Tugas Kelompok 1 - Proposal Penelitian - Riset Kualitatif
Tugas Kelompok 1 - Proposal Penelitian - Riset Kualitatif
Tugas Kelompok 1 - Proposal Penelitian - Riset Kualitatif
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR BAGAN.................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan Penenelitian....................................................................................6
1. Tujuan Umum.......................................................................................6
2. Tujuan Khusus.......................................................................................6
D Manfaat Penelitian.....................................................................................7
1. Bagi Peneliti..........................................................................................7
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan......................................................7
3. Bagi Institusi pendidikan.......................................................................7
4. Bagi Peneliti Selanjutnya......................................................................7
iii
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep.....................................................................................37
B. Definisi Istilah..........................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR BAGAN
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV/Human Immunodeficiency Virus. Disebut Human ( manusia ) karena virus
ini hanya dapat menginfeksi manusia,Immuno-deficiency karena efek virus ini
adalah menurunkan kemampuan sistem kekebalan tubuh dan termasuk
golongan virus karena salah satu karakteristiknya adalah tidak mampu
mereproduksi diri sendiri, melainkan memanfaatkan sel-sel tubuh. Virus HIV
menyerang sel darah putih manusia dan menyebabkan turunnya kekebalan
tubuh sehingga mudah terserang penyakit. Virus ini menyebabkan penyakit
AIDS (Desmawati, 2013). Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang
terus berkembang dan menjadi masalah global yang melanda dunia. Masalah
HIV/AIDS diyakini bagaikan fenomena gunung es karena jumlah kasus yang
dilaporkan tidak mencerminkan masalah yang sebenarnya (Desmawati, 2013).
1
2
Berdasarkan data tahun 2017 kasus HIV/AIDS di Jawa barat berada pada
urutan ke 4 terbesar di Indonesia berjumlah 28.964 orang setelah Papua.
Daftar prrovinsi dengan jumlah penderita HIV/AIDS tertinggi yaitu DKI
Jakarta dengan 51.981, Jawa timur 39.633, Papua 29.083, Jawa Barat 28.964,
Jawa tengah 22.292. Sedangkan kasus kematian karena HIV/AIDS mencapai
882 orang (Kemenkes RI, 2017).
HIV/AIDS hanya 657 kasus. Kemudian, data 2015 hanya 566 kasus. Adapun
27 kecamatan yang jadi sebaran warga yang terinfeksi HIV/AIDS, yaitu
Kecamatan Karawang barat dengan 109 kasus, Karawang timur 52 kasus,
Telukjambe timur 34 kasus, Cilamaya wetan 34 kasus, Cikampek 27 kasus,
Kota baru 23 kasus, Cilamaya kulon 21 kasus, Tirtamulya 20 kasus, Klari 20
kasus, Tegalwaru 18 kasus, Rengas dengklok 15 kasus, Rawamerta 14 kasus,
Telukjambe barat 14 kasus, Purwasari 11 kasus, Lemah abang 9 kasus, Jatisari
8 kasus, Tirtajaya 8 kasus, Cibuaya 8 kasus, Cilebar 7 kasus, Majalaya 6 kasus,
Pangkalan 6 kasus, Jayakerta 6 kasus, Tegalwaru 6 kasus, Batujaya 5 kasus,
Pedes 5 kasus, Ciampel 5 kasus serta Kutawaluya 3 kasus . (DinKes Kabupaten
Karawang, 2020).
individu, keluarga dan masyarakat yang disebabkan oleh stigma yang melekat
pada Penderita HIV/AIDS (Komisi penanggulangan AIDS 2010).
Berdasarkan data dari Rumah Sakit Umum daerah Karawang tahun 2021
pasien pada bulan Agustus data pasien HIV yang rawat jalan sebanyak 115
pasien yang terdiri dari 66 pasien laki-laki dan 49 pasien perempuan,adapun
5
rincian golongan umurnya adalah 1-4 thn 1 kasus, 5-14 tahun 2 kasus, 15-24
tahun 19 kasus, 25-44 tahun 79, 45-64 tahun 14 kasus. Adapun data pasien
yang dirawat inap adalah sebanyak 201 terdiri dari 140 pasien laki-laki dan 41
pasien perempuan, adapun rincian golongan umurnya adalah 1-4 thn 1 kasus,
5-14 tahun 4 kasus, 15-24 tahun 31 kasus, 25-44 tahun 139, 45-64 tahun 26
kasus dan kasus yang meninggal karena HIV adalah 41 kasus (Medical Record
RSUD Karawang, 2020).
B. Rumusan Masalah
Perilaku sigma yang muncul terhadap penderita HIV/AIDS menghambat
proses pencegahan dan pengobatan. Penderita sering menerima perlakuan yang
tidak semestinya, penderita masih dianggap sebagai penyakit yang berbahaya,
karena sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan.
