Chapter II1
Chapter II1
Chapter II1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Sistem Perpipaan
Ada dua teknik pendekatan yang berbeda dalam merancang sistem pipa,
yaitu sistem pipa yang kaku (stiff) dan sistem pipa yang fleksibel.Pendekatan
sistem yang fleksibel lebih mudah dimengerti dan dapat dilakukan desain
kalkulasi secara manual seperti metode kalkulasi sederhana yang diuraikan
diatas. Pendekatan ini menggunakan prinsip semakin fleksibel sebuah struktur
semakin rendah tegangan yang akan terjadi. Fleksibelitas dari sistem pipa dapat
dibuat dengan beberapa cara, antara lain misalnya dengan menambah
expansion loop yang memberikan kebebasan bergerak pada pipa. Metode
pendekatan ini hanya ekonomis untuk pipa yang murah harganya, karena
penambahan loop berarti penambahan material pipa dan terutama elbow yang
harganya relative mahal.Sistem pipa yang fleksibel tidak membutuhkan
tumpuan pipa yang terlalu banyak dan biasanya jenis tumpuannya sederhan dan
murah serta tidak menuntut kemampuan engineering yang tinggi.
Jika material pipa yang digunakan mahal dan tidak ada ruang yang cukup
untuk membuat loop, maka pendekatan kekakuan (stiffness) menjadi alternatif.
Metode pendekatan ini dilakukan dengan membuat sistem pipa lebih kaku
dengan menambah pipa restrain, yaitu tumpuan pipa (pipe support), guide,
anchor dan lainnya.Metode ini semakin popular penggunannya di offshore
platform dimana keterbatasan ruangan merupakan faktor penting, dan juga
pada on-shore petrochemical plants, dimana sistem modular diterapkan.Metode
ini relative lebih sulit dilakukan jika disbanding dengan metode pipa fleksibel
karena disini tegangan yang terjadi dibiarkan cukup besar tetapi tetap
terkontrol dan dibatasi.Dengan semakin mudahnya penggunaan piranti lunbak
untuk menghitung tegangan pipa (pipping stress analysis software) dalam
perancangan pipa maka metode ini semakin sering diterapkan. Dibandingkan
dengan sistem pipa fleksibel, sistem pipa kaku lebih aman, yaitu jika terjadi
kerusakan (failure) seperti kebocoran kemungkinan besar sistem pipa secara
keseluruhan akan tetap utuh karena pipa-pipa dipegang oleh banyak tumpuan
pipa (pipe restraint). Selain itu sistem pipa kaku akan lebih menguntungkan
untuk menahan beban dinamis seperti getaran motor, beban angina dan beban
gempa.
……………….. (2.1)
Dimana :
= Tegangan Longitudinal akibat gaya aksial (KPa)
= Gaya aksial (N)
= Luas Penampang Pipa (mm2)
……………….. (2.2)
Dimana :
……………….. (2.3)
Dimana :
= ro-ri
3. Tegangan longitudinal akibat momen bending
Tegangan yang ditimbulkan oleh momen M yang bekerja
diujung- ujung benda.Dalam hal ini tegangan yang terjadi dapat
berupa Tensile Bending.
……………….. (2.4)
Dimana :
= Tegangan longitudinal akibat momen bending (KPa)
= jarak dari sumbu netral ke titik yang diperhatikan
= momen lendutan pada sebuah penampang pipa
= momen inersia dari penampang pipa
= ( )
Dimana :
Ro = radius luar pipa
Z = modulus permukaan
=
( )
……………….. (2.6)
Dimana :
= radius luar pipa
= radius dalam pipa
= jarak radius ke titik yang sedang diperhatikan
2.2.1.3 Tegangan Radial (Radial Stress)
Tegangan ini arahnya sama dengan sumbu radial, dan tegangan ini
berupa tegangan kompresi (negatif) jika ditekan dari dalam pipa
akibat tekanan dalam (pressure gauge), dan berupa tegangan tarik
(positif) jika didalam pipa terjadi tekanan hampa (vacuum
pressure).
