan dalam kontainer
tertutup, tidak di plastik
Kacang Segar, muda, tak berulat, Kacang panjang yang pendek
panjang bersih, warna hijau, lurus, masih ada. Ujung pangkal
ujung pangkal sudah tidak dipotong. Tidak
terpotong, di tempatkan ditempatkan pada kontainer
dalam kontainer tertutup, dan dibiarkan di ruangan tanpa
tidak diplastik dibungkus plastik
Sawi Sendok Segar, muda, bersih, tak Layu. Tidak ditempatkan pada
berulat, warna hijau, di kontainer dan hanya
tempatkan dalam kontainer dibungkus dengan plastik
tertutup, tidak diplastik
Sawi Hijau Segar, muda, bersih, tak Tidak ditempatkan pada
berulat, warna hijau, di kontainer dan hanya dibiarkan
tempatkan dalam kontainer di suhu ruangan
tertutup, tidak diplastik
Jagung Manis Bersih, tidak ada rambut Terdapat rambut jagungnya,
Baby jagungnya, segar, muda, belum diserut, memiliki
manis, tidak berulat, sudah ukuran yang berbeda (ada
diserut, ditempatkan dalam yang kecil dan ada yang
kontainer tertutup, tidak besar). Tidak ditempatkan
plastik pada kontainer dan hanya
dibungkus dengan plastik.
4.2 Pembahasan
Sayuran merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
(bahan makanan nabati). Dalam hidangan orang Indonesia, sayur mayur adalah
sebagai makanan pokok pemberi serat dalam hidangan serta pembasah karena
umumnya dimasak. Di rumah sakit sayuran menjadi bahan makanan yang wajib
ada dalam setiap menu dari semua kelas.
Manajemen sistem penyelenggaraan makanan di RSD K.R.M.T
Wongsonegoro menjalankan sistem penyelenggaraan makanan sesuai ketetapan
Kemenkes RI. Namun demikian, masih ada beberapa permasalahan yang terjadi di
beberapa stase salah satunya stase persiapan. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan selama 3 hari di dapatkan bahan makanan yang sesuai dengan
spesifikasi sebesar 54,5% dan bahan makanan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi sebesar 45,4%. Hampir keseluruhan bahan makanan tidak dimasukan
ke dalam kontainer yang seharusnya dimasukan kontainer agar tertutup dan
terbebas dari mikroorganisme. Bahan makanan yang tidak sesuai spesifikasi
lainya adalah bentuk pemotongan dan ukuran bahan makanan. Hal ini dikarenakan
kesulitan untuk menyamakan sesuai spesifikasi terutama bahan makanan wortel
yang seharusnya memiliki ukuran 10-15 cm sedangkan barang yang datang
memiliki ukuran lebih dari spesifikasi tertulis yaitu 17-18 cm. Ketidaksesuaian
spesifikasi ini berdampak pada pemotongan wortel untuk beberapa jenis olahan
salah satunya pada proses pengolahan setup sayuran. Oleh karena ada sisa ukuran
sehingga ukuran setup sayur antara wortel yang satu dengan wortel lainya tidak
sama sehingga mempengaruhi pemorsian pada olahan setup sayur.
Tahap pencucian sayuran mentah dengan menggunakan air mengalir
merupakan salah satu cara untuk meminimalisir kontaminasi. Jika sayuran mentah
tidak dicuci atau tidak dicuci dengan benar, maka kontaminasi yang terdapat
dalam sayuran bisa terbawa sampai proses memasak, jika sayuran tersebut diolah
dengan cara dimasak. Kontaminasi tersebut bisa sampai pada tahap penyajian, jika
sayuran tersebut disajikan mentah. Proses pencucian bahan sayuran yang benar
bisa menurunkan risiko terhadap kesehatan (Eryando et al, 2014). Pada proses
pencucian beberapa staff persiapan tidak sesuai dengan SOP yang sudah
ditetapkan. Dari hasil observasi dan wawancara didapatkan bahwa pencucian
bahan makanan masih 1 kali proses pencucian dan tanpa air mengalir. Misal saja
pencucian bayam, wortel dan labu siam yang hanya sekali pencucian langsung
masuk stase pengolahan. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas bahan makanan
yang seharusnya bersih saat dikonsumsi pasien. Proses pencucian pada brokoli
dan bunga kol juga tidak sesuai dengan SOP yang berlaku dikarenakan beberapa
staff persiapan tidak mencuci menggunakan rendaman air garam. Proses
pencucian tersebut langsung dicuci setelah di potong. Karakteristik bahan
makanan brokoli dan bunga kol yang mudah sekali berulat sangat beresiko bagi
kualitas bahan apabila pencucian tidak tepat.