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui secara mendalam perilaku stigma pada pasien HIV/AIDS di
Rumah Sakit Umum daerah Karawang.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskrisikan karakteristik responden meliputi umur, agama,
pendidikan, pekerjaan pada pasien pasien HIV/AIDS di Rumah Sakit
Umum daerah Karawang.
b. Mendeskrisikan secara mendalam perilaku stigma pada pasien
HIV/AIDS berdasarkan umur di Rumah Sakit Umum daerah Karawang.
c. Mendeskrisikan secara mendalam perilaku stigma pada pasien
HIV/AIDS berdasarkan pendidikan di Rumah Sakit Umum daerah
Karawang.
d. Mendeskrisikan secara mendalam perilaku stigma pada pasien
HIV/AIDS berdasarkan pengetahuan di Rumah Sakit Umum daerah
Karawang.
e. Mendeskrisikan secara mendalam perilaku stigma pada pasien
7
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan tentang perawatan
pasien dengan HIV/AIDS yang dilaksanakan di Rumah sakit serta
menambah pengetahuan tentang perilaku perawat dalam merawat pasien
HIV/AIDS dengan baik
2. Penyebab
Menurut Desmawati, (2013). Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah
suatu agen viral yang di sebut HIV dari kelompok virus yang dikenal
dengan Retro Virus. Retro Virus ditularkan oleh darah melalui kontak intim
(seksual) dan mempunyai akfitas yang kuat terhadap limposit T.
Masa Inkubasi : Dari penelitian sebagian besar kasus di katakan masa
inkubasi rata-rata 5 sampai 10 tahun.
3. Cara Penularan
Menurut Desmawati, (2013). Jalur penularan infeksi HIV serupa dengan
infeksi hepatitis B. Pada homoseksual pria, anal Intercourse atau anal
manipulation akan meningkatkan kemungkinan trauma pada mukosa rectum
8
9
dan selanjutnya memperbesar peluang untuk terkena virus HIV lewat sekret
tubuh. Peningkatan frekuensi praktik dan hubungan seksual ini dengan
partner yang bergantian juga turut menyebarkan penyakit ini. Hubungan
heteroseksual dengan orang yang menderita infeksi HIV juga merupakan
bentuk penularan yang terus tumbuh secara bermakna.
Berikut ini beberapa hal seputar penularan HIV/AIDS :
a. Virus HIV dapat ditemukan dicairan tubuh, seperti darah, sperma, cairan
vagina dan air susu ibu. Akan tetapi, virus ini tidak dapat menular
melalui cairan tubuh seperti ludah, keringat, tinja, urine dan air mata.
b. Virus HIV ditularkan melalui hubungan seksual, transfusi darah,
penggunaan jarum suntik secara bersama-sama, dan dari ibu ke bayinya.
1) Hubungan seksual
HIV dapat menular melalui hubungan seksual yang tidak aman.
Penularan ini terjadi melalui sperma dan cairan vagina. Resiko
penularan dapat dikurangi dengan menggunakan kondom. Meskipun
keddua pelaku seks sudah positif HIV,mereka harus tetap memakai
kondom. Jika tidak, ada kemunkinan terjadinnya infeksi ulang dengan
tipe HIV yang berbeda serta infeksi penyakit menular lainnya.
2) Transfusi darah
Kemungkinan penularan melalui darah dan produk darah yang
tercemar virus HIV sangatlah besar, yaitu lebih dari 90%. Oleh karena
itu, untuk menjaga agar darah bebas dari HIV dan virus lainnya, calon
pendonor darah dan darah yang tersedia harus diperiksa terlebih
dahulu.
3) Berbagi jarum atau infus yang tercemar
Pemakaian ulang atau berbagai jarum dan infuse sangat beresiko
menularkan HIV. Resiko penularan ini dapat di kurangi dengan
menggunakan jarum atau infuse baru atau sekali pakai. Selain itu,
penularan juga dapat di cegah dengan mensterilisasi jarum atau infuse
sebelum di gunakan.
10
4. Pencegahan
a. Perhatikan benda tajam disekitar anda.
b. Tempatkan benda-benda tajam yang tidak terpakai dalam wadah anti
tembus.
c. Kenakan alat pelindung.
d. Basuh dengan segera kedua belah tangan dan permukaan kulit lainnya
yang terkontaminasi darah.
e. Di lingkungan rumah buang dan siramlah darah serta cairan tubuh
kedalam tubuh.
f. Bungkus barang-barang yang terkontaminasi
g. Bersihkan setiap ceceran darah atau cairan tubuh lainnya dengan sabun
dan air.
h. Tingkatkan kekebalan tubuh
Pada sistem kekebalan tubuh yang utuh, jumlah sel T berkisar antara
600-1200/mm pada infeksi HIV, jumlah absolut dan persentasi sel T
penolong menurun dari waktu ke waktu. Pada pasien AIDS, jumlah sel T
mungkin 0 sampai 250/mm jumlah absolut sel T dan sel T penolong
(sebagai lawan dari sel T supresor) sesuai dengan perjalanan
penyakitnya.