( )
……………….. (2.7)
Dimana :
= radius luar pipa
= radius dalam pipa
= jarak radius ke titik yang sedang diperhatikan
Dimana :
V = Gaya Geser
A = Luas Penampang
……………….. (2.9)
Dimana :
= Momen Puntir
J = Momen Inersia Polar
Gambar torsional stress
Tegangan ini terjadi akibat adanya momen yang bekerja pada pipa
yang mengakibatkan adanya pergeseran sudut terhadap sumbu
pipa, momen yang bekerja dapat berupa momen ataupun gaya yang
mengakibatkan terjadinya puntiran.
√
……………….. (2.10)
Dimana :
= gaya aksial karena beban tetap (lb)
= momen lendutan dalam bidang (in-plane) karena beban tetap
(in-lb)
= momen lendutan luar bidang (in-plane) karena beban tetap
(in-lb)
= faktor intensifikasi (SIF) in-plane
= faktor intensifikasi (SIF) out-plane
= tegangan dasar yang diizinkan oleh material menurut
Appendiks A dari ASME/ANSI B31.3 Code
.….. (2.11)
Dimana :
Dimana :
……………….. (2.14)
Dimana :
= Tekanan internal
= Tekanan eksternal
= Hoop stress
2. Longitudinal Stres
Tegangan longitudinal merupakan tegangan yang searah
dengan panjang pipa. Ada beberapa penyebab terjadinya
longitudinal stress yaitu Axial force, Internal pressure dan
bending moment. Besarnya longitudinal stress adalah total dari
tegangan akibat gaya aksial, tekanan dalam dan momen
bending. Tekanan longitudinal dapat dirumuskan dengan :
| | ……………….. (2.15)
……………….. (2.16)
[ ] ……………….. (2.17)
……………….. (2.18)
……………….. (2.19)
Dimana :
gaya aksial
z = section modulus
I = Momen inersia
3. Kombinasi Tegangan
[( ) ] ……………….. (2.20)
……………….. (2.21)
Dimana :
gaya aksial
= Momen torsi
= Tegangan hoop
= Tegangan torsional
Sebelumnya sudah dibahas bahwa ada dua jenis beban yang harus
diperhatikan dalam analisa tegangan pipa (pipe stress analysis). Jenis beban
pertama adalah beban primer, yaitu beban yang disebabkan oleh gaya
mekanikal dan menyebabkan kegagalan yang bersifat katastrofis. Yang kedua
adalah jenis beban sekunder, yaitu beban yang dipicunya tidak oleh gaya secara
langsung melainkan oleh perpindahan atau deformasi pada sistem. Beban
sekunder menyebabkan kegagalan fatique yang efeknya terjadi setelah beban
sekunder berulang kali diterima sistem pipa. Selain perbedaan penyebab dan
beda sifat kegagalan yang diakibatkan, dua jenis beban inipun menuntut solusi
perancangan pipa yang berbeda dan tidak jarang pula berlawanan karakternya.
……………….. (2.22)
Dimana :
tm = tebal minimum dinding pipa
t = tebal minimum dinding pipa akibat gaya tekanan
c = toleransi (allowance) untuk korosi, erosi, kesalahan pabrik dan
lainnya.
Rumus penentuan tebal minimum pipa lurus karena tekanan untuk
tiap kode pipa berlainan, walaupun prinsip dasar yang digunakan
adalah sama yaitu tegangan tangensial/sirkumferesial/hoop dari
……………….. (2.23)
Dimana :
= tegangan hoop
= diameter luar pipa
( )
……………….. (2.24)
Dimana :
= radius luar pipa
= radius dalam pipa
……………….. (2.25)
Dimana :
= tegangan tangensial/sirkumferesial
= diameter dalam
= diameter luar
= tebal pipa
……………….. (2.27)
Dimana :
E = faktor kualita produksi
Y = koefisien material
……………….. (2.28)
Dimana :
= diameter dalam
= -2t
……………….. (2.29)
Dimana :
t = tebal minimum untuk tekanan dimana toleransi-toleransi untuk
korosi, erosi dan sebagainya tidak diikut sertakan.
