PASTAE
PASTAE
PASTAE
PASTAE
Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 (1979), pasta adalah sediaan berupa masa lembek
yang dimaksudkan untuk pemakaian luar/topikal. Biasanya dibuat dengan mencampurkan
bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau paravin cair atau
dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, musilago atau sabun.
Digunakan sebagai antiseptik, atau pelindung. Pasta terdiri dari campuran bubuk bahan obat
yang dikombinasikan dengan paraffin putih lunak atau paraffin cair, atau basis bukan lemak
seperti gliserol, mucilago, dan sabun. Pasta biasanya sediaan yang sangat kaku karena
proporsi kandungan bahan yang tinggi. Karena kekakuannya inilah pasta hanya ditujukan
untuk menghasilkan efek lokal. Contohnya, pasta dapat berguna untuk menyerap eksudat
pada luka dan pasta dapat juga digunakan sebagai “sun filter” yang mencegah dehidrasi
berlebihan pada kulit keran pasta membentuk lapisan tebal pada area yang dilapisinya
(Marriot, 2010).
Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal mengandung air, misalnya Pasta Natrium
Karboksimetilselulose, kelompok lain adalah pasta berlemak misalnya Pasta Zink Oksida,
merupakan salep yang padat, kaku, yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi
sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi (Anonim, 2014).
Menurut Anief (2005), pasta dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
- Pasta berlemak, adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).
- Pasta kering, adalah pasta bebas lemak mengandung lebih kurang 60% zat padat (serbuk).
- Pasta pendingin, adalah serbuk minyak lemak dan cairan berair, dikenal dengan salep tiga
dara.
- Pasta dentifriciae, adalah campuran kental terdiri dari serbuk dan glycerinum yang
digunakan untuk pembersih gigi. Contoh dari pasta ini adalah pasta gigi.
Pasta, unguentum, dan krim memiliki perbedaan. Sediaan salep mengandung 80% minyak
dan 20% air. Krim, menurut Anief (2005), adalah suatu salep yang mengandung tidak kurang
60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Sementara konsistensi pasta lebih kaku dari
salep dengan 20%-60% padatan halus dengan basis anhidrat atau basis larut air (Scoville,
2013). Bila diurutkan, krim adalah yang paling lembek (karena 60% air), disusul dengan
salep (20% air dan 80% minyak ), dan yang terakhir adalah pasta (karena bahan padat
mencapai 60%) (Anonim, 1979).
Pengayakan adalah sebuah cara pengelompokan butiran, yang akan dipisahkan menjadi satu
atau beberapa kelompok. Dengan demikian, dapat dipisahkan antara partikel lolos ayakan
(butir halus) dan yang tertinggal diayakan (butir kasar). Ukuran butiran tertentu yang masih
bisa melintasi ayakan, dinyatakan sebagai butiran batas. Ayakan memiliki ukuran pori atau
lubang tertentu, ukuran pori dinyatakan dalam satuan mesh (Voigt, 1995).
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua nomor. Jika derajat halus dinyatakan
dalam 1 nomor, berarti semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika
dinyatakan dengan dua nomor dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak
dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak nomor tertinggi. Sebagai
contoh 22/60, dimaksudkan bahwa serbuk dapat melalui pengayak nomor 22 seluruhnya dan
tidak lebih dari 40% melalui pengayak nomor 60 (Anief, 2005). Dalam petunjuk, serbuk
Zinci Oxydum diayak hingga menjadi serbuk halus. Definisi serbuk halus menurut Anief
(2005) adalah serbuk (85) 120. Artinya, saat diayak, semua serbuk Zinci Oxydum harus
melewati pengayak nomor 85.
Keuntungan sediaan pastae, yaitu lebih melekat pada kulit sehingga kontaknya dengan
jaringan lebih lama, konsentrasi lebih kental daripada salep, daya absropsi sediaan pasta lebih
besar dan kurang berlemak dibandingkan sediaan salep, mengikat cairan sekret sudat (Ansel,
2008).
Kekurangan sediaan pastae, yaitu sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus (pasta pada
umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbeda), dapat
mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis, dapat menyebabkan iritasi kulit
(Ansel, 2008).