5. Klasifikasi HIV/AIDS
Klasifaksi HIV/AIDS menurut Desmawati, (2019) adalah antara lain :
Tabel 2. 1 Klasifikasi HIV/AIDS
Kelompok Kategori Keterangan
I Infeksi - Penyakit “ serokonversi” mirip
asimtofeksi akut mononukleosis
- Gejala-gejala meningitis
- Adanya tanda-tanda infeksi seropositif
12
dari HIV
II Infeksi - Keadaan nampak baik
asimtomatik - Bukti adanya imfeksi HIV terdeteksi
dengan pemeriksan antibodi
III Limfadenopati - >1cm di dua tempat atau lebih pada
generalisata exstrainguinal
persisten (PGL) - Gejala-gejala lain dapat timbul tapi
limfadenopati paling dominan
- Infeksi HIV terdeteksi dengan
pemeriksaan antibodi
IV Penyakit lain - Infeksi HIV terdeteksi
Subkelompok A - Penyakit konstitusional atau ARC
demam, penurunan berat badan, diare.
Subkelompok B - Penyakit neurologik, termasuk
kompleks demensia AIDS.
Subkelompok C - Penyakit infeksi skunder, termasuk
pneumonia pneumocyastis carinnii
(PCP)
Subkelompok D - Kanker skunder, termasuk sarkoma
kaposi (KS)
Subkelompok E - Keadaan-keadaan lain
a. Kategori klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan berikut ini paada seseorang dewasa
atau remaja dengan infeksi HIV yang sudah dipastikan dan tanpa
keadaan dalam kategori klinis B serta C.
1) Infeksi HIV yang asimtomatik.
2) Limfadenopati Generalisata yang persisten (PGL/Persistent
Generalized Lymphadenopathy).
3) Infeksi HIV (primer) yang akut dengan keadaan sakit yang menyertai
atau riwayat infeksi HIV yang akut).
b. Kategori klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup (tetapi tidak
terbatas pada) :
1) Angiomatosis baksilaris.
2) Candiasis Orofaring (thurs) atau Vulvovaginal (persiten, frekuen atau
responnya jelek terhadap terapi).
13
6. Manifestasi klinik
Pada saat sistem imun sangat menurun, maka akan terjadi komplikasi oleh
infeksi penyakit lain. Pada kebanyakan orang, gejala yang terlihat pertama
adalah pembengkakan kelenjar limfa yang terjadi selama lebih dari 3 bulan.
Gejala ini yang terlihat dalam waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun
adalah:
a. Terasa kelemahan yang sangat.
b. Bobot badan menurun drastis.
c. Demam dan berkeringat terus menerus.
d. Terjadi infeksi persisten karena jamur (oral atau vaginal).
e. Kulit kering dan terkelupas.
f. Peradangan pada bagian pinggul pada wanita dan tidan merenspons
terhadap pengobatan.
g. Hilang ingatan sesaat.
7. Patofisiologi HIV/AIDS
Pada sel laten yang terinfeksi virus, provirus HIV DNA tidak di ekspresikan
sebagai virus RNA, protein virus, atau virion tetapi direplikasi sebagai DNA
oleh sel DNA prolimerase hospes sebagai gen seluler lainnya dan kemudian
ditransmisi kedalam sel progeny dengan cara pembelahan sel. Kemungkinan
besar sel yang terinfeksi HIV pada pasien yang tidak menunjukan gejala
(periode asimptomatik) pada inveksi HIV, adalah masa infeksi laten. Pada
periode laten tersebut, sel yang terinfeksi virus, menyebabkan proses
mekanisme istem imun anti-HIV tidak berefek. Sel yang terinfeksi pada
periode laten ini, seperti CD4 sel-T, dapat diaktifkan oleh antigen, sitokin
dan produksi gen virus lainnya untuk memulai mentranskip dan translasi
provirus HIV-DNA yang komudian memproduksi virus dan menyebarkan
virus infektf (Desmawati, 2013)
Pembagian stadium HIV/AIDS:
a. Stadium pertama : HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan
serologis ketika antibodi terhadap virus tersebut berubah dari negative
menjadi positif. Rentang waktu sja HIV masuk kedalam tubuh sampai tes
antibodi terhadap HIV menjadi positif disebut window period. Lama
window period antara satu sampai tiga bulan, bahkan ada yang dapat
berlangsung sampai enam bulan.