Seperti halnya tekanan, beban karena berat/bobot mati dari pipa dan
semua komponen pipa termasuk berat insulation, lining, berat fluida,
merupakan beban tetap. Tegangan yang terjadi dikategorikan tegangan
sustained dan dikombinasikan dengan tegangan akibat gaya tekanan.
Bedanya dengan tekanan, beban bobot mati selain menyebabkan tegangan
di dinding pipa, juga menyebabkan gaya reaksi pada support/restrain pipa.
Sementara, gaya reaksi pada restrain (anchor atau line/limit stop) akibat
tekanan hanya ada pada sistem dengan flexible joint.
……………….. (2.30)
Dimana :
= momen maksimum
= beban berat pipa, fluida dan lainnya per satuan panjang
= panjang batang (pipe span)
……………….. (2.31)
Dua persamaan diatas menunjukkan dua nilai ekstrem, kenyataan
yang sebenarnya akan berada diantara dua nilai itu. Salah satu nilai
kompromi yang diambil adalah nilai tengahnya, yaitu :
……………….. (2.32)
……………….. (2.33)
Dimana :
Z = momen tahanan (section modulus) penampang pipa
√ ……………….. (2.34)
……………….. (2.35)
Dimana :
ymax= defleksi maksimum (negative artinya kebawah)
E = Modulus elastisitas
I = momen inersia penampang pipa
……………….. (2.36)
2.4.1 Anchor
Anchor adalah jenis support dimana seluruh (enam) derajat
kebebasan (X, Y, Z, RX, RY, RZ) sepenuhnya ditahan. Pada
CAESAR II restrain type ini ditulis dengan ANC. Anchor dapat
ditemukan pada tumpuan sebagai berikut :
• anchor yang sengaja dibuat (biasanya pipa dilas ke struktur atau
menggunakan kombinasi clamp dengan baut yang dihubungkan
kaku ke struktur)
• anchor yang terjadi pada penetrasi ke dinding atau lantai beton
• anchor yang diciptakan karena sambungan pipa ke peralatan
seperti vessel dan pompa.
Gambar Anchor
2.4.2 Restrain
Restrain yaitu tumpuan yang rigid dan ditahan pada satu atau lebih
derajat kebebasan dimana minimal satu derajat kebebasan tetap
bebas. Restrain dapat dibedakan sesuai dengan arah penahannya
yaitu :
• X, Y, Z : translational restrain di dua arah
• +X, +Y, +Z : translational restraint, dimana restraint hanya dapat
memberikan gaya reaksi diarah positif yang disebut.
• -X, -Y, -Z : translational restraint, dimana restraint hanya dapat
memberikan gaya reaksi diarah negatif yang disebut.
• RX, RY, RZ :rotational restrain di dua arah
• +RX, +RY, +RZ :rotational restraint, dimana restraint hanya
dapat memberikan momen reaksi diarah positif yang disebut.
• -RX, -RY, -RZ : rotational restraint, dimana restraint hanya dapat
memberikan momen reaksi diarah negatif yang disebut.
2. Rod hanger
Rod hanger berfungsi menahan gerakan kebawah dari bobot
mati pipa dimana titik diamnya (pivot) berada diatas pipa
dengan menggunakan pin. Pada CAESAR II restrain type ini
ditulis dengan YROD.
Gambar rod hanger
3. Sway strut
Sway strut merupakan kombinasi 2 pin yang membebaskan 3
arah rotasi dan translasi lateral dan aksial, hanya translasi arah
strut yang ditahan rigid. Pada CAESAR II restrain type ini
ditulis dengan X atau Z (sesuai arah strut).
6. Guide
Guide adalah jenis support yang menahan arah translasi lateral
(tegak lurus dengan pipa) di bidang mendatar atau di dua arah
lateral jika pipa dipasang vertikal. Pada CAESAR II restrain
type ini ditulis dengan GUI.
