Kel 7 Tafsir Al Mizan
Kel 7 Tafsir Al Mizan
Kel 7 Tafsir Al Mizan
OLEH:
Kelompok 7
YuliaArsania (200601100)
Muh Arsyl Aziem
(200601115)
Puji syukur khadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelsaikan penysunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
administrasi pendidikan.Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga
kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki sangat minim.Oleh kerena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
BAB I . PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Pembahasan
5 BAB II . PEMBAHASAN 3
A. Biografi Hidup 6
A. Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA 14
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Demikian halnya pada babak penafsir Thabathaba'i, tafsir ini kalau dikaji
lebih lanjut maka akan terasa jabarannya yang mengisyaratkan akan berbagai
persoalan-persoalan kekinian. Hal-hal yang ditonjolkan pun berkisar
persengketaan perbedaan pikiran dari masing-masing golongan dalam Islam
sendiri.Sebagai tafsir abad ke20, sepertinya penulis sadar bahwa masa
sekarang bukanlah masanya untuk menggunjing berbagai pandangan yang
berseberangan.Thabathaba'i menawarkan satu bentuk tafsir yang berorientasi
pada bagaimana memposisikan Islam sebagai agama Tuhan yang lepas dari
ketidak jelasan penafsiran mazhab fiqh dan teologi. Benarkah demikian,
4
ternyata dari redaksi tafsir Thabathaba'i, hal yang bernada perbedaan pun
masih cenderung teruraikan, misalnya persoalan imamah, keadilanTuhan, dan
lain-lain.
5
Dari berbagai bentuk penafsiran yang berkembang, Thabathaba'i tampil
pula dengan gayanya yang khas. Indikasi ini sangatlah wajar karena melihat
kenyataan yang berkembang ia sangat maju karena didukung oleh lingkungan
dan lembaga formalnya. Dari kondisi lain dapat difahami bahwa dalam diri
Thabathaba'i juga tersimpan rasa toleransi terhadap nasib sesamanya muslim
ketika menghadapi imprealis Barat. Hal tersebut nampak senada apa menjadi
titik landasan yang diajukan oleh penafsir kontemporer sebelumnya yakni
Syekh Muhammad Abduh tafsir al-Manar.1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan pembahasan
6
1
Tamrin, “Tafsir Al-Mizan Karakteristik dan Corak Tafsir”, Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,
Vol.1, No.1, 2019, Hlm. 3-5
7
BAB II
PEMBAHAS
AN
A. Biografi
Hidup
9
tahun dan fiqhi selama 4 tahun. Al-Tabataba‘i juga berguru pada Ayatullah
Na‘imi selama 7 tahun khusus untuk mendalami fiqhi, dan belajar ushul fiqhi
pada Ayatula al-Hasan Isfahani. Di bidang sejarah Islami berlajar di bawah
bimbingan Ayatullah Hujjat Kuhkamari. Di bidang filsafat, al-Tabataba‘i
mengaku sangat beruntung sebab ia bisa berguru pada filosof paling
termasyhur di masa itu, Sayyid Hussain Badkubi. Selama 6 tahun ia dibimbing
dengan mempelajari manzumah karya Sabzavari, asfar dan masya'ir karya
Mulla Sadra, syifa‘ karya Ibnu Sina, tamhid karangan Ibnu Tarka dan akhlaq
karya Ibnu Maskawaih. Karena melihat potensi dan ketertarikan yang besar
‘Allamah alTabataba‘i dalam bidang filsafat, sang guru Sayyid Hussain
Badku>bi kemudian menyarankannya untuk belajar matematika agar dapat
berfikir dengan logis. Atas saran tersebut, ia kemudian mengikuti pelajaran
tersebut pada Sayyid Abu alQasim Khansari, seorang guru matematika
ternama.
1
pelajaran hari esok dan melakukan latihan apa saja yang
2
Fiddian Khairuddin, “Makna Imam Menurut Al-Thabathaba’I dalam Kitab Al-Mizan Fi Tafsir Al
-Qur’an”, Jurnal Syahadah, Vol.5, No.1, 2016, Hlm.6
1
diperlukan untuk menyelesaikan setiap masalah yang timbul. Sehingga ketika
pelajaran telah dimulai, ia telah memahami dengan baik masalah-masalah yang
akan dibahas oleh gurunya. Ia tidak pernah mengajukan persoalan atau
kesalahan apa pun ke hadapan gurunya.
1
meninggalkan sebagian pendapat yang lain. Seperti saat beliau
1
menjelaskan pendapat dari para mufassir terkait penafsiran ayat Q.S. Ali-
Imran Ayat 19: 33
ۗ ﺳﻻﻡ
َْ ﺍْﻟ ِﺎ ِﻋ ْﻨ ﺍﻟ ِﺍﻥَّ ﺍﻟ
ّٰﻠ
Terkait penjelasan pendapat tentang ayat ini, Tabataba’i menukil dari
tafsir al-‘Iyasyi dari riwayat Muhammad bin Muslim, bahwa yang di maksud dari
lafat ayat ini adalah setiap agama yang di dalamnya ada keimanan kepada
Allah. Sedangkan menurut pendapat Ibnu Syahr dari al-Baqir a.s bahwa yang
dimaksud dari lafat ayat ini adalah memasrahkan hak wilayah (kekholifahan)
terhadap Ali bin Abi Thalib. Kemudian dari pendapat Ali bin Abi Thalib bahwa
Islam adalah taslim (memasrahkan), taslim adalah yakin, yakin adalah
membenarkan, membenarkan adalah mengakui, mengakui adalah menjalankan,
menjalankan adalah mengamalkan, yakni seorang mukmin memilih agama dari
Allah, dan ia mengetahui bahwa keimanannya itu ada disetiap amaliyahnya, dan
setiap orang kafir tau bahwa kekufurannya ada di dalam pengingkarannya.