b. Stadium kedua: Asimptomatik (tanpa gejala)
Asimptomatik berarti bahwa didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi
penuh tidak menunjukan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung
selama 5-10 tahun. Cairan tubuh pasien HIV/AIDS yang tampak sehat ini
sudaj dapat menularkan HIV kepada orang lain.
c. Stadium ketiga
Pembesaran kelenar limfe secara menetap dan merata (persisten
generalized hymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu tempat
saja, dan berlangsung lebih dari satu bulan.
d. Stadium keempat: AIDS
16
berlebihan
j. Monitoring merupakan kunci yang sangat perlu karena penggunaan Anti
Retro Viral (ARV) membutuhkan kepatuhan yang sangat tinggi
k. Target pemberian ARV yaitu virologis, imunologis, klinis, teraupetik
dan epidemiologis
l. Efikasi klinis diharapkan maksimal dan penderita ikut berpatisipasi
dalam mengikuti perubahan klinis sehingga efikasi terapi dapat terbentuk
secara optimal
m. Interaksi obat satu sama lain perlu diperhatikan secara seksama
9. Komplikasi HIV-AIDS
a. Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carinnii. Gejala nafas yang pendek, sesak nafas
(dispnea), batuk-batuk, nyeri dada dan demam akan menyertai berbagai
infeksi oportunis, seperti yang di sebabkan oleh Mycrobacterium Avium
Intacellulare (MAI), Sitomegalovirus (CMV) dan legionela. Pneumonia
Pneumocystis Carinnii (PCP) merupakan penyakit oportunis pertama
yang dideskripsikan berkaitan dengan AIDS. Pneumonia ini merupakan
manisfestasi pendahulan penyakit AIDS pada 60% pasien.
b. Gastrointesnital
Manifestasi gastrointesnital penyakit AIDS mencakup hilangnya selera
makan, mual, vomitus, Candidiasis oral serta esofagus, dan diare kronis.
b. Kanker
Penderita AIDS memiliki insidensi penyakit kanker yang lebih tinggi dari
pada insidens yang bisa terjadi. Keadaan ini mungkin berkaitan dengan
stimulasi HIV terhadap sel-sel kanker yang sedang tumbuh atau berkaitan
dengan defisiensi kekebalan yang memungkinkan substansi penyebab
kanker, seperti virus, untuk mengubah bentuk sel-sel rentan menjadi sel-
sel maligna. Sarkoma kaposi tipe tertentu lifoma sel-B dan sel karsinoma
serviks yang invasif diikutsertakan dalam klasifikasi CDC untuk kelainan
malignitas (malignansi) yang berhubungan dengan AIDS. Karsinoma
18
kulit, lambung, pankreas, rektum dan kantung kemih juga lebih sering di
jumpai dari pada yang diperkirakan pada pasien-pasien AIDS.
c. Neurologik
Diperkirakan ada 80% dari semua pasien AIDS yang mengalami bentuk
kelainan neurologik tertentu selama perjalanan infeksi HIV. Komplikasi
neurologik mel iputi fungsi saraf sentral, parifer dan autonom. Gangguan
fungsi neurologik dapat terjadi akibat efek langsung HIV pada jaringan
sistem saraf, efeksi oportunis, neoplasma primer atau metastok,
perubahan serebrovaskuler, ensefalopati metabolik atau komplikasi
skunder.
d. Struktur integumen.
Manisfestasi kulit menyertai infeki HIV dan infeksi oportunitis serta
malignansi yang mendampinginya. Infeksi oportunis seperti Herpes
Zostrer dan Herpes Simpleks akan di sertai dengan pembentukan vesikel
yang nyeri yang merusak integritas kulit. Moluskum kontagiosum
merupakan infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan plak yang di
sertai deformitas. Dermatitis seboreiknakan di sertai ruam yang
difus,bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit, kepala, serta wajah.
Stigma adalah fenomena yang sangat kuat yang terjadi di masyarakat, dan
terkait erat dengan nilai yang ditempatkan pada beragam identitas sosial
(Heatherton 2003). Menurut Chaplin (2004) stigma adalah suatu cacatan
atau cela pada karakter seseorang atau suatu ciri negatif yang menempel
pada diri pribadi seseorang karena pengaruh lingkungan. Menurut Goffman
(dalam Heatherson, 2003) stigma adalah suatu syarat yang dianggap sebagai
gangguan dan dinilai kurang dibanding orang normal lainnya.