C. Nama dan Isi Formula
Pro: Mad
- Resep Standar
R/ Zinci Oxydum 25
Amylum Tritici 25
Vaselinum flavum ad 50
S. t. d. d. u. e
(Anonim, 1978).
D. Deskripsi Bahan
1. Zincy oxyd
Pemerian : Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak berbau,
lambat laun menyerap karbondioksida dari udara.
Stabilitas : Jika dipanaskan dengan kuat, terjadi warna kuning yang akan hilang pada
pendinginan. Ketika kontak dengan udara ZnO perlahan akan menyerap uap lembab
dan CO2.
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam encer.
Inkompatibilitas : Bereaksi dengan asam salisilat menghasilkan seng salisilat basa
yang dapat mengeras. Inkompatibel dengan asam lemak dalam minyak dan lemak
untuk membuat ester asam lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup dan terhindar dari paparan suhu diatas 30°C
pada penggunaan jangka panjang.
Khasiat : Antiseptikum lokal (Anonim, 1979).
2. Amilum tritici
Pemerian : Tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa granul- granul
kecil berbentuk sterik atau oval dengan ukuran dan bentuk berbeda untuk setiap
varietas tanaman.
Stabilitas : Stabil tapi higroskopis sehingga harus disimpan di wadah tertutup rapat.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin 95% dan air dingin.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan zat pengoksidasi kuat, terbentuk senyawa
inklusi berwarna bila direaksikan dengan iodium.
Khasiat : Zat tambahan (zat pemadat) (Anonim, 1979).
3. Vaselinum flavum
Pemerian : Massa lembek, lengket, bening, kuning muda. Sifat ini tetap setelah zat
dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk, berfluoresensi sangat lemah
walaupun setelah melebur. Tidak atau hampir tidak berasa.
Stabilitas : Stabil karena tidak bereaksi secara alami dengan komponen
hidrokarbonnya.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol 95%, larut dalam kloroform, eter,
dan minyak tanah.
Inkompatibilitas : Bahan inert dengan sedikit inkompatibilitas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan, basis pasta (Anonim, 1979)
Bahan
H. Langkah Kerja
I. Etiket
Etiket yang digunakan berwarna biru, karena untuk pemakaian topikal
Beyond use date: untuk formula topikal tidak lebih dari 30 hari
Apotek
Farmasetika
Sekip Utara, Yogyakarta
No : VII Tgl: 26 April 2021
Nama Pasien : Made
Obat : Pasta Zinci
Aturan Pakai : 3x sehari untuk pemakaian luar dioles pada kulit yang
terluka
Obat Luar
Peringatan Simpan di Kadaluarsa Apoteker
Jauhkan dari Tempat kering
jangkauan dan sejuk 26 Mei 2021
anak anak
J. Wadah Akhir
Sediaan pastae wadah akhirnya adalah pot pasta. Disimpan dalam wadah tertutup baik
dan rapat di pot agar tidak mudah teroksidasi oleh udara luar (Anief,1993).
K. Penyimpanan
Disimpan di tempat yang sejuk dan kering dan hindarkan dari sinar matahari.
L. Deskripsi Hasil Akhir yang Diharapkan
Pasta zinci yang dihasilkan harus padat, berwarna putih, homogenitas yang baik,
konsistensi pas (tidak terlalu padat dan tidak terlalu lembek), pasta tidak mengalir
ketika pot dimiringkan, menempel jika dioleskan, ditempatkan pada pot pasta 15 gram
beretiket biru.
M. Daftar Pustaka
Anief, Moh, 1993, Farmasetika, UGM Press, Yogyakarta.
Anief, 2005, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Anonim, 1978, Formularium Nasional Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V, Depkes RI, Jakarta.
Ansel, H.C, 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV, UI Press, Jakarta.
Marriot et al., 2010, Pharmaceutical Compounding and Dispensing, 2nd Ed,
Pharmaceutical Press, London.
Scoville, W.L., 2013, The Art of Compounding, A Textbook for Students and A
Reference Book for Pharmacists, At the Prescription Counter, P. Blakiston’s
Son & Co, Philadelphia.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Yogyakarta, UGM Press.
Asisten Koreksi