Kemudian setelah pemaparan dari pendapat ini, Tabataba’i mengutarakan
pendapat bahwa, pendapat yang diutarakan oleh Ali bin Abi Thalib terkait
penisbatan Islam sebagai agama yang benar dari sisi lafdiyah maupun
ma’nawiyahnya, sekaligus penamaan Islam ini sebagai nama agama yang haq
adalah karna pengakuannya manusia atas kekuasaan Allah, serta mengakui
bahwa seluruh jiwa dan segala amal perbuatan manusia ini di bawah perintah
dan kehendak Allah.
1
mufasir dan pengkaji alQur’an.3
3
Ahmad Fauzan, “Manhaj Tafsir Al-Mizan Fi Tafsir Al-Qur’an Karya Muhammad Husain
Tabataba’I, Al-Tadabbur, Vol.3, No.2, 2018, Hlm. 124-126.
1
Al-Mizan adalah kata yang dipakai sebagai judul dari tafsir ini.
Dipergunakannya term ini karena dalam tafsir ini banyak memuat pendapat
para ulama tafsir, baik klasik maupun modern, dari Syi’ah atau Sunni. Semua
pendapat ini yang dijadikan sebagai bahan "pertimbangan" Thabathaba'i, untuk
memperkuat satu pendapat dengan lainnya, atau dengan pendapatnya sendiri,
setelah merujuk kepada Alquran. Bahkan, tidak jarang, dari beberapa pendapat
tersebut, ada yang menjadi bahan kritiknya.4
1
4
Yusno Abdullah Otta, “Dimensi-dimensi Mistik Tafsir Al-Mizan”, Potret Pemikiran, Vol.19,
No.2, 2015, Hlm. 89.
1
D. Sumber dan Corak Tafsir Al-Mizan
Adapun sumber tafsir yang digunakan adalah bil Ma’tsur dan ra’yu. Di antara
metode yang dipergunakan oleh penulis, tafsir, adalah mengembalikan semua inti
permasalahan yang sedang dikaji dan dibahas kepada Alquran. Dengan ungkapan lain,
penulisnya dalam menguraikan suatu ayat, yang berkaitan dengan suatu masalah,
selalu merujuk terlebih dahulu kepada Alquran dan menggali makna ayat yang sedang
dikaji dari ayat lain. Dengan begitu, pra- konsepsi dan teori yang ada hanya menjadi
data sekunder.Bahkan, tidak jarang, data sekunder tersebut mendapat kritikan dari
penulis tafsir ini.5 erdapat dua sumber yang beliau jadikan bahan rujukan dalam
menulis Tafsir Al-Mizan yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer
atau sumber utama yang beliau gunakan adalah kitab Al-Qur’an, sedangkan sumber
sekundernya yakni sumber yang menjadi alat pembantu untuk menafsirkan Al-Qur’an
adalah berupa beberapa buku atau kitab tafsir klasik, kamus, hadits-hadits Nabi Saw.,
koran, dan majalah. Buku-buku yang beliau gunakan berupa buku pengetahuan umum,
sumber sejarah, pengetahuan rasional, dan kitab-kitab suci dari agama lain.6
5
Yusno Abdullah Otta, “Dimensi-dimensi Mistik Tafsir Al-Mizan”, Potret Pemikiran, Vol.19,
No.2, 2015, Hlm. 95
6
Rangga Oshi Kurniawan dkk, “Karakteristik dan Metodologi TAfsir Al-Mizan Al-Thabataba’I”,
Jurnal Iman dan Spiritualitas, Vol.1, No.2, 2021, Hlm. 148-149
1
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Al-Mizan adalah kata yang dipakai sebagai judul dari tafsir ini.
Dipergunakannya term ini karena dalam tafsir ini banyak memuat pendapat
para ulama tafsir, baik klasik maupun modern, dari Syi’ah atau Sunni. Semua
pendapat ini yang dijadikan sebagai bahan "pertimbangan" Thabathaba'i, untuk
memperkuat satu pendapat dengan lainnya, atau dengan pendapatnya sendiri,
setelah merujuk kepada Alquran. Bahkan, tidak jarang, dari beberapa pendapat
tersebut, ada yang menjadi bahan kritiknya. Adapun sumber tafsir ini adalah bil
ma’tsur dan ra’yi, corak yang digunakan adalah falsafi dan metode
penafsirannya menggunakan tahlili.
1
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Fauzan, “Manhaj Tafsir Al-Mizan Fi Tafsir Al-Qur’an Karya Muhammad Husain
Tabataba’I, Al-Tadabbur, Vol.3, No.2, 2018
Fiddian Khairuddin, “Makna Imam Menurut Al-Thabathaba’I dalam Kitab Al-Mizan Fi Tafsir Al
-Qur’an”, Jurnal Syahadah, Vol.5, No.1, 2016
Rangga Oshi Kurniawan dkk, “Karakteristik dan Metodologi TAfsir Al-Mizan Al-Thabataba’I”,
Jurnal Iman dan Spiritualitas, Vol.1, No.2, 2021.
Tamrin, “Tafsir Al-Mizan Karakteristik dan Corak Tafsir”, Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,
Vol.1, No.1, 2019
Yusno Abdullah Otta, “Dimensi-dimensi Mistik Tafsir Al-Mizan”, Potret Pemikiran, Vol.19, No.2,
2015.