Stigma sosial adalah penolakan sosial sangat berat dari karakteristik pribadi
atau keyakinan yang diterima sebagai norma-norma budaya. Erving
Goffman mendefinisikan sigma sebagai proses reaksi orang lain yang
merusak identitas normal. Ada 3 (tiga) bentuk stigma, meliputi:
1. Diagnosis penyakit mental
2. Bentuk fisik atau cacat tidak diiinginkan
3. Berhubungan dengan ras, agama, kepercayaan dll.
Teori stigma Goffman dan klasifikasi stigma (Averting HIV and AIDS
2011), Link Brace dan Jo Phelan, stigma ada apabila terdiri dari 4 (empat)
komponen:
1. Membedakan individu dan melabelkan manusia berbeda-beda.
20
5. Penyimpangan Stigma
Stigma terjadi ketika seorang didentifikasi sebagai sesat, terkait dengan
stereotip yang menimbulkan sikap prasangka, yang ditolak lanjut dalam
perilaku diskriminatif Stigma terhadap AIDS dan diskriminasi terjadi
diseluruh dunia, walaupun nampaknya terdapat perbedaan masyarakat,
kelompok agama dua individu di seluruh negara. Bentuk-bentuk stigma dan
diskriminasi seperti rasisme, homophobia atau kebencian terhadap wanita-
wanita yang bekerja di tempat-tempat seperti pelacur atau penguna narkoba.
Stigma tidak hanya membuat orang sulit untuk berdamai dengan HIV dan
mengelolah penyakit mereka pada tingkat pribadi, tetapi juga mengganggu
upaya untuk memerangi epidemic AIDS secara keseluruhan. Pada tingkat
nasional, stigma yang terkait dengan HIV dapat menghalangi pemerintah
dalam mengambil keputusan cepat dan efektif terhadap epidemic, sementara
pada tingkat pribadi membuat orang enggan untuk mengakses tes HIV,
pengobatan dan perawatan (Alifatin A,2011).
7. Akibat Stigma
Menurut Periati, (2012) menemukan ada beberapa akibat dari stigma yaitu:
1) Stigma sulit mencari bantuan.
2) Stigma membuat semakin sulit memulihkan kehidupan normal karena
dapat menyebabkan menarik diri dari masyarakat.
3) Stigma menyebabkan diskriminasi sehingga sulit mendapatkan
akomodasi dan pekerjaan.
4) Masyarakat bisa lebih kasar dan kurang manusiawi.
5) Keluarga akan lebih merasa lebih terhina dan terganggu.
C. Konsep Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan
yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan
27
baik disadari ataupun tidak (Dewi & Wawan, 2010). Perilaku manusia
adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi,
minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang
sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor
internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor
eksternal yaitu faktor lingkungan ( Notoatmodjo, 2017).
2. Ciri-ciri Perilaku
Ciri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari mahluk lain menurut
Notoatmodjo, (2017) adalah sebagai berikut:
1) Kepekaan Sosial
Kepekaan sosial merupakan kemampuan manusia untuk dapat
menyesuaikan perilaku sesuai pandangan dan harapan orang lain.
Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa
adanya bantuan dari orang lain, manusia saling membutuhkan antara
manusia dengan orang lain
2) Kelangsungan Perilaku
Kelangsungan perilaku merupakan antara perilaku satu berhubungan
dengan perilaku lain, dengan kata lain perilaku manusia terjadi secara
berkesinambungan bukan secara serta merta.
3) Orientasi Tugas
Setiap perilaku merupakan orientasi tugas, yang memiliki tugas tertentu
dan tujuan tertentu, untuk mewujudkan tugas tertentu dibutuhkan
perilaku perilaku tertentu pula.
4) Usaha dan Perjuangan
28
Usaha dan Perjuangan pada manusia telah dipilih dan ditentukan sendiri,
dan tidak akan memperjuangankan sesuatu yang memang tidak ingin
diperjuangkan.
3. Jenis Perilaku
Menurut teori skinner yang dikenal dengan teori stimulus-organisme-
respons (SOR) yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2017). Perilaku manusia
dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :
1) Perilaku Tertutup (covert behavior)
Perilaku terutup terjadi jika respon terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas. Respon
seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,
pengetahuan, sikap terhadap stimulus bersangkutan.
2) Perilaku Terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka terjadi jika respon terhadap stimulus tersebut berupa
tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang lain dari luar secara
jelas. Respon seseorang terhadap stimulus tersebut sudah dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka.
1) Faktor ekologis
2) Merupakan keadaan alam, geografis, iklim yang mempengaruhi
perilaku orang
3) Faktor desain dan arsitektur
Struktur bangunan dan bentuk bangunan, pola pemukiman dapat
mempengaruhi perilaku manusia yang berada di dalamnya.
4) Faktor temporal
Pengaruh waktu terhadap bioritme manusia yang mempengaruhi
perilakunya. Waktu pagi, siang, sore, malam yang membawa
pengarup sikap dan perilaku.
5) Suasana behavior (behavior setting)
Tempat keramaian atau kerumunan massa membawa pola perilaku
manusia, perilaku orang yang diwarnai oleh suasana lingkungan
tersebut.