Penyimpanan dan penyaluran bahan makanan adalah proses kegiatan yang
menyangkut pemasukan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, serta
penyaluran bahan makanan sesuai dengan permintaan untuk persiapan pemasakan
bahan makanan. Menurut (Bakri, Intiyati & Widartika, 2018), apabila bahan
makanan langsung akan digunakan, setelah ditimbang bahan makanan dibawa ke
ruangan persiapan bahan makanan. Pada proses penyimpanan bahan makanan
didapatkan beberapa bahan makanan yang di campur tanpa disesuaikan jenis
bahan. Berdasarkan wawancara didapatkan bahwa jumlah chiler sangat terbatas
yang tidak sebanding dengan jumlah bahan makanan. Sehingga staff persiapan
pun mengharuskan mencampur beberapa bahan makanan dalam satu chiller.
Selain itu, peneliti menemukan penyimpanan bahan makanan tidak
memperhatikan wadah yang digunakan sehingga wadah bekas penempanan bahan
makanan lain langsung digunakan tanpa adanya pencucian terlebih dahulu.
4.3 Upaya Mengatasi Permasalahn Di Stase Persiapan
Salah satu masalah yang sering terjadi di stase persiapan adalah
mempertahanlan kualitas bahan makanan. Dalam upaya mengatasi permasalahan
ini sebaiknya memberikan kebijakan lebih kepada distributor bahan makanan
yang mengharuskan sesuai spesifikasi sehingga bahan makanan yang datang
memiliki kualitas yang baik dan sesuai spesifikasi. Permasalah lainya adalah pada
proses pencucian dan penyimpanan bahan makanan. Pencuciam yang sering
dilakukan tidak sesuai dengan SOP yang berlaku. Adapun upaya utuk mengatasi
permasalahan ini adalah dengan meningkatkan pengetahuan pramumasak dan
staff persiapan serta kepala instalasi gizi dapat mengarahkan pramumasak dan
staff persiapan untuk melakukan pencucian dengan benar. Selain itu, permasalah
penyimpanan kelalaian yang sering terjadi dalam penyimpanan atau FIFO (first in
first out) yang tidak dijalankan sesuai dengan prosedur, misalnya saat menyimpan
bahan makanan. Bahan makanan yang terlebih dahulu datang atau bahan makanan
yang lama tidak boleh berada di bawah seharusnya berada di atas atau di depan
bahan makanan baru. Hal ini mencegah terjadinya bahan makanan kadaluwarsa
atau busuk karena penyimpanan yang terlalu lama. Sebaiknya dalam mengatasi
hal tersebut kepala instalasi gizi mempunyai tugas untuk menambah wawasan
melalui traning HACCP yang akan diberikan kepada setiap karyawan atau staf
yang dirasa kurang paham tentang pentingnya pengendalian bahaya yang sesuai
dengan prinsip HACCP.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa permasalahan dalam manajemen stase persiapan di instalasi gizi RSD
K.R.M.T Wongsonegoro seperti kualitas sayuran yang kurang baik, proses
persiapan makanan yang terdiri dari pemotongan dan pencucian belum sesuai
standar operasional produk serta permasalahan penyimpanan bahan makanan.
5.2 Saran
Saran dari adanya penelitian sederhana ini adalah beberapa upaya mengatasi
permasalahan di stase persiapan instalasi gizi RSD K.R.M.T Wongsonegoro dapat
terlaksana serta beberpaa pihak dapat ikut berpartisipasi dnegan maksimal dalam
mengatasi permasalah di instalasi RSD K.R.M.T Wongsonegoro khususnya stase
persiapan.
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, S. R. (2022). Implementasi Prosedur Penyimpanan Bahan Makanan Di
Instalasi Gizi Rumah Sakit Dustira Berdasarkan Permenkes Ri No 78
Tahun 2013. Journal Of Hospital Administration, 1(1), 25-36.
Departemen Kesehatan RI, 2013, Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit,
Dirjen Pelayanan Medik, Direktorat Rumah Sakit Khusus Dan Swasta,
Jakarta.
Hutama, D. W., Kurniawan, B., & Setiawan, G. (2017). Pengaruh Teknik
Pencucian Sayuran Terhadap Kontaminasi Soil Transmitted
Helminths. Jurnal Medula, 7(4), 15-20.
Mulya, A., Rahmawati, R., & Erminawati, E. (2021). Teknik Pencucian
Mempengaruhi Angka Kuman Pada Peralatan Makan: Studi
Literatur. Jurnal Kesehatan Lingkungan: Jurnal Dan Aplikasi Teknik
Kesehatan Lingkungan, 18(1), 27-32.
Widyastuti, P. (2018). Kualitas Dan Harga Sebagai Variabel Terpenting Pada
Keputusan Pembelian Sayuran Organik. Ekspektra: Jurnal Bisnis Dan
Manajemen, 2(1), 17-28.
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian
Hasil dokumentasi penelitian sederhana hari ke 1 sampai hari ke 3.
Tabel dokumentasi