Gambar guide
7. Slide support (Pipe Shoe)
Slide support menahan arah vertikal dari bawah dimana ada
friksi antar pipa atau pelat slide dengan tumpuan. Pada
CAESAR II restrain type ini ditulis dengan +Y
2.4.3 Snubber
Jenis tumpuan ini hanya bereaksi pada bebean yang bekerja dengan
cepat (beban dinamis) dan tidak memberikan penahan pada beban yang
bekerjanya lambat seperti berat dan termal.Karena itu snubber pada
CAESAR II hanya aktif untuk kasus beban okasional yang diasumsikan
bekerjanya cpat seperti beban angin, gempa, beban impuls dan
sebagainya. Pada CAESAR II restrain type ini ditulis dengan XSNB,
YSNB, dan ZSNB.
Gambar Snubber
2.4.4 Gaya dan Momen pada tumpuan
Momen lentur merupakan kebalikan (arah) dari tahanan momen
dengan besaran yang sama, momen lentur dinotasikan dengan M.
momen lentur lebih lazim digunakan daripada tahanan momen dalam
perhitungan karena momen ini dapat dinyatakan secara langsung dari
beban atau gaya-gaya eksternalnya. Gaya geser adalah berlawanan arah
dengan tahanan geser tetapi besarnya sama, biasanya dinyatakan dengan
V. Ketika pipa dibebani dengan gaya atau momen, tegangan internal
terjadi pada batang. Secara umum, terjadi tegangan normal dan
tegangan geser.
Berikut adalah contoh analisa satu dimensi arah x untuk
menentukan arah gaya dan momen pada sebuah pipa yang ditumpu.
∑
Untuk nilai x=0
Untuk nilai x =a
∑
Untuk nilai x=a
Dari hasil penurunan persamaan diatas untuk momen dan gaya geser
akan didapat bentuk diagram untuk masing-masing persamaan
momen dan gaya geser dimana gambar yang dihasilkan berdasarkan
bentuk dari diagram benda bebas pada gambar 2.20 :
Gambar diagram gaya geser dan momen lentur
2.5 Analisa Pipa Bawah Laut (On-Bottom Stability)
Pipa bawah laut dewasa ini telah berkembang sebagai suatu infrastruktur yang
penting dalam usaha pendistribusian minyak, gas maupun fluida lainya. Oleh
karena perananya yang penting maka pipa harus didisain untuk dapat menahan
beban dan gaya-gaya lingkungan yang bekerja padanya sehingga dapat kuat dan
stabil baik pada waktu instalasi, hydrotest maupun selama masa oprasionalnya.
Dalam teknologi pipa bawah laut telah dikenal beberapa cara/metode yang
digunakan untuk menjadikan pipa bawah laut stabil, metode yang umum
digunakan antara lain :
- Menambahkan selimut beton pada pipa yang berfungsi sebagai pelindung
dan pemberat pada pipa agar tetap stabil.
- Mengubur pipa didalam seabed tujuan dari cara ini adalah untuk
mengurangi gaya-gaya hidrostatik yang bekerja kalau pipa berada diatas
seabed.
- Membuat tanggul batu (rock beam) yang berfungsi sebagai pemberat pada
pipa.
2.5.1 Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Analisa Stabiltas Pipa Bawah Laut
Kestabilan pipa bawah laut meliputi kestabilan dalam dua arah yaitu arah vertikal
dan horizontal/lateral. Kestabilan ini diperhitungkan terhadap gaya-gaya
lingkungan yang bekerja pada pipa, gaya-gaya tersebut adalah gaya inesia, gaya
seret (drag force) dan gaya angkat (lift force). Sedangkan resistensi permukaan
dasar laut merupakan gaya gesek antara pipa dengan permukaan tanah
laut/seabed. Gaya seret dan gaya inersia adalah gaya yang secara bersama-sama
bekerja dalam arah horizontal/lateral pada pipa, sedangkan gaya angkat bekerja
secara vertikal, gaya angkat ini adalah gaya yang mengurangi berat pipa dalam air
yang mempengaruhi kestabilan pipa. Gambar 2.21 berikut adalah gambaran
gaya-gaya dalam analisis perhitungan stabilitas pipa bawah laut.