6) Faktor teknologi
Perkembangan teknologi termasuk teknologi informasi yang disebut
dengan internet membawa pengaruh bagi perilaku seseorang.
7) Faktor social
Peranan faktor sosial seperti umur, status pendidikan, agama, status
sosial berperngaruh terhadap perilaku seseorang.
5. Domain perilaku
Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam (Notoatmodjo, 2017) membedakan
adanya tiga area,wilayah, ranah atau domain perilaku yaitu :
a. Ranah kognitif (cognitive domain)
Ranah koginitif dapat dikur dari pengetahuan (knowledge), pengetahuan
merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga lidah dan
sebagainya). perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat
langgeng. Secara garis besar tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu artinya mengingat kembali memori yang telah ada sebelumnya
31
diberikan (objek)
2) Menanggapi (responding)
3) Menanggapi merupakan jawaban tanggapan terhadap pertanyaan
yang dihadapi.
4) Menghargai (valuing)
Menghargai artinya memberikan nilai positif terhadap objek atau
stimulus.
5) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggungjawab artinya berani mengambil resiko dengan semua
yang telah dilakukannya.
c. Ranah Psikomotor (psychomotor domain)
Ranah psikomotor dapat diukur dari keterampilan (practice). Merupakan
suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam tindakan. Tindakan ini
dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya yaitu :
1) Praktik terpimpin (guided response)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung
pada tuntunan atau menggunakan panduan
2) Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu atau mempraktikan
sesuatu secara otomatis.
3) Adopsi (adoption)
Suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Tidak sekedar
melakukan rutinitas atau mekanisme tetapi sudah dilakukan
modifikasi, tindakan atau perilaku yang berkualitas.
dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu
tersebut.
1) Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sngat penting
untuk terbentuknya perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni:
a) Awareness (kesadaran)
b) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
c) Interest (merasa tertarik)
Tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap
subjek sudah muali timbul.
d) Evaluation (menimbang-nimbang)
Menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
e) Trial
Dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
f) Adoption
Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2) Keyakinan
Keyakinan adalah pendirian bahwa suatu fenomena atau objek benar
atau nyata. Kebenaran adalah kata-kata yang sering digunakan untuk
mengungkapkan atau menyiratkan keyakinan agar terjadi perubahan
perilaku.
a) Seseorang harus yakin bahwa kesehatannya terancam
b) Orang tersebut harus merasakan potensi keseriusan kondisi itu
dalam bentuk nyeri atau ketidaknyamanan, kehilangan waktu untuk
bekerja, kesulitan ekonomi.
34
3) Tokoh Agama
Adalah panutan yang merepresentasikan kegalauan umatnya dan
persoalan yang sudah diungkap oleh para tokoh agama menjadi
perhatian untuk diselesaikan dan dicarikan jalan keluarnya.
4) Petugas Kesehatan
Merupakan tenaga profesional, seyogyanya selalu menerapkan etika
dalam sebagian besar aktifitas sehari-hari. Etika yang merupakan
suatu norma perilaku atau biasa disebut dengan asas moral,
sebaiknya selalu dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat
kelompok manusia
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori perilaku stigma pada pasien HIV/AIDS
HIV/AIDS
- Pengertian
- Penyebab
- Cara penularan
- Pencegahan
- Klasifikasi
- Manifestasi klinis
- Patofisiologi
- Penatalaksanaan
- Komplikasi
- Pemeriksaan
STIGMA
- Pengertian
- Proses pemeberaian stigma
- Bentuk stigma Perilaku stigma pada
- Enam stigma pasien HIV/AIDS
- Penyimpangan stigma
- Stigma berkaitan dgn HIV
- Akibat stigma
- Faktor-faktor yang
mempengaruhi stigma
PERILAKU
- Pengertian
- Ciri – ciri perilaku
- Jenis perilaku
- Domain perilaku
- Faktor yang
mempenagruhi Perilaku
37
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tijauan pustaka yang diuraikan perilaku sigma pada pasien
HIV/AIDS di Rumah Sakit umum Daerah Karawang diteliti agar peneliti dapat
memberikan pandangan dan pemahaman yang benar tentang pasien yang
terinfeksi HIV/AIDS serta pentingnya dukungan keluarga dan dukungan
masyarakat pada pasien yang terinfeksi HIV/AIDS.
1. Pendidikan
2. Pengetahuan Perilaku Stigma
3. Dukungan Keluarga
4. Dukungan masyarakat
B. Definisi Istilah
Dalam penelitian ini ada beberapa istilah untuk koreks khusus sehingga perlu
diberi definisi. Berikut ini adalah beberapa definisi istilah dalam penelitian ini
Tabel 3.1 Definisi Istlah
Variabel Definisi Operasional Informan Utama Informan Triangulasi
Stigma Pandangan negative - Pasien HIV/AIDS - Tokoh masyarakat
yang dipakai oleh - Keluarga pasien - Tokoh agama
individu atau - Tenaga kesehatan
(Dokter dan
masyarakat kepada
perawat)
seseorang yang
kemudian menjadi
norma pada
kelompok/masyarakat
Cara mengukur
melalui : Penerimaan,
37
gambaran, pandangan,
respon, pengalaman
bersosialisai
Pendidikan Pendidikan yang telah
diselesaikan oleh
informan
Pengetahuan Hasil pengindraan
manusia atau hasil
tahu seseorang
terhadap objek melalui
indera yang dimiliki
Dukungan Sikap, tindakan dan
keluarga penerimaan keluarga
pada pasien
HIV/AIDS yang
berupa pemberian
informasi,
penghargaan,
perhatian kebutuhan
sehari-hari dan
dukungan emosi.
Dukungan Perilaku masyarakat
Masyarakat pada penderita
HIV/AIDS yang
berupa pemberian
dukungan moral dari
lingkungan sekitar
tempat tinggal
penderita
38
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis fenomenologi.
Menurut Afyanti dan Rahmawati (2014), Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang umumnya menjelaskan, memberikan pemahaman, dan interpretasi
tentang berbagai prilaku dan pengalaman manusia (individu) dalam bentuk.
Penelitian studi fenomenologi adalah suatu penelitian dengan mencari sesuatu
yang mendalam untuk mendapatkan satu pemahaman yang mendetail tentang
studi kasus dan pendidikan yang diteliti, dan menggunakan satu subyek.
Penelitian fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti dan seksama pada
kesadaran pengalaman manusia. Konsep utama dalam studi kasus adalah
makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran
manusia. Hal itu karena studi kasus merupakan sebuah pendekatan filosofis
untuk menyelidiki pengalaman manusia.
39
40
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mualai pada bulan Okober 2021 sampai dengan
bulan Febuari 2022.
C. Subjek Penelitian
Menurut Sugiyono (2017) mengungkapkan bahwa pada penelitian kualitatif
tidak menggunakan istilah populasi tetapi dinamakan sosial situation dan
terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Sampel dalam penelitian kualitatif
bukan dinamakan responden, tetapi dinamakan narasumber, partisipan dan
informan dalam penelitian. Selain itu sampel bukan disebut sampel statistik
melainkan sampel teoritis, karena mempunyai tujuan peneliti kualitatif adalah
untuk menghasilkan teori, penentuan dilakukan saat peneliti memasuki
lapangan dan selama penelitian berlangsung.
E. Etika Penelitian
Menurut Moleong, (2011) agar studi alamia benar-benar dapat terjadi dan
peneliti tidak mendapat persoalan masalah etika maka ada beberapa yang harus
di persiapkan oleh peneliti antara lain yaitu:
1. Meminta izin pada penguasa setempat dimana peneliti akan di dilaksanakan
sekaligus memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan peneliti.
2. Menempatkan orang –orang yang diteliti bukan sebagai objek melainkan
orang yang derajatnya sama dengan peneliti
3. Menghargai, menghormati, dan patuh semua peratura, norma, nilai
masyarakat, kepercayaan, adat-istiadat dan kebudayaan yang hidup
4. didalam masyarakat tempat penelitian dilakukan.Memegang segala rahasia
yang berkaitan dengan informasi yang di berikan.
5. Informasi tentang subjek tidak dipublikasikan bila subjeck tidak
menghendaki, termasuk nama subjeck tidak akan dicantumkan dalam
laporan penelitian.
6. Peneliti dalam merekrut partisipan terlebih dahulu, memberikan informed
consent, yaitu memberi tahu secara jujur maksud dan tujuan terkait dengan
tujuan penelitian pada sampel dengan sejelas-jelasnya.
7. Selama dan sesudah penelitian (privacy) tetap dijaga, semua partisipan
diperlakukan sama, nama pertisipan di ganti dengan nomor (anonimity),
peneliti akan menjaga kerahasian informasi yang diberikan dan hanya
digunakan untuk kegiatan penelitian serta tidak akan di publikasikan tanpa
izin partisipan.
8. Selama pengambilan data peneliti memberi kenyamanan pada partisipan
dengan mengambil tempat wawancara sesuai dengan keinginan partisipan.