Gambar 2.21 Sketsa gaya-gaya yang bekerja pada pipa bawah laut.
Desain stabilitas dari pipa merupakan interaksi yang kompleks antara pergerakan
arus air melalui pipa, baik arus yang dibangkitkan oleh gelombang maupun arus
yang dibangkitkan oleh pasut yang menimbulkan terjadinya gaya-gaya
hidrodinamika pada pipa, dan kombinasi antara total berat tenggelam pipa dengan
koefisien gesek antara permukaan pipa dengan tanah. Analisa sederhana dari
stabilitas pipa di dasar laut dapat dilakukan dengan berdasar pada keseimbangan
statis antara penerapan gaya-gaya hidrodinamika dengan kombinasi gaya penahan
tanah . Gaya penahan tanah sebenarnya merupakan gaya gesek yang terdapat pada
pertemuan permukaan pipa dengan tanah. Berikut ini adalah gaya-gaya yang
terlibat dalam stabilitas:
• Berat isi dan berat tenggelam pipa.
• Kombinasi gaya drag.
• Kombinasi gaya angkat.
• Gaya inersia.
• Gaya friksi penahan antara permukaan pipa dengan dasar laut.
Gambar 2.22 Gaya-gaya hidrodinamika pada pipa
Terjadinya gaya seret sangat terpengaruh oleh kecepatan aliran, nilai dari
gaya seret dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana :
F = gaya seret
CD = koefisien seret
ρ = masa jenis fluida
D = diameter pipa
Us = kecepatan siginifikan akibat gelombang
Uc = arus laut
θ =sudut fasa gelombang
B. Gaya Inersia
Gaya inersia menunjukan adanya gaya dari masa fluida yang dipindahkan
oleh pipa, nilainya dipengaruhi oleh percepatan partikel air. Nilai dari gaya
inersia dapat dirumuskan seperti berikut:
Dimana :
FI = gaya inersia persatuan panjang
CM = koefisien hidrodinamik inersia
As = percepatan partikel air horizontal efektif
Gaya angkat adalah gaya hidrodinamik dalam arah vertikal, gaya ini
terjadi apabila terdapat konsentrasi streamline pada pipa. Konsentrasi
steramline terjadi diatas silinder pipa yang mengakibatkan gaya angkat
keatas. Jika terjadi celah sempit antara silinder dan seabed, konsentrasi
steamline dibawah silinder pipa akan mengakibatkan gaya angkat negatif
kearah bawah. Gambar 2.24 menunjukan sketsa terjadinya gaya angkat pada
pipa.
Gambar 2. 24 Sketsa terjadinya gaya angkat pada pipa.
……………….. (2.39)
Dimana :
FL = gaya angkat (lift force)
CL = adalah koefisien gaya angkat
Akibat adanya interaksi antara pipa dengan tanah pada suatu sistem
pipeline mengakibatkan adanya reduksi gaya-gaya yang bekerja di sekitar pipa.
Gaya-gaya hidrodinamika dapat tereduksi karena adanya:
• Sifat permeable dari dasar perairan .
• Penetrasi pipa ke tanah.
• Trenching.
a. Reduksi Gaya Akibat Sifat Permeable Dasar Perairan
Pada dasar perairan yang bersifat permeable akan mengizinkan terjadinya
aliran arus di bawah pipa yang menyebabkan terjadinya reduksi terhadap beban
vertikal. Bila gaya hidrodinamik arah vertikal yang digunakan dalam analisis
didasakan pada koefisien pembebanan yang diperoleh dari asumsi non –
permeable seabed, maka dapat digunakan faktor reduksi : 0.7
……………….. (2.40)
( ) ……………….. (2.41)
( ) ……………….. (2.42)
( ) ……………….. (2.43)