Sehingga partisipan dapat leluasa tanpa ada pengaruh lingkungan untuk
mengungkapkan masalah yang dialami
44
Menurut Teknik Colaizzi menurut Polit dan Beck, (2010), Analisis data
kualitatif dilakukan dengan tujuh tahapan antara lain:
a. Membaca seluruh transkrip wawancara partisipan berulang kali untuk
memahami dan mendapatkan perasaan yang sama dengan partisipan
ketika mengalami fenomena pengalamannya
b. Menemukan pernyataan bermakna, peneliti dapat membuat koding
(pengkodean) dengan memberikan warna berbeda atau garis bawah pada
pernyataan partisipan yang memiliki makna pada transkrip
c. Merumuskan sebuah makna dari setiap pernyataan bermakna ke dalam
kategori-kategori
d. Memformulasikan setiap pernyataan bermakna (kategori-kategori)
dalam bentuk tema (dapat dibuat dalam bentuk kategori ke dalam cluster
tema dengan membentuk tabel agar mempermudah peneliti, terdiri dari
kolom tema, kolom subtema, kolom kategori, dan kolom kata kunci), hal
yang harus dilakukan :
1) Rujuk/periksa kembali pernyataan asli pada transkrip untuk
memvalidasi
2) Berikan catatan berbeda pada kelompok tema
e. Mengintegrasikan hasil temuan menjadi deskripsi (narasi lengkap)
tentang fenomena yang sedang diteliti
f. Mendeskripsikan hasil ke dalam narasi lengkap yang sesuai dengan
fenomena partisipan yang diungkapkan dengan pernyataan identifikasi
yang tegas
g. Melakukan validasi hasil penelitian dengan meminta partisipan untuk
mengkorfirmasi kembali temuan
47
G. Keabsahan Data
Validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif berbeda,
jika dalam penelitian kuantitatif dilakukan secara poin per poin dan dilakukan
pengukuran akurasi data, berbeda dengan penelitian kualitatif. Strategi validitas
penelitian kualitatif yang direkomendasikan oleh Cresswell, (2016) dapat
mengajak auditor eksternal (dalam hal ini yaitu dosen pembimbing dan
penguji) untuk melakukan review keseluruhan hasil penelitian, memberikan
penilaian objektif mulai dari proses hingga kesimpulan yang dihasilkan dalam
penelitian. Lincoln dan Guba (1985 dalam Polit dan Beck, 2010) menyatakan
ada empat kriteria untuk menetapkan “trustworthiness” dalam validitas data
kualitatif, yaitu credibility, dependability, confirmability, dan transferability.
1. Credibility (Derajat kepercayaan)
Konsep kredibilitas berkaitan dengan apakah temuan sebuah penelitian
dapat dipercaya, dengan memastikan temuan akurat yang didukung data
(Pitney dan Parker, 2009). Menurut Moleong (2011) kriteria kredibilitas
berfungsi melaksanakan pengamatan dan pembuktian sedemikian rupa
sehingga dapat menunjukkan derajat kepercayaan hasil temuan yang diteliti.
Peneliti melakukan pertemuan langsung dengan partisipan agar melakukan
48
Chaplin, J. . (2004). Kamus lengkap Psikolog. (K. Kartini, Ed.). Jakarta: Raya
Grafindo Persada.
Kemenkes, (2017). Profil kesehatan jawa barata tahun 2016, Dinas Kesehatan
Jawa Barat.
Smeltzer dan Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.3.
Jakarta: EGC Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2015). Medical Surgical
Neursing (Vol 1). : LWW.
49
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
50
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Keluarga :
1. Dapatkah saudara ceritakan cara penularan penyakit HIV/AIDS ?
2. Bagai mana perasaan anda ketika mengetahaui salah satu anggota keluarga
anda menderita HIV/AIDS?
3. Bagai mana pandangan keluarga terhadap salah satu anggota keluarga yang
menderita HIV/AIDS?
4. Bagaimana anda memperlakukan penderita tersebut dalam keluarga?
5. Adakah tetangga saudara yang mengidap penyakit HIV/AIDS?
6. Bagaimana perasaan saudara ketika mengetahui ada yang menderita
HIV/AIDS di lingkungan tempat tinggal anda?
7. Apa yang anda ketahui tentang penyakit HIV/AIDS?
8. Bagaimana pandangan saudara tentang penderita HIV/AIDS?
9. Apakah masyarakat di lingkungan tempat tinggal anda mengucilkan
penderita HIV/AIDS ?
10. Apakah penderita HIV/AIDS pernali dihina/cemooh oleh masyarakat, bisa
anda jelaskan?
11. Apakah penderita selalu dikutsertakan dalam kegiatan sosial/bermasyarakat
dilingkungan tempt tinggal anda?
12. Pernahkan penderita HIV/AIDS mengalami perlakuan yany berbeda dari
lingkungan tempat tinggal, bisa anda jelaskan?
13. Bagaimana masyarakat memperlakukan penderita HIV/AIDS, bisa anda
jelaskan?
Untuk Petugas kesehatan:
Inisial responden :
Umur :
Lama kerja :
Pendidikan Terakhir : SPK. D3. S